HASBULLAH, M.Pd.I
Dosen AIK STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Ruang Lingkup Ajaran Islam (Tuhan,
Manusia, Alam Penciptaan dan
Keselamatan)
1. Aqidah
• Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu
ا لعقدyang berarti أطراف لشيء
ا ا لجمع ب ين
( menghimpun atau mempertemukan dua
buah ujung atau sudut/ mengikat). Secara
istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan
yang dianut oleh seseorang dan menjadi
landasan segala bentuk aktivitas, sikap,
pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah ini
identik dengan iman yang berarti kepercayaan
atau keyakinan.
Tingkatan Aqidah
a. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas pendapat orang yang
diikutinya tanpa dipikirkan
b. Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas bukti, dan dalil yang jelas,
tetapi belum sampai menemukan hubungan
yang kuat antara obyek keyakinan dengan
dalil yang diperolehnya
c. ‘ainul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan
mendalam, sehingga mampu membuktikan
hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil2
serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional terhadap sanggahan2 yang datang
d. Haqqul yaqin, yaitu tingkat keyakinan yang di
samping didasarkan atas dalil2 rasional, ilmiah dan
mendalam selanjutnya dapat menemukan dan
merasakan keyakinan tersebut melalui
pengalaman agamanya
2. Ibadah
• Ibadah berasal dari kata ا لعبدyang berarti
hamba. Kemudian dari kata ini muncul kata
ا لعبادةyang berartiإظهار ا لتذلل
( memperlihatkan/ mendemonstrasikan
ketundukan dan kehinaan). Secara istilah
ibadah berarti usaha menghubungkan dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai
Tuhan yang disembah.
Yusuf al-Qaradhawiy menjelaskan lima persyaratan agar suatu
perbuatan dapat bernilai ibadah, yaitu:
1)Perbuatan yang dimaksud tidak bertentangan dengan
syariat Islam.
2)Perbuatan tersebut dilandasi dengan niat yang suci dan
ikhlas.
3)Untuk melakukan perbuat tersebut, yang bersangkutan
harus memiliki keteguhan hati dan percaya diri bahwa
perbuatan yang dilakukan akan membawa kepada kebaikan.
4)Harus memperhatikan garis-garis atau aturan-aturan Allah
SWT, tidak ada unsur kelaliman, khianat, penipuan dan lain-
lain.
5)Perbuatan-perbuatan duniawi yang dilakukan dengan niat
ibadah tidak boleh menghalangi kewajiban-kewajiban agama
seperti berjual beli yang membuat diri lalai mengerjakan
shalat dan sebagainya.
3. Akhlak
Akhlaq merupakan bentuk jamak dari ( ا لخلقal-
khuluq) yang berarti ا لقوىوا لسجايا ا لمدركة ب ا لبصيرة
( kekuatan jiwa dan perangai yang dapat
diperoleh melalui pengasahan mata bathin)
Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang
lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-
buat dan telah menjadi kebiasaan.
Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia
untuk bertingkah laku baik atau berbuat buruk
sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar
kehendak dan pilihannya itulah manusia akan
dimintai pertanggungjawabannya di akhirat atas
segala tingkah lakunya. Di samping itu, akhlaq
seorang muslim harus merujuk kepada al-Qur’an
dan sunnah sebagai pegangan dan pedoman
dalam hidup dan kehidupan.
4. Mu’amalah
Secara etimologi muamalah semakna dengan مفاعلةyang
berarti saling berbuat. Kata ini menggambarkan suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dengan orang lain
atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing. Secara terminologi kata ini lebih dikenal
dengan istilah fiqh muamalah, yaitu hukum-hukum yang
berkaitan dengan tindak-tanduk manusia dalam
persoalan-persoalan keduniaan. Misalnya dalam
persoalan jual beli, utang-piutang, kerjasama dagang,
persyarikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah,
sewa menyewa dan lain-lain sebagainya
Di samping itu, juga terdapat beberapa
keistimewaan ajaran muamalah yang bersumber
dari al-Qur’an dan sunnah, antara lain yaitu:
1) Prinsip dasar dalam persoalan muamalah
adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat
manusia, dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi
yang mengitari manusia itu sendiri.
2) Berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya
adalah boleh sampai ditemukan dalil yang
melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil
yang melarang suatu kreasi jenis muamalah,
maka muamalah itu dibolehkan.
Namun demikian, walau pada prinsipnya muamalah
dibolehkan selama tidak ada dalil yang
melarangnya, tetapi semua itu tidak boleh lepas
dari sikap pengabdian kepada Allah SWT, di mana
terdapat kaidah-kaidah umum yang mengatur dan
mengontrolnya, antara lain yaitu; Tidak boleh
terlepas dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai
kemanusiaan; Berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan pribadi dan masyarakat;
Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban
sesame manusia; Seluruh perbuatan kotor adalah
haram dan seluruh tindakan yang baik adalah halal,
dan lain-lain
b. Karakteristik Ajaran Islam
1. Robbaniyyah
Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta
alam), juga dengan abbun nas (Tuhan manusia) dan
banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu
adalah Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan
agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari
manusia,Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin
kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin
kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."
(QS Al-Hijr 15:9)
seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai
Rabb (Tuhan) dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi
hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani
dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang
dari AllahAllah berfirman yang artinya:
"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi menyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia
berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Tuhanani,
karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya." (QS:Al-'Imran 3:79)
2. Insaniyyah