Erdiansyah1
1
UIN Raden Fatah, Palembang, Indonesia
erdiansyah.math@gmail.com
No handphone/ whatsapp (081315714190)
Abstract. This study aims to determine the description of the analysis of reasoning ability in
completing the development of problem solving in the context of integrating Islamic values for
junior high school students, then students with high, medium & low abilities were selected. This
type of research is a qualitative research with descriptive method. The research location was
conducted at SMP 29 Kalidoni in March 2022. The technique for collecting research data was
obtained from written tests, interviews and documents. This test aims to obtain data about the
abilities they answered on the answer sheet. The interview aims to find out more about things
related to the abilities that the subject does in depth so that they can interpret situations and
phenomena that occur. this document to support the validity of the research. Data analysis
techniques through data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of
the research obtained from testing 5 questions ... It turns out that ... it can be concluded that
Keywords: Analysis of Reasoning Ability, Problems with the context of integrating Islamic
values, mathematics
Abstrak. Etika siswa terhadap guru sangat penting diterapkan dan ditanamkan
sejak dini kepada setiap individu. Konsep etika juga dapat ditemukan didalam
surat al-Kahfi ayat 66-78. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep etika
siswa terhadap guru dalam surat al-Kahfi ayat 66-78 dan bagaimana Islam
mengatur dan menyelaraskan nilai-nilai moral dan etika siswa. Penelitian tentang
etika siswa terhadap guru dilakukan dengan metode studi Pustaka. Dalam situasi
sekarang ini, etika siswa terhadap guru dirasa masih kurang dan belum
sepenuhnya mencapai tujuan dari Pendidikan itu sendiri. Penanaman nilai-nilai
moral dan etika sangat diperlukan seperti yang sudah dikishkan didalam surat al-
Kahfi ayat 66-78.
Kata Kunci: Etika, siswa, surat al-Kahfi ayat 66-78.
PENDAHULUAN
Adab seorang siswa terhadap guru merupakan hal yang sering kali
diperbincangkan ditengah-tengah masyarakat mengingat pentingnya nilai
etika dalam proses Pendidikan maupun pengajaran. Didalam proses
pembelajaran, hubungan antara siswa dan guru harus dilandasi dengan nilai
moral dan kualitas etika yang baik. Dengan memiliki kualitas yang baik
1
antara siswa dan guru, maka dalam proses pembelajaran akan dapat
berlangsung dan berjalan dengan baik pula. Dengan adanya nilai moral dan
kualitas etika yang baik yang dimiliki siswa, maka siswa akan lebih mudah
mengetahui mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Di era
Pendidikan sekarang ini, banyak pelajar yang tidak mempedulikan nilai etika,
sehingga banyak dari pelajar yang gagal dalam proses Pendidikan
diakibatkan dari pergaulan yang salah.
Seiring perubahan zaman dan kecanggihan teknologi yang semakin
maju, secara pesat mulai menggeser pola pikir dan tatanan kehidupan. Pada
masa terdahulu, proses belajar mengajar antara guru dan siswa saling
menghormati dan menghargai satu sama lain. Namun, melihat di masa
sekarang ini, nilai-nilai moral dan etika perlahan mulai tergerus dalam diri
peserta didik.
Dalam proses pembelajaran saat ini, pemberian nilai tidak hanya
bergantung pada kemampuan siswa dan akademik siswa saja, tetapi juga
bergantung terhadap nilai sikap dan perilaku siswa terhadap guru.
Terkadang siswa berkata dan bersikap kurang sopan terhadap guru namun
mereka tidak menyadarinya. Disini Pendidikan hendaknya bagaimana
merubah pengetahuan dan ilmu yang mereka dapat itu menjadi tingkah laku
dan bagaimana mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Etika sudah seharusnya dikenalkan sedari dini agar siswa mengetahui
dan dapat bersikap dan bertindak dengan baik terhadap orang lain. Disini
jelas terlihat peran orang tua dan guru dalam menanamkan Pendidikan etika.
