Anda di halaman 1dari 17

BAB I

AQIDAH/TAUHID

A. Pengertian Aqidah.

Aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan


yang berarti dimpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah
terbentuk menjadi ‘aqidatan (aqidah)berarti kepercayaan atau keyakinan.
Kaitan antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul
dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian. Makna aqidah secara etimologis ini akan lebih jelas apabila
dikaitkan dengan pengertian terminologisnya, seperti diungkapkan oleh
Hasan al-Banna dalam Majmu’ ar-Rasaail.
“Aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keragu-raguan”( Depag
RI 2001 :101)
Dan dikemukakan pula oleh Abu Bakar Al-Jazairi dalam kitab ‘Aqidah
al-Mukmin:
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu” (Depag RI, 2001,102)
Dari dua pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam memahami aqidah secara lebih tepat dan jelas.
Pertama, setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan
potensi yang dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk mencari dan
menguji kebenaran, sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan
mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia
menempatkan fungsi masing-masing alat tersebut pada posisi yang
sebenarnya.

1|Page
Sejalan dengan hal ini Allah swt. Berfirman
         
      
“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur” (QS.An- Nahl, 16:78)
Dan firman-Nya:
        
          
          
       
    

Artinya: “ Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” ( QS. Al Maidah,5: 15-16)

Kedua, Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan
kesamaran dan keraguan. Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan,
manusia harus memilki ilmu sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan
sepenuh hati setelah mengetahui dalil-dalilnya.

Allah berfirman:
       
         
    
“dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al
Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati
mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi
orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj,22: 54)
Keriga, aqidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada
orang meyakininya. Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara

2|Page
keyakinan lahiriyah dan batiniah. Pertentangan antara kedua hal tersebut akan
melahirkan kemunafikan. Sikap munafik ini akan mendatangkan kegelisahan.
Allah swt. berfirman:
         
 
“di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan
hari kemudian,padahal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.” (QS. Al-Baqarah,2: 8)
        
        
         
         
“ Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya. (dengan shalat) di hadapan
manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka
dalam Keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada
golongan itu (orang-orang kafir). Maka kamu sekali-kali tidak akan
mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.( QS. An Nisa,4: 142-143)

Keempat, apabila seseorang telah meyakini suatu kebenaran, maka


konsekuensinya ia harus sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang
bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya itu.
Pengertian aqidah menurut istilah atau syara’ adalah Aqidah Islam adalah
sesuatu yang dipercayai atau diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai
ajaran Islam dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits (Sunnah
Rasulullah Saw).
Oleh Syekh Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin menyebut bahwa menurut
istilah, aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah swt.dan apa yang
diwajibkannya berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan),
beriman kepadamalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari akhir,
takdir baik dan buruknya. (Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, 2006, 3).

3|Page
Menuurut Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, akidah ialah; Sesuatu yang
dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih
dari padanya.(Hasbi As-Shiddieqy, 1999, 46).
Dalam ensiklopedia Akidah Islam dinyatakan bahwa, dalam Islam akidah
dimaknakan ssebagai keyakinan-keyakinan dasar Islam yang harus diyakini
oleh setiap muslim . Secara umum keyakinan-keyakinan itu terbagi kepada
tiga kelompok, yaitu :
1. Pengenalan terhadap sumber keyakinan (ma`riat al-mabda`), yaitu
keberadaan Allah.
2. Pengenalan terhadap hal-hal yang dijanjikan akan keberadaannya
(ma`rifat al-ma`ad),yaitu keberadaan hari kiamat, surga, neraka. shirat,
mizan, takdir, dll.
3. Pengenalan terhadap penyampai ajaran agama (ma`rifat al-washithah),
yaitu keberadaan nabi dan rasul, kitab-kitab suci dan malaikat.
Ketiga bidang ini harus diyakini keberadaannya, kemudian dinyatakan
dalam bentuk ungkapan dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Karena
itu, akidah atau keimanan memiliki tiga unsur terkait, yaitu; 1).Keyakinan
(tashdiq-pembenaram dalam hati),2).Ungkapan (iqrar- penyebutan pada
lidah), 3).Pengamalan (`amal). (ensiklopedia akidah Islam, 2009,66).
Aqidah Islam meliputi :
1) Percaya adanya Allah dan segala sifat-sifat-Nya dan asma’-Nya.
2) Percaya adanya malaikat-malaikat Allah.
3) Percaya kepada kitab-kitab Allah.
4) Percaya kepada nabi dan rasul-rasul Allah.
5) Percaya kepada hari Akhir dan segala sesuatu yang terjadi pada saat itu.
6) Percaya kepada taqdir (qadha dan qadhar) (Lubis, 2013. 2 )

