Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SUMBER – SUMBER AQIDAH ISLAM

Oleh : Muhammad Abdullah Amin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan.

Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan

di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah

SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-

sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau

mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.

Di samping kita sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan

kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Yang mana manusia harus

mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang
diperintahkan

Allah SWT. Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata, banyak orang yang kini
telah kehilangan hidayah aqidah yang benar, sedangkan mereka sendiri tau

bahwasanya penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan

kesesatan. Karena memang aqidah yang benar merupakan pendorong utama

bagi amal yang bermanfaat. Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan

menjadi mangsa bagi dirinya dari semua materi yang sudah dimiliki.

Maka dari itu, kita harus tau, bahwasanya kita tidak hanya butuh

Kepintaran, tetapi juga sangat membutuhkan kebenaran. Orang pintar itu

banyak, tapi orang benar sulit didapat. Jagalah aqidah, karena dengan Aqidah

perjalanan di dunia yang diibaratkan sebagai jembatan, akan menjadi terarah

untuk menuju ke kehidupan yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Aqidah ?

2. Apa saja Sumber-Sumber dari Aqidah Islam?

C. Kesimpulan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ruang Lingkup Akidah

1. Makna akidah Secara Bahasa :

Akidah bersasal dari kata “Aqd” yang berarti pengikatan. ‫اعتقدت كذا‬

artinya “Saya ber-i’tiqad begini”. Maksudnya, Saya mengikat hati terhadap

hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan,
“Dia mempunyai akidah yang benar”, berarti akidahnya bebas dari keraguan.

Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaranya

kepada sesuatu.

2. Makna akidah secara syar’i :

Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati

dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang

teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Syari’at terbagi menjadi dua, yaitu i’tiqodiyah dan amaliyah. I’tiqodiyah

adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya,

i’tiqod (kepercayaan) terhadap rurbubiyah Alloh dan kewajiban beribadah

kepada-Nya, juga ber-i’tiqad terhadap rukun rukun iman yang lain. Hal ini

disebut Ashliyyah (pokok agama).

Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata sara amal.

Misalnya sholat, zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian

ini disebut far’iyah (cabang agama), karena ia dibangun diatas i’tiqadiyah.

Benar dan rusaknya aamaliyah tergantung dari benar dan rusaknya

i’tiqadiyah. Maka, aqidah yang benar adalah pondasi bagi bangunan agama

serta merupakan syarat syahnya amal, sebagaimana firman Alloh SWT :

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka

hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia


mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”

(Qs.Alkahfi : 110).

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)

yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan

hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

(Qs. Azzumar : 65).

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya.

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih ( dari syirik). . .

(Qs. Azzumar : 2-3).

Ayat – ayat diatas dan yang senada, yang jumlahnya banyak,

menunjukan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik.

Karena itulah, hal pertama yang didakwah kan para rosul kepada ummat nya

adalah menyembah Alloh semata dan meninggalkan segala yang dituhankan

selain Dia, sebagaimana firman-Nya :

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat

(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,

(Qs. Annahl: 36).

Setiap rosul selalu menguacpkan pada awal dakwah nya :

Beribadahlah kepada Alloh, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu

selain-Nya”.. (Qs.Al-A’rof : 59)


Pernyataan tersebut diucapkan oleh nabi Nuh, Hud, Sholih, Shuaib,

dan seluruh Rosul. Selama tiga belas tahun di makkah sesudah di angkat

menjadi rosul, Nabi SAW mengajak manusia kepada tauhid dan penelusuran

akidah, karena hal itu merupakan pondasi bangunan islam. Sehingga para dai

dan pelurus agama pun dalam setiap masa itu telah mengikuti jejak para rosul

dalam berdakwah.

B. Sumber Akidah Islam

Salah satu ciri manhaj (jalan) yang lurus adalah manhaj yang memiliki

kesamaanmashdar (sumber) pengambilan dalil dalam masalah agama,

khususnya masalah-masalah yang berkaitan dengan akidah. Hal ini berlaku

kapan dan dimana pun kaidah tersebut digunakan. Tidak ada kesimpangsiuran

pemahaman akidah pada setiap zaman dalammanhaj tersebut. Dari zaman

Rasulullah saw. hingga zaman sekarang dan sampai kapan pun, prinsip akidah

yang benar tidak pernah berubah.

