Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya permasalahan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya profesionalisme guru.
Berdasarkan data UNESCO pada tahun 2020, Indonesia berada di
peringkat ke-62 dari 77 negara dalam hal kualitas pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak ruang untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Profesionalisme guru menjadi salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, pada
kenyataannya masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan yang
memadai untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan pelatihan yang diberikan,
rendahnya motivasi, lingkungan kerja yang tidak kondusif, serta
rendahnya gaji yang diterima oleh guru.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kebijakan pendidikan yang dapat
meningkatkan profesionalisme guru agar kualitas pendidikan di Indonesia
dapat ditingkatkan. Kebijakan pendidikan tersebut dapat berupa pelatihan
dan pendidikan yang berkala, evaluasi kinerja, peningkatan gaji, dan
peningkatan lingkungan kerja. Dengan adanya kebijakan pendidikan yang
tepat, diharapkan profesionalisme guru dapat meningkat sehingga kualitas
pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan dan mencapai standar yang
lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Profesionalisme Guru?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
profesionalisme guru?
3. Apa saja kebijakan pendidikan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme guru?

C. Tujuan Penulusan
1. Mengetahui pengertian dari profesionalisme Guru.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
profesionalisme guru.
3. Mengetahui kebijakan pendidikan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme guru di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesionalisme Guru


Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji peran guru dalam
peningkatan mutu pendidikan, ada baiknya melihat problematika mutu
pendidikan saat ini. Hal ini sebagai. Halini sebagai overview untuk
kemudian mengantarkan pada182 pemahaman diman dan seperti apa
sebenanrnya kompetensi dan profesionalitas gurusecara ideal, seperti
halnya juga yang dicantumkan dalam pengaturan Udang-undang gurudan
dosen saat ini. Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral,
sehinggasenantiasa perlumendapatkan perhatian dan perbaikan dalam
menjaga kontinuitas proseskehidupandalam berbagai aspek di tengah-
tengah masyarakat , negara-negara tersebut (input- proses-output). Karena
itu, mutu pendidikan perlu menjadi perhatian berbagai pihak
untukkemudian mampu bersama memajukannya. Perlu diingat kita bahha
mutu pendidikanIndonesia belum beranjak dari prestasinya yang cukup
rendah bahkan ditingkatan ASIA.Memang ada paradigma yang terbangun
di dalam sistem pendidikan kita bahwa ganti menteriganti kurikulum dan
kebijakan pendidikan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada
upayasingkronisasi peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk
memperbaiki sistem pendidikan nasional ternyata memerlukan adanya
perbaikan pula dalam aspek sistemik(regulasi-regulasi) serta
meningkatnya kontrol sosial dari masyarakat, selain itu pendidikansangat
dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan
keamanan,sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman (Malik
Fadjar, 2001). Hasil survey
Political and Economic Risk Consultancy
(PERC) yang menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia
terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh
lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan
dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan
Taiwan, India, Cina,serta Malaysia.Indonesia menduduki urutan ke 12,
setingkat di bawah Vietnam. Sedangkan laporan dariUnited Nations
Development Program (UNDP) tahun 2010 dan 2011, menyatakan
bahwaindeks pembangunan manusia di Indonesia ternyata tetap buruk.
Tahun 2010 Indonesiamenempati urutan ke 111 dari 175 negara
ditambah . Lebih sempit lagi pada kawasanASEAN, menurut UNDP
menyatakan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negaraanggota
ASEAN masih tertinggal cukup jauh, Singapura pada urutan 25, Brunei
pada urutan33, Malaysia pada urutan 58, sementara Indonesia berda pada
urutan 111. Kondisi inimenunjukan adanya hubungan yang berarti antara
penyelenggaraan pendidikan dengankualitas pembangunan sumber daya
manusia indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipunmasih ada faktor-
faktor lain yang juga mempengaruhinya.
Profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan guru
untuk menjalankan tugasnya dengan kompeten dan bertanggung jawab
secara etis dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru profesional
harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
untuk mengajar siswa dengan efektif dan memberikan dampak positif pada
kehidupan siswa. Guru profesional harus mampu mengembangkan strategi
pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, memahami dan
menghargai keragaman budaya siswa, dan memperbarui pengetahuan dan
keterampilannya secara terus-menerus.
Berikut Beberapa Pengertian Profesionalisme guru Menurut Para
Ahli:
1. Menurut konsil Profesi Pendidikan (KPP), profesionalisme guru
adalah kemampuan guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya
dengan penuh tanggung jawab, konsisten dengan standar-standar
etika profesi, dan berdasarkan pada pengetahuan dan
keterampilan yang kompeten (Konsil Profesi Pendidikan, 2011).
2. Menurut Trilisiana, profesionalisme guru adalah kemampuan
guru untuk menguasai materi pelajaran yang diajarkannya,
mampu mengelola kelas dengan baik, memiliki keterampilan
interpersonal yang baik, serta berkomitmen dalam melaksanakan
tugasnya sebagai guru (Trilisiana, 2019).
3. Menurut Saiful Mujani, profesionalisme guru adalah kemampuan
guru dalam mengintegrasikan pengetahuan teori dengan
pengalaman praktis untuk menciptakan pembelajaran yang
bermakna bagi siswa (Mujani, 2019).
4. Menurut Iwan Syahri, profesionalisme guru adalah kemampuan
guru untuk memahami dan mengimplementasikan standar-standar
pendidikan yang berkualitas, serta memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang cukup untuk memastikan bahwa siswa dapat
belajar secara efektif (Syahri, 2018).
5. Menurut Wina Sanjaya, profesionalisme guru adalah kemampuan
guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif, efisien,
dan bertanggung jawab, serta memiliki integritas dan etika yang
baik dalam melaksanakan tugasnya (Sanjaya, 2013).

