Anda di halaman 1dari 7

Guru Indonesia dan Tantangan Pembelajaran Abad 21

Beatris Lusmaria Putri Samat


Email: 1810111220003@umhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan
mutu pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini,
Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisiendan juga
produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal
dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral. Sebagaimana telah
dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru memegang
peranan yang amat penting dan strategis. Namun demikian, masih banyak guru yang tidak
mau mengembangkan diri untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan
perkembangan zaman. Apabila hal ini terus berlangsung, maka guru tidak akan mempunyai
kompetensi sesuai dengan tuntutan pendidikan di era Revolusi Industri 4.0. Keempat,
rekrutmen guru yang belum efektif. Masih banyak calon guru yang direkrut tanpa melalui
sistem rekrutmen yang dipersyaratkan.

PENDAHULUAN
Kenyataan di lapangan mutu pendidik dan tenaga kependidikan masih
memprihatinkan. Masyarakat banyak mengkritisi sebagian dari pendidik dan tenaga
kependidikan, khususnya guru kurang mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif,
bermakna dan menyenangkan. Kondisi objektif di lapangan menunjukkan sebagian guru
kurang memahami dan menguasaikurikulum, pelaksanaan evaluasi hasil belajar,
pengembangan bahan ajar, serta keterampilan dalam menggunakan metode dan media
pembelajaran. Secara nasional, sebagian besar guru SD, SMP, SMA, SMK dan SLB masih
kurang sesuai dengan kualifikasi minimal yang ditetapkan.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa dirinya
adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru
dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.
Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebab

1
kegagalandan mencari jalan keluar bersama dengan peserta didik; bukan mendiamkannya
atau malahan menyalahkannya.
Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan
mutu pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia.
Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisiendan
juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang
handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral. Sebagaimana telah
dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru memegang
peranan yang amat penting dan strategis.
Guru adalah seseorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan mengelola
seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya,
serta merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam
proses belajar mengajar. Sudah selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa
sertifikasi. Dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan
yang layak.Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang professional merupakan
salahsatu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang professional akan
sangatmembantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang
dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan
mengembangkan profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.

PROBLEMATIKA MUTU PENDIDIKAN


Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji peran guru dalam peningkatan
mutu pendidikan, ada baiknya melihat problematika mutu pendidikan saat ini. Hal ini
sebagai. Halini sebagai overview untuk kemudian mengantarkan pada 182 pemahaman
diman dan seperti apa sebenanrnya kompetensi dan profesionalitas gurusecara ideal, seperti
halnya juga yang dicantumkan dalam pengaturan Udang-undang guru dan dosen saat ini.
Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral, sehingga senantiasa perlu
mendapatkan perhatian dan perbaikan dalam menjaga kontinuitas proses kehidupan dalam
berbagai aspek di tengah-tengah masyarakat , negara-negara tersebut (input- proses-output).
Karena itu, mutu pendidikan perlu menjadi perhatian berbagai pihak untuk
kemudian mampu bersama memajukannya. Perlu diingat kita bahwa mutu Pendidikan
Indonesia belum beranjak dari prestasinya yang cukup rendah bahkan ditingkatan ASIA.
Memang ada paradigma yang terbangun di dalam sistem pendidikan kita bahwa ganti
menteriganti kurikulum dan kebijakan pendidikan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada
upayasingkronisasi peningkatan mutu pendidikan.

2
Dalam upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional ternyata memerlukan
adanya perbaikan pula dalam aspek sistemik(regulasi-regulasi) serta meningkatnya kontrol
sosial dari masyarakat, selain itu pendidikansangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik,
termasuk persoalan stabilitas dan keamanan,sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan
rasa aman (Malik Fadjar, 2001). Hasil survey Political and Economic Risk Consultancy
(PERC) yang menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan
Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong
itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang
dan Taiwan, India, Cina,serta Malaysia.Indonesia menduduki urutan ke 12, setingkat di
bawah Vietnam. Sedangkan laporan dariUnited Nations Development Program (UNDP)
tahun 2010 dan 2011, menyatakan bahwaindeks pembangunan manusia di Indonesia
ternyata tetap buruk. Tahun 2010 Indonesiamenempati urutan ke 111 dari 175 negara
ditambah.
Landasan183 Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan. Untuk diyakini bahwa dalam bidang pendidikan,
yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung
dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat diartikan beberapa kata kunci mengeni
pengertian mutu, yaitu sesuai perkembangan kebutuhan, sesuai penggunaan pelanggan,
sesuai perkembangan kebutuhan,dan sesuai kebutuhan lingkungan global Ibrahim (2000:6).
Sehingga untuk melihat hasil darimutu pendidikan yang tak biasa lepas dari hal tersebut
adalah ketersediaan professional gurudan aturan yang mengatur kerja guru, yang saling
bersinergi dalam mewujudkan mutu pendidikan yang baik.