Seluruh ayat al-Qur’an tersimpan nilai-nilai Pendidikan, baik yang tersurat
maupun yang tersirat. Tidaklah berlebihan jika al-Qur’an disebut sebagai
kitab Pendidikan terbesar dan terlengkap. Kandungan al-Qur’an tentang
sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashash al-Qur’an.
Beberapa ayat yang terdapat didalam al-Qur’an membahas dan
mengajarkan akan nilai-nilai etika, sebagai pembelajaran untuk umat
Rasulullah saw untuk dapat berinteraksi antar sesama. Pengertian etika
sendiri ialah kumpulan prinsip atau nilai yang memiliki kaitan dengan
moralitas yang meliputi watak, perbuatan, dan perilaku yang perlu dimiliki
oleh manusia agar dapat diterima dalam masyarakat.
Etika adalah aturan yang berupa tata krama yang mengatur cara
seseorang dalam berinteraksi antar sesama untuk menjalani kehidupan
bermasyarakat yang akan menentukan perilaku yang baik dan buruk. Etika
akan membentuk individu yang memiliki orientasi cara hidup melalui
perilaku sehari-hari. Etika dapat membantu individu untuk memiliki sikap
dan perilaku yang baik dan benar dalam menjalani hidup.
2
Etika didalam proses Pendidikan Islam sangat penting diterapkan oleh setiap
individu sebagai sarana berinteraksi dengan baik. Pendidikan Islam sendiri
merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskakn dengan
fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat.
Kegiatan sebagai seorang siswa dalam mengikuti proses Pendidikan
adalah belajar mencari ilmu kepada orang yang lebih mengerti atau kepada
orang yang lebih berilmu, siswa sebagai manusiawi dan komponen
Pendidikan berperan penting didalam dunia Pendidikan yang kemudian
berlangsung proses pembelajaran yang memiliki tujuan menjadikan manusia
yang berkualitas yang dapat memanfaatkan pengetahuan yang di dapat dan
diperoleh dengan baik.
Seorang siswa mendapat dan memperoleh ilmu melalui perantara
seorang guru, oleh karena itu seorang siswa harus memperhatikan nilai etika
bagaimana bersikap dan berinteraksi terhadap guru. Fenomena yang terjadi
saat ini, banyak siswa yang berkomunikasi dan berinteraksi terhadap guru
yang dianggap menyimpang dan jauh dari ajaran dan nilai-nilai Pendidikan
Islam.
Dalam surat Al-Khafi ayat 66-78 diceritakan kisah Nabi Khidhir dan
Nabi Musa. Dimana Nabi Musa memiliki karakter rasa ingin tahu akan ilmu
yang ada pada Nabi Khidhir dan berusaha untuk memperlajari ilmu nya.
Dengan sikap Nabi Musa yang dijelaskan dalam Al Quran memiliki sikap yang
tidak sabar, kemudian pertemuan dengan Nabi Khidhir membuatNabi Musa
berusaha untuk sabar dengan mempelajari ilmu dari Nabi Khidhir walau
Nabi Khidhir memberikan syarat untuk tidak mempertanyakan apa yang
belum Nabi Khidhir jelaskan, dari syarat tersebut Nabi Musa mengatakan
kepada Nabi Khidhir bahwa Ia akan berusaha bersabar dan mematuhi
perintah dari Nabi Khidhir selama ia mempelajari ilmu dari Nabi Khidhir.
Tindakan Nabi Musa yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian dengan studi Pustaka (library
research) dimana penelitian ini sama halnya dengan penelitian pada umumnya.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengklasifikasikan data Pustaka baik itu berasal dari jurnal, buku, maupun
manuskrip yang ada kaitannya dengan etika siswa terhadap guru maupun tafsir
dalam surat al-Kahfi ayat 66-78. Adapaun Langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan membaca, mencatat, lalu mengolah data yang telah
3
diambil. Didalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif atau dikenal dengan sebuah metode penelitian yang memiliki tujuan
untuk mengumpulkan informasi berupa data secara akurat dan sistematik
mengenai sebuah fakta dilapangan dengan sebuah objek pembahasan yang terkait.
Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk menyusun data dan informasi yang
berkaitan dengan etika siswa terhadao guru dalam surat al-Kahfi ayat 66-78.
sebab ilmu itu bentuk dari peribadatan hati, shalat dan pendekatan
1
Syarifah Habibah, Akhlak dan Etika dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1, No.4,
hlm. 73.
2
Ana Rahmawati, Kontekstualitas Surat Al-Kahfi ayat 66-82 dalam Pendidikan
Kontemporer, Jurnal Tarbawi, Vol. 13, No.1, 2016, hal. 99.
3
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 116–18.
4
2. Peserta didik menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak
ilmu dalam hal mendalami suatu disiplin ilmu tidak boleh dilakukan
secara sekaligus, akan tetapi perlu adanya proses dan bertahap dan
5
mendekatkan diri kepada Allah swt serta meningkatkan jiwa
spiritualnya.
Mulianya kedudukan ilmu dalam Islam, maka dari itu seorang yang
itu tidak bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Sebab, jika seseorang
tidak akan pernah mengenal Allah swt, dan mungkin saja tidak akan
sebenarnya dia memang tidak tahu. Pada hakikatnya ilmu adalah salah satu
sifat Allah swt karena sifat itulah Dia disebut dengan ‘Alim (Yang Maha
Tahu). Allah adalah sumber utama dari ilmu. Segala hal maupun
Nya yang diberikan kepada umat manusia. Ilmu Allah tidak akan terbatas
pelajaran tentang etika siswa terhadap guru yang terdapat pada ayat
tersebut, etika siswa terhadap guru dalam surat al-Kahfi ayat 66-78 yaitu :
بِ ُر ع َٰلىgَص ٓ
ْ فَ تgg َو َك ْي٦٧ بْرً اgص َ َ ق٦٦ ال لَهٗ ُموْ ٰسى هَلْ اَتَّبِعُكَ ع َٰلى اَ ْن تُ َعلِّ َم ِن ِم َّما ُعلِّ ْمتَ ُر ْشدًا
َ ت َِط ْي َع َم ِع َيgال ِانَّكَ لَ ْن ت َْس َ َ﴿ ق
ْ َما لَ ْم تُ ِح
)68-66 :18/ ﴾ ( الكهف٦٨ ط ِب ٖه ُخبْرً ا
agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah
ilmu dalam upaya mengikuti orang yang lebih mengerti atau paham akan
sikap baik atau akhlak baik dihadapan gurunya. Tawadhu merupakan sikap
7
merendah diri, dan tidak memiliki rasa lebih tinggi dari orang lain, tetapi
kesungguhan itu adalah bagian dari niat, niat sendiri adalah kunci pertama
dengan Nabi Khidir dimana Nabi Musa mengklaim bahwa Nabi Khidir
melanggar syari’at, akan tetapi hal itu boleh jadi disengaja oleh gurunya,
8
yang menjadi point penting seorang murid harus senantiasa berprasagka
urusanku.”
mungkar.”
Nabi Musa melihat Nabi Khidir membunuh anak yang tidak bersalah, dan
Kembali atas apa yang sebelumnya telah diucapkan Nabi Musa bahwa
seorang murid terhadao gurunya, dan murid akan sangat sulit untuk
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Departemen Agama RI,
2009), hal. 480-481.
10
5. Tidak mendikte Guru
ُد اَ ْنg دَارًا ي ُِّر ْيgا ِجggَ دَا فِ ْيهgضيِّفُوْ هُ َما فَ َو َج ْ ﴿ فَا ْنطَلَقَا ۗ َح ٰتّ ٓى اِ َذٓا اَتَيَٓا اَ ْه َل قَرْ يَ ِة ِۨا ْست
َ َُّط َع َمٓا اَ ْهلَهَا فَاَبَوْ ا اَ ْن ي
keduanya mendapati dinding (rumah) yang hampir roboh di negeri itu, lalu
perjalanan yang sangat jauh, kemudian mereka sampai disebuah desa dan
yang telah roboh di desa tersebut, dan Nabi Musa berkata kepada Nabi
Khidir bahwa jika mau maka Nabi Khidir bisa meminta upah atas
siswa dilatih untuk senantiasa rendah hati, dan tidak mendikte guru atau
5
Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), hal. 4228.