Beberapa Sumber Pengertian Profesionalisme Guru Dapat di Tentukan


Dari Beberapa Sumber Yaitu Sebagai Berikut:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dalam Pedoman Teknis Penyusunan Kebijakan Guru dan Tenaga
Kependidikan Tahun 2019, profesionalisme guru diartikan
sebagai kemampuan guru dalam melaksanakan tugas profesinya
dengan kompeten, etis, dan bertanggung jawab.
2. Asosiasi Guru Indonesia (AGI). AGI memberikan definisi bahwa
guru profesional adalah seorang guru yang mampu
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, serta menguasai
teknologi informasi dan komunikasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan menghadapi tantangan global.
3. UNESCO. Dalam dokumen "The Role of Teachers in Quality
Education" (2004), profesionalisme guru dijelaskan sebagai
kemampuan guru untuk merencanakan dan mengimplementasikan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa, memperbarui
pengetahuan dan keterampilannya, dan memahami tanggung
jawab sosialnya sebagai seorang guru.

Berdasarkan referensi yang telah disebutkan sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas profesinya dengan kompeten, etis, dan bertanggung
jawab. Selain itu, seorang guru profesional juga harus mampu
mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan
untuk mengajar siswa dengan efektif dan memberikan dampak positif pada
kehidupan siswa. Profesionalisme guru juga mencakup pemahaman dan
penghargaan terhadap keragaman budaya siswa, serta kemampuan untuk
memperbarui pengetahuan dan keterampilannya secara terus-menerus. Hal
ini penting agar seorang guru dapat memberikan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan menghadapi tantangan global dalam bidang
pendidikan.
Dari sumber-sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme guru mencakup kemampuan guru dalam menjalankan
tugas profesinya dengan kompeten, etis, dan bertanggung jawab, serta
mampu mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang
diperlukan untuk mengajar siswa dengan efektif dan memberikan dampak
positif pada kehidupan siswa.