TANTANGAN PEMBELAJARAN ABAD 21


Pembelajaran Revolusi Industri 4.0 menuntut siswa untuk menguasai keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan di bidang teknologi. Supaya hal tersebut dapat terwujud,
maka dibutuhkan peningkatan kompetensi dan kreativitas guru. Tentu saja hanya guru yang
menguasai pengetahuan dan kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan
global dapat memberikan pengaruh keterampilan dan pengetahuan tersebut kepada siswa.
Namun kenyataannya banyak guru yang rentan terhadap perkembangan teknologi sekalipun
dunia pendidikan telah bertransformasi.
Padahal saat ini sangat dibutuhkan guru-guru terbaik yang memahami dinamika
kelas dan memanfaatkan teknologi guna mengedukasi siswa. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat maju pada era digital abad 21 saat ini telah
merubah pola hidup masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada semua aspek kehidupan
masyarakat, baik dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti bersosialisasi, bekerja,
belajar, maupun dalam bermain. Kemajuan TIK juga merubah sendi kehidupan lainnya,
termasuk di bidang pendidikan.

3
Dalam bidang pendidikan, pendidik, peserta didik, dan semua pihak terkait harus
mampu beradaptasi dengan kemajuan tersebut guna mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Pendidik diharuskan mampu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dan
memanfaatkan teknologi sebagai penyelesaian masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran maupun dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu, seorang pendidik
diharapkan memahami karakteristik pembelajaran abad 21 dengan baik.
Menurut Syarifudin Yunus (Detik.com, 23 November 2019) bahwa penyebab
rendahnya kompetensi guru di Indonesia adalah, pertama, ketidaksesuaian disiplin ilmu
dengan bidang ajar. Sampai saat ini, masih banyak guru yang mengajar mata pelajaran yang
bukan bidang studinya. Hal ini disebabkan persebaran guru masih belum merata di semua
wilayah sehingga banyak sekolah yang kekurangan guru. Untuk menutup kekurangan guru,
pihak sekolah kemudian menugaskan guru mengajar beberapa disiplin ilmu agar setiap
peserta didik bisa merasakan semua pelajaran yang wajib mereka dapatkan.
Ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar ini berdampak pada proses pembelajaran
menjadi tidak maksimal dan peserta didik tidak menguasai secara keseluruhan materi yang
diajarkan oleh guru tersebut. Kedua, kualifikasi guru yang belum setara sarjana. Misalnya,
kualifikasi guru PAUD. Menurut Dirjen PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Harris Iskandar, sampai Desember 2017, jumlah guru PAUD di Indonesia
mencapai 552.894 orang.
Tantangan dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 adalah seorang pendidik
atau guru harus mampu mengubah mindset peserta didik dari memanfaatkan menjadi
menciptakan. Pendidikan harus dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan
memadai agar mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan zaman serta mampu bersaing
dengan tenaga kerja asing. Segala hal tersebut dilakukan agar pendidikan dapat memiliki
keterkaitan dan kesepadanan (link and match) dengan kebutuhan masyarakat sehingga
lulusan yang dihasilkan dapat langsung terserap oleh dunia kerja. Sedangkan tantangan
pendidikan yang berkaitan dengan sains dan teknologi pada masyarakat era digital adalah
mengimplikasikan agar pendidikan mampu memberdayakan peserta didik sehingga dapat
mengembangkan dan mengaplikasikan sains dan teknologi dalam berbagai bidang
kehidupan secara bijaksana.
Adapun teknologi yang perlu dikembangkan dan diaplikasikan itu adalah teknologi
tepat guna, baik berkenaan dengan teknologi yang ramah lingkungan dan bersahabat
dengan masyarakat. Tantangan guru di era digital yaitu canggihnya teknologi saat ini
menjadikan anak didik sekarang tidak lagi cocok dengan sistem pendidikan abad ke-20.
Banyak guru yang sampai sekarang masih menggunakan produk 80-an, sedangkan
siswanya sudah menggunakan produk kontemporer. Akibatnya, guru dan anak didiknya
memiliki perbedaan secara radikal sebab banyak terjadi ketidakcocokan antara guru dan
anak didik.

