Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Aspek-aspek ajaran islam


DOSEN PENGAMPU : Dulkalim,M.Pd.I
KELAS PJKR 1B

KELOMPOK 1

- DENDY OKTAVIANANDO KHAEGIN


- FIQRI NUR FABDI ABDILLAH
- AQIL MUBAROK
- UCI SUBAGJA
- DIDI RIWANTO
- SRI YANTI
- RUSDI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Jaman seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan- permasalahan yang


terjadi dalam praktek ibadah seorang muslim. Salah satu permasalahan yang kian menjamur
adalah menyangkut praktek dasar ajaranIslam. Dasar ajaran Islam yang terdiri dari akidah,
syari’ah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya. Sudah banyak orang yang
melakukan ibadah namun hanya untuk di pamerkan kepada orang lain, padahal itu sangat
bertentangan dengan ajaran islam yang dimana apabila seseorang ingin beribadah, maka
niatkan ibadah itu untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Itulah yang menjadikan suatu
perbuatan yang seharusnya mendapat ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-
siaan karena tidak dilakukan semata-mata karena Allah. Melihat hal tersebut, kami
bermaksud untuk mengingatkan dan menegaskan kembali komposisi dasar dari ajaran
agama islam, yaituAkidah, Akhlak dan Syariah.

Tidak hanya membahas komposisi dasar ajaran agama islam, disinikami juga
membahas perbedaan paham yang terjadi dikalangan umat muslim,dimana dengan
perbedaaan tersebut sering terjadi permusuhan. Jadi kami,ingin meluruskan cara
menghadapi perbedaan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Aspek Akidah?

2. Apa Pengertian Aspek Syariah?

3. Apa Pengertian Aspek Akhlaq?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Aspek Akidah.

2. Untuk Mengetahui Aspek Syariah.

3. Untuk Mengetahui Aspek Akhlaq.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Akidah
1. Pengertian Akidah

Akidah adalah keyakinan atau keimanan yang mengikat hati seseorang terhadap
sesuatu yang diyakini dan diimani selama hidupnya. Dalam berakidah tidak boleh setengah
hati tetapi harus meyakini dengan sepenuh hati tanpa ada keraguan sedikitpun didalam
hatinya.

Pengertian Aqidah Menurut Para Ahli Ulama:

a. Pengertian Aqidah Menurut Hasan al-Banna


Menjelaskan bahwa aqidah adalah perkara yang harus dan wajib untuk diyakini oleh
hati seseorang. hal tersebut menyangkut tentang ketentraman hati dan jiwa dan
tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya.
b. Pengertian Aqidah Menurut Imam Al-Ghazali
Beliau menerangkan bahwa aqidah telah tumbuh dalam jiwa seseorang, maka orang
tersebut akan merasa bahwa hanya Allah swt lah yang penguasa seluruh alam
semesta, dan semua yang ada di dalamnya hanyalah makhluk belaka.
c. Pengertian Aqidah Menurut Abdullah Azzam
Menurut beliau, aqidah merupakan iman dengan semua rukun-rukunnya, yang di
maksud adalah rukun iman yang berjumlah 6 rukun,yaitu kepercayaan akan adanya
Allah SWT, malaikat-malaikat Allah,kitab-kitab Allah, Nabi-Nabi Allah, hari akhir,
serta qadha dan qadar.
d. Pengertian Aqidah Menurut Ibnu Taimiyah
Dalam bukunya yang berjudul "aqidah al-wasithiyah" beliau menerangkan bahwa
aqidah adalah suatu perkara dalam hati dan jiwa yang harus di benarkan dan di
luruskan agar menjadi tenang, tentram tanpa ada keraguan apapun di dalamnya.
e. Pengertian Aqidah Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Menurut beliau, aqidah merupakan kebenaran yang dapat di terima oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. semua kebenaran tersebut terpatri dalam hati
manusia dan di yakini kesahihannya secara pasti.