1. Al-Quran

Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang artinya bacaan. Sebagian ulama
menyebutkan bahwa kata Al-Quran adalah masdar yang di artikan dengan isim
maf’ul, yakni maqru’ artinya sesuatu yang di baca. Maksudnya, Al-qur’an itu
adalah bacaan yang di baca.
Secara istilah, Al-qur’an adalah wahyu Allah SWT yang di turunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, untuk di sampaikan umatnya secara berangsur-angsur
melalui Malaikat Jibril dan membacanya adalah ibadah.

Al-Quran adalah sumber hukum Islam yang pertama. Al-Quran sebagai


sumber hukum dan pedoman hidup umat manusia memiliki beberapa
keistimewaan dan kelebihan di banding dengan kitab-kibat suci lainnya sebagai
berikut :

1. Al-quran memuat ringkasan mengenai ajaran-ajaran tentang ketuhanan yang


pernah tertulis di kitab-kitab lainnya (sebelumnya) seperti Zabur, Taurat dan Injil.

2. Al-quran memuat kalam-kalam Allah yang menjadi pedoman hidup manusia


sepanjang masa.

3. Al-quran adalah sumber ilmu pengetahuan sehingga seluruh fenomena yang


terjadi di alam semesta tidak akan pernah berlawanan dengan apa yang Allah
SWT ciptakan.

4. Al-quran di turunkan oleh Allah SWT, dengan suatu gaya bahasa yang
istimewa, mudah, tidak sulit bagi siapa pun untuk memahaminya dan tidak sulit
pula mengamalkannya, jika disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang
kuat.

Nama-Nama Lain Al-Quran

Al-Quran memiliki nama dan julukan. Hal ini menunjukan kemulian Al-Quran.
Abu al-Ma’ali Syaydzalah menyebutkan Al-Quran memiliki 55 nama, sedangkan
Abu al-Hasan al-Harali menyebut Al-Quran memiliki 90 nama.
Namun menurut Ibn Jazzi al-Killabi, sesungguhnya Al-quran hanya memiliki 4
nama yaitu al-quran (bacaan yang dibaca), al-Kitab (tulisan yang ditulis), al-
Furqan (pembeda), dan al-Zikri (peringatan).

Sedangkan selebihnya sifat (bukan nama) seperti penyifatan Al-quran dengan :


al-Azim (Yang Agung), al-Karim (Yang Mulia), al-Matin ( Yang Kuat), al-Aziz
(Yang Perkasa), al-Majid (Yang Pemurah/Mulia), dan sebagainya.

Adapun nama-nama lain Al-Quran yang umum dikenal sebagai berikut!

Al-Kitab (tulisan yang ditulis)

Al_Furqan (pembeda benar salah)

Al-Hikmah (kebijaksanaan)

Az-Zikr (pemberi peringatan)

Al-Hukm (peraturan/hukum)

Al-Mau’izah (pelajaran/nasihat)

Asy-Syifa (obat/penyembuh)

Ar-Rahmat (karunia)

Al-Huda (petunjuk)

Ar-ruh (ruh)

Al-Bayan (penerang)

Al-Kalam (ucapan/firman)

Al-Busyra (kabar gembira)

An-Nur (cahaya)

Al-Basa’ir (pedoman)
Al-Balag (penyampaian/kabar)

Al-Qaul (perkataan/ucapan)

Al-Tazkirah (Peringatan), dan sebagainya.

Fungsi Al-Quran

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang di turunkan Allah SWT. Al-
Quran sebagai kitab suci memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Pedoman Hidup Manusia

Manusia cenderung mengakui adanya suatu kekuatan atau kekuasaan di luar


dirinya. Tanpa pegangan atau pedoman, manusia akan kehilangan arah.
Kehidupan manusia penuh dengan berbagai persoalan, dari persoalan yang paling
ringan sampai yang paling berat.

Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an juga


merupakan pedoman sekaligus menjadi dasar hukum bagi manusia dalam
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Pada zaman Rasulullah SAW, semua persoalan dapat diselesaikan langsung.


