PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai
manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman
(mu’min). Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara
dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh
akal manusia
Aqidah adalah dasar, dimana sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan. Apabila
semakin tinggi bangunan yang akan di dirikan, seharusnya semakin kokoh atau kuat
pondasinya. Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan
tanpa pondasi.
Ibadah adalah segala sesuatu yang disukai Allah dan diridloi-Nya, baik berupa perkataan
maupun berupa perbuatan baik terang-terangan maupun tersembunyi (As-Shiddieqy, 2000:
7). Menurut Mas’ud dan Abidin (2000: 17), ibadah berarti penyembahan seorang hamba
terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan jalan tunduk dan merendahkan diri serendah-
rendahnya yang dilakukan secara hati ikhlas menurut tata cara yang ditentukan oleh agama.
2. Indentifikasi Masalah
1) Peranan motivator yang sangat dominan menyebabkan masyarakat kurang aktif dalam
untuk mengetahui kegunaan dan fungsi dari aqidah dan ibadah serta hubungan akqdah
dengan ibadah.
1
2) Belum diterapkannya motivasi kepada masyarakat sekitar untuk memperbaiki aqidah dan
ibadah, sehingga masih banyak masyarakat sekitar yang keimanannya masih rendah atau
lemah dikarenakan kurangnya motivasi dalam beribadah.
3) Keberhasilan yang dilakukan motivator dipengaruhi oleh kemampuan motivator dan
keaktifan masyarakat itu sendiri dalam mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Perumusan Masalah
1) Apa pengertian Aqidah dan Ibadah secara Etimologi dan Terminologi?
2) Apa saja sumber-sumber huku Aqidah dan Ibadah?
3) Bagaimana penerapan motivator dalam beraqidah dan beribadah?
4) Bagaimana hubungan antara aqidah dan beribadah?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aqidah
1. Pengertian Aqidah
Pengertian Aqidah secara Etimologi (Bahasa) menurut KBBI, akidah yang berarti
kepercayaan dasar atau keyakinan pokok. Aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu al
‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat/kokoh, ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat, dan al-ihkaamu
yang artinya mengokohkan atau menetapkan. Jadi, dari pengertian diatas dapat
diambil kesimpulannya bahwa aqidah menurut bahasa adalah kepercayaan atau
keyakinan yang kuat yang terdapat di dalam hati seseorang.
3
Diantaranya adalah Iman kepada; Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat serta Qada' dan Qadar”
e. Menurut Ibnu Tarmiyah, “Aqidah adalah sesuatu yang tertanam dalam
hati. Akan merasa tenang orang yang memilikinya, dan di dalam jiwanya
tidak sedikitpun menaruh prasangka ataupun keraguan.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, aqidah merupakan keyakinan yang terdapat di dalam
hati yang tidak dapat terlihat. Namun kebenarannya sudahlah pasti. Dari pengertian di
atas dapatlah disimpulkan bahwa aqidah itu merupakan satu hal yang sangat fondamental
dalam Islam dan dengan sendirinya dalam kehidupan. Untuk memantapkan uraian ini,
aqidah laksana mesin bagi sebuah mobil yang menggerakkan segala kekuatannya untuk
berjalan. Tanpa mesin, maka mobil itu tak ubahnya seperti benda-benda mati yang lain
yang tidak bisa bergerak dan berjalan. Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan
menanamkan kalimat tauhid La Illaha illa al-Allah (Tiada tuhan selain Allah). Tiada yang
dapat menolong, memberi nikmat kecuali Allah; dan tiada yang dapat mendatangkan
bencana, musibah kecuali Allah. Pendket kata, kebahagiaan dan kesengsaraan hanyalah
dari Allah.
4
Qur’an berarti telah memiliki akidah yang salah. Dasar keyakinan manusia terhadap
allah dan akidah islam terdapat dalam dua kalimat syahadat yang artinya “Aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain allah dan aku bersaksi bahwa Muhamad utusan
allah”
b. Hadits
Hadits adalah segala ucapan, perbuatan, dan taqrir (sikap diam) Nabi Muhamad
SAW. Islam telah menegaskan bahwa hadits sebagai hukum islam yang kedua setelah
Al Qur’an, baik sebagai sumber hukum akidah maupun dalam persoalan hidup.
Adapun alasan hadits digunakan sebagai sumber hukum akidah islam
sebagai berikut:
a. Segala yang diciptakan Rasulullah SAW berdasarkan petunjuk Allah SWT
Firman Allah dalam QS.al-Haqqah : 44-46
﴾ ٤٤﴿ َط ْعنَا ِم ْنهُ ْال َوتِين ِ ﴿َل َ َخذْنَا ِم ْنهُ بِ ْاليَ ِم
َ َ ﴾ ث ُ َّم لَق٤٤﴿ ٤٤﴾ ين َ ض ْاَلَقَا ِوي ِل
َ َولَ ْو تَقَ َّو َل َعلَ ْينَا َب ْع
Artinya :
“Dan sekiranya dia (Muhamad) mengada-adakan sebagian perkataan
atas (nama) Kami, pasti kami pegang dia pada tangan kananya, kemudian
kami potong pembuluh jantungnya.” (QS. Al-Haqqah/69:44-46)
b. Allah menyuruh manusia agar mengikuti kebenaran yang disampaikan
Rasulullah SAW.
Firman Allah dalam QS. Al-Hasyr : 7
Artinya :
“Apa yang diberikan Allah kepada utusan-Nya sebagai pungutan fai’ dari
kaum non muslim (sekitar Madinah), hanya bagi Allah, utusan-Nya, sanak
5
keluarga terdekat, anak-anak yatim, kaum miskin dan pejalan kaki untuk
meuntut ilmu dan beribadat, agar supaya harta yang terkumpul tidak hanya
beredar dikalangan kaum kaya saja di lingkungan kalian.” (QS al-Hasyr:7)
c. Hadits sebagai penjelas beberapa ayat Al Qura’an yang masih bersifat global,
termasuk masalah akidah islam.
Firman Allah dalam QS. An-Nisa:36
Artinya:
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun...” (QS. An-Nisa/4:36)
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti
ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun
tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi
atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja,
bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Akidah dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau
keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan
pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan
peristiwa hari akhir.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
6
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang
lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota
Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu
yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun.
B. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-
‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua
7
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan
merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai
berikut:
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah
seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an
diartikan dengan tauhid.
“Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR Al-
Suyuthi).
Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari
padanya terletak dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi).
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik
pengertian umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:
8
“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-
terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut
dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami
maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), sepertishalat, baik yang berhubungan dengan
anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti
dzikir, dan hati seperti niat. [1]
Abduh menegaskan bahwa ibadah pada hakikatnya adalah sikap tunduk semata-
mata mengangkat dzat yang disembahnya, tidak diketahui dari mana sumbernya dan
kepercayaam terhadap kekuasaan yang ada padanya dan tidak dapat dijangkau
pemahaman dan hakikatnya. Pengertian diatas menunjukkan bahwa ibadah bukan
berarti seseorang yang sangat rindu ingin mengaggungkan dan mematuhi kekasihnya,
sehingga kemauan dirinya menyatu dengan kehendaknya.
Abu A’la Al-Mududi menyatakan bahwa ibadah dari akar’Abd yang artinya
pelayanan dan budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan dan perbudakan,
sedangkan secara terminologinya adalah usaha mengikuti hokum-hukum dan aturan-
aturan Allah dalam menjalankan kehidupan, mulai akil balig sampai meninggal dunia.
Indikasi ibadah ialah kesetiaan, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan
kepada Allah SWT. Serta dilakukan tanpa adanya batasan serta bentuk khas tertentu.
Dasar hukum atau dalil perintah pelaksanaan ibadah adalah nash al-Quran.
Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan perintah kepada hamba
Allah swt untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya sebagai
perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-
hamba-Nya. Aapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan perintah
untuk melaksanakan ibadah tersebut diantaranya sebagai berikut:
9
a. Surat Yasin ayat 60:
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya
kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu”. (Q.S. Yasin: 60)
b. Surat adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.(Q.S. adz-Dzariyat: 56).
Dari ayat di atas, jelaslah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia
semata-mata untuk menyembah-Nya, walaupun sebenarnya Allah tidak berhajat
untuk disembah ataupun dipuja oleh manusia. Allah adalah Maha Sempurna dan
tidak berhajat kepada apapun.
c. Surat an-Nahl ayat 36:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu". Maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”. (Q.S. an-Nahl: 36)
d. Firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25 :
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Q.S. al-Anbiya: 25)
e. Firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 92 :
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama
yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Q.S. al-Anbiya: 92)
10
kewajiban-kewajiban apa saja yang harus dilaksanakannya didalam rangka
mensyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadanya.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya
terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta
dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang
telah ditetapkanya.
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur
dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan
dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang
akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam melakukan
perbuatan dosa.
Pelaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial
yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun social.
13
dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta contoh dan tatacaranya
telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Melakukan sesuatu dalam
ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah berarti melakukan
sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, dan ini sungguh merupakan
perbuatan yang sesat.
Namun dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus diperhatikan sesuai dengan
perkembangan zaman. Di sini lah implikasi dari mu’amaah itu sendiri. Selama tidak ada
larangan secara tegas di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, hal yang dipertimbangkan itu
boleh dilakukan. Hal ini telah diterangkan oleh Rasul dalam sabdanya yang sudah
ditulis di atas. Sebagai contoh adalah dalam kehidupan sehari-hari, pada zaman
hidupnya Rasulullah, masyarakat yang mengadakan perjalanan dari satu tempat ke
tempat lain menggunakan binatang Unta sebagai kendaraan. Akan tetapi hal itu tidak
mungkin sama dalam kehidupan zaman modern ini. Dan karenanya, menggunakan
kendaraan bermotor diperbolehkan karena tidak ada larangan dari Allah dan Rasul-Nya
(tidak tertera larangan yang tegas dalam Al-Qur’an dan Sunnah).
14
baik, adanya motivasi untuk mengerjakan kebaikan didalam kehidupan sehari-hari hanya
untuk mencari ridha Allah Swt serta dapat memperkuat keimanan seseorang. Adapun
motivator dalam pengalaman ibadah dapat diambil dalam kehidupan sehari-hari seperti
dalam pelaksanaan Motivator Islam memiliki banyak hal yang bisa dijadikan motivasi
ibadah diantaranya yaitu:
Dengan meyakini banyaknya pahala dibalik suatu amal, kita akan lebih rajin dalam
beribadah. Seorang karyawan suatu kantor rela pergi setiap pagi dan pulang malam hari
meninggalkan keluarga, kesenangan, rela melaksanakan apapun perintah atasan meskipun
sering kali dia tidak nyaman dalam mengerjakannya, karena dia yakin bahwa di balik
pekerjaannya itu ada reward yang sesuai.
Begitu pula dengan ibadah, jika kita banyak mengetahui fadhoil a'mal (keutamaan-
keutamaan amal) tentu kita akan lebih termotivasi dalam melaksanakan ibadah. Dan balasan
dari Allah tentulah jauh lebih besar. Karena Allah Maha Kaya. Ramadhan adalah bulan
penuh pelipatgandaan dan bonus pahala. Dan besarnya pahala bagi yang beribadah pada
bulan ini menjadi salah satu motivasi terbesar umat Islam dalam menjalankan ibadah. Namun
usainya penawaran pelipatgandaan dan bonus jangan sampai membuat semangat ibadah kita
ikut usai. Karena sesungguhnya masih banyak motivator ibadah lainnya.
Kebutuhan manusia kepada Allah sangatlah banyak bahkan terlalu banyak untuk
dihitung. Dan diantara sekian banyak kebutuhan itu tentu ada kebutuhan yang diprioritaskan.
Alangkah ironisnya jika memiliki banyak kebutuhan sementara kita menjauhkan diri dari
Allah yang Maha memenuhi kebutuhan. Maka hendaknya kita mendekatkan diri kepada
Allah.