4
Selain itu siswa digital juga lebih menyukai pelajaran yang relevan, menarik dan
dapat langsung digunakan (instan), sedangkan guru ingin mengikuti kurikulum dan
memenuhi standarisasi. Siswa jaman digital lebih akrab dengan layar dan gadget daripada
dengan kertas dan papan. Padahal sampai sekarang masih banyak guru yang melakukan
pembelajaran secara konvesional dengan menggunakan kertas dan papan tulis. Banyak
sekali ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh seorang pendidik khususnya guru. Peran
guru di sekolah semakin lama semakin menghilang digantikan oleh teknologi yang semakin
canggih. Apalagi sekarang banyak sekali fitur-fitur penyedia jasa belajar yang dapat diakses
di mana saja dan kapan saja. Media sosial yang sekarang banyak sekali digandrungi oleh
masyarakat terutama oleh para pelajar juga berpotensi besar menggeser peran guru sebagai
seorang pendidik yang salah satu tugasnya adalah menyebarkan informasi dan ilmu
pengetahuan.
Sebagai tambahan guru harus memiliki kemampuan untuk menggunakan
contohcontoh nyata yang berkaitan dengan kehidupan siswa dan menghubungkannya
dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru harus tanggap untuk tidak membuat siswanya
merasa bosan dengan hanya menyampaikan materi pelajaran secara searah. Menurut
Sudiarta (2007), guru harus mampu meningkatkan kreativitas tentang bagaimana siswa
mengonstruksi pengetahuan, misalnya bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang
memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dari berbagai sumber pembelajaran,
yang memungkinkan siswa membangun kompetensi mereka secara utuh.
Di era disrupsi bukan hanya peserta didik, tetapi guru, dan dosen pun juga harus
memiliki keterampilan abad 21. Karena tidak mungkin guru dapat melatih ketrampilan
tersebut kepada peserta didik jika gurunya sendiri belum menguasainya. Guru harus
memiliki kompetensi yang kuat, memiliki softskil yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikatif
dan kolaboratif. Peran guru sebagai teladan karakter, menebar passion dan inspiratif. Inilah
peran yang tak akan dapat digantikan oleh teknologi. Guru harus mampu membangun
atmosphere yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis peserta didik, yang meliputi: needs
for competence, setiap peserta didik butuh merasa bisa, artinya interaksi dalam
pembelajaran mampu membuat peserta didik merasa bisa. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan memberikan penghargaan atas hasil belajar peserta didik.
Needs for Autonomy, setiap peserta didik butuh merasa ‘otonom’ dengan mendapat
kebebasan dan kepercayaan karena setiap pembelajar yang otonom tidak akan bergantung
pada guru dalam belajar. Needs for relatedness, setiap peserta didik membutuhkan merasa
dirinya bagian dari suatu kelompok, dan berinteraksi dalam kelompok. Jadi proses
pembelajaran harus mampu memupuk interaksi kolegialitas dan saling support. Sustainable
learning, agar peserta didik mampu melewati era disrupsi, dan memasuki era baru yang
disebut Abundant Era, yaitu serba melimpahnya informasi, media dan sumber belajar.
Dinar dalam artikelnya yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Guru Menuju Era Revolusi
Industry 4.0” yang dimuat dalam jurnal info singkat (puslit.dpr.go.id) mengemukakan

5
bahwa upaya untuk mencapai kompetensi guru di era Revolusi Industri 4.0 bisa dilakukan
dengan 6 cara yaitu:
1) sistem rekrutmen guru dilakukan dengan pola yang selektif dan berstandar
sesuai kebutuhan perkembangan teknologi.
2) pola peningkatan kompetensi guru yang bersifat bottom up agar setiap
permasalahan dan kendala yang dihadapi guru di daerah dapat diakomodir
untuk kemudian dikaji bersama.
3) peningkatan profesi guru secara berkelanjutan melalui program PKB.
4) lesson study untuk meningkatkan kompetensi guru.
5) e-literasi. 6. Untuk mencapai ketrampilan abad 21, trend pembelajaran dan
best practice juga harus disesuaikan, salah satunya adalah melalui
pembelajaran terpadu atau blended learning.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka ditarik kesimpulan bahwa guru profesional
di abadi 21 ini harus memiliki kemampuan dalam rangka memfasilitas peserta didik agar
memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan pendidikan revolusi industri 4.0. Maka dari
itu dibutuhkan kecakapan guru terkait dengan kemampuan guru dalam menyiapkan metode,
strategi, dan model pembelajaran serta mampu menggunakan media teknologi dan
informasi dalam proses pembelajaran.

6
REFERENSI

Hussin, A. A. (2018). Education 4.9 Made Simple: Ideas For Teaching. International
Journal of Education & Literacy Studies, 6(3), 92-98.
Karim dan Saleh Sugiyanto. (2006). Menampung Anak Usia Sekolah: Antara Target dan
Kemampuan”Prisma No.2.Th.V.Jakarta. LP3S.
Mardiani, F., Anis, M. Z. A., & Hermawan, M. D. DIGITAL LITERACY IN THE
TRANSFORMATION OF HISTORICAL LEARNING IN THE TIME OF COVID-
19. Jurnal Socius, 10(2), 1-10.
Mutiani, H. S., & Putra, M. A. H. (2020). Improvement of Scientific Attitudes Through
Training of Social Science Scientific Writing in MAN 2 Model
Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 128-133.
Setianingsih, S., Syaharuddin, S., Sriwati, S., Subroto, W., Rochgiyanti, R., & Mardiyani,
F. (2021). Aisyiyah: Peran dan Dinamikanya dalam Pengembangan Pendidikan Anak
di Banjarmasin Hingga Tahun 2014. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu
Sosial), 1(1).
Susanto, H. (2020). PEDAGOGI SEJARAH, NASIONALISME DAN KARAKTER
BANGSA. Preprint: EdArxiv.
Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.
Syaharuddin, S., Arisanty, D., Rahmattullah, M., Susanto, H., Alfisyah, A., Kiptiah, M., ...
& Junied, K. A. (2020). Book of Abstract-2nd International Conference on Social
Science Education 2020.
Wibawa, S. (2018). Pendidikan dalam Era Revolusi Industri 4.0. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai