Anda di halaman 1dari 17

UJIAN TENGAH SEMESTER

MEMBUAT RESUME MAKALAH


AKIDAH AKHLAK

TASYA DWI YANTI


12250123081

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
1. MATERI PERTAMA
PENGERTIAN AKIDAH, IMAN, TAUHID, ISLAM, KUFUR
1) Pengertian Akidah
Aqidah secara definisi adalah suatu keyakinan yang mengikat
hati manusia dari segala keraguan. Aqidah secara terminology
adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya,
membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih
dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah Islam mengikat
seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan
hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi
seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya
didasarkan kepada ajaran Islam.Hal ini seperti yang tersebut
dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208.

2) Ilmu-Ilmu Tentang Akidah


-iman
-tauhid
-ushuludi
-fiqih

3) Tujuan Akidah
Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya,
maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya
kepadaNya. Karena akidah ini akan menghubungkan orang
mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai
Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri`. 4.
Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan
dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan
orang lain.

Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para


Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam
tujuan dan perbuatan. Karena diantara dasar akidah ini
adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap
seluruh perbuatan.
2. IMAN
Menurut pandangan agama Islam, iman dapat berarti meyakini dan
hal mengenai iman ini telah dituliskan dalam Al-Quran, yang
merupakan kitab suci umat muslim. Pengertian iman secara istilahi
ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh
keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh
bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

UNSUR-UNSUR IMAN
-Iman kepada Allah swt
-Iman kepada malaikat
-Iman kepada kitab allah
-iman kepada rasul
-iman kepada hari akhir

3. TAUHID
Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan
dalam bahasa Indonesia, yaitu keesaan Allah, mentauhidkan berarti
“mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah. Secara istilah syar‟i,
tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta, menguasai,
mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya
kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta
menetapkan asma‟ul husna dan sifat al-„ulya bagi-Nya dan
mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal makna tauhid ialah
meyakinkan, bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya.
Oleh sebab itu, sebab dinamakan Ilmu Tauhid, ialah karena
bahagiannya yang terpenting, menetapkan sifat wahdah (satu) bagi
Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam
seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala
alam ini dan penghabisan segala tujuan.

Hakikat Tauhid
-Tauhid Rububiyah
-Tauhid Uluhiyah
-Tauhid Ubudiyah

4. Islam
Kata Islam terdiri dari tiga huruf, S (Sin), L (lam) dan M (Mim), yang
berarti “keselamatan” (salam) dan landasan akhirat (kehidupan
setelah mati). Islam juga merupakan agama yang mengajarkan
umatnya (Muslim/Muslim) untuk menyebarkan keamanan dan
perdamaian. Hal ini tercermin dalam pembacaan doa sebagai ibadah
utama, kata-kata doa keselamatan "Assalamu'alaikum
warohmatullah". Semoga perlindungan dan cinta Tuhan menjadi
milikmu sebagai doa penutup. Secara linguistik, Islam memiliki
beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam adalah mashdar dari kata
aslama-yuslimu-islaaman, yang berarti kepasrahan, ketundukan,
ketundukan, ketundukan kepada Allah. Islam, di sisi lain, berasal dari
kata Assalm, Aslama, Isthaslama, Salim dan Salaam.

5. Kufur
Al-Qur'an menggunakan istilah kufur dalam berbagai cara. Yang
dimaksud dengan kekufuran adalah sebagai kondisi untuk tidak
mematuhi semua ketentuan hukum Islam yang telah digariskan oleh
Allah SWT.
Kata kufr berasal dari bahasa Arab kafara, yang berarti mengingkari.
Seperti yang disebutkan Moh Shofan dalam bukunya Pluralisme
Menyelamatkan Agama, kekufuran dapat diartikan dalam dua hal.
Pertama, Kufur mengingkari hukum Islam, tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan, dan Muhammad sebagai Nabi. Kedua, Kufur
mengingkari segala nikmat yang diberikan Allah.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa arti pertama dari
ketidakpercayaan adalah kebalikan dari kata iman. Arti kedua dari
penghujatan dilawan dengan kata syukur.
Mereka yang tidak mau berdoa digolongkan sebagai orang yang tidak
percaya karena mereka telah mengingkari rahmat Allah.
Materi 2
RUKUN IMAN KEPADA ALLAH DAN MALAIKAT SERTA HIKMAHNYA
DALAM KEHIDUPAN

1. PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH

Kata Allah adalah satu-satunya Ism Aram atau kata yang


menunjukkan nama yang digunakan untuk Yang Maha Suci.
Ketika menunjukkan sifat keberadaan Tuhan, nama-nama lain
secara bersamaan merujuk pada atribut-atributnya. Oleh karena
itu, beriman kepada Tuhan berarti mengakui dalam hati bahwa
tidak ada Tuhan selain Dia, mengakui bahwa Anda telah
bersumpah dengan lidah syahadat, menjalankan perintah-Nya,
dan meninggalkan larangan-Nya, dengan cara membuktikannya
dengan tindakan. dari anggota.
Percaya kepada Allah SWT berarti mengakui bahwa tidak ada
Tuhan yang harus disembah selain Allah SWT, dan dengan tulus
menegaskan bahwa Allah SWT benar-benar ada. Perbuatan
yang benar-benar baik. Dalam kitab suci Al-Qur'an, Allah SWT
memerintahkan manusia untuk beriman kepada Allah.

2. IMAN KEPADA MALAIKAT

Secara etimologis, kata malaikat adalah bentuk jamak dari malak,


yang berasal dari mashdar al-alaukah, yang berarti alyssala (misi atau
amanat). Orang yang membawa misi atau amanat disebut ar-rasul
(utusan). Dalam bahasa Indonesia, kata bidadari digunakan dalam
bentuk tunggal. Bentuk jamaknya menjadi bidadari atau bidadari.
Secara terminologis, malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan
oleh Allah swt. cahaya dengan bentuk dan karakter tertentu.
Sebagai makhluk gaib, bentuk-bentuk malaikat tidak dapat dilihat,
didengar, disentuh, atau dirasakan oleh manusia kecuali malaikat-
malaikat itu muncul dalam bentuk malaikat Bentuk Manusia.

A. ALASAN BERIMAN KEPADA ALLAH


• Karena Allah adalah Pencipta Kita dan Semesta serta Pemelihara
Semuanya.

• Karena Allah menciptakan Kita dengan Bentuk yang Terbaik.

• Karena Allah Memuliakan kita dengan Akal Pikiran.


• Karena Allah yang Mengarunikan kepada Kita Rizki untuk
Menopang Kehidupan Kita.

B. ALASAN BERIMAN KEPADA MALAIKAT

Percaya pada malaikat berarti memahami hubungan antara


malaikat dan manusia. Oleh karena itu, malaikat adalah bagian
dari sistem identitas manusia seperti halnya setan. Semakin
seseorang memahami Ruh Allah di dalam dirinya, semakin banyak
malaikat membungkuk di hadapannya dan setan-setan
meninggalkannya. Dengan sujud malaikat, otomatis malaikat
turun ke atas manusia dan menyatakan dirinya sebagai pelindung
atau sahabat manusia.
Jika orang beriman dan menaati Allah. Maka mereka akan lebih
mulia dari malaikat. Pengetahuan manusia tentang malaikat
terbatas pada informasi yang diungkapkan dalam Al-Qur'an dan
Hadist para Nabi. Iman kepada malaikat memiliki dampak
psikologis yang besar, seperti halnya kesetiaan, ketekunan, dan
keberanian. Tentang tugas para malaikat, sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur'an. Jumlah malaikat sangat banyak dan tidak
terbatas, dan hanya Tuhan yang mengetahuinya. Mereka memiliki
misi dan peringkat yang berbeda satu sama lain. Beberapa
disebutkan dengan nama, yang lain hanya dengan jabatan.

1.Hikmah Beriman Kepada Allah SWT

Adapaun hikmah beriman kepada Allah adalah sebagai berikut:

a. Mendorong seseorang untuk bertakwa kepadaNya dengan


menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
b. Menimbulkan kekuatan batin, ketabahan, kesabaran dan harga diri
pada seseorang sebab ia yakin bahwa Allah sajalah yang maha kuasa
yang menentukan segala-galanya di alam semesta ini.
c. Mendatangkan rasa tentram, aman, dan damai dalam hati seseorang
karena ia telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah

2. Hikmah Beriman kepada malaikat

a. Lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah yang menciptakan dan


menugaskan para Malaikat tersebut.
b. Lebih bersyukur kepada Allah atas perhatian dan perlindungan Allah
terhadap hamba-Nya dengan menugaskan para Malaikat untuk menjaga,
membantu dan mendoakan hamba-hamba-Nya.
c. Berusaha berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemaksiatan serta
senantiasa ingat kepada Allah sebab para Malaikat mencatat dan
mengawasi amal perbuatan manusia (Q.S. Al-Infithar:10-12).
d. Tidak berperilaku sombong, sebab para Malaikat tidak memiliki watak
sombong (Q.S. An-Nahl: 49).
e. Selalu teringat akan balasan Allah ketika Malaikat mencabut nyawa (Q.S.
Muhammad:27).

MATERI 3
RUKUN IMAN KEPADA KITAB KITAB ALLAH DAN HIKMAHNYA
DALAM KEHIDUPAN

A. Pengertian Kitab-Kitab Allah SWT

Kata kitab secara etimologis berasal dari k-ta-ba, yang berarti menulis.
Bentuk jamak dalam kamus adalah polar. Kata buku dalam bahasa
Indonesia berarti buku.
Dan dalam kaitannya dengan Kitab Perkataan (Al-Kitab, Al-Qutub, Kitab
Allah), itu adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi
dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu, beriman kepada tulisan-tulisan Allah berarti bahwa Allah
telah menurunkannya kepada rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada
hamba-hamba-Nya, dan bahwa tulisan-tulisan ini berisi petunjuk-petunjuk
kepada manusia baik di dunia maupun di akhirat. dan bimbingan.

B. PERILAKU SIKAP BERIMAN KEPADA KITAB ALLAH


Perilaku orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dapat dicerminkan
dengan cara sebagi berikut:
a. Meyakini bahwa sebelum Al Qur’an, Allah SWT menurunkan kitab-kitab
kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “ Dia
menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil.” (Q.S. Ali Imran (3) : 3).
b. Meyakini dengan sebenarnya bahwa kitab yang terakhir adalah Al Qur’an
yaitu sebagai pedoman hidup.

c. Menyembah dan beribadah hanya kepada Allah SWT.


d. Meyakini bahwa Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhamad SAW sebagai
penyempurna. Kitab-kitab dahulu tidak universal ajarannya. Aturan-
aturan yang terkandung didalamnya pada umumnya hanya sesuai dengan
masa dan tempat kitab-kitab itu diturunkan. Oleh karena itu Al Qur’an
diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab suci itu. Artinya: “ Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.”
e. Meyakini bahwa teks asli dari kitab yang lalu telah hilang dan bahasanya
telah mati sejak beberapa abad yang lalu. Hanya Al Qur’an yang sampai
sekarang tidak pernah berubah makna satu huruf sekalipun.

D. Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT Dalam Kehidupan


Dalam menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah SWT,
imlementasinya sebagai berikut:
a. Beriman kepada Allah SWT hukumnya adalah wajib. Harus melakukan, tidak
boleh meninggalkan. Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa ganjaran.
b. Menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dimana Al Qur’an
merupakan penyempurna dari kitab-kitab terdahulu. Orang-orang yang
beriman kepada kitab-kitab Allah akan membuktikan keimanannya selalu
sesuai dengan ajaran Allah SWT, sehingga dalam hidupnya akan mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat (pelajari Q.S. Al Baqarah (2) : 25).
c. Memberikan kemantapan dalam menjalani keislaman. Al Qur’an adalah
firman Allah SWT dan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai bukti kerasulannya dan sampai akhiruz zaman
tetap terjaga kemurniannya.(Q.S. 15 : 9).

BAB 4
IMAN KEPADA YAUMIL AKHIR
DAN IMAN KEPADA QODA DAN QADAR

A. RUKUN IMAN KEPADA HARI YAUMIL AKHIR


Iman kepada hari kiamat adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam
termasuk dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai
dengan ditiupnya terompet sangkakala oleh malaikat Israfil. Dijelaskan bahwa
pada hari itu daratan, lautan dan benda benda di langit porak poranda.

Kiamat di kelompokan menjadi dua yaitu;


a. Kiamat shugra (kiamat kecil)
Yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia.
Misalnya matinya seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami,
tanah longsor, banjir dan lain sebagainya.
b. Kiamat kubra (kiamat besar)

Yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta.
Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat.