11
seharusnya dilakkukan. Disinilah pentingnya sikap rendah hati terhadap
guru, untuk dapat meraih ilmu yang bersifat batiniah, yaitu kebersihan hati
Aspek kesabaran sangat dianjurkan dalam Islam, tidak sedikit para pelajar
mengalami kesulitan dikarenakan kurang memperhatikan dalam hal kesabaran.
Dari ayat 78 diatas bahwa terdapat pesan yang dapat diambil tentang pentingnya
kesabaran dalam menuntut ilmu. Tanpa adanya kesabaran, maka seseorang akan
sangat sulit dalam memetic buah dari kesabaran itu. Sedangkan kesabaran adalah
kunci dalam memetic buah kesuksesan dalam kaitannya dengan permasalahan.
Bahkan didalam al-Qur’an sendiri dijelaskan, “Sesungguhnya Allah Bersama
dengan orang-orang yang sabar”. Disinilah letak dari pentingnya kesabaran dalam
menempuh proses Pendidikan yang mengacu dari kedekatan diri kepada Allah
swt, yakni terwujudnya perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, berupa
hubungan baik dengan pencipta (hablum-minaAllah) dan terhadap sesame
(hamblum minannas).
KESIMPULAN
Etika didalam proses pembelajaran sangat penting diterapkan oleh setiap
individu sebagai sarana interaksi yang baik terhadap guru maupun orang lain.
Etika didalam proses pembelajaran, harus senantiasa diterapkan oleh siswa agar
dalam menerima pembelajaran siswa dapat mencapainya dengan baik. Etika akan
membentuk siswa memiliki kepribadian yang memiliki orientasi cara hidup
melalui perilaku sehari-hari. Islam juga mengatur dan menyelelaraskan segala hal
yang itu berkaitan dengan nilai-nilai etika. Dikisahkan dalam surat al-Kahfi ayat
66-78 terdapat kisah tentang Nabi Musa yang mencari ilmu dengan mengikuti
perjalanan Nabi Khidir, surat al-Kahfi ayat 66-78 memberikan manfaat dimana
seorang penuntut ilmu harus senantiasa bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu, memiliki sikap tawadhu, senantiasa menyadari kesalahan, patuh dan tunduk
12
kepada guru, dan juga senantiasa bersabar agar senantiasa mencapai derajat yang
lebih baik, dekat dengan Allah swt, dan memiliki ilmu yang bermanfaat untuk
banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
Taufik Nugroho, Bekti, Setiono, Etika Komunikasi Siswa Kepada Guru dalam
Pembentukan Moral, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012).
Junaidi Firman, Arham, et al., Studi al-Qur’an (Teori dan Aplikasinya dalam
Penafsiran Ayat Pendidikan), (Yogyakarta: Dandra Kreatif, 2018).
Caterine Perdani, Widya, et al., Etika Profesi Pendidikan Generasi Milenial 4.0
(Malang: UB Press, 2019).
Haris, Muhammad, Pendidikan Islam dalam Perspektif Prof. H.M Arifin, Jurnal
Ummul Qura, Vol. 6, No.2, September 2015.
Habibah, Syarifah, Akhlak dan Etika dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1,
No.4.
13
Assegaf, Abd. Rachman, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
RIWAYAT PENULIS
PENULIS 1
NAMA :
No HP/WA : FOTO
ALAMAT :
PENULIS 2
NAMA :
NO HP/WA : FOTO
ALAMAT :
PENULIS 3
NAMA :
NO HP/WA : FOTO
ALAMAT :
14