Dengan demikian bahwa aqidah/ kepercayaan bagi muslim merupakan


suatu yang sangat esensial, mendasar, karena dari situ lahirnya ketenteraman,
optimisme dan semangat hidup. Tidak mungkin seseorang dapat bekerja jika
tidak ada kepercayaa pada dirinya bahwa pekerjaan itu dapat membewanya
kepada tujuan yang ingin dicapainya.

4|Page
Ruang lingkup Aqidah/Tauhid.

Hasan Al-Banna berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan aqidah

Islam meliputi :

1) Ilahiyah

Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah,

seperti wujud, nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah.

2) Nubuah

Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi

dan rasul yang mencakup pembahasan mengenai kitab-kitab Allah,

mukjizat, dan keramat.

3) Ruhaniyah

Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

metafisik seperti: malaikat, jin, iblis, dan ruh

4) Sam’iyah

Yaitu pembahasan segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui sam’i,

yaitu dalil naqli yang berupa al-Qur’an dan As-Sunnah, seperti alam

barzakh, alam akhirat, adzab kubur, tanda-tanda kiamat, dan masalah

surga dan neraka.

Menurut KH.M.T Thahir Abdul Muin, bahwa ruang lingkup kajian

aqidah/tauhid itu adalah penyelidikan, pembahasan tentang sifat-sifat Allah, yang

wajib, mustahil dan yang jaiz, demikian juga sifat-sifat ke-Raulan-Nya sebagai

pembuktian eksistensi dan keesaan Allah swt.

B. Tujuan dan Manfaat Aqidah / Tauhid.

5|Page
Sebahagian manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang

tidak dapat mereka indra. Bagi mereka, apa yang tidak dapat ditangkap

oleh salah satu panca indra itu bererti tidak ada. Sebahagian lagi ada yang

berpendirian bahwa mereka hanya dapat menerima kebenaran sesuatu, bila

hal itu masuk akal. Orang-orang seperti ini hanya mempergunakan akalnya

untuk menerima sesuatu, tanpa melibatkan unsur kepercayaan .

Mereka menyamakan kepercayaan dengan keterbelakangan karena itu

mereka tidak mempercayai pada apa saja yang dianggap tidak rasional.

Padahal pada keyakinan sehari-hari seseorang tidak mungkin melepaskan

dair dari kepercayaan.Misalnya dalam perjalanan, ia mempercayakan

keselamatannya pada sopir atau pilot. Di rumah dia mempercayakan

maskan kepada istrinya. Mempercayakan itu didasari oleh rasa percaya.

Tanpa kepercayaan, hidup ini akan sangat sulit dan repot. Misalnya, semua

calon penumpang bus harus menguji terlebih dahulu kemampuan sopirnya

sebelum naik kenderaan itu. Betapa repot dan sulit.

Dalam kehidupan dunia manusia selalu berhadapan dengan masalah,

dari depan dan belakang, samping kira dan kanan penuh dengan

problematika hidup. Jalan yang ditempuh kadangkala datar, kadang turn

naik. Ia bertemu dengan nikmat dan adakalanya bertemu dengan bencana.