Jika ada persoalan, Allah SWT memberi petunjuk melalui wahyu. Setelah
Rasulullah SAW tiada, manusia perlu pedoman agar kehidupannya terarah.

Wahyu-wahyu Allah SWT yang dihimpun dalam sebuah kitab yang bernama
Al-qur’an tersebut menjadi pedoman lengkap bagi manusia dalam menjalin
hubungan dengan Allah swt, sesama manusia, dan dengan alam lingkungannya.
Dengan diturunkannya Al-Quran, umat manusia memiliki pedoman hidup
walaupun Rasulullah saw telah tiada. Di dalam Al-qur’an terdapat penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk serta pembeda antara yang hak dan yang bathil.
Firman Allah swt dalam surah Al-Jasiyah ayat 20 :

Artinya : “(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang meyakininya” [Q.S Al-Jasiyah/45 : 20).

b. Pembenar dan Penyempurna Kitab-Kitab Terdahulu

c. Pembawa Kabar Gembira dan Peringatan

Al-Quran membawa berita gembira dan peringatan bagi orang-orang yang


mengingkarinya. Al-qur’an juga menjelaskan kriteria-kriteria golongan yang
memperoleh kabar gembira dan yang mendapat ancaman dan peringatan. Allah
swt berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 188 :

d. Sumber Pokok Ajaran Islam

Al-Quran merupakan sumber ajaran Islam yang pertama. Di dalam Al-Quran


terdapat keterangan-keterangan yang di butuhkan oleh manusia untuk mengolah
alam semesta ini.

Sumber pokok tersebut tidak hanya menghantar manusia untuk hidup bahagia di
dunia, tetapi juga bahagia di akhirat. Allah swt berfirman dalam surah Yunus ayat
37 :

kedudukan Al-Qur’an

Al-Quran Nul Karim memiliki kedudukan yang sangat tinggi dari seluruh
ajaran Agama islam. Al Quran sebagai (menjadi) sumber utama dan pertama
sehingga seluruh umat islam menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan.
Apa fungsi Al-Quran?

1. Sebagai pedoman hidup manusia

2. Pembenar dan Penyempurna Kitab-Kitab Terdahulu

3. Pembawa Kabar Gembira dan Peringatan

4. Sumber Pokok Ajaran Islam

Apa nama lain dari Al-Qur’an?

1. Al-Kitab (tulisan yang ditulis)

2. Al_Furqan (pembeda benar salah)

3. Az-Zikr (pemberi peringatan)

4. Al-Mau’izah (pelajaran/nasihat)

5. Al-Hukm (peraturan/hukum)

6. Al-Hikmah (kebijaksanaan)

7. Asy-Syifa (obat/penyembuh), dll.

2. HADIST

Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.

Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,
baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan
mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
1. Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang
diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).

2. Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti


pekerjaan melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya,
pekerjaan menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu
saksi dan sumpah dari pihak penuduh.

3. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah
diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan,
sedangkan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan
anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan
persetujuan itu. Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan
suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang
dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak
menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya
Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :

Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh
Nabi. Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku
berketerusan melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya
Nabi dalam bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh
dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya si
pelaku itu melakukan perbuatan yang di benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi
dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.

Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak
diketahui pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya
adalah meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu
dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya,
berarti Nabi berbuat kesaahan ; sedangkan Nabi terhindar bersifat terhindar dari
kesalahan.

Kedudukan Hadits

Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas


hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang
ditentukan Allah dalam Al-Quran.

Fungsi Hadits

Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini
telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64

Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.

Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka Hadits disebut sebagai bayani.

Hubungan Hadits dengan Al-Qur’an

Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an sangatlah
berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum
dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya sebagaimana disebutkan di atas. Allah
SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam
pengalaman itulah terletak tujuan yang digariskan. Tetapi pengalaman hukum
Allah diberi penjelasan oleh Nabi. Dengan demikian bertujuan supaya hukum-
hukum yang ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an secara sempurna dapat
dilaksanakan oleh umat.

