Semua yang terkait dengan rukun iman tersebut sudah disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-
Baqarah ayat 285:
1
yang artinya:
Rasulullah telah beriman kepada apa Yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga
orang-orang Yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan
Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara
seorang Dengan Yang lain Rasul-rasulnya". mereka berkata lagi: Kami dengar dan Kami taat
(Kami pohonkan) keampunanMu Wahai Tuhan kami, dan kepadamu jualah tempat kembali".
2. Meningkatkan kualitas aqidah islam
2
Ciri-ciri orang yang akidahnya tidak berkualitas sebagai berikut:
1. Akidah yang diketahui hanya sekedar pengetahuan bisa dengantidak menerapkan dalam
kehidupan
2. Selalu mendasarkan hidup kepada keuntungan saja. Apabila akidah islam tidak
menguntungkan maka di tinggalkan
3. Hanya bis meyalahi nasib dan tidak berpikir untuk berusaha
4. Bersikap munafik
Metode ini dilakakun untuk meniru atau mencontoh orang-orang yang patut untuk di
teladani. Dalam hal ini teladan dari emua umat islam adalah Nbi Muhammad SAW.
Karena beliaulah yang mempunya akidah islam yang sempurna. Kualitas akidahnya
tidak diragukan lagi karena Nabi Muhammad SAW. Yang membawa ajaran islam
menjadi rahmatan lil’alamin.
Metode ini melihat segala perbuatan dengan sebab akibat, karena apa yang kita lakukan
pasti ada akibatnya. Begitulah realisasi dari metode al wa’ad wa al wa’id, yaitu sebuah
janji dan ancaman. Secara tidak langsung segala perbuatan kita dilakukan dengan
mempertimbangkan akibat yang akan terjadi. Oleh karena itu, Allah SWT. Memberikan
janji tetntang balasan kepada semua orang yang telah diperbuatnya.
C. Metode Munaqasah wa mujadalah (diskusi dan berdebat)
Metode ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang akidah atau ilmu agama lainnya
yang dapat menambah kualitas akidah kita. Dengan berdiskusi wawasan kita tentang akidah
islam pasti akan bertambah dengan adanya bukti-bukti dari kebenaran akidah islam maka
kualitas akidah kita dapat bertambah baik.
BAB II
BERTAUHID
1. Pengertian tauhid
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di
tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:
“Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar
dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami
bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang
shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai
satu-satunya sesembahan saja.
Banyak para ulama yang mendefinisikkan tentang arti tauhid. Berikut ini merupakan salah satu pendapat ulam
tentang tauhid:
1. Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah memaparkan bahwa kata “tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina)
yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’.
Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, “tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi
kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-
Mufid, 1:5)
2. Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini
dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal
kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun
yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu
dan tandingan bagi-Nya.
3. Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan
antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). “La ilaha” adalah
penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah
itsbat/penetapan, maksudnya: kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhihat Al-
Kasyifat, hlm. 49)
4
2. Nama-nama lain ilmu tauhid
Ilmu tauhid memiliki beberapa sebutan antara lain sebagai berikut
A. Ilmu ushuluddin
Ushuluddin berasal dari dua kata, ushul dan ad-din. Ushul merupakan bentuk plural dari kata ashl yang berarti:
asal, pokok, dasar, fundamen. Sedangkan ad-din berarti agama. Jadi, perkataan Ushuluddin menurut bahasa
berarti pokok-pokok atau dasar-dasar agama.
B. Ilmu 'Aqoid/'Aqoidul-Iman
Kata 'Aqoid berasal dari bahasa Arab, bentuk plural dari kata 'aqidah, berasal dari
kata al-'aqdu yang berarti mengikat sesuatu. Namun, yang dimaksud dengan 'aqidah disini
adalah sesuatu yang diimani oleh seseorang ()مايدين به االنسان.
dapun guna mempelajari ilmu Aqo'id adalah untuk membetulkan dan meneguhkan iman manusia kepada Tuhan
Allah SWT. Iman yang benar akan mengesahkan segala amal ibadah seperti, sholat, puasa, zakat, haji dan lain-
lain. Dan surga menjadi pahala balasan di akhirat nanti. Namun jika iman seseorang tidak dalam posisi yang
benar, maka semua amal itu akan sia-sia. Dan di akhirat nanti neraka sebagai ganjarannya.
C. Ilmu kalam
Kata Kalam berasal dari bahasa Arab sebagai bentuk mashdar dari kata ()كلم – يكلم yang berarti
perkataan atau kata-kata. Secara bahasa dapat berarti ilmu tentang kata-kata.
lmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas zat dan sifat Allah SWT beserta eksistensi
semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah
mati yang berlandaskan doktrin Islma. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu
ketuhanan secara filosofis
Sedangkan mengenai kenapa dinamakan dengan Ilmu Kalam, yaitu dikarenakan:
- Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak lepas daripada dalil-dalil akal yang
sesuai dengan logika, dimana penampilannya melalui perkataan (kalam) yang jitu dan tepat.