Dalam menghadapi kehidupan yang demikian manusia memerlukan

tempat berpijak yang kokoh berupa iman. Iman hanya ada nila seseorang

itu memiliki aqidah yang kuat. Bila hidup melibatkan aspek aqidah/tauhid,

berarti telah mengikat diri dengan pemilik alam semesta ini, yaitu Allah.

6|Page
Aqidah harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya, setiap

umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah Islam tersebut.

Adapun tujuan aqidah Islam itu adalah :

a. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak

lahir.

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia


cenderung mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam al-Qur’an surah
Al-‘Araf, ayat 172-173 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak Adam dari Sulbi (tulang belakang) mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhdap ruh mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang sedemikian itu)
agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua
kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah
anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah
Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang
sesat dahulu?”. (QS. Al-A’raf/ 7:172-173)

b. Memelihara manusia dari kemusyrikan.

Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntunan yang

jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemungkinan

manusia terperosok ke dalam kemusyrikan selalu terbuka, baik syirik jaly

(terang-terangan) berupa perbautan, maupun syirik khafy (tersembunyi) di

dalam hati. Dengan mempelajari Aqidah Islam manusia akan terpelihara

dari perbuatan syirik.

c. Menghindarkan diri dari pengaruh akal fikiran yang menyesatkan.

Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal

fikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata

didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan mansuai itu

7|Page
sendiri. Oleh sebab itu akal fikiran perlu dibimbing oleh aqidah Islam

agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.

Sementara manfaat aqidah/tauhid itu antara lain:

1. Melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan kebendaan.

Orang yang beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasaan

Allah swt. Kalau Allah hendak memberian pertolongan-Nya, maka

tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan

dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan

manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan;

menghilangkan kepercayaan kepada “kesaktian”benda –benda

keramat; mengikis kepercayaan kepada khurafat, tahyul, dan

sebagainya. Pegangan orang yang beriman dalam hal ini, adalah

firman Allah, QS. Dan bila ditanya kepada kamu siapa yang

menciptakan langit dan bumi, pasti kamu mengatakan Allah.

Katakanlah! Kepada siapa kamu minta tolong selain Allah. Bila Dia

menghendaki kemudratan, siapa yang mampu menolaknya, dan bila

Dia ingin memberikan kemanfaatan, siapa yang mampu

menahannya. Hanya kepada-Nya tempat berserah diri.”

2. Menumbuhkan semangat berani menghadapi maut.

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.

Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan

kebenaran kerena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin

sepenuhnya mengenai soal hidup dan mati merupakan hal yang tak

8|Page
terelakkan. Perinsipnya biarlah mati asalkan dalam keadaan berjuang

di jalan Allah. Firman Allah QS. an-Nisa`/4 ayat, 78, bermakna:” Di

mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu

kendatipun kamu di dalam benteng yang kokoh.”

3. Memunculkan kepecayaan lebih pada diri.

Aqidah dilihat dari aspek kepercayaan yang lebih pada diri sendiri

serta memiliki implikasi terhadap hidupnya. Implikasi dari aqidah itu

antara lain pembentukan sikap diri, misalnya :

1. Penyerahan secara total kepada Allah dengan meniadakan sama

sekali kekuatan dan kekuasaan di luar Allah yang dapat

mendominasi dirinya. Keyakinan ini menumbuhkan jiwa merdeka,

penuh percaya diri ditengah-tengah pergaulan hidupnya, tidak ada

manusia lain yang menjajah manusia. Harkat dan martabat

manusia hanya ditentukan oleh kadar iman dan ketaqwaannya.

Oleh karena itu, Islam tidak mengenal kultus individu dan

perhambaan antara manusia, apalagi perhambaan manusia

terhadap makhluk lainnya. Firman Allah QS.al-Baqarah/2,

ayat,20, bermakna.” Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala

sesuatu.”