IMPLIKASI IMAN KEPADA HARI AKHIR DALAM KEHIDUPAN

Berikut merupakan implikasi iman kepada hari akhir dalam kehidupan,


diantara nya adalah sebagai berikut :

1. Selalu beramal saleh dan meningkatkan takwa


2. Senantiasa berperilaku baik dan benar
3. Selalu bersikap sabar
4. Selalu bersikap sabar

RUKUN IMAN KEPADA QODA DAN QADAR


A. PENGERTIAN
Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan Qadha adalah ketetapan
Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu
yang berkenan dengan makhluk. Adapun menurut Islam Qadar adalah
perwujudan atau kenyataanketetapan Allah terhadap semua makhluk
dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai denganiradah-Nya. Allah
Berfirman : yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia
tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan(Nya), dan dia telahmenciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. Sebelum Abdurofi
lahir, bahkansejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang
anak bernama Abdurofi akanmelanjutkan pelajarannya di SMK.

Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat


terjadinya disebut qadar atau takdir.

B. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar


Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar itu memiliki 2
macam yaitu:
1. Takdir mua’llaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
2. Takdir mubram.

Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diusahakanatau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia.

C. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar


a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar.
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.
c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja.
d. Menenangkan jiwa.
BAB 5
“Asmaul Husna: Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-Shomad, Al-Rozhak”

A. Pengertian Asmaul Husna


Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik,
sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah
sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Nama-nama indah (Asmaul
Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai
secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz
al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka
kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai
angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau
kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol
berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-
Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan
kembali kepada-Nya).

B. Menguraikan Makna Asmaul Husna (Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-


Shomad, Al-Rozhak)
1. Ar-Rahman (Maha Pemurah)

Ar-Rahman artinya yang mempunyai rahmat yang luas untuk seluruh


makhluq tanpa terkecuali muslim dan non muslim yang diberikan didunia
ini, meliputi rizky jalan hidup dan seluruh urusan kebaikan.
2. Ar-Rahim (Maha Penyayang)

Ar-Rahiim (Maha Penyayang) adalah esensi yang memberikan kasih sayang


khusus pada umat di dunia dan akhirat. Artinya, dengan memberikan
hidayah tauhid dan ibadah, Allah akan memuliakan mereka di jannah di
akhirat dan memberi mereka kebahagiaan. Agar bisa melihat wajah Allah.
Ketika kita menyebut kata rahim, kita pasti berpikir tentang seorang ibu
yang melahirkan seorang anak. Pikiran kita mengembara ke dalam cinta
yang ibu berikan kepada anak-anak mereka. Tapi jangan berharap sifat
kasih dan sayang Tuhan sama dengan sifat kasih sayang seorang ibu. Kita
harus percaya bahwa cinta Tuhan tidak akan pernah bisa menandingi cinta
seorang ibu. Allah tidak mampu diidentikkan dengan apa pun di alam,
watak, atau perbuatan. Rahmat cinta Tuhan tak terbatas,

3. Al-Malik (Maha Merajai)


Al Malik artinya Allah Subhanahu wa Ta’ala berkuasa atas segala sesuatu baik
dalam hal memerintah maupun melarang. Al Malik juga bermakna memiliki
sesuatu. Segala sesuatu butuh kepada Allah sedangkan Allah tidak
membutuhkan segala sesuatu.

4. As-Shomad (Maha Dibutuhkan)


As-Samad menunjukkan bahwa Dialah tempat menggantungkan semua
harapan, tempat bergatung seluruh makhluk, dan menjadi tumpuan di setiap
keadaan. Dengan nama As-Samad, Allah telah menunjukkan kesempurnaan
sifat-Nya.

5. Al-Rozak (Maha Pemberi Rezki)


Asmaul Husna Ar-Razzaq dapat dimaknai bahwa Allah SWT satu-satunya Zat
yang menciptakan rezeki beserta sebab-sebabnya.

MATERI 6
PERUBAHAN AKIDAH YANG DILAKUKAN RASULULLAH SAW DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM KONTEKS KEHIDUPAN KEKINIAN

Rasulullah SAW adalah sosok yang wajib bagi umat islam untuk diteladani,
karena dia merupakan uswah atau teladan terbaik dalam segala aspek.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. ” (QS al-Ahzab
[33]:21) Imam Syaukani berkata, ini adalah dalil wajibnya bagi seluruh umat
islam untuk meneladani beliau dalam beraqidah, beramal dan sebagainya.
Berikut ini adalah gambaran umum metode perubahan yang ditempuh oleh
Rasulullah SAW dalam mengubah masyarakat Arab dari masyarakat
Jahiliyyah menjadi masyarakat Islam.