2. Rukun Iman

Rukun iman juga berkaitan dengan akidah. Karena tentang keimanannya terhadap
rukun-rukun iman dan peranannya dalam kehidupan beragama. Rukun iman yang
berupa keimanan kepada Allah dan para rasul, para malaikat,kitab-kitab yang
diturunkan pada rasul-rasul,hari akhir, dan qadha’ dan qodar.
a. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah yaitu percaya dengan sepenuh hati akan
kebesaran yang dimiliki Allah, mengikuti petunjuk Allah yang terdapat dalam
Al-Qur’an, mengerjakan apa yang telah diperintahkan sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan hadits. Dampak positif sekalipun manfaat iman
kepada Allah yaitu mendorong seseorang untuk bertakwa kepada Allah
dengan menyadari adanya Allah bawasannya Allah selalu mengawasi segala
perbuatan kita, menimbulkan kekuatan batin, ketabahan, keberanian,serta
saling menghargai sesama manusia,mendatangkan rasa tentram, aman, dan
damai.
b. Iman Kepada Malaikat
Malaikat mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan ijin Allah,
malaikat senantiasa bertasbih, bertunduk, serta patuh terhadapAllah. Tugas
tugas Malaikat, Malaikat Jibril betugas menyampaikan wahyu, Malaikat
Mikail bertugas memberi rejeki kepada makhluk Allah, Malaikat Israfil
bertugas meniup sangkakala, Malaikat Izra’il bertugas mencabut nyawa,
Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga,Malaikat Malik bertugas menjaga
neraka, Malaikat Raqib dan Atid bertugas mencatat amal perbuatan
manusia, Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyai manusia didalam
alam kubur. Manfaat iman kepada malaikat yaitu dapat mendorong
seseorang untuk selalu bersikap baik, berhati-hati dalam berperilaku,
menjadi seseorangmerasa nyaman dan tentram dalam menjalankan
hidupnya.
c. Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti meyakini dengan sepenuh
hati bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitabnya kepada rasulnya
yang berisi tentang aturan-aturan Allah. Manfaat beriman kepada kitab-
kitab Allah yaitu mendidik umat islam untuk bersikap toleran terhadap
pemeluk agama lain, memberikan keyakinan kepada umat islam bahwa Al-
Qur’an merupakan kitab penerus dan pelengkap terhadap semua kitab
sebelumnya.
d. d.Iman Kepada Para Nabi dan Rasul
Iman kepada para Nabi dan Rasul berarti percaya bahwa Allah telah
memilih para Nabi dan Rasul untuk bertugas menyampaikan segala wahyu
yang diterima dari Allah kepada umat manusia. Sifat-sifat para Nabi yaitu
Shiddiq artinya benar dan jujur dalam berkata, Amanah artinya terpercaya ,
Tabligh artinya menyampaikan segala wahyu/amanat Allah, Fathanah
artinya cerdas, pandai, dan bijaksana. Manfaat iman kepada para Nabi dan
para Rasul yaitu menjadikan seseorang muslim untuk bersikap toleran
terhadap pemeluk agama lain, memberi keyakinan kepada orang muslim
bahwa semua Nabi dan Rasul mempunyai misi suci yang sama.