2. Keyakinan terhadap Allah, menjadikan orang memiliki keberanian

untuk berbuat , karena tidak ada baginya yang ditakuti selain

melanggar perintah Allah. Keberanian ini menjadikan seseorang

untuk berbicara tentang kebenaran secara lurus dan konsekwen

9|Page
yang tegas berdasarkan aturan-aturan yang jelas diperintah Allah.

Karena baginya kebenaran Allah adalah satu-satunya dan mutlak

sifatnya.Firman Allah, QS. Al-Ankabut/29, ayat, “Dan tatkala

utusan Kami datang kepada nabi Luth, maka dia merasa dukacita

dengan mereka dan dada mereka terasa sempit. Para malaikat

berkata; “Jangan engkau takut dan jangan engkau bersusah

hati”. Sesungguhnya kami menyelamatkan kamu dan keluargamu,

kecuali istrimu, karena dia termasuk orang yang kafir.”

Karena itu umat muslim semestinya menjadi pelopor menegakkan

kebenaran di muka bumi tanpa rasa khuatir dan gelisah.

3. Membentuk rasa optimisme menjalani kehidupan, karena

keyakinan tauhid akan membentuk kepribadian yang luhur dan

mulia, karena mereka yang penuh keyakinannya terpusat kepada

Allah semata tidak akan pernah gelisah, dan mampu melaksanakan

tugasnya dengan penuh percaya diri dan tanggungjawab. Firman

Allah dlam QS. Yusyuf/12, ayat 87. Bermakna” “....dan jangan

kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada

sifat berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir.”

Dengan demikian aqidah dapat membentuk percaya diri dalam

menyikapi hidup dan kehidupannya di dunia dan akhirat. (Muslim

Nurdin dkk.,1993,78).

4. Memberikan ketengan jiwa.

10 | P a g e
Acapkali manusia dilanda masalah sehingga menimbulkan resah dan

susah penuh duka cita, di goncang oleh keraguan dan lebimbangan

hidup, dan tidak sedikit manusia mencari jalan pintas dengan cara

mecari tali atau toli, tali digunakan untuk gantung diri sementara toli

diminum supaya cepat mati. Ironisnya kadang kala Allah tidak

mengizinkan mati. Akhirnya menjadi sejarah hidup yang

menghinakan, akan menjadi beban malu untuk selamanya. QS. ar-

Ra`du/13, ayat 28, bermakna: “ orang-orang yang beriman dan hati

mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah!. Hanya

dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

5. Menumbuhkan ketaqwaan pada Allah.

Taqwa merupakan simbol keagungan dalam kehidupan setiap muslim,

karena dari sekian makhluk ciptaan Allah yang berhak mendapatkan

simbol ketaqwaan ini adalah manusia. Manusia ciptaan Allah juga

bermacam-macam kelompok, ada muslim dan ada engkar alias kafir

dan adapula yang bersifat pura-pura yang sering disebut munafiq. Dari

tiga kelompok ini yang berhak mendapatkan simbol taqwa adalah

orang yang beriman kepada Allah swt. Taqwa merupakan titik

kulminasi keberadaan seorang muslim yang berhak mendapat fasilitas

kehidupannya dunia dan akhirat. Firman Allah pada QS. Bermakna :”

Siapa yang bertaqwa kepada Allah akan Kami beri jalan keluar dari

setiap kesulitan hidup dan Kami beri rezki yang berlimpah dari semua

penjuru yang tidak disangka-sangka.

11 | P a g e
6. Mewujudkan kehidupan yang baik.