Ahli-ahli Ilmu Kalam adalah orang-orang yang ahli dalam berbicara, ahli dalam
mengemukakan argumentasi dalam persoalan yang dibahasnya.
- Persoalan yang terpenting dan ramai dibicarakan serta diperbincangkan pada masa-masa
pertama Islam, terutama di awal pertumbuhan Ilmu Kalam ialah firman Allah SWT (kalam
Allah SWT) yaitu al-Qur'an. Apakah kalam Allah SWT itu qodim atau hadis.
D. Ilmu illahiah
Ilmu tauhid juga dikenal dengan sebutan ilmu ilahiah, karana yang menjadi obyek utama ilmu
ini pada dasarnya adalah masalah ketuhanan. Ilmu tauhid juga disebut dengan teologi. Kata
Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "theos" yang berarti Tuhan dan "logos" yang
berarti ilmu. Oleh karena itu teologi bermakna ilmu tentang tuhan atau ilmu tentang
ketuhanan. Kata Teologi Islam digunakan oleh penulis-penulis ataupun orientalis barat untuk
menyebut Ilmu Tauhid
Sebenarnya Ilmu Teologi Islam ini pengertiannya sama dengan Ilmu Tauhid. Hanya saja, kata
inilah yang sering digunakan oleh penulis ataupun para orientalis barat..
5
3. Ruang lingkup tauhid
Pokok-pokok pembahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu tauhid meliputi tiga hal sebagai
berikut:
1. Ma’rifat al-mabda’ yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang penciptaan alam
yaitu Allah SWT. Hal ini sering diartikan dengan wujud sempurna, wujud mutlak
atau wajibul wujud
2. Ma’rifat al-watsiqah yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang para utusan Allah
SWT. Yang menjadi utusan dan perantara Allah SWT. Dengan umat manusia dengan
meyampaikan ajaran-ajarannya, tentang kitab kitab Allah yang dibawa oleh para utusannya
dan tentang para malaikatnya
3. Ma’rifat al-ma’ad yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya kehidupan abadi
setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ihwal yang ada didalamnya.
1. Tauhid Uluhiah
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan
niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, qurban, raja‘ (pengharapan), takut,
tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inaabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah
inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
ِ ولََق ْد بع ْثنَا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة رسواًل أ َِن ْاعب ُدوا اللَّه و
َ ُاجتَنبُوا الطَّاغ
وت ْ ََ ُ َُ ََ َ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36).
2. Tauhid Rububiyah Yaitu mengesakan
Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang
menciptakan segenap makhluk. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
)62( اللَّهُ َخالِ ُق ُك ِّل َش ْي ٍء
6
3. Tauhid Mulkiah
Ialah keyakinan bahwa Allah yang menguasai alam semesta dan hanya allah yang mengetahuianya.
4. Tauhid rahmaniah
Ialah keyakinan bahwa semua pemberian atau ketentuan yang dibuat untuk kita adalah hanya allah yang
memberinya dan hanya allah lah yang bekehendak
5. Tauhid al asma wa al sifat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an
dan Sunnah RasulNya shallallaahu ‘alaihi wa salam menurut apa yang pantas bagi Allah subhannahu wa
ta’ala, tanpa ta’wiil dan ta’thiil, tanpa takyiif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah subhannahu wa ta’ala:
ِ الس ِميع الْب
]11/صريُ [الشورى ِِ ِ
َ ُ َّ س َكمثْله َش ْيءٌ َو ُه َو
َ لَْي
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).
7
8
BAB III
Menjandi Hamba Allah yang berakhlak
1. Pengertian akhlak
Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” ( ) خلوقsecara bahasa kata ini
memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika,
karakter, kepribadian, moral dll. timbang”.
Menurut istilah Akhlak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung pengertian
sebagai suatu budi pekerti atau kelakuan. Jika diurai secara bahasa, akhlak berasal dari
rangkaian huruf kha-la-qa yang berarti menciptakan. Dalam Islam, pengertian
akhlak adalah suatu perilaku yang menghubungkan antara Allah SWT dan makhlukNya.
Akhlak menyangkut kondisi internal, suasana batin seseorang sebagai individu.
4. Penerapan akhlak
BAB IV
Induk-induk akhlak terpuji
1. Ruang Lingkup Akhlak Terpuji
Menurut Muhammad Abdullah Daraz dalam kitabnya dustur al-akhlaq fi al-Islami membagi
ruang lingkup akhlak menjadi 5 bagian :
1. Akhlak pribadi (al-akhlaq al-fardiyyah) meliputi sesuatu yang diperintahkan, dilarang,
diperbolehkan dan dalam keadaan darurat.