e. Iman Kepada Hari Kiamat


Iman kepada hari kiamat atau hari akhir berarti percaya semua akan
mati yang kemudian akan dibangkitkan kembali. Kiamat dibagi menjadi dua
yaitu kiamat sugra yang artinya kiamat kecil seperti bencana, dan kiamat
kubra artinya kiamat besar yaitu lenyapnya seluruh alam semesta. Tanda-
tanda kecil hari kiamat yaitu banyaknya jumlah wanita disbanding laki-laki,
penghianatan dianggap berjasa atau pahlawan , penyalah gunaan jabatan ,
perzinaan dan minuman keras merajalela. Tanda-tanda besar hari kiamat
diantaranya yaitu keluarnya dajjal, nabi isa turun ke bumi untuk mengoreksi
kesalahan doktrin agama Kristen, bintang yang misterius sekali keluar dari
bumi, matahari terbit dari arah barat kitabsuci Al-Qur’an lenyap dari muka
bumi. Hikmah iman pada hari akhiryaitu berperilaku baik,menjaga diri dan
senantiasa taat kepada Allah.
f. Iman Kepada Qadar atau Takdir
Beriman pada qadar atau takdir berarti percaya bahwa Allah itulah
yang menjadikan makhluknya dengan kodrat (kekuasaan),iradat(kehendak),
dan hikmahnya (kebijaksanaan), dan juga percaya bahwa Allah mempunyai
beberapa sunnah/hukum dalam menciptakan makhluknya. Iman kepada
qadla’ dan qadar tidak berarti membuat manusia untuk pasif atau menyerah
terhadap keadaan yang dihadapinya tanpa adanya usaha ,tanpa adanya
untuk mengubah nasibnya menjadi yang lebih baik lagi sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Karena dalam salah satu firman Allah telah ditegaskan
bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa hingga bangsa itu
sendiri mau mengubah nasibnya. Manfaat iman kepada qadla’ dan qadar
yaitu dapat mendorong seseorang untuk bersikap berani dalam menegakkan
keadilan dan kebenaran, dan dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan
pikiran pada diri seseorang.

B.Aspek Syariah
Istilah syariah dalam konteks kajian hukum islam lebih menggambarkan
kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri’. Maka dari
itu ada baiknya jika sebelum kita memaparkan tentang syariah terlebih dahulu
memaparkan apa itu tasyri’. Kata tasyri’ adalah bentuk mashdar dari syarra’a, ya
ng berarti menciptakan dan menetapkan syariah. Sedangkan istilah ulama fiqih
bermakna “menetapkan norma -norma hukum untuk menata kehidupan manusia
baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, maupun dengan
manusia lainnya”. Pada dasarnya Allah SWT-lah yang memiliki wewenang untuk
menetapkan hukum tersebut, karena Dia adalah pencipta umat manusia dan
segenap Makhluk-Nya yang lain, sementara norma-norma hukum tersebut
merupakan ketentuan yang mengatur kehidupan mereka. Dan para Rasul-lah yang
diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan dan menerangkan norma-norma hukum
tersebut kepada manusia. Akan tetapi, karena pernyataan- pernyataan eksplisit Al-
Qur’an itu banyak yang mujmal, umum dan merupakan respond yuridis terhadap
produk-produk kultur manusia, sementara penjelasan-penjelasan Al-Sunnah juga
terkait dengan zaman dan lingkungan tertentu, maka untuk beberapa hal perlu
kajian-kajian ijtihadi sebagai penjelasan lebih lanjut terhadap tuntutan nash, serta
jawaban terhadap berbagai persoalan yang belum tersentuh oleh kedua sumber
hukum tersebut.
Oleh karena itu, para ulama membagi tasyri’ menjadi dua, yaitu
tasyri’samawi (ilahy) dan tasyri’ wadh’i. Yang di maksud dengan tasyri’ samawi
(ilahy) adalah penetapan hukum yang dilakukan langsung oleh Allah danRasul-Nya
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat abadi dan
tidak bisa berubah, karena hanya Allah SWT-lah yang bisa mengubah semua
ketentuan-ketentuan tersebut, manusia hanya bisa mengamalkan dari ketentuan-
ketentuan Allah tersebut. Sedangkan maksud dari tasyri’ wadh’i adalah penentuan
hukum yang dilakukan oleh para mujtahid, baik mujtahid mustambith maupun
muthabiq. Ketentuan-ketentuan dari kajian mereka itu tidak abadi dan dapat
berubah, karena merupakan hasil manusia biasa yang jauh dari kata kesempurnna
dalam melakukan sesuatu termasuk dalam mengkji ketentuan-ketentuan tersebut.
Kajian ketentuan-ketentuan hukum jenis kedua ini, meskipun kajian manusia dapat
tetapdi katakan syariah apabila kiblat dari kajian tersbut adalah Al-Quran dan Al-
Sunnah.
Berpindah ke syariah. Kata syariah menurut bahasa adalah jalan tempat
keluarnya air untuk diminum”. Lalu bangsa Arab mengartikan kalimat tersebut untuk
konotasi jalan yang lurus. Dan pada saat itu dipakai dalam pembahasan hukum jadi
bermakna “segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya,
sebagai jalan lurus untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
Menurut Manna’ Al-Qathan istilah syariah itu mencakup aspek akidah dan
akhlak selain aspek hukum.Sebagaimna yang telah dikatakan “segala ketentuan
Allah yang disyariatkan bagi hamba-hamba- Nya”. Dengan pengertian ini, Manna’ Al-
Qhatan ingin membedakan antara syariah sebagai ajaran yang langsung dari Allah
SWT dengan perundang-undangan hasil pemikiran manusia. Namun dia
mengidentikkan syariah dengan agama.
Sejalan dengan ini, Faruq Nabhan juga berpendapat bahwa syariah itu
mencakup aspek akidah, akhlak, dan amaliah. Namun menurutnya, istilah syariah itu
terkadang terkonotasi fiqh, yaitu pada norma-norma amaliah beserta implikasi
kajiannya.
Muhammad Shaltout memberikan pengertian tentang syariah juga,yang
mana menurut Mahmud Shalout syariah itu adalah ketentuan-ketentuanyang
ditetapkan Allah SWT atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut, untuk
dijadikan pegangan oleh umat manusia baik dalam hubungannya dengan Allah SWT,
dengan umat manusia lainnya, orang islam dengan non-muslim, dengan alam
maupun dalam menata kehidupan ini.

