Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AQIDAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN

Kelompok 2:

1. Opin Darmansyah 2210101058


2. Hafidz Afza Nurrohman 2210204008
3. Ahmad Mukhlis Nashrullah 2210103028

INSTITUT AGAMA ISLAM TAZKIA


Kampur Matrikulasi Cilember
Bogor
2022
Bab I

Pendahuluan

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan  ilmu tersebut. Semakin besar
nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling
utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.
Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak
ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-


lengkapnya bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah
bimbing mereka dengan mengutus para Rasul semuanya menyerukan kepada tauhid
agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang
dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang
menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang
merupakan bagian dari kekafiran.

Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat
sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di
sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan
dunia dan akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek
kehidupan keagamaan
seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
BAB I

Pembahasan

A. PENGERTIAN AQIDAH

Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. ‘Aqd berarti juga janji, ikatan
(kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara definisi adalah
suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah
umum yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu-
raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum, tanpa
memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah sesuatu yang
mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang
bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara’ berarti iman kepada Allah,
para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir, serta kepada
qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupun yang buruk.

Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah Rasul.
Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang
datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan
kepada ajaran Islam. Hal ini seperti yang tersebut dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208
yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.”1
Juga dalam surat An-Nahl dijelaskan dala ayat 36 yaitu:
Artinya: Dan sungguhnya kami Telah mengutus  Rasul  pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang

1
Q.S Al-Baqarah : 208
2
Q.S An-Nahl : 36
yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)2
Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan
fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan
dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu
hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga:
Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam


kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas
bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang
mengatur dan mengubah keadaan mereka 2
Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam
semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang
memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-
bintang, dll.

Di nyatakan dalam Al Qur’an:

‫ور‬ ُّ ‫ض َو َج َع َل‬
ِ ‫الظلُ َما‬
َ ُّ‫ت َوالن‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬ َ َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َخل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan
terang” 3

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin,
maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah
kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:

ُ ‫َولَِئ ْن َسَأ ْلتَهُ ْم َم ْن َخلَقَهُ ْم لَيَقُولُ َّن هَّللا‬

2
Al Jadid Kitab Tauhid
3
QS. Al An’am; 1
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang
telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ 4
ُ ‫س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ َّن هَّللا‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ َ َ‫َولَِئ ْن َسَأ ْلتَهُ ْم َم ْن َخل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang
telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya
mereka akan menjawab ‘Allah’ ”.5
Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama
Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian,
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.
Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya
Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-
orang kafir jahiliyah” 6
Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak
dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka
berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin?

Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid
uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang
zhahir maupun batin7
Dalilnya:

ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬


َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوِإيَّا‬
َ ‫ِإيَّا‬
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan”8
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan
maupun perbuatan.

4
QS. Az Zukhruf: 87
5
QS. Al Ankabut 61
6
Minhaj Firqotin Najiyyah
7
Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17
8
QS. Al-Fatihah ayat 5
Apa maksud ‘yang dicintai Allah’?

Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang
dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh,
menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah.
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah  hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah
semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah
kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah
yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya,
mendakwahkan tauhid uluhiyyah.
Allah Ta’ala berfirman:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُكلِّ ُأ َّم ٍة َر ُسواًل َأ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan:
‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” 9
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan
adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya
kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya
Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” 10

Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat
menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki
perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah
untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir
tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap
tauhid uluhiyyah?
Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan
nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an
dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai
yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari
diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil  dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul).

9
Qs An Nahl: 36
10
Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
‫َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْدعُوهُ بِهَا‬
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama-Nya” 11
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna
zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya
‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian
orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di
mana-mana.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa
dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat
wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk
wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah
berfirman yang artinya:
ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬
‫صي ُر‬ َ ‫لَي‬
“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi
Maha Melihat” 12
Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan
maknanya.
Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun
kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’.
Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam
Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya
dengan bahasa Arab yang jelas dipahami.

Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah


mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh
hamba-Nya.