B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru


Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru
professional antara lainsebagai berikut:
1. Status Akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi.
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan
yang hanya dilakukan oleh merekayang secara khusus dsisiapkan
untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya.
Untuk menciptakan tenaga-tenaga professional tersebut
pada dasarnyadisekolah dibina dan dikembangkan dari berbagai
segi diantaranya:
a) Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan
yangmembina dan menciptakan tenaga-tenaga professional
ini diberikanilmu-ilmu pengetahuan selain ilmu
pengetahuan yang harusdisampaikan kepada anak didik,
juga diberikan ilmu-ilmu pengetahuankhusus untuk
menunjang keprofesionalannya sebagai guru yang
berupailmu mendidik, ilmu jiwa dan sebagainya.
b) Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan
berdasarkan praktek adalah cara melakukan apa yang
tersebut dalam teori (W.J.S.Porwadarminta 1999:99)
2. Pengalaman Belajar
Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk
mengorganisirmereka, dan hal tersebut banyak menjadi keluhan,
serta banyak pula dijumpaiguru yang mengeluh karena sulit untuk
menciptakan suasana kegiatan belajarmengajar yang
menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang
mampuuntuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses
belajar mengajaryang berlangsung.
3. Mencintai Profesi Guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta
akanmendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha
dan pengorbanan. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan tanpa
adanya rasacinta biasanya orang yang keadaanya dalam paksaan
orang lain, maka dalammelaksanankan haknya itu dengan merasa
terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila
disertai dengan adanya rasa cinta terhadap apayang dilakukannya
itu.
4. Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat
yangmerupakan watak-watak seseorang. Dalam proses belajar
mengajarkepribadian seorang guru ikut serta menentukan watak
kepada siswanya.Dalam proses belajar kepribadian seorang guru
sangat menentukan terhadap pembentukan kepribadian siswa untuk
menanamkan akhlak yang baik sebagaiumat manusia.Guru sebagai
pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahliandalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses
belajarmengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru
mengajar.

C. Faktor Factor Yang Mempengaruhi Rendahnya Profesionalisme Guru


1. Kurangnya Motivasi
Guru yang kurang termotivasi cenderung kurang bersemangat
dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Kurangnya motivasi
dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti lingkungan kerja
yang tidak kondusif, kurangnya dukungan dari pimpinan sekolah,
dan kurangnya pengakuan atas kinerja yang baik.
2. kurangnya pengembangan diri
Guru yang tidak aktif dalam pengembangan diri cenderung tidak
mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang pendidikan.
Kurangnya pengembangan diri dapat menyebabkan guru tidak
mampu menyajikan pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan
kebutuhan siswa.
3. Kurangnya Komunikasi
Kurangnya komunikasi antara guru dengan siswa, sesama guru,
dan pimpinan sekolah dapat mempengaruhi profesionalisme guru.
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif dapat
menyebabkan guru tidak mampu menyelesaikan masalah dengan
baik dan kurang mendapatkan masukan untuk mengembangkan
diri.
4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
Guru yang kurang memahami atau kurang menguasai pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar siswa dapat
mempengaruhi profesionalisme guru. Hal ini dapat mengakibatkan
siswa tidak memperoleh pembelajaran yang efektif.
5. Kurangnya etika dan moralitas
Guru yang tidak menghargai etika dan moralitas dapat merusak
citra profesi guru. Sikap yang tidak etis seperti menyontek dalam
ujian atau tidak menghargai perbedaan budaya siswa dapat
menyebabkan profesionalisme guru menurun.