2. Akhlak berkeluarga (al-akhlaq al-lisariyah) meliputi kewajiban timbal balik antara orang
tua dan anak, suami dan isteri serta terhadap saudara kerabat.
3. Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtamiyyah) meliputi sesuatu yang dilarang, yang
diperintahkan, dan kaidah-kaidah adat.
4. Akhlak bernegara (al-akhlaq ad-dauliyah) meliputi hubungan antara pemimpin dan
rakyat.
5. Akhlak beragama (al-akhlaq ad-diniyyah) yang dimaksudkan adalah kewajiban manusia
terhadap Allah.
A. Qanaah()قناعه
Secara bahasa (Etimoogi), Qanaah artinya cukup, secara istilah (Terminologi) artinya
masa cukup dengan apa yang di miliki dan menjauhkan diri dari sifat
ketidakpuasan/kekurangan.
Orang yang memilki sifat Qanaah akan senantiasa merasa tentram dan merasa
berkecukupan apa yang dimilikinya selama ini dan yakin hakikat kaya atau miskin tidak
diukur dari banyak dan sedikitnya harta, akan tetapi terletak kepada hatinya untuk menerima
dan mensyukuri segala karunia dari Allah SWT, Rasulullah bersabda:
ِ ض َول ِك َّن ْال ِغنَى ِغنَى النَّ ْف
س ِ ْْس ْال ِغنَى ع َْن َك ْث َر ِة ْال َعر
َ لَي
Artinya: bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.
“(HR. Bukhari Muslim).
11
12
B. Iffah
secara bahasa, ‘iffah adalah menahan. Adapun secara istilah adalah ; menahan diri
sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian, seorang yang ‘afif
adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya
cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya.
Fungsi :
a. Meraih pahala yang besar di akherat.
b. Mendapatkan ketenangan hati dan kenikmatan besar di dunia.
c. Memberi jalan keluar dari kesukaran dan kesulitan.
C. Syajaah
menurut bahasa syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah syajaah adalah keteguhan hati
kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara bijaksana dan
terpuji. Jadi syaja’ah adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan di lakukan dengan
penuh pertimbangan.
contoh :
D. Adalah (adil)
A’dholah (adil) adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. adil
merupakan suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak
ada yang kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi yang lainnya.
Fungsi :
1. Mereka yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan akhirat.
2. Apabila orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya.
3. Mendapat keridhaan dari Allah SWT.
4. Mereka yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia.
5. Mereka yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun akhirat.
6. Keadilan merupakan jalan menuju surga.
E. Istiqomah
istiqamah berarti teguh pendirian berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenaranya menurut Allah SWT dan
tidak berubah dalam keadaan bagaimanapun. Sikap istiqamah ini sangat baik dimiliki orang yang beriman
karena akan diberi ketenangan hidup, hilang rasa takut, sedih, petus asa dalam keadaan bagaimanapun,
Rasullullah menjelaskan tentang istiqamah sebagai berikut:
ِ يا رسو َل : ُق ْلت : الث َق ِفي ر ِضي اهلل عْنه قَ َال
اهلل قُل يِل يِف ِ ِ ِ
ْ ُْ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ َّ أَيِب َع ْمَر َة ُس ْفيَا ُن بْ ِن َعْبد اهلل : َوقْي َل،َع ْن أَيِب َع ْمرو
استَ ِق ْم ِ
ْ َّت بِاهلل مُث
ُ قُ ْل َآمْن : قَ َال . َحداً َغْيَر َك ْ اْ ِإل ْسالَِم َق ْوالً الَ أ
َ َسأ َُل َعْنهُ أ
Artinya: “dari Ibnu Amr r.a katanya, aku berkata : “ hai rasulullah, katakanlah padaku tentang Islam,
sesuatu perkataan yang aku tidak menanyakan lagi kepada seseorang selain engkau, nabi
bersabda: “katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah. (HR. Muslim).
F. Tasamuh
secara bahasa tasamuh berarti toleransi, tenggang rasa atau saling menghargai, secara istilah
tasamuh artinya suatu sikap yang senantiasa saling menghargai antar sesama manusia.
Didalam hidup bermasyarakat akan menemui berbagai macam perbedaan, diataranya suku
bangsa, warna kulit, bahasa, ide, agama dan lain-lain, yang menuntut kita untuk tetap
menjaga persatuan , kerukunan, hormat menghormati, karena kita merupakan makluk Allah
dan yang membedakan antara individu satu dengan yang lainya adalah taqwanya,
Jalinan toleransi untuk sesama muslim merupakan suatu kewajiban yang terikat tali
aqidah yang sama, sebagaimana dijelaskan oleh hadist:
حت حيسب لئ حيه م حيب لنفسه احلسنه ياء كل$اليؤ من احدكم
Artinya: “tidak sempurna iman seseorang diantara kamu,sehingga mencintai saudaranya sebagaimana
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
G. Sabar
Sabar adalah tahan menderita untuk menghadapi yang tidak disenangi dengan penuh ridha
dan menyerahkan diri kepada Allah. Orang yang sabar dalam berbagai keadaan akan tetap
tenang, selalau ingat Allah dan berserah diri kepada-Nya. Orang yang tabah akan tahan
menderita kalau terkena musibah, tidak lekas putus asa dalam menunaikan kewajiban serta
meraih cita-cita
Macam-macam sabar
1. Sabar dalam ketaatan ( الصبر على الطا عه ) adalah: sabar dalam usaha untuk melaksanakan
ketaatan kepada allah SWT, bagaimanapun keadaanya tetap istiqamah didalam ketaatan
kepada allah dan menjahui segala yang dilarang Allah serta menjahui segala tipu daya syetan.
2. Sabar dalam meninggalkan maksiyat ( )الصبر على المعصيةketahanan diri untuk menghindarkan
diri dari segala bentuk maksiyat yang akan mendatangkan murka Allah dan akan merugi
didunia dan akhirat.
3. Sabar dalam musibah, sebagai orang yang beriaman musibah merupakan ujian keimanan,
jika musibah disikapi dengan tidak iklas dan tawakal kepadaAllah , maka justru akan
membuat jauh dari Allah dan menjadi negative kepada Allah, oleh karena itu segala musibah
harus diterima dengan sabar, tawkal dan iklas yang akan mengangkat derajat keimanan yang
lebih tinggi.
13
14
BAB V
Induk-induk akhlak tercela
1. Definisi akhlak tercela
Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik pun bisa
menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara melakukannya
dengan cara tidak baik.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak tercela.
Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan
seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang
nyatakan dalam beberapa keterangan.
1. Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti
seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”
2. Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat atau ingin
dipuji orang lain.
Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya
haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang
mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
15
Cara menghindari sifat tabzir :
- Memiliki keinginan yang kuat untuk membina kepribadian istri dan anak-anaknya.
- Selalu memikirkan dan merenungkan realita kehidupan manusia pada umumnya dan kaum
muslimin khususnya.
- Memikirkan dan merenungkan akibat dan bahaya tabzir.
- Tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang tabzir.
D. Fitnah
Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan suatu
perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut tidak
melakukan perbuatan yang dituduhkan. Maka perilaku tersebut disebut memfitnah. Allah
SWT berfirman:
Artinya:’’ Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.’’
F. Takabur
Takabbur adalah: merasa paling mulia (serba bisa, paling hebat), adapun secara istilah yaitu
menetapkan sesuatu pada dirinya terhadap segala sifat yang baik dan luhur karena memiliki
harta yang banyak atau ilmu yang tinggi.Dari pengertian diatas, takabbur dapat diartikan
merasa atau menganggap diri besar dan tinggi yang disebabkan oleh adanya kebaikan atau
kesempurnaan pada dirinya, baik berupa harta, ilmu atau yang lainnya.
16
17
BAB VI
Alangkah bahagianya jika kita bersyukur,qana’ah,ridha dan sabar
1. Syukur
A. Pengertian syukur
Syukur berarti berterima kasih kepada Allah SWT. Sedangkan dalam KBI berarti ucapan dari
perasaan senang, bahagia, melegakan ketika mengalami suatu tindakan, ucapan, perasaan
senang, bahagia lega atas nikmat yang telah di rasakan, di dapatkan, dari Allah SWT.
Banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT. Yang apabila kita coba
menghitungnya pasti tidak bisa mengetahui jumlahnya.
Allah telah memerintahkan syukur atas nikmat yang telah di berikan.
B. Macam-macam syukur
1. Syukur Menggunakan lisan..
Syuku mrnggunakan lisan adalah sukur yang di wujudkan dengan cara memuji keagungan
Allah SWT secara lisan, syukur seperti ini harus dilakukan ketika kita baru mendapat
kebaikan ataupun keburukan..
Contohnya, mengucapkan allhamdulillah setelah menyelesaikan suatu masalah..
3. Syukur
Menggunakan Hati..
Syukur menggunakan hari adalah syukur dengan memperbaiki dan membersihkan hati dan
tingkah laku setelah diberikan kebaikan ataupun cobaan oleh Allah SWT..
Contohnya, menjauhkan rasa sombong kepada diri kita apabila kita di anugerahi kekayaan
oleh Allah SWT, atau menjadi pribadi yang lebih rajin belajar apabila kita mendapatkan
prestasi yang baik di sekolah..
Syukur ada banyak cara melakukannya, tergantung dari kemampuan dan kebisaan kita untuk
melakukannya, contohnya ada orang yang melakukan sujud syukur kepada Allah SWT
setelah di luluskan dari ujian..
2. Qanaah
A. Pengertian
Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah
dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut
berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang
kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada terhingga. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita
wajib bersyukur kepada-Nya.
Sifat qanaah tidak membuat orang mudah putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt, baik
berupa ketakutan, kelaparan, bencana, maupun kekurangan harta benda. Akan tetapi, mereka akan tetap bersabar
menerima ujian tersebut dan tidak patah semangat untuk menjalani kehidupannya kembali.
Orang yang memiliki sifat qanaah merasa cukup dengan apa yang dia dapatkan meskipun sedikit. Dengan
demikian, hati kita bisa menjadi tenang dan jauh dari sifat ketamakan. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad
saw, yang menjelaskan bahwa seseorang yang dapat melaksanakan hidup dengan sifat qanaah, maka ia termasuk
orang-orang yang beruntung.
B. Perilaku qanaah
Diantara beberapa contoh yang mencerminkan sifat qanaah adalah sebagai berikut :
* Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang diberikan Allah Swt.
* Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah Swt.
* Bekerja keras dan tetap optimis.
* Tidak berlebih-lebihan artinya membelanjakan harta sesuai kebutuhan.
18
C. Manfaat qanaah
Manfaat qanaah dalam kehidupan pribadi
Dalam kehidupan pribadi setiap muslim, sifat qanaah dapat memberikan manfaat sebagai
berikut,
BAB VII
Ayo kita hormati orang tua dan guru kita
1. Adab terhadap orang tua
Kalau kita amati di dalam kitab suci al-quraan bahwa perintah berbakti kepada ibu dan bapak
bergandengan dengan menyembah allah. Seperti firman allah swt. Berikut ini:
Ada beberapa hal yang di tegaskan oleh allah swt. Dalam ayat ini yaitu:
a. Agar manusia tidak menyembah atau beribadah kepada tuhan selain Allah swt. Termasuk
larangan mempercayai ada kekuatan lain yang mempengaruhi dan menguasai jiwa dan raga
selain yang datang dari allah swt.
b. Agar manusia berbuat baik (ihsan) kepada ibu dan bapak. Perintah berbuat baik kepada orang
tua disampaikan oleh Allah bersamaan atau sesudah perintah beribadah hanya kepada hanya
kepada allah.
c. Nikmat yang diterima manusia paling banyak datangnya dari Allah SWT. Kemudian nikmat
yang diterima oleh orang tua. Oleh karena itu kewajiban anak adalah berterimakasih kepada
orang tua. Bentul terima kasih tersebut adalah dengan cara berbuat baik kepada beliau berdua
d. Apabila seseoarang diantara kedua orang tuanya atau kedua-keduanya telah berumur lanjut
sehingga mengalami kelemahan jasmani sehingga tidak bisa lagi mencari nafkah, meraka
harus hidup bersama anak-anaknya agar mendapatkan nafkah dan perhatian. Oleh karena itu
anak wajib memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Bahkan secara khusus dalam
ayat tersebut menegaskan anak tidak boleh berkata kasar seperti berkata “ah” dan sejenisnya
serta tidak boleh membentaknya
22
Bagaiman cara berbakti kepada orang tua? Berikut dipaparkan bagaimana prinsip-prinsip
dasar berbakti kepada orang tua, yaitu:
a. Hendaklah kita selalu tunduk dan patuh kepada orang tua dalam segala hal yang baik-baik.
Apabila keduanya berada dalam kekafiran (belum beragama islam) dan keduanya
memerintahkan untuk keluar dari agama islam, atau memerintah suatu perbuatan syirik, kita
wajib tidak mengikuti keduanya.
أ َِنِ صالُهُ يِف َع َامنْي ِصينا اإلنْسا َن بِوالِدي ِه مَح لَْته أ ُُّمه وهنا علَى وه ٍن وف
َ َ ْ َ َ ً ْ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َو َو
اه َد َاك َعلى أَ ْن تُ ْش ِر َك يِب َما ج ن
ْ ِ
إو ) ١٤ ( ري صِ ك إِيَلَّ الْم $ يد ِا ْش ُكر يِل ولِوال
ََ َ ُ َ َ َ
ْ ََ ْ
يل َم ْن ِع َسب$ْ ِالد ْنيَا َم ْعروفًا واتَّب
ُّ ِ ك بِِه ِعْلم فَال تُ ِطعهما وص
احْب ُهما يِف َ َس ل
َ َ ُ َ َ َ َُْ ٌ َ لَْي
)١٥( م مِب َا ُكْنتُ ْم َت ْع َملُو َن$ْ اب إِيَلَّ مُثَّ إِيَلَّ َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأَُنبِّئُ ُك
َ َأَن
Terjemah Surat Luqman Ayat 14-15
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Kudan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu,
maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
b. Kita dilarang berkata kasar membentak misalnya berkata hus/ah dan kata kata sejenisnya. Yang termasuk
ungkapan yang tidak baik. Firman allah swt:
dari mereka telah tua, janganlah kamu berkata kepada keduanya dengan perkataan “ ah “ dan
jangalah engkau gertak mereka tetapi ucapkanlah kepada mereka dengan kata – kata yang
sopan lagi lembut” (QS. Al-Isra’[17]:23)
23
2. Adab terhadap guru
Di antara adab-adab yang telah disepakati para ulama’ dalam menuntut ilmu adalah adab
murid kepada gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya
memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan khalifah,
orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408)
Berikut ini beberapa adab yang selayaknya dimiliki oleh penuntut ilmu ketika menimba ilmu
kepada gurunya.
1. Memuliakan guru
Memuliakan orang yang berilmu termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يَرْ َح ْم
ِ َص ِغي َرنَا َوي ُِج َّل َكبِي َرنَا َوي
«ف لِ َعالِ ِمنَا َ »لَي
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak
menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad
5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya
dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan
yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil
manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari
gurunya tersebut” (Al-Majmu’ 1/84).
2. Mendo’akan kebaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َحتَّى يَعلَ َم أن قَد َكافَ ْئتُ ُموه،َُو َم ْن أَتَى إِل ْي ُكم َمعْروفا ً فَ َكافِئُوه فَإِ ْن لَ ْم ت َِجدوا فَا ْدعُوا لَه
“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak
bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan
balasan yang setimpal.” (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, lihat as-Shohihah 254)
Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang masa.
Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’ hal.
91).
24
3. Rendah diri kepada guru
Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada
seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.” (Tadzkirah Sami’ hal. 88)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan kemuliaan dan kedudukannya yang agung, beliau
mengambil tali kekang unta Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu seraya berkata: “Demikianlah kita diperintah
untuk berbuat baik kepada ulama.” (As-Syifa, 2/608)
4. Mencontoh akhlaknya
Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan
ibadahnya. (Tadzkirah Sami’ hal. 86)
Imam as-Sam’ani rahimahullah menceritakan bahwa majelis Imam Ahmad bin Hanbal dihadiri lima ribu orang.
Lima ratus orang menulis, sedangkan selainnya hanya ingin melihat dan meniru adab dan akhlak Imam Ahmad.
(Siyar AlamNubala, 11/316)
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bersikap selaku murid terhadap gurunya.
Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut,
1. Menghormati dan menghargainya. Hal ini sebagaimana pengamalan atas
sabda Rasulullah SAW. “Bukan dari golongan kami mereka yangtidak
menghormati yang tua, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengetahuihak
orang yang alim” (Shahih Jami’)
2. Tidak mencari-cari kelemahan dankesalahannya.
3. Tidak menggibahnya (membicarakannyadengan yang dia tidak senangi),
bahkanmembelanya ketika digibah orang lain.
4. Mendoakannya dari kejauhan semoga diberi pahala atas ilmu yang sudah ia
ajarkan.
5. Mengambil manfaat dari kebaikan sang guru,dan tidak mencontohnya jika
berbuat salah
6. Menisbatkan ilmu yang ia ajarkan kepadanya; karena hal itu mengangkat
kedudukannya di mata manusia
7. Menjaga adab berbicara dan diskus idengannya.
25
BAB VIII
Kisak keteladan nabi yusuf
1. Yusuf ‘Alaihissalam Bermimpi
Pada suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan. Ia bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya. Ketika ia bangun, maka ia langsung
mendatangi ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung
memahami takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka ayahnya segera
mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan
akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu. Yusuf pun menaati saran
ayahnya.
2. Saudara-saudara Yusuf Berniat Buruk Kepada Yusuf
Nabi Ya’qub ‘alaihissalam sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat saudara-saudaranya merasa iri
dengannya. Mereka pun berkumpul untuk membuat makar kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan
kasih sayang itu beralih kepada mereka.
Salah seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau membuangnya ke tempat yang jauh
agar perhatian ayahnya hanya tertumpah kepada mereka saja, setelah itu mereka bertobat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi di antara mereka ada yang menolak usulan dibunuhnya Yusuf, ia hanya
mengusulkan agar Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang berada jauh agar nanti ditemukan oleh kafilah yang
lewat, lalu mereka mengambil dan menjualnya. Ternyata usulan inilah yang dipandang baik dan diterima
mereka. Dengan demikian, kesimpulan kesepakatan mereka adalah hendaknya Yusuf diasingkan dan dijauhkan
dari tengah-tengah mereka.
Mulailah mereka berpikir bagaimana caranya agar rencana mereka itu dapat terlaksana dengan baik. Setelah itu,
mereka pun menemukan caranya. Mereka pun datang kepada ayah mereka dan berkata, “Wahai ayah kami, apa
sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
menginginkan kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-
senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.”
26
Nabi Ya’qub berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf sangat menyedihkanku dan aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kamu lengah darinya.”
Mereka menjawab, “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya
kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi.” (QS. Yusuf: 11-14)
3. Yusuf Dimasukkan ke Dalam Sumur
Maka pada pagi hari, mereka keluar membawa Yusuf ke gurun sambil menggembala kambing-kambing mereka.
Setelah mereka berada jauh dari ayah mereka, maka mulailah mereka melakukan rencana itu, mereka berjalan
hingga tiba di sumur, lalu mereka melepas baju Yusuf dan melempar Yusuf ke dalamnya. Ketika itu, Allah
mewahyukan kepada Yusuf, “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini,
sedang mereka tidak ingat lagi.” (QS. Yusuf: 15)
Setelah mereka berhasil memasukkan Yusuf ke sumur, maka mereka berpikir kembali tentang apa yang akan
mereka katakan nanti di hadapan ayah mereka ketika ayahnya bertanya tentang Yusuf, hingga akhirnya mereka
sepakat untuk mengatakan bahwa seekor serigala memakannya, dan untuk menguatkan pernyataan mereka itu,
mereka sembelih seekor kambing lalu darahnya mereka lumuri ke baju Yusuf.
Di malam hari, mereka pulang menemui ayahnya dalam keadaan pura-pura menangis. Nabi Ya’qub pun melihat
mereka dan ternyata Yusuf tidak ada di tengah-tengah mereka, lalu mereka memberitahukan secara dusta,
bahwa ketika mereka pergi untuk pergi berlomba-lomba dan mereka tinggalkan Yusuf di dekat barang-
barangnya, lalu Yusuf dimakan serigala. Selanjutnya mereka mengeluarkan gamisnya yang berlumuran darah
untuk menguatkan pernyataan mereka.
Tetapi Nabi Ya’qub melihat gamisnya dalam keadaan tidak robek, karena mereka lupa merobeknya, lalu Ya’qub
berkata kepada mereka, “Sungguh aneh serigala ini, mengapa ia bersikap sayang kepada Yusuf, ia
memakannya tanpa merobek pakaiannya.” Maka Ya’qub berkata kepada mereka menerangkan kedustaan
mereka, “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran
yang baik Itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu
ceritakan.” (QS. Yusuf: 18).
27
4. Yusuf Dikeluarkan dari Sumur dan Dibawa ke Mesir
Adapun Yusuf, maka ia tetap berada dalam sumur menunggu adanya orang yang mau menolongnya. Ketika ia
dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang sebuah kafilah yang hendak menuju Mesir, lalu mereka ingin
menambahkan persediaan mereka, kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka ke sumur untuk
membawakan air. Ketika ia menurunkan timbanya, maka Yusuf bergantung kepadanya, lalu orang itu melihat ke
isi sumur, ternyata dilihatnya seorang anak muda yang tampan berpegangan dengannya. Orang ini pun merasa
senang dan memberitahukan kepada kawan-kawannya yang lain, lalu mereka mengeluarkan Yusuf dan
membawanya bersama mereka menuju Mesir untuk dijual.
Pada suatu hari, Al ‘Aziz berkeliling di pasar untuk membeli seorang anak buat dirinya, karena ia tidak punya
anak. Kemudian kafilah itu menawarkan Yusuf kepadanya, lalu raja Al ‘Aziz membelinya dengan harga
beberapa dirham saja.
Kemudian Al Aziz pulang ke istrinya dalam keadaan senang karena membeli seorang anak. Ia juga menyuruh
istrinya memuliakan anak tersebut dan berbuat baik kepadanya, mungkin saja ia dapat bermanfaat bagi
keduanya atau dijadikan sebagai anak angkat. Demikianlah Allah memberikan kekuasaan kepada Yusuf di bumi
sehingga ia hidup di bawah kasih sayang Al ‘Aziz dan pengurusannya.
5. Istri Al Aziz Menggoda Yusuf
Waktu pun berlalu dan Yusuf semakin dewasa, ia tumbuh sebagai pemuda yang kuat dan sangat tampan. Istri Al
‘Aziz selalu memperhatikan Yusuf setiap harinya dan tertarik kepadanya, mulailah ia menampakkan rasa
sukanya melalui isyarat dan sindiran, tetapi Yusuf berpaling darinya dan tidak peduli terhadapnya, maka
mulailah wanita ini berpikir bagaimana caranya agar dapat merayu Yusuf.
Suatu hari, ketika suaminya pergi meninggalkan istana, istrinya memanfaatkan kesempatan itu, ia berhias dan
memakai pakaian yang indah, mengunci pintu rumahnya dan mengajak Yusuf untuk masuk ke kamarnya serta
memintanya melakukan perbuatan keji dengannya.
Akan tetapi Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan sifat ‘iffah (menjaga diri) dan sucinya menolak ajakannya, ia
berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)
28
Lalu Yusuf segera pergi menuju pintu untuk keluar dari tempat itu, namun istri Al ‘Aziz tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, ia segera menarik Yusuf dari belakang untuk menghalanginya keluar dan menahan gamisnya
hingga robek. Tiba-tiba, suaminya yaitu Al Aziz (mentri Mesir) pulang, suasana pun semakin kritis, istri Al
‘Aziz segera meloloskan diri dari keadaan kritis itu di hadapan suaminya dan menuduh Yusuf sebagai orang
yang khianat serta berupaya menzaliminya, ia pun berkata kepada suaminya, “Apakah pembalasan terhadap
orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang
pedih?” (QS. Yusuf: 25)
Terhadap tuduhan itu Nabi Yusuf segera membela diri dan berkata, “Dialah yang merayu diriku.”
Maka suaminya meminta penyelesaian kepada salah seorang keluarganya, lalu aggota keluarga itu berkata tanpa
ragu, “Lihatlah! Jika baju gamisnya koyak di depan, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang
yang dusta.– Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita Itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk
orang-orang yang benar.” (QS. Yusuf: 26-27)
Lalu suaminya menoleh kepada istrinya, dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di
antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.” (QS. Yusuf: 28)
Selanjutnya Al ‘Aziz meminta Yusuf untuk membiarkan masalah ini dan tidak membicarakannya di depan
seorang pun, lalu suaminya meminta istrinya meminta ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahannya.
Penduduk Mesir meskipun mereka menyembah patung, namun mereka tahu bahwa yang dapat mengampuni dan
menyiksa hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya Al ‘Aziz menyuruh istrinya meminta ampun
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Berkumpulnya Wanita-wanita Mesir Atas Undangan Istri Al ‘Aziz
Semua pihak pun sepakat untuk menyembunyikan masalah ini, namun demikian ternyata berita merayunya istri
Al ‘Aziz kepada Yusuf telah tersebar di istana, dan wanita-wanita kota itu pun telah membicarakannya, yakni
bahwa istri Al ‘Aziz menggoda pelayannya, yaitu Yusuf.
Istri Al ‘Aziz pun mengetahui keadaan itu hingga ia marah dan ingin menunjukkan alasan terhadap tindakannya
itu kepada kaum wanita yang membicarakan dirinya, dan bahwa ketampanan Yusuf itulah yang membuat
dirinya melakukan hal itu.
29
Maka istri Al ‘Aziz mengundang kaum wanita kepadanya dan ia telah mempersiapan untuk mereka tempat yang
istimewa, ia juga telah memberikan masing-masing mereka sebilah pisau beserta buahnya, lalu istri Al ‘Aziz
menyuruh Yusuf keluar.
Yusuf pun keluar menuruti perintah majikannya, maka ketika kaum wanita melihatnya, mereka semua terpesona
dengan ketampanannya dan tanpa sadar mereka melukai tangan mereka dengan pisau, sampai-sampai mereka
semua mengira bahwa Yusuf adalah seorang malaikat. Istri Al ‘Aziz pun berkata, “Itulah orang yang kamu cela
aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya
(kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan
kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Yusuf: 32)
7. Yusuf Memilih di Dalam Penjara
Maka kaum wanita pun menerima alasan istri Al ‘Aziz, dan ketika Yusuf melihat keadaan seperti itu, ia berdoa,
“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan
tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)
Hampir saja terjadi fitnah di Madinah karena rasa cinta kaum wanita kepada Yusuf, maka pihak berwenang
memandang bahwa Yusuf perlu dipenjarakan sampai waktu tertentu.
Mereka pun memenjarakan Yusuf dan tinggallah Yusuf di penjara selama beberapa waktu, dan ternyata ada pula
dua orang yang masuk penjara bersamanya, yang satu sebagai tukang roti, sedangkan yang satu lagi tukang
pemberi minum raja. Keduanya melihat akhlak Nabi Yusuf yang begitu mulia dan ibadah yang dilakukannya
yang mengagumkan sehingga keduanya mendatangi Yusuf dan menceritakan mimpi keduanya kepada Yusuf
sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya, “Berkatalah salah seorang di antara keduanya,
“Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku
bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” berikanlah kepada kami
takwinya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).”
(QS. QS. Yusuf: 36)
Maka Nabi Yusuf menakwil mimpi keduanya, namun sebelumnya Nabi Yusuf mengajak mereka beriman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
Selanjutnya, Ia menakwil mimpi mereka berdua, bahwa di antara mereka berdua ada yang akan keluar dari
penjara dan kembali bekerja seperti semula memberi minum kepada raja, sedangkan yang satu lagi akan disalib
dan burung akan memakan kepalanya.
30
Sebelum pemberi minum dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf meminta kepadanya agar menyampaikan
masalah dirinya kepada raja bahwa dia tidaklah bersalah dan bahwa dia dipenjara secara zalim agar Ia
dimaafkan dan dikeluarkan dari penjara, tetapi setan membuat tukang pemberi minum raja ini lupa tidak
menyebutkan masalah Yusuf kepada raja sehingga Yusuf tetap tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Maka
berlalulah waktu dan terjadilah apa yang ditakwikan Yusuf itu terhadap keduanya