11
QS. Al A’raf: 180
12
QS. Asy Syura: 11)
B. TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM

Aqidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh yaitu :

1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah semata. Karena Dia adalah
pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukan hanya kepadaNya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati
dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini,
Dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan
khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam
pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan
penciptanya lalu rela bahwa dia sebagai tuhan yang mengatur, hakim yang
membuat tasyri’. Oleh karena itu hatinya menerima takdirNya, dadanya lapang
untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada
Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena di antara dasar akidah ini
adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam
tujuan dan perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan
kesempatan beramal baik kecuali, menjauhinya dengan rasa takut dari siksa.
Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan
terhadap seluruh perbuatan, hal ini di jelaskan dalam Al Quran yang bunyinya :
Artinya : dan masing masing orang memperoleh derajat derajat (seimbang)
dengan apa yang di kerjakanya dan Tuhanmu tidak lengah dengan apa yang
mereka kerjakaan 13

C. IMPLEMENTASI AQIDAH DALAM KEHIDUPAN

1. Berpegang Teguh Pada Jalan yang Lurus dan Jauh dari Kesesatan

Beriman kepada Allah dibuktikan tidak hanya melalui ucapan, tetapi juga
perbuatan. Dalam hal ini, wajib hukumnya bagi setiap umat Islam menjalani perintah
Allah dan manjauhi segala larangan-Nya. Setiap bentuk amalan atau ibadah yang
dikerjakan harus sesuai dengan ketentuan dalam Al Qur’an dan Hadits yang shahih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
13
Q.S Al-An’am ayat 152
ُ ‫لَقَ ْد َمنَّ هَّللا ُ َعلَى ا ْل ُمْؤ ِمنِينَ ِإ ْذ َب َع َث ِفي ِه ْم َر‬
ِ ُ‫سوالً ِمنْ َأ ْنف‬
‫س ِه ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آيَاتِ ِه‬

َ‫َاب َوا ْل ِح ْك َمة‬ َ ‫َوِإنْ َكانُوا ِمنْ قَ ْب ُل لَفِي‬


َ ‫ضال ٍل ُمبِي ٍن َويُ َز ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُم ُه ُم ا ْل ِكت‬

“Sungguh, Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur-an) dan al-Hikmah (as-
Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” 14

Bagi setiap hamba yang beriman dan bertakwa, maka insya Allah akan terjaga
dalam lindungan Allah subhanahu wa ta’ala di tengah kehidupan yang berwarna ini.

َ‫الصدُو ِر َو ُهدًى َو َر ْح َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬ ُ َّ‫يَا َأيُّ َها الن‬


ِ ‫اس قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِمنْ َربِّ ُك ْم َو‬
ُّ ‫شفَا ٌء لِ َما فِي‬

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (al-
Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”15

2. Menanamkan Akhlak yang Mulia dalam Diri

Aqidah yang dipelajari dengan benar akan memunculkan kesadaran diri dan
membentuk akhlak yang mulia. Sebab setiap sikap dan perbuatannya akan berdasar
pada Al Qur’an dan As-Sunnah. Pribadi dengan akhlak yang mulia merupakan agen
terbaik untuk membawa kehidupan yang lebih baik. Hubungan akhlak dengan iman
dan ihsan tertuang dalam dalil berikut ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫َأ ْك َم ُل ال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأ ْح‬


‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-
Shahihah no. 284.)

ِ ُ‫س ِن ا ْل ُخل‬
‫ق لَيَ ْبلُ ُغ بِ ِه‬ ْ ‫صا ِح َب ُح‬
َ َّ‫ق َوِإن‬ ْ ‫ان َأ ْثقَ ُل ِمنْ ُح‬
ِ ُ‫س ِن ا ْل ُخل‬ ِ ‫ض ُع فِي ا ْل ِمي َز‬ َ ‫َما ِمنْ ش َْي ٍء يُو‬
َ‫صال ِة‬
َّ ‫ص ْو ِم َوال‬
َّ ‫ب ال‬ِ ‫صا ِح‬ َ َ‫د ََر َجة‬

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat timbangannya dari akhlaq mulia ketika
diletakkan di atas mizan (timbangan amal) dan sungguh pemilik akhlaq mulia akan
mencapai derajat orang yang mengerjakan puasa dan shalat.”16
14
QS. Ali ‘Imraan: 164
15
QS.. Yuunus : 57
16
HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash
Shahihah No. 876)
Kesimpulan

Implementasi Aqidah Islamiah dalam Kehidupan Aqidah memberikan


peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena tanpa aqidah yang benar,
seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai prasangka, yang lama
kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup
kebahagiaan. Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat
ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan. Oleh karena itu, akidah
sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Anda mungkin juga menyukai