Rasulullah SAW telah mendapatkan wahyu dari Allah SWT yang mengatur
semua perkara. Metode untuk menyebarkan ideologi tersebut adalah
menegakkan negara Islam. Inilah tujuan perubahan yang diusung oleh Rasul
dan para sahabat. Menyebarkan dan merubah sebuah ideology atau akidah
bukan perkara yang mudah.

Kelompok yang membawa ideologi yang diyakini anggota atau jamaahnya


serta berupaya membawanya di tengah kehidupan masyarakat ,tidak lain
merupakan definisi partai politik. Dengan demikian kelompok Rasul saat itu
adalah berbentuk partai politik. Rasulullah juga mengirim sahabatnya
sebagai utusan untuk mengajari Alquran dan akidah kepada orang-orang
yang baru masuk Islam. Dalam proses ini Rasulullah SAW memfokuskan
pemurnian akidah, serta menjelaskan kebatilan akidah yang dipraktekkan
masyarakat Arab dan menanamkan kebenaran akidah Islam.

Di sinilah proses yang paling berat dan menentukan ,sebab Rasulullah SAW
dan para sahabat tidak hanya berhadapan dengan akidah yang rusak,
namun juga resistensi dari kaum Quraisy sebagai penganutnya. Kegigihan
rasul dalam merubah akidah terhadap kaum Quraisy tersebut gencar
dilakukan meski harus menerima perlakuan yang kejam dari mereka.
Rasulullah SAW tidak sekadar mendakwahi masyarakat biasa, namun pada
saat yang sama juga secara aktif melakukan berbagai pendekatan kepada
kepala - kepala suku Arab di masa itu, termasuk pembesar Quraisy. Setelah
mendapatkan dukungan dari suku Auz dan Khazraj, Rasulullah SAW
kemudian mengutus Mus`ab untuk mempersiapkan masyarakat Madinah
sebagai negara berakidah Islamiyyah.

Setalah masyarakat Madinah dianggap siap, maka rasul dan sahabat –


sahabatnya hijrah ke Madinah, sekaligus menjadi awal tegaknya negara
Islam. Penerapan akidah islamiyyah secara menyeluruh di madinah adalah
bukti keberhasilan Nabi dalam merubah akidah penyembahan berhala
menjadi akidah murni penyembahan kepada Rabb semesta alam yang Haq.
Inilah beberapa metode yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam rangka
menegakkan akidah Islamiyyah. Namun perubahan yang dikehendaki bukan
sekadar perubahan figure, namun juga perubahan yang disertai ketundukan
masyarakat dari sistem kapitalisme kepada akidah Islam.

Maka siapa yang berjuang (untuk melurus agama) mereka dengan


tangannya, dia adalah mukmin. Dan barang siapa yang berjuang dengan
lidahnya, maka ia adalah mukmin. Dan barangsiapa berjuang dengan
hatinya, maka ia adalah mukmin. Perubahan yang benar adalah dengan
menuntun kepada aqidah islamiyyah.

Aqidah islamiyyah mempunyai peran besar dalam menciptakan


ketenteraman dan keharmonisan pada kehidupan masyarakat. Aqidah
Islam telah behasil menghadirkan tonggak-tonggak yang mensejahterakan
dan adil. Dalam keadaan demikian, kehidupan masyarakat hanya akan
merupakan kumpulan keluhan dan daftar kesengsaraan. Dan kemerdekaan
jiwa itu hanya dilahirkan dari aqidah yang benar.

Penanaman kebebasan jiwa dilakukan oleh Islam dengan menegaskan


bahwa manusia harus terbebas dari peribadatan, kepatuhan dan loyalitas
kepada selain Allah; bahwa tidak seorang pun yang memiliki kekuasaan
menghidupkan dan mematikan selain Allah; bahwa sumber rezeki dan yang
menentukan kepada siapa rezeki itu diberikan hanyalah Allah; serta, bahwa
hanya Allah pula yang memberikan keselamatan dan bahaya (madharat).

Anda mungkin juga menyukai