Kehidupan manusia yang baik ialah kehidupan orang-orang yang

selalu mengerjakan kebaikan, melakukan perbuatan-perbuatan yang

tetap dalam rida Allah dan manusia mendapatkan manfaat dari

perbuatan tersebut, sehingga kehidupannya langgeng serta suka

bersilaturrahim sesama manusia. QS. An-Nahal/16 ayat 97. Bermakna

:” Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan

Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik

dari apa yang telah mereka kerjakan,:

7. Melahirkan sikap ikhlas dan konsekwen.

Aqidah/tauhid yang merupakan statemen mendapatkan iman hal yang

di dambakan setiap muslim sejati. Karena iman memberikan pengaruh

besar bagi seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pmrih,

kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman akan senantiasa

lonsekwen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya

maupun dengan hatinya. Dan ia selalu berpedoman pada QS. Al-an

`Am/6, ayat, 162. Bermakna: “Katakanlah! Sesungguhnya shalatku,

ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah. Tuhan semesta

alam”.

8. Mendapatkan petunjuk Allah dan keberuntugan.

12 | P a g e
Orang yang beriman akan selalu berjalan pada arah yang benar karena

Allah membimbing dan mengarahkannya kepada tujuan hidup yang

hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang

beruntung dalam hidupnya. QS.Al-Baqarah/2 ayat, 5. Bermakna:

Mereka itulah yang tetap mendapat metunjuk dari Tuhan mereka, dan

merekalah orang-orang yang beruntung.

C. Prinsip-prinsip Aqidah dalam Islam

a. Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan

Aqidah Islam itu bersumber wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw, kemudian diajarkan kepada ummatnya. Jadi, aqidah Islam

itu terkandung di dalam al-Qur’an yang terpelihara kemurniannya dengan

baik.

Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi

Muhammad Saw sendiri, melainkan merupakan ajaran langsung dari Allah

Swt. Firman Allah Swt dalam al-Qur’an Surah An-Najm, ayat 3-4 sebagai

berikut :

          

“ dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa

nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan

(kepadanya). ( QS. An Najm,53: 3 – 4 )

b. Aqidah Islam pada dasarnya tidak berbeda dengan aqidah yang di

ajarkan para nabi/ rasul terdahulu.

13 | P a g e
Allah berfirman dalam al-Qur’an surah As-syura, ayat 13, yang artinya:
“Dialah (Allah) yang telah mensyariatkankepada kamu tentang agama yang
telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isya yaitu: Tegakkanlah agama (keimanan dan
ketaqwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat
bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan
kepada mereka. Allah memilih orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepadanya)”. (QS.
As-Syura/ 42:13)
Dalam surat Al-Anbiya ayat 25 Allah berfirman juga seperti berikut:

            

  

“ dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami

wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan

Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku" ( QS.Al-Anbiya, 21: 25)

Berdasarkan ayat al-Qur’an surat As-Syura, ayat 13 dan surat Al-Anbiya’,

ayat 25 ini benarlah pada dasarnya Aqidah Islam tidak berbeda dengan aqidah

yang diajarkan oleh para nabi/rasul terdahulu.

Perbedaan ajaran para nabi/rasul hanya terletak pada syariat-syariatnya

yang berupa amalan. Perbedaan syariat terjadi, karena adanya perbedaan

situasi, cara berfikir, kondisi yang ada, sesuai dengan cara berfikir masyarakat

pada masanya.

c. Aqidah Islam meluruskan aqidah-aqidah yang telah diselewengkan

Aqidah Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhamad Saw

bukanlah aqidah yang baru atau merombak aqidah yang diajrkan para

nabi/rasul terdahulu. Melainkan hanya meluruskan aqidah-aqidah yang telah

diselewengkan oleh umat terdahulu.

Aqidah yag diselewengkan itu misalnya :

14 | P a g e
1) Penyelewengan aqidah oleh orang-orang Yahudi.