Mahmud Shaltout berpendapat lebih jauh bahwa aspek akidah tidak


termasuk pada pembahasan dan kajian syariah karena akidah menurutnya
merupakan landasan bagi tumbuh di berkembangnya syariah, sedangkan syariah
adalah sesuatu yang harus tumbuh di atas aqidah tersebut.
Pengertian yang dikemukakan Shaltout ini dapat mewakili dua jenis syariah,
yaitu ketentuan-ketentuan yang diturunkan serta dikeluarkan olehAllah SWT dan
Rasul-Nya, serta norma-norma hukum hasil kajian para ulama mujtahid, baik melalui
qiyas maupun maslahah. Dan pengertian itu juga membatasi syariah pada aspek
hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam/lingkungan sosialnya.
Aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT disebut
ibadah, sementara aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain, alam dan lingkungannya disebut muamalah.

C.Aspek Akhlaq
1. Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluk, yag artinya budi pekerti, peringai, tingkah laku atau
tabiat.Kesamaan akar kata seperti ini mengisyaratkan bahwa salam akhlak tercakup
pengerian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (tuhan) dengan perilaku
makhluk(manusia).
2. Secara terminologis, ada beberapa definisi tentang akhlak, antara lain:
a. Menurut al ghazali:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
b. Menurut Ibrahim anis:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang buruk dengannya
lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan
c. Menurut abd al-kharim zaidan:
Akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya
baik atau buruk . Ketiga definisi tersebut sepakat menyatakan bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia , shingga ia akan muncul secara
spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan
terlebih dahulu.
Disamping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral.Akhlak standartnya
adalah Al- Qur’an dan hadist nabi, etika standartnya pertimbangan akal pikiran,
dan moral standartnya adat kebiasaan yangumum berlaku dimasyarakat.
3. Beberapa madzhab akhlak

Para pakar akhlak sejak dahulu tidak sependapat dalam persoalan sumber yang
mendorong munculnya akhlak atau ukuran untuk menentukan baik dan buruk,
sehingga memunculkan beberapa madzhab atau pendapat,.