D. Kebijakan Pendidikan Yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan


Profesionalisme Guru
1. Pelatihan Dan Pengembangan Diri
Pemerintah dapat memberikan pelatihan dan pengembangan diri
kepada guru untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
mereka dalam mengajar. Pelatihan dapat dilakukan secara berkala
untuk memastikan guru selalu memiliki pemahaman terbaru
tentang metode pengajaran yang efektif.
2. pengakuan atas kinerja yang baik
Pemerintah dapat memberikan pengakuan atas kinerja yang baik
bagi guru yang telah memberikan dampak positif pada kehidupan
siswa dan mampu mencapai target pembelajaran. Hal ini dapat
memotivasi guru untuk terus meningkatkan kinerjanya.
3. Peningkatan kondisi Kerja
Pemerintah dapat meningkatkan kondisi kerja bagi guru, termasuk
lingkungan kerja yang nyaman dan dukungan dari pimpinan
sekolah yang kondusif. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi dan
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya.
4. Pemberian Insentif
Pemerintah dapat memberikan insentif bagi guru yang mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai target
pembelajaran yang ditetapkan. Insentif ini dapat berupa kenaikan
gaji, promosi jabatan, atau penghargaan lain yang dapat
memotivasi guru untuk meningkatkan profesionalismenya.
5. Penerapan standar profesonalisme
Pemerintah dapat menetapkan standar profesionalisme untuk guru
dan mengimplementasikannya secara konsisten di seluruh sekolah.
Standar ini dapat membantu guru untuk memahami tugas dan
tanggung jawab mereka sebagai guru yang professional dan
meningkatkan kualitas pengajaran.
6. Meningkatkan kualitas pembelajaran
Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan terus
memperbarui dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengikuti pelatihan, membaca buku dan artikel terkait, serta
bergabung dengan komunitas pengajar untuk berdiskusi dan
berbagi pengalaman.
7. Menjaga Etika Dan moralitas
Guru dapat menjaga etika dan moralitas dengan menghindari
tindakan yang merusak citra profesi guru, seperti menyontek dalam
ujian atau melakukan tindakan diskriminatif terhadap siswa. Guru
juga harus memperlakukan siswa dengan adil dan menghormati
perbedaan budaya dan latar belakang siswa.
8. Meningkatkan Komunikasi
Guru dapat meningkatkan komunikasi dengan siswa, sesama guru,
dan pimpinan sekolah untuk memperoleh masukan dan saran
dalam meningkatkan kinerja. Komunikasi yang efektif juga dapat
membantu guru dalam menyelesaikan masalah dan membangun
hubungan yang baik dengan siswa dan rekan kerja.
9. Mengikuti Perkembangan terbaru
Guru dapat mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang
pendidikan untuk memperbaharui metode pengajaran dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan
dengan membaca berita dan artikel terbaru, mengikuti seminar dan
workshop, serta berdiskusi dengan rekan-rekan pengajar.
10. Menjaga Motivasi
Guru dapat menjaga motivasi dengan mengidentifikasi tujuan dan
visi yang ingin dicapai dalam mengajar. Guru juga dapat
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif
untuk siswa, serta memberikan penghargaan atas prestasi siswa
yang baik.
E. Upaya Upaya Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi
peningkatandunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk
meningkatkan profesionalsmeguru. Jalan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan Profesionalisme guru antaralain:
1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan
mampu “membangun” manusia dengan penuh percaya diri, guru
memiliki kesejahteraanyang cukup (gaji yang memadai). Perlu
ditata ulang sistem penggajian guru agargaji yang diterimanya
setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya
dankeluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan
penghasilan yang mencukupi,tidak perlu guru bersusah payah
untuk mencari nafkah tambahan di luar jamkerjanya. Guru akan
lebih konsentrasi ada profesinya, tanpa harusmenghawatirkan
kehidupan rumah tangganya serta khawatir akan pendidikan putra-
purtinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk
mempersiapkan diritampil prima di depan kelas. Jika mungkin,
seorang guri dapat meningkatkan profesinya dengan menulis buku
materi pelajaran yang dapat digunakan dirisendiri untuk mengajar
dan membantu guru-guru lain yang belum mencapaitingkatnya.
Hal ini dapar lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan
lebihmeningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati
dan dikagumi olehanak didiknya. Jika anak didik mengagumi
gurunya maka motivasi belajar siswaakan meningkat dan
pendidikan pasti akan lebih berhasil.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat
menyita waktu.Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini
harus dikerjakan seorangguru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) yang disesuaikan
dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati)
lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal
inidapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam
mengajar dan membantuguru-guru pemula untuk mengajar tanpa
membebani tugas-tugas rutin guru.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk
meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman materi
pelajaran melalui pelatihan- pelatihan tanpa beban biaya atau
melengkapi sarana dan kesempatan agar gurudapat banyak
membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru
untukmemoerdalam pengetahuannya.
4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max
Weber di awalabad ke-20 dan penelitian manajemen dua puluh
tahun belakangan bermuara padasatu kesimpulan utama bahwa
keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupanternyata ditentukan
oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.
5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah
bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik
(Yunani-Romawi) adalah
menjadikan manusia makin menjadi “penganggur terhormat”,
dalam arti semakin
memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas
dan kepribadian.
6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Upaya memahami
tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di
dunia) harus ditempatkansebagai prioritas utama jika guru ktita
ingin meningkatkan profesionalitasmenya.Hal ini didasarkan
kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persainganglobal
sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas
Negara.Kedua, sebagai professional seorang guru harus mengikuti
tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan
masyarakat yang menghendaki pelayanan yanglebih baik. Cara
satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan
membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan
baru di bidangnya.
7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan.
Kemudian upayamencapao kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yangmemadai maka guru
memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat
yangdibutuhkan.
8. Membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas temasuk
lewat organisasi profesi. Upaya membangun hubungan kerjawatan
yang baik dan luas dapatdilakukan dengan membina jaringan kerja
atau networking. Guru harus berusahauntuk mengetahui aoa yang
telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.
9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi. Selanjutnya upaya menmbangun etos
kerja atau budaya kerja yangmengutamakan pelayanan bermutu
tinggi kepada konstituen merupakan suatukeharusan di zaman
sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan
prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan
sekolah.Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk
pelayanan publik yangdidanai, diandakan, dikontrol oleh dan untuk
kepentingan publik. Oleh karena ituguru harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatanteknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar
senantiasa tidak ketinggalandalam kemampuannya mengelola
pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan mediadan ide-ide baru
bidan teknologi pendidikan seperti media presentasi, computerdan
juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan.
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut
padaakhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua puhak yang
terkait agar benar- benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan
dukungannya tersebut adalahorganisasi profesi seperti PGRI, pemerintah
dan juga masyarakat.

F. Dampak Dari Kebijakan Pendidikan Dalam Peningkatan Profesionalisme


Guru
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran:
Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan mampu
mengelola kelas dengan baik dan memberikan pembelajaran yang
bermutu. Dengan begitu, kualitas pembelajaran akan meningkat
dan siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran.
2. Meningkatkan motivasi guru:
Kebijakan pendidikan yang memberikan dukungan pada guru
untuk mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme
mereka, dapat meningkatkan motivasi guru untuk terus belajar dan
memberikan yang terbaik untuk siswa.
3. Meningkatkan produktivitas dan efektivitas: Dengan meningkatnya
profesionalisme guru, mereka akan mampu melaksanakan tugas-
tugasnya dengan lebih efektif dan efisien, sehingga produktivitas
dan efektivitas dalam proses pembelajaran dapat meningkat.
4. Meningkatkan citra guru dan sekolah:
Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi dapat
memberikan dampak positif pada citra sekolah dan guru itu sendiri.
Dengan begitu, orang tua dan masyarakat akan lebih percaya pada
sekolah dan guru sebagai lembaga yang dapat memberikan
pendidikan yang berkualitas.
5. Meningkatkan kesejahteraan guru:
Kebijakan pendidikan yang memberikan pengakuan dan
penghargaan pada guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi
dapat meningkatkan kesejahteraan guru. Hal ini akan membuat
guru merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk terus
meningkatkan kualitas pembelajaran.
6. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas:
Profesionalisme guru yang meningkat akan membuat mereka
mampu mengelola kelas dengan baik, memahami karakteristik
siswa, dan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
dan menyenangkan bagi siswa.
7. Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran:
Dengan guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi, orang tua
akan lebih percaya pada guru sebagai mitra dalam membimbing
anak-anak mereka. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan orang
tua dalam proses pembelajaran dan membantu memperkuat
hubungan antara guru, siswa, dan orang tua.
8. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan teknologi
pendidikan:
Kebijakan pendidikan yang mendorong penggunaan teknologi
pendidikan dapat membantu guru meningkatkan profesionalisme
mereka dalam hal penggunaan teknologi. Hal ini dapat membantu
guru dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih
interaktif dan menarik bagi siswa.
9. Meningkatkan keterlibatan guru dalam pengembangan kurikulum:
Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan lebih terlibat
dalam pengembangan kurikulum, sehingga dapat menghasilkan
kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa dan
masyarakat.
10. Meningkatkan kualitas SDM pendidikan:
Guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi dapat menjadi
contoh dan motivasi bagi guru-guru lain untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar
yang lebih baik dan membangun kualitas SDM pendidikan secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai