Anda di halaman 1dari 9

Aqidah Akhlak

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengatasi masalah kurangnya pemahaman generasi
penerus bangsa mengenai Aqidah, yang dapat menyebabkan munculnya paham-
paham asing dan jaringan teroris di masyarakat. Aqidah merupakan pokok-pokok
keimanan yang ditetapkan oleh Allah dalam ajaran Islam, yang harus diyakini
oleh setiap individu agar layak disebut sebagai orang beriman (mu’min). Dalam
makalah ini, kami menyajikan pengertian Aqidah secara bahasa dan istilah,
menjelaskan sumber-sumber Aqidah yang diperoleh, serta menguraikan fungsi-
fungsi Aqidah sesuai dengan ajaran Islam. Artikel ini juga memberikan gambaran
konsep Aqidah dalam Islam, dengan harapan agar pembaca dapat memahami
secara lebih baik, singkat, dan akurat. Melalui paparan yang komprehensif,
diharapkan pembaca akan mampu menghindari interpretasi yang menyimpang
yang dapat merugikan masyarakat dan mengatasnamakan Aqidah Islam. Dengan
menyoroti aspek-aspek penting, seperti sumber-sumber Aqidah dan konsep
keimanan, makalah ini memberikan landasan yang kuat untuk memahami dan
menjalankan Aqidah sesuai dengan ajaran Islam. Melalui penekanan pada aspek
pemahaman Aqidah, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait ajaran Islam.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang Aqidah, diharapkan dapat
mengurangi fenomena penyebaran paham asing dan jaringan teroris di seluruh
lapisan masyarakat. Makalah ini mengajak pembaca untuk merenungkan esensi
Aqidah sebagai landasan utama dalam keimanan, dengan tujuan membangun
masyarakat yang kokoh dan terhindar dari pemahaman yang menyimpang.
Kata kunci: Akidah, Akhlak, Islam

PENDAHULUAN
Banyaknya paham-paham asing di seluruh lapisan masyarakat umum,
termasuk banyaknya jaringan teroris yang berkembang di sekitar kita terjadi
karena kurangnya pemahaman para generasi penerus bangsa mengenai Aqidah.
Maka dari itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar para pembaca
dapat lebih memahami tentang apa pengertian Aqidah baik secara bahasa maupun
istilah, darimana saja sumber-sumber Aqidah tersebut diperoleh, dan apa saja
fungsi dari Aqidah sesuai dengan ajaran Islam, sehingga tidak terjadi hal-hal yang
menyimpang beratasnamakan Aqidah Islam.
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,
dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai
orang yang beriman (mu’min). Makalah ini merupakan pengetahuan tentang
konsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar

1
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan
akurat. Makalah ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa
saja yang ingin memahami aqidah.

PEMBAHASAN
Pengertian Aqidah secara Etimologi (Bahasa)
a) Menurut KBBI, akidah/aki-dah berarti kepercayaan dasar atau
keyakinan pokok.
b) Aqidah berasal dari bahasa Arab.
 ‫( ْالَع د‬al ‘aqdu) yang berarti ikatan.
 ‫( الَّتوِْثي ق‬at-tautsiiqu) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat/kokoh.
 ‫( اَّلْر ب ط ِب قَّ وة‬ar-rabhtu biquw-wah) yang berarti mengikat dengan
kuat.
 ‫( ْاِ الْ حَ كا م‬al-ihkaamu) yang berarti mengokohkan atau menetapkan.
c) Dari pengertian Aqidah berdasarkan kata di atas, dapat ditarik benang
merah bahwa, aqidah menurut bahasa adalah kepercayaan/keyakinan
yang kuat yang terdapat di dalam hati seseorang. Entah apakah yang ada
dalam keyakinan orang tersebut benar atau justru salah.
d) Dapat disimpulkan bahwa, aqidah merupakan keyakinan yang terdapat
di dalam hati yang tidak dapat terlihat. Namun kebenarannya sudahlah
pasti.
Pengertian Aqidah secara Terminologi (Istilah)
a) Menurut Hasan al-Banna,
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa,menjadi keyakinan yang tidak bercampur
sedikitpun dengan keragu-raguan”
b) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy,
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh

2
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
c) Imam Ghazali,
“Jika dalam diri seseorang telah tumbuh Aqidah pada hatinya, maka mereka akan
menganggap hanya Allah Subhanahu Wata'ala sajalah yang memiliki kuasa atas
segala sesuatu. Sementara segala yang ada hanyalah mahluk.”
d) Menurut Abdullah Azzam,
“Aqidah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya "beriman" berarti
tidak mengingkari adanya enam rukun Iman. Diantaranya adalah Iman kepada;
Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta Qada' dan Qadar”.
e) Menurut Ibnu Taymiyah,
“Aqidah adalah sesuatu yang tertanam dalam hati. Akan merasa tenang orang
yang memilikinya, dan di dalam jiwanya tidak sedikitpun menaruh prasangka
ataupun keraguan”.
f) Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy,
“Adalah kebenaran logis yang mampu diterima manusia melalui akal, wahyu dan
juga fitrahnya. Dan kebenaran tersebut terletak pada hati yang senantiasa akan
menolak dengan tegas jika ada yang bertentangan dengannya.”
g) Aqidah adalah Sebuah perkara yang sifatnya wajib untuk dibenarkan
oleh hati dan jiwa, sehingga orang yang memiliki kebenaran tersebut
akan merasa damai karenanya. Kemudian menjadi suatu kenyataan yang
teguh serta kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Macam-macam sumber Aqidah
1. Al-Qur’an sebagai sumber Aqidah
Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui perantara
malaikat Jibril. Di dalamnya Allah telah menjelaskan segala sesuatu yang telah
dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi
orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-An’am:115.

3
‫َو َتَّم ْت َك ِلَم ُت َر ِّبَك ِص ْد ًقا َو َع ْد اًل ۚ اَل ُم َبِّد َل ِلَك ِلَم اِتِهۚ َو ُهَو الَّسِم يُع اْلَعِليُم‬
“dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan
adil. Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui”.
Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah
menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat penjelasan
atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan
yang dipikulkan diatas pundaknya, termasuk didalamnya perkara aqidah. Allah
menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum aqidah karena Allah mengetahui
kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah
kepada-Nya. Bahkan jika dicermati akan ditemui banyak ayat dalam Al-Qur’an
yang dijelaskan tentang aqidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh
karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah
yang bersumber dari Al-Qur’an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung
dari Rabb manusia, yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.
2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah
Seperti halnya Al-Qur’an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari
Allah SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi maknanya datang darinya.
Rasulullah saw bersabda,
”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluar dari-Nya
kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya” (HR. Abu dawud).
Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar
ditengah umat dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah SAW
dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang
dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit.
Akan tetapi, maha suci Allah yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga
akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu.
Selain melakukan penjagaan terhadap ahli sunnah, Allah telah menjadikan
As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam Agama. Kekuatan As-Sunnah dalam
menetapkan syari’at termasuk perkara aqidah ditegaskan dalam banyak ayat Al-
Qur’an, diantaranya firman Allah dalam QS.An-nisa:59;

4
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah
(Al-Qur’an) dan Rasul (AsSunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian.Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi
seorang muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah dari As-Sunnah
dengan pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah berkata “Allah
memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya”, dengan
mengulangi kata kerja (taatilah) yang menandakan bahwa menaati Rasul wajib
secara independen tanpa harus mencocokkan terlebih dahulu dengan Al-Qur’an,
jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini dikarenakan tidak akan pernah ada
pertentangan antara Qur’an dan Sunnah. Ijma’ Para Ulama Sumber aqidah yang
berasal dari kesepakatan para mujtahid. Umat Muhammad saw setelah beliau
wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu
tentang ilmu tetap juga memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan
ijma’, Allah swt berfirman dalam QS.An-Nisa:115.
‫َو َمْن ُيَش اِق ِق الَّر ُس وَل ِم ْن َبْع ِد َم ا َتَبَنَّي ُهَل اْلُهَد ٰى َو َيَّتِب ْع َغَرْي َس ِبيِل اْلُم ْؤ ِمِنَني ُنَو ِهِّل َم ا َتَو ٰىَّل َو ُنْص ِهِل‬
‫َهَجَمَّن ۖ َو َس اَء ْت َم ِص ًري ا‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
Imam Syafi’i menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil pembolehan
disunnatkannya Ijma’, yaitu diambil dari kalimat “Jalannya orang-orang yang
beriman” yang berarti Ijma’. Beliau juga menambahkan bahwa dalil ini adalah
dalil Syar’I yang wajib untuk diikuti karena Allah menyebutkannya secara
bersamaan dengan larangan menyelisihi Rasul.