a. Adat istiadat
Setiap suku bangsa atau bangsa mempunyai adat istiadat dan aturan-
aturan yang diharapkan munculnya kebaikan jika diikuti sehingga mereka
mendidik anak-anak mereka untuk tunduk pada adat itu. Sebagian pakar
berpendapat bahwa adat istiadat itulah yang menjadi parameter akhlak atau
sebagian ukuran baik dan buruk.
b. Manfaat materi
Sebagian pakar berpendapat bahwa manfaat materi adalah sebagai
parameter akhlak. Pendapat ini sangat berbahaya bagi terjalinnya hubungan
kemasyarakatan, baik antar individu, individu dengan masyarakat, bahkan antar
masyarakat.
c. Hedonisme/kesenangan
Bahagia adalah tujuan akhir dari hidup manusia. Mereka mengartikan
bahagia dengan kelezatan dan sepi dari penderitaan.
d. Egoistic hedonisme
Mazhab ini menyatakan bahwa manusia itu hendaknya mencari sebesar
besarnya kelezatan untuk dirinya sendiri. Mazhab ini memiliki kelemahan, yaitu
pengikutnya menjadi orang yang bersifat angkuh,tidak melihat dalam segala
perbuatannya kecuali dirinya sendiri dan ia tidak peduli apakah perbuatannya
mengakibatkan orang lain hidup atau mati. Universitalic hedonisme, Paham ini
menghendaki agar manusia itu mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya
untuk sesama manusia, bahkan segala makhluk yang berperasaan.
e. Moderat
Madzhab ini yang paling banyak tersebar dan banyak pula pengaruhnya
terhadap para peneliti dan pelajar, sejak aristoteles meletakkan ukuran akhlak
dengan mengatakan bahwa prinsip kemuliaan ialah pertengahan diantara dua
sisi.

BAB III
PENUTUP

A.Keimpulan
Pokok-pokok ajaran islam terdiri dari 3 hal, yaitu: Aqidah, Syariah dan Akhlak. 3
pokok ajaran islam tersebut adalah 3 hal dasar yang wajib kita pegang teguh dan kita tanam
dalam diri kita sebagai umat islam. Kita sebagai umat islam yang bukan islam KTP harus
benar-benar paham dan mengerti dengan 3 hal dasar tersebut. Umat islam yang dikatakan
paham dan mengerti dengan 3 pokok ajaran islam tersebut apabila bisa langsung
mengamalkan apa yang ada dalam 3 hal pokok tersebut. Apabila 3 pokok ajaran islam itu
sudah benar-benar tertanam dalam diri kita sebagai umat manusia, maka ketika kita
bertemu dengan paham- paham yang begitu banyak dengan membawa-bawa nama islam,
kita tidak gampang goyah, karena kita sudah menjadi umat islam yang bukan islam KTP. Kita
dapat mengetahui dengan jelas bahwa mana paham yang benar(sesuai dengan ajaran islam)
dan mana paham yang salah (tidak sesuai dengan ajaran islam)

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al-Karim Zaidan, Ushul al-Dakwah,Baghdad: Jam’iyyah al-Amani, 1976.

Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulum al -Din Cet. III, Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

Dr. H. Abudinnata, Metodologi Studi Islam, Cet.VIII, Jakarta:Raja Grafindo

persada, 2003.

Ibrahim Anis, al- Mu’jam al -Wasith, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1972.

Jamaluddin bin Muhammad al-Afriqi, Lisan al-arab, Jilid I Beirut: Dar al-Shhadir,

t.th.

Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal li-Tassyri’ al-Islami (Beirut : Dar al-

Qalam, 1981.

Muhammad Musthafa Abu al-‘Ula, Hadist al-Islam,Mesir: tp., 1958.

Mahmud Syaltut, Al- Islam ‘Aqidah wa Syariah, Cet.VI, Beirut: Dar al-Syuruq,

1972.

Nurseri Hasnah Nasution,Filsafat Dakwah, Palembang, IAIN Raden Fatah Press,

2005.

Zainal dzamari, Islam Aqidah dan Syari’ah, Cet.I; Jakarta:Raja Grafindo persada,

1996.

Anda mungkin juga menyukai