BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan.
di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah
SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-
mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan
mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang
diperintahkan
Allah SWT. Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata, banyak orang yang kini
telah kehilangan hidayah aqidah yang benar, sedangkan mereka sendiri tau
bagi amal yang bermanfaat. Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan
menjadi mangsa bagi dirinya dari semua materi yang sudah dimiliki.
Maka dari itu, kita harus tau, bahwasanya kita tidak hanya butuh
banyak, tapi orang benar sulit didapat. Jagalah aqidah, karena dengan Aqidah
B. Rumusan Masalah
C. Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
Akidah bersasal dari kata “Aqd” yang berarti pengikatan. اعتقدت كذا
hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan,
“Dia mempunyai akidah yang benar”, berarti akidahnya bebas dari keraguan.
kepada sesuatu.
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati
dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang
teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya,
kepada-Nya, juga ber-i’tiqad terhadap rukun rukun iman yang lain. Hal ini
Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata sara amal.
i’tiqadiyah. Maka, aqidah yang benar adalah pondasi bagi bangunan agama
(Qs.Alkahfi : 110).
menunjukan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik.
Karena itulah, hal pertama yang didakwah kan para rosul kepada ummat nya
dan seluruh Rosul. Selama tiga belas tahun di makkah sesudah di angkat
menjadi rosul, Nabi SAW mengajak manusia kepada tauhid dan penelusuran
akidah, karena hal itu merupakan pondasi bangunan islam. Sehingga para dai
dan pelurus agama pun dalam setiap masa itu telah mengikuti jejak para rosul
dalam berdakwah.
Salah satu ciri manhaj (jalan) yang lurus adalah manhaj yang memiliki
kapan dan dimana pun kaidah tersebut digunakan. Tidak ada kesimpangsiuran
Rasulullah saw. hingga zaman sekarang dan sampai kapan pun, prinsip akidah
1. Al-Quran
Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang artinya bacaan. Sebagian ulama
menyebutkan bahwa kata Al-Quran adalah masdar yang di artikan dengan isim
maf’ul, yakni maqru’ artinya sesuatu yang di baca. Maksudnya, Al-qur’an itu
adalah bacaan yang di baca.
Secara istilah, Al-qur’an adalah wahyu Allah SWT yang di turunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, untuk di sampaikan umatnya secara berangsur-angsur
melalui Malaikat Jibril dan membacanya adalah ibadah.
4. Al-quran di turunkan oleh Allah SWT, dengan suatu gaya bahasa yang
istimewa, mudah, tidak sulit bagi siapa pun untuk memahaminya dan tidak sulit
pula mengamalkannya, jika disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang
kuat.
Al-Quran memiliki nama dan julukan. Hal ini menunjukan kemulian Al-Quran.
Abu al-Ma’ali Syaydzalah menyebutkan Al-Quran memiliki 55 nama, sedangkan
Abu al-Hasan al-Harali menyebut Al-Quran memiliki 90 nama.
Namun menurut Ibn Jazzi al-Killabi, sesungguhnya Al-quran hanya memiliki 4
nama yaitu al-quran (bacaan yang dibaca), al-Kitab (tulisan yang ditulis), al-
Furqan (pembeda), dan al-Zikri (peringatan).
Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Al-Hukm (peraturan/hukum)
Al-Mau’izah (pelajaran/nasihat)
Asy-Syifa (obat/penyembuh)
Ar-Rahmat (karunia)
Al-Huda (petunjuk)
Ar-ruh (ruh)
Al-Bayan (penerang)
Al-Kalam (ucapan/firman)
An-Nur (cahaya)
Al-Basa’ir (pedoman)
Al-Balag (penyampaian/kabar)
Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Fungsi Al-Quran
Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang di turunkan Allah SWT. Al-
Quran sebagai kitab suci memiliki fungsi sebagai berikut.
Wahyu-wahyu Allah SWT yang dihimpun dalam sebuah kitab yang bernama
Al-qur’an tersebut menjadi pedoman lengkap bagi manusia dalam menjalin
hubungan dengan Allah swt, sesama manusia, dan dengan alam lingkungannya.
Dengan diturunkannya Al-Quran, umat manusia memiliki pedoman hidup
walaupun Rasulullah saw telah tiada. Di dalam Al-qur’an terdapat penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk serta pembeda antara yang hak dan yang bathil.
Firman Allah swt dalam surah Al-Jasiyah ayat 20 :
Artinya : “(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang meyakininya” [Q.S Al-Jasiyah/45 : 20).
Sumber pokok tersebut tidak hanya menghantar manusia untuk hidup bahagia di
dunia, tetapi juga bahagia di akhirat. Allah swt berfirman dalam surah Yunus ayat
37 :
kedudukan Al-Qur’an
Al-Quran Nul Karim memiliki kedudukan yang sangat tinggi dari seluruh
ajaran Agama islam. Al Quran sebagai (menjadi) sumber utama dan pertama
sehingga seluruh umat islam menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan.
Apa fungsi Al-Quran?
4. Al-Mau’izah (pelajaran/nasihat)
5. Al-Hukm (peraturan/hukum)
6. Al-Hikmah (kebijaksanaan)
2. HADIST
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,
baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan
mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
1. Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang
diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
3. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah
diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan,
sedangkan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan
anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan
persetujuan itu. Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan
suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang
dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak
menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya
Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh
Nabi. Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku
berketerusan melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya
Nabi dalam bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh
dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya si
pelaku itu melakukan perbuatan yang di benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi
dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.
Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak
diketahui pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya
adalah meniadakan keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu
dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya,
berarti Nabi berbuat kesaahan ; sedangkan Nabi terhindar bersifat terhindar dari
kesalahan.
Kedudukan Hadits
Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini
telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka Hadits disebut sebagai bayani.
Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an sangatlah
berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum
dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya sebagaimana disebutkan di atas. Allah
SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam
pengalaman itulah terletak tujuan yang digariskan. Tetapi pengalaman hukum
Allah diberi penjelasan oleh Nabi. Dengan demikian bertujuan supaya hukum-
hukum yang ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an secara sempurna dapat
dilaksanakan oleh umat.
3. IJTIHAD
Kata “Ijtihad” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ijtihada Yajtahidu Ijtihadan”
yang artinya mengerahkan segala kemampuan dalam menanggung beban. Dengan
kata lain, Ijtihad dilakukan ketika ada pekerjaan yang sulit untuk dilakukan.
Di dalam agama Islam, Ijtihad adalah sumber hukum ketiga setelah Al-quran
dan hadits. Fungsi utama dari Ijtihad ini adalah untuk menetapkan suatu hukum
dimana hal tersebut tidak dibahas dalam Al-quran dan hadits.
1. Ketika umat Islam menghadapi masalah baru, maka akan diketahui hukumnya.
2. Menyesuaikan hukum yang berlaku dalam Islam sesuai dengan keadaan, waktu,
dan perkembangan zaman.
4. Menolong umat Islam dalam menghadapi masalah yang belum ada hukumnya
dalam Islam.
Macam-Macam Ijtihad
Ijtihad dapat dibagi menjadi 7 jenis. Mengacu pada pengertian Ijtihad di atas,
adapun beberapa macam Ijtihad adalah sebagai berikut:
1. Ijma’
Pengertian Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum
agama Islam berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari
kesepakatan para ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.
2. Qiyas
Pengertian Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang
belum pernah ada sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab,
bahaya) dengan masalah lain sehingga ditetapkan hukum yang sama.
3. Maslahah Mursalah
Pengertian Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah
makruh atau haram demi kepentingan umat.
5. Istishab
Pengertian Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada
alasan tepat untuk mengubah ketetapan tersebut.
6. Urf
Pengertian Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu
masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.
7. Istihsan
Contoh Ijtihad
Agar lebih memahami pengertian Ijtihad maka kita dapat memperhatikan contoh
pelaksanaannya. Adapun salah satu contoh pelaksanaan Ijtihad adalah dalam
proses penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, dimana para ulama berdiskusi
berdasarkan hukum Islam untuk menentukan dan menetapkan 1 syawal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,
Alqur’an
Hadist
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Ijtihad
Referensi
https://yuksinau.co.id/pengertian-al-quran/
https://www.portalsantri.com/pengertian-dan-sumber-akidah-islam/
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-ijtihad.html
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-
fungsi-hadits.html