5
Di dalam pengambilan Ijma’ terdapat juga beberapa kaidahkaidah penting
yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan
kepada dalil dari Al-Qur’an dan AsSunnah yang shahih karena perkara aqidah
adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui kecuali dengan jalan wahyu.
Sedangkan fungsi Ijma’ adalah menguatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta
menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzani sehingga
menjadi qotha’i.
3. Akal Sehat Manusia
Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber hukum aqidah dalam
Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan akal serta
memberikan haknya sesuai dengan kedudukannya, dengan cara memberikan
batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak terjebak kedalam
pemahamanpemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang
memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa.
Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati bukan
akhir dari segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan aturan-aturan
yang mengakibatkan kesengsaraan abadi (neraka) bagi orang yang tidak
menaatinya. Anda, seperti manusia lain, dengan fitrah Anda akan memperhatikan
hal-hal ini walaupun Anda sebenarnya berpikir bahwa kemungkinan benarnya
kata-kata
tersebut kecil sekali. Sebab, apa yang dikatakan orang tersebut sangat penting dan
bernilai.
Itulah yang mendorong manusia untuk terus mencari dan mengetahui
hakikat mengenai hal tersebut sampai dia mendapatkan hasil yang meyakinkan,
terlepas dari positif atau negatifnya hasil yang dia dapatkan. Agama Islam tidak
membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula membenarkan pelecehan
terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan oleh beberapa
golongan (firqoh) yang menyimpang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan :
“akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan kesempurnaan
beramal dengan keduanyalah ilmu dan dan amal menjadi sempurna, hanya saja

6
ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam jiwa ia berfungsi sebagai sumber
kekuatan, sama seperti kekuatan penglihatan pada mata yang jika
mendapatkannya cahaya Iman dan Al-Qur’an seperti mendapat cahaya matahari
dan api. Tetapi jika berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat)
sesuatu dan jika sama sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur
kebinatangan”.
Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang
perkara-perkara nyata yang memungkinkan panca indra untuk menangkapanya.
Adapun masalah-masalah gaib yang tidak dapat disentuh oleh panca indra maka
tertutup jalan bagi akal untuk sampai pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak/gaib,
seperti akidah tidak dapat diketahui oleh akal kecuali mendapatkan cahaya dan
petunjuk wahyu baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih.
Al-Qur’an dan As-Sunnah menjelaskan bagaimana cara memahami dan
melakukan masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa
menerima surga dan neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan
tetapi melalui penjelasan yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan
dapat diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya.
Macam - macam fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh
pondasi yang dibuat. Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk,
tidak ada bangunan tanpa pondasi. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat
pasti akan melaksanakan ibadah yang tertib dan memiliki akhlak yang mulia.
Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi
dengan aqidah.
Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah
Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi agama
ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku
dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang
dianutnya.Untuk itu signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim dapat
dilihat paling tidak dalam tujuh hal, yaitu:

7
Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam.
Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu
syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan
ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya,
dapat diamalkan di atas keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar,
pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
1. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di
dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di
akhirat.
Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap
kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang
mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, Semua ibadah yang kita
laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak
akan diterima.
2. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari
keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti bid’ah,
khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya,
3. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang
dimiliki manusia sejak lahir.
Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau
non muslim. Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah
menjadi perbincangan serius dikalangan para ahli sejak zaman awal Islam
sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian
mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti Muktazilah,
Asy’ariyah, Murjiah, Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain.
Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya
disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar
itu maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan
semangat peningkatan kualitas hidup seseorang.

KESIMPULAN

8
Menurut Etimologi (Bahasa) Aqidah dapat diartikan sebagai kepercayaan
dasar atau keyakinan pokok. Dan menurut Terminologi (Istilah) Aqidah bisa
dikatakan sebagai keimanan yang terdapat di dalam jiwa. Keberadaannya terikat
dan sangat kokoh. Dan apabila terdapat keraguan atau prasangka, maka tidak
dapat dikatakan sebagai aqidah. Pada hakikatnya aqidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir
kepada manusia untuk mengenalkan adanya Allah SWT dengan memperhatikan
alam sebagai bukti hasil perbuatan kekuasaan-Nya. Dalam keseluruhan bangunan
Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai pondasi.
Dimana seluruh ajaran Islam berada di atasnya. Aqidah merupakan
beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk
menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka
materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah SWT
melalui wahyu kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw. Semoga apa yang kita
sampaikan dapat diterima dan bermanfaat, semoga berguna bagi kehidupan kita
sekarang dan di masa yang akan datang.

Refrensi
https://kbbi.web.id/akidah
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam
http://www.makalah.info/2016/11/pengertian-dan-makna-aqidahislamiyah.html
http://avbahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumbersumber-aqidah-islam.html
https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-aqidahdalam-
islam/

Anda mungkin juga menyukai