3. IJTIHAD

Secara bahasa, pengertian Ijtihad adalah mencurahkan pikiran dengan


bersungguh-sungguh. Sedangkan menurut istilah, arti Ijtihad adalah proses
penetapan hukum syariat dengan mencurahkan seluruh pikiran dan tenaga secara
bersungguh-sungguh.

Kata “Ijtihad” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ijtihada Yajtahidu Ijtihadan”
yang artinya mengerahkan segala kemampuan dalam menanggung beban. Dengan
kata lain, Ijtihad dilakukan ketika ada pekerjaan yang sulit untuk dilakukan.

Di dalam agama Islam, Ijtihad adalah sumber hukum ketiga setelah Al-quran
dan hadits. Fungsi utama dari Ijtihad ini adalah untuk menetapkan suatu hukum
dimana hal tersebut tidak dibahas dalam Al-quran dan hadits.

Orang yang melaksanakan Ijtihad disebut dengan Mujtahid dimana orang


tersebut adalah orang yang ahli tentang Al-quran dan hadits.

Fungsi dan Manfaat Ijtihad

Pada dasarnya Ijtihad memiliki fungsi untuk membantu manusia dalam


menemukan solusi hukum atas suatu masalah yang belum ada dalilnya di dalam
Al-quran dan hadits. Sedangkan tujuan Ijtihad adalah untuk memenuhi kebutuhan
umat Islam dalam beribadah kepada Allah pada waktu dan tempat tertentu.

Adapun beberapa manfaat Ijtihad adalah sebagai berikut ini:

1. Ketika umat Islam menghadapi masalah baru, maka akan diketahui hukumnya.

2. Menyesuaikan hukum yang berlaku dalam Islam sesuai dengan keadaan, waktu,
dan perkembangan zaman.

3. Menentukan dan menetapkan fatwa atas segala permasalahan yang tidak


berhubungan dengan halal-haram.

4. Menolong umat Islam dalam menghadapi masalah yang belum ada hukumnya
dalam Islam.

Macam-Macam Ijtihad

Ijtihad dapat dibagi menjadi 7 jenis. Mengacu pada pengertian Ijtihad di atas,
adapun beberapa macam Ijtihad adalah sebagai berikut:

1. Ijma’

Pengertian Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum
agama Islam berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari
kesepakatan para ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.

2. Qiyas

Pengertian Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang
belum pernah ada sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab,
bahaya) dengan masalah lain sehingga ditetapkan hukum yang sama.

3. Maslahah Mursalah

Pengertian Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan


pada pertimbangan manfaat dan kegunaannya.
4. Sududz Dzariah

Pengertian Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah
makruh atau haram demi kepentingan umat.

5. Istishab

Pengertian Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada
alasan tepat untuk mengubah ketetapan tersebut.

6. Urf

Pengertian Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu
masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.

7. Istihsan

Pengertian Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada


hukum lainnya karena adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

Contoh Ijtihad

Agar lebih memahami pengertian Ijtihad maka kita dapat memperhatikan contoh
pelaksanaannya. Adapun salah satu contoh pelaksanaan Ijtihad adalah dalam
proses penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, dimana para ulama berdiskusi
berdasarkan hukum Islam untuk menentukan dan menetapkan 1 syawal.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Akidah bersasal dari kata “Aqd” yang berarti pengikatanAqidah menurut

istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi

tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,

yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Sumnber aqidah Islam :

Alqur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah swt. kepada

Nabi Muhammad yang merupakan mu’jizat utama dan sebagai

rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya.

Hadist

Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.

Ijtihad

Ijtihad adalah mencurahkan pikiran dengan bersungguh-sungguh. Sedangkan


menurut istilah, arti Ijtihad adalah proses penetapan hukum syariat dengan
mencurahkan seluruh pikiran dan tenaga secara bersungguh-sungguh.

Referensi

https://yuksinau.co.id/pengertian-al-quran/

https://www.portalsantri.com/pengertian-dan-sumber-akidah-islam/
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-ijtihad.html

https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-
fungsi-hadits.html

Makalah_BG_Salim_11-with-cover-page-v2 makalah pai 2.pdf

Anda mungkin juga menyukai