15
3. Sadar Akan Banyaknya Dosa (Taubat)
Menyadari banyaknya dosa dapat dijadikan motivator untuk beribadah. Ketika kita
sedang malas beribadah, ingatlah dosa-dosa kita dan renungkanlah betapa durhakanya kita
kepada Allah yang selalu memberikan nikmat kepada kita namun selalu kita balas dengan
kedurhakaan. Yang kita harapkan dari ibadah kita adalah Allah rela mengampuni dosa-dosa
kita.
Sekali-sekali penting juga kita melihat kepada orang yang lebih rendah dari pada kita
dalam aspek apapun. Ini merupakan salah satu trik agar kita sadar bahwa kita mendapatkan
lebih banyak nikmat Allah dari pada orang lain, dan banyaknya nikmat itulah yang kita
syukuri. Ibadah yang kita lakukan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah.
Sebagaimana Rasulullah saw. ketika ditanya tentang mengapa beliau begitu rajin Qiyamul
Layl (menghidupkan malam dengan ibadah) padahal beliau sudah diampuni dosa-dosanya
beliau menjawab "apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur?"
Misalkan kita hanya memiliki kios kecil untuk berdagang, harus kita syukuri karena
banyak orang yang tidak memiliki kios untuk berdagang. Yang tidak memiliki kios pun harus
bersyukur karena masih banyak orang yang tidak bisa berdagang karena sakit. Yang sakit
pun harus bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertobat dan
memperbanyak amal.
Orang yang memiliki penghasilan yang pas-pasan harus bersyukur karena kurang lebih
sebanyak 40 juta rakyat Indonesia yang menganggur. Yang menganggur pun perlu bersyukur
karena tidak ada ikatan dengan pihak lainnya, sehingga dapat memaksimalkan kemampuan
dan waktunya untuk mengembangkan bisnis.
Intinya adalah apapun kondisinya kita harus tetap bersyukur kepada Allah swt dan tidak
ada alasan untuk tidak bersyukur. Syukur selain dapat mendatangkan nikmat yang belum ada
dapat pula meningkatkan nikmat yang sudah ada.
16
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenalkan
adanya Allah SWT dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan kekuasaan-
Na.
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai pondasi. Dimana
seluruh ajaran Islam berada di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan.
Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban
agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang
disampaikan oleh Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw.
Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya Fungsi
ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik mental, dan
menjadikan diri disiplin.Hikmah ibadah adalah menjadikan manusia yang disiplin dan
bertanggungjawab.Keutamaan ibadah adalah untuk mensucikan jiwa dan meningkatkan
derajat manusia dihadapan tuhannya.
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup
ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai
mahluk alam. aqidahlah Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak
berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah
merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. dan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan
17
atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap.
B. Saran
Aqidah merupakan hal yang sangat penting namun sering kali diabaikan. Persoalannya
adalah bagaimana kita ber-aqidah yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Karena dewasa
ini telah banyak bertebaran aqidah yang mengatasnamakan islam namun melenceng dari
tuntunan yang berlaku.
Marilah kita sebagai kaum muslim berintelektual membangun peradaban islam yang
baldatun, toyibatun, warabbun ghofur. Semoga apa yang telah saya sajikan tadi dapat diambil
intisarinya yang kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang
akan datang.
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata
ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ahmad Daud. 1997. Kuliah Aqidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Drs. Atang ABD. Hakim, MA dan Dr. Jain Mubarok. 2000. Metodologi Studi Islam.
Bandung: PT Remaja Pesdakarya.
Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). hal. 6
Hamka. 1982. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas
Kaelany. 2009. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.
Muhaimin, Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. 2015. Studi islam dalam ragam dimensi
dan pendekatan. Jakarta: Prenadamedia group.
Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan. 2000. Kitab Tauhid I . Jakarta: Yayasan Al-
Sofwa.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2004. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Bogor:
Pustaka At-Taqwa.
Zuhairi. Dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
19