Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN INDONESIA TERTINGGAL 128 TAHUN,

GURU HARUS SEGERA BERBENAH


Erdiansyah, S.Pd.I (Guru MAN 1 Musi Banyuasin)

Dokumentasi Penulis (Muara Enim,17 Agustus 2016)

Indonesia sedang mengalami darurat pendidikan. Hasil Programme for International Student


Assessment (PISA) tahun 2018 menunjukkan skor pelajar Indonesia berada di titik terendah
selama mengikuti PISA sejak tahun 2000 (berada di level 1b dalam skala PISA)  menempati
ranking 70 dari 77 negara yang disurvei.

Bahkan Menurut Adamas Belva Syah Devara Staf Khusus (Stafsus) Presiden RI mengungkapkan
berdasarkan penelitian seorang profesor di Harvard University, Indonesia memerlukan hingga
128 tahun untuk mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan dengan negara maju.

Salah satu akar masalah buruknya kualitas pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas guru.
Dalam waktu tiga tahun dari 2012 hingga 2015, sebanyak 1,3 juta dari 1,6 juta guru yang
mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) yang mengukur kompetensi mengelola pembelajaran
dan pemahaman atas mata pelajaran yang diampunya tidak mencapai nilai minimum alias tidak
lulus passing grade.

Sehingga sebuah pekerjaan besar yang harus dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya peningkatan mutu guru. Menurut Studi kualitatif
melalui Program Research Information Services for Education (RISE) di Indonesia menunjukan
bahwa penyebab signifikan dari rendahnya kualitas guru dimulai dari proses perekrutan sampai
pada pembinaan professional guru dan kesejahteraan guru yang sangat memprihatinkan.

Banyak guru tidak memiliki ‘passion’ dalam mengajar

Dalam pendidikan, panggilan jiwa atau passion adalah bekal penting untuk menjadi pendidik.


Pasalnya, ini berhubungan erat dengan kecintaan mereka pada pengetahuan yang diajarkan
kepada murid dan semangat mereka untuk menggali potensi murid. Namun berdasarkan survey
bahwa sebagian mahasiswa jurusan pendidikan mengungkapkan bahwa alasan mereka
mengambil jurusan pendidikan bukan karena passion mereka namun karena alasan lain, misalnya
kemampuan ekonomi dan besarnya peluang diterima.

Kurangnya kualitas kerja guru

Profesi guru memerlukan kecakapan kerja yang kompleks. Guru dituntut untuk memiliki
kemampuan untuk mengajar secara efektif serta memiliki komitmen dan motivasi tinggi untuk
mendidik siswa. Banyak guru yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman,
sehingga siswa menganggap bahwa gurunya adalah orang yang kuno dan tidak cocok dengan
kondisi sekarang.

Faktor lain yang menghambat kualitas guru yaitu kesejahteraan guru juga kurang diperhatikan,
banyak guru yang masih mendapatkan pendapatan yang sangat minim, oleh karena itu banyak
guru yang bekerja sampingan atau banyak guru yang mengambil pekerjaan di dua tempat, dan
menyebabkan guru tersebut kurang fokus dalam mengajar seperti sekedar hanya memberikan
materi kepada peserta didik, tanpa memberikan bimbingan kepada peserta didiknya.
Guru kurang siap menghadapi digitalisasi

Revolusi di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi membawa distansiasi ruang waktu.
Dalam konteks pendidikan, kemajuan IPTEK membutuhkan perhatian serius karena dunia
pendidikan adalah sarana paling efektif dalam penyebaran iptek.

Pada era pandemi saat ini, proses pembelajaran tidak hanya berkutat di dalam kelas, tetapi juga
menggunakan media digital, online, dan telekonferensi. Menyikapi hal tersebut, guru sebagai
aktor utama pendidikan tidak boleh tutup mata, guru hari ini harus lebih pintar dan cerdas
dibandingkan murid-murdinya dalam menyikapi perkembangan teknologi yang semakin melesat.

Apa yang harus dilakukan?

1. Sering Mengikuti Pelatihan Guru Offline atau Online

Jika biasanya para guru bisa hanya mengikuti pelatihan secara luring (offline), maka adanya
pandemi covid-19 guru dituntut untuk dapat mengikuti pelatihan secara daring (online). Dengan
begitu guru sekarang lebih mudah untuk meng-upgrade skiilnya. Kita dapat mengikuti pelatihan
daring tanpa dibatasi jarak dan waktu.

Beberapa guru akan berpikir bahwa sistem yang digunakan antara pelatihan secara langsung
dengan pelatihan daring pasti berbeda. Ada ketidakefektifan yang membayang dalam
komunikasi secara tidak langsung. Barangkali ini bisa terjadi. Namun, bukan berarti kita patah
semangat dengan sesuatu yang masih jadi kekhawatiran belaka. Bukankah keefektifan sesuatu
hal dapat berjalan jika kita bisa memahami segala materi dengan baik dan jelas.

2. Memperbanyak Diskusi dengan Guru Lain

Selain mengikuti pelatihan, para guru juga perlu melakukan diskusi dengan civitas akademika
lainnya. Berdiskusi dengan guru-guru yang lain terkait model pembelajaran, pemberian tugas,
kemajuan belajar peserta didik, serta lain-lainnya yang serupa, pasti akan menambah wawasan
guru dalam memberikan pengajaran yang baik dan sesuai dengan peserta didik. Tentunya,
selama masa wabah diskusi bisa dilakukan melalui video call atau sekadar menulis teks pesan.

3. Memaksimalkan Media Sosial

Pernahkah kita menemukan beberapa video pengajaran di Youtube? Atau membaca beberapa
pengalaman guru dalam mengajar di blog, facebook, thread twitter, atau berbagai platform media
sosial lainnya? Nah, hal ini harus bisa dimaksimalkan.

Pandemi covid-19 memaksa seluruh guru memaksimalkan peran teknologi, kita harus mampu
menggunakan peluang ini dengan baik, bahkan tidak hanya dengan mengamati cerita atau kisah
orang lain melalui untaian kata atau video, namun para guru juga bisa menuliskan pengalaman
mengajarnya di sosial media . Hal ini bertujuan agar kita mampu mengingat pengalaman kita
dengan lebih baik dan dapat menyebarkannya pada guru-guru lainnya.

4. Banyak membaca karya tulis bertema Pendidikan

Banyaknya karya tulis bertemakan pendidikan dan pengajaran yang bisa diakses di internet dan
kita maksimalkan dengan mengkajinya lebih dalam. Dengan begini kita dapat meningkatkan
kualitas mengajar kita dengan wawasan yang kita telaah sebelumnya. Misalnya, kita dapat
dengan mudah mengakses jurnal terkait penyusunan soal High Order Thinking Skill versi luar
negeri dan versi dalam negeri. Kita dapat mebandingkan keduanya, mencatat persamaan dan
perbedaannya. Tidak hanya pada topik HOTS, tapi bisa juga pada topik lainnya tentang
pendidikan.

5. Menulis

Sebagai seorang guru, tentunya kita harus bisa menguasai komunikasi verbal dan nonverbal,
menulis menjadi salah satu ajang untuk menmbah dan memperkuat wawasan pendidik. Selain itu
juga untuk mempermudah pendidik dalam berkomunikasi secara verbal dan mempermudah
pendidik untuk membuat bahan ajar yang kreatif sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar
siswa.

Anda mungkin juga menyukai