Mereka menuduh Nabi Sulaiman a.s putra Daud a.s menghimpun kitab

yang mengandung sihir dan disimpannya dibawah tahtanya, kemudian

dikeluarkan dan disiarkan. Dalam mengacaukan aqidah Islam (ajaran

Islam) orang-orang Yahudi berusaha menyebarkan sihir yang mereka

anggap berasal dari Nabi Sulaiman a.s. Sebenarnya Nabi Sulaiman a.s

tidak mengajarkan atau mempraktikkan sihir. Beliau tahu perbuatan

seperti itu termasuk mengingkari Tuhan. Karena sihir itu sebenarnya

adalah tipuan dan sulapan yang hanya dilakukan syetan.

Usaha orang yahudi mengacaukan Islam ini dibantah oleh Allah Swt,

sesuai dengan firman-Nya pada surat Al-Baqarah, yang artinya: “Dan

mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan

Sulaiman. Sulaiman tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir.

Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan

kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut”. (QS.

Al-Baqarah/ 2:102)

2) Penyelewengan aqidah, yaitu penyimpangan orang-orang Yahudi.

Orang Yahudi mengingkari Nabi Isa a.s Mereka menuduh Isa a.s anak

zina. Mereka menuduh Maryam melakukan zina dengan seorang yang

bernama Yusuf An-Najjar, sehingga melahirkan Isa putra Maryam.

Tuduhan Yahudi itu dibantah oleh Allah Swt.

Allah berfirman dalam surat Ali-Imran, ayat 59 :

15 | P a g e
            

   

“ Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti

(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah

berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.

(QS.Ali- Imran, 3: 59)

3) Penyelewengan aqidah oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Orang Yahudi dan Nasrani telah mengakui sudah membunuh dan

melakukan penyaliban terhadap Nabi Isa a.s (Al-Masih putra Maryam).

Padahal mereka sebenarnya tidak membunuhnya dan tidak pula

menyalibnya, tetapi yang dibunuh dan disalibkan itu adalah orang yamg

diserupakan dengan Isa Al-Masih bernama Yudas Iskariot bekas

muridnya’.

Firman Allah dalam al-Qur’an, surat An-Nisa’ ayat 157 yang artinya :

“Dan (kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya Kami

telah membunuh Al-Masih Isa Purta Maryam, Rasul Allah”, padahal

mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi yag

mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa, sesungguhnya

mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam

keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu

(siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti prasangka

belaka, mereka tidak yakin telah membunuhnya”. (QS. An-Nisa’/ 4:157)

16 | P a g e
Dari ayat-ayat al-Qur’an di atas jelaslah bahwa Islam datang untuk

meluruskan penyelewengan-penyelewengan aqidah yang dilakukan oleh umat

terdahulu. Islam memberikan informasi dan pengukuhan bahwa Islamlah

yang benar dan wajib dianut dan dipertahankan oleh umat manusia. (Lubis,

2013:7)

D. Hukum mempelajari ilmu Tauhid.

Sebagaimana di sebutkan terdahulu bahwa tauhid itu merupakan


awal/pondasi atau landasan hidup orang yang beragama. Karena orang yang
beragama telah menetapkan arah hidup matinya. Maka pedoman arah hidup
mati itu ingin diketahauinya dengan benar dan baik.
Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardu a`in bagi setiap muslim dan
muslimah sampai betul-betul memiliki keyakinan dan kepastian hati dan akal
bahwa ia telah berada di atas agama yang benar. Sedangkan lebih dari itu
hukumnya fardu kifayah, artinya bahwa dalam setiap kampung wajib ada
seseorang yang faham betul secara detail tentang ilmu tauhid, supaya ada tempat
bertanya dan sekampung itu tidak berdosa. Firman Allah :
“ Maka ketahuilah! Bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang haq), melainkan
Allah, dan mohonlah keampunan dosa, kesalahanmu dari-Nya dan dosa-dosa
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempatmu
dimana berada”. (QS.Muhammad/47; 19).
Syeikhul Islami, Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : “orang-orang
yang mau mentadabburi (memperhatikan) keadaan alam makro dan mikro, akan
mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan
beribadah kepada Allah SWT serta ta`at kepada rasulullah saw.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai