Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan masyarakat sangat bergantung pada kondisi pendidikan
masyarakatnya sebagai potensi pendidikan di wilayah tersebut. Sifatnya mutlak
dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa
dan negara. Pendidikan merupakan unsur penting dalam mewujudkan kemajuan
suatu bangsa, karena maju mundurnya bangsa sangat ditentukan pendidikan
bangsa itu sendiri. Maka dapat dikatakan bahwa pendidikan memegang peranan
penting dalam meningkatkan kemampuan setiap individu, mendorong
kemajuan masyarakat dan bangsa karena dengan pendidikan yang ditempuh
memungkinkan seseorang atau pihak tertentu untuk mampu berkembang secara
wajar dalam aspek sosial, ekonomi, industri dan sebagainya.1
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa pendidikan sama sekali mustahil satu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)
untuk maju, sejahtera dan berbahagia menurut konsep pandangan hidup
mereka.2 Sehingga sepatutnya pendidikan benar-benar dijaga kualitasnya agar
mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkompeten
dalam berbagai situasi dan kondisi di masyarakat. Sebab bangsa yang maju dan
berkembang adalah bangsa yang baik pendidikannya, sementara bangsa yang
hancur adalah bangsa yang tidak memperdulikan pendidikan masyarakatnya.3
Dikarenakan hal tersebut di atas, maka sistem pendidikan nasional harus
didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. Melalui
pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka guru dan tenaga
kependidikan di sekolah akan dapat menghasilkan kinerja yang bagus,
berkualitas dan produktif untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal yang

1
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan (Teori, Konsep dan Aplikasi), (Jakarta: Ideas
Publishing, 2014), 9.
2
Abdul Aziz Hasibuan, Landasan Pendidikan, (Ciputat: Haja Mandiri, 2018), 3.
3
Suhendi Syam, dkk., Pengantar Ilmu Pendidikan, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021), 2.

1
2

perlu disadari sepenuhnya adalah peningkatan kualitas komponen human


resource yaitu guru dan tenaga kependidikan lainnya secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh pada kualitas proses pembelajaran di sekolah.
Sebab komponen materiil seperti alat pelajaran, alat peraga, laboratorium dan
sebagainya tidak akan bermanfaat tanpa adanya manusia yang mampu
menggunakannya secara tepat dalam proses belajar mengajar.4
Kinerja guru merupakan faktor penentu kualitas pendidikan yang pada
akhirnya akan berdampak pada kualitas lulusan. Kinerja guru yang dimaksud
disini adalah unjuk kerja yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan
tugasnya terutama sebagai seorang pendidik. Kinerja guru juga merupakan hasil
usaha seorang guru yang telah dicapai melalui kemampuan dan perbuatan pada
situasi tertentu.5 Kualitas kinerja guru dapat dilihat dari kualitas kerja, ketepatan
waktu, inisiatif, kemampuan dan berkomunikasi. Maka dari itu, kinerja guru
yang rendah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik, dan
apabila kinerja guru baik, prestasi belajar peserta didik juga akan baik. Jadi
prestasi belajar peserta didik tidak pernah terlepas dari kinerja guru.6
Namun demikian, secara empiris fakta di lapangan menunjukkan bahwa
tidak semua kinerja guru di Indonesia berkualitas dan berkompeten pada saat
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Setidaknya ada tujuh indikator yang
menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utama
mengajar, yaitu: rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, kurang
kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan
memanfaatkan penelitian tindakan kelas, rendahnya motivasi berprestasi,
kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan
manajemen waktu.7

4
Ahmad Suriansyah, dkk., Profesi Kependidikan Perspektif Guru Profesional, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2015), 145.
5
Abd. Madjid, Pengembangan Kinerja Guru Melalui Kompetensi, Komitmen dan Motivasi
Kerja, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2016), 6.
6
Nanda Ameliany, Pengelolaan Kelas dan Kinerja Guru, (Lhokseumawe: Unimal Press,
2019), 2.
7
Lailatussaadah, Upaya Peningkatan Kinerja Guru, (Jurnal Intelektualita: Vol. 3, No. 1,
2015), 19.
3

Rendahnya kinerja guru di Indonesia disebabkan oleh banyak hal. Musfah


dalam bukunya berjudul Peningkatan Kompetensi Guru. mengungkapkan
sejumlah temuan yang mengindikasikan lemahnya kinerja guru di Indonesia.
Menurutnya, di lapangan masih terdapat banyak guru yang belum memenuhi
standar kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Pertama, guru tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola peserta didik. Misalnya
banyak kasus guru memberikan hukuman yang berlebihan terhadap peserta
didiknya bahkan sampai melukai. Kedua, Kepribadian guru masih labil.
Misalnya, guru menodai peserta didiknya sendiri, sehingga guru semacam ini
sulit dijadikan teladan oleh para peserta didik dan masyarakat. Ketiga,
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah. Misalnya,
guru tidak mampu menulis karya ilmiah sebagai bagian komunikasi dengan
masyarakat, dan hubungan guru dan peserta didik serta masyarakat sehingga
guru tidak mengetahui problem yang dihadapi peserta didiknya, apalagi
masyarakat sekitarnya. Keempat, penguasaan guru terhadap mata pelajaran
masih dangkal. Misalnya, guru kesulitan dalam menerapkan materi pelajaran
yang diajarkan dengan kehidupan peserta didiknya sehari-hari.8
Temuan tersebut menunjukkan bahwa rendahnya kinerja guru, juga dapat
dilihat dari nilai kompetensi guru dalam penguasaan materi pelajaran serta
kemampuan dan keterampilan dalam mengelola kelas. Rendahnya kompetensi
guru, pada akhirnya akan berpengaruh pula pada rendahnya kinerja guru
sekolah di Indonesia. Kinerja guru mencerminkan performance seorang guru
dalam hal prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau
penampilan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan
pendidikan. 9 Kualitas kinerja guru banyak dipengaruhi faktor dari dalam
maupun dari luar diri guru. Faktor yang berasal dari dalam misalnya
profesionalisme guru dan motivasi berprestasi guru, sedangkan faktor yang

8
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2015), 42
9
Dedi Rianto Rihadi, Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia, (Malang: Tunggal Mandiri
Pusblishing, 2010), 4.
4

berasal dari luar misalnya kepemimpinan dan pemberian motivasi oleh kepala
sekolah, fasilitas kerja, supervisi oleh kepala sekolah dan lain-lain.
Sebagaimana dipahami bahwa masalah profesi akan selalu ada dan terus
berlanjut seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu supervisi akademik yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah menjadi
hal yang penting dan sangat dibutuhkan oleh guru secara berkesinambungan.
Gaya kepemimpinan termasuk di dalamnya supervisi oleh Kepala Sekolah
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas mutu sekolah.
Oleh karena itu, Kepala Sekolah bertanggung jawab penuh penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan,
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.10
Kepala Sekolah selaku supervisor harus mampu memimpin dan
mengevaluasi kinerja guru yang dipimpinnya. Kepala Sekolah hendaknya
mampu mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan
kemampuan tenaga kependidikan. Peranan Kepala Sekolah dalam mencapai
tujuan pendidikan ditentukan pula oleh kualitas kepemimpian Kepala Sekolah.
Untuk mewujudkan budaya mutu guru, maka kualitas Kepala Sekolah sangat
memegang peranan penting. Oleh karena itu, seorang Kepala Sekolah dituntut
harus mampu menguasai manajemen kepemimpinan.11
Jika supervisi dilaksanakan oleh Kepala Sekolah, maka Kepala Sekolah
harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga
merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan
tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya.12 Maka dari itu, supervisi merupakan salah satu faktor penting

10
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2019), 25.
11
Abdul Rahmat dan Syaiful Kadir, Kepemimpinan Pendidikan dan Budaya Mutu,
(Yogyakarta: Zahir Publishing, 2017), 64.
12
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2019), 111.
5

dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan


oleh supervisor pendidikan.
Pentingnya pelaksanaan supervisi akademik juga untuk meningkatkan
kinerja guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses
pembelajaran yang baik. Supervisi akademik hendaknya rutin dilaksanakan di
sekolah sebagai salah satu kegiatan yang dipandang positif. 13 Kepala Sekolah
juga harus mampu dalam menyusun program sekolah, menata organisasi
personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan
sumber daya sekolah secara optimal. 14 Selain adanya supervisi dari Kepala
Sekolah, faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi
kerjanya. Diasumsikan bahwa pada saat guru memiliki motivasi berprestasi
yang baik, maka guru akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Motivasi Guru
merupakan dorongan yang ada pada guru untuk mencapai tujuan. Dorongan
yang ada dalam diri guru biasanya dipengaruhi oleh keadaan organisasi sekolah
maupun internal dirinya sendiri. Dalam hal ini Kepala Sekolah harus dapat
menciptakan dan menjaga situasi motivasi yang ada pada guru utamanya dalam
organisasi sekolah agar dapat selalu bekerja dengan semangat tinggi serta
berdedikasi guna tercapainya tujuan pendidikan yang maksimal.15
Kepala Sekolah sebagai supervisor harus mampu menggerakkan guru
dalam memahami faktor motivasi berprestasi sedemikian rupa sehingga
menjadi daya pendorong kinerja yang efektif. Sebab motivasi berprestasi
merupakan pemberian daya penggerak yang menciptakan gairah kerja seorang
guru, utamanya pada saat guru harus bekerja sama.16 Motivasi yang baik dan
tinggi ini hanya akan muncul dari diri seorang guru, pada saat guru mempunyai
kesadaran akan tugas-tugasnya yaitu dalam hal merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran. Salah satu tugas penting dari Kepala Sekolah

13
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 130.
14
Yusuf Hadiwijaya, Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif, (Medan: Perdana
Publishing, 2013), 220.
15
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-dasar Manajemen Mengoptimalkan
Organisasi Secara Efektif dan Efisien, (Medan: Perdana Publishing, 2016), 127.
16
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2015), 62.
6

adalah menyalurkan motivasi guru secara efektif untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang telah ditetapkan sekolah.17
Madrasah Tsanawiyah sebagai suatu bentuk lembaga pendidikan Islam,
diyakini memiliki peran dan keterlibatan langsung dalam pelaksanaan,
kesuksesan dan berhasilnya program pemberdayaan dan peningkatan kualitas
pendidikan masyarakat. Madrasah juga dituntut dapat mengantisipasi masa
depan umat Islam yang akan berhadapan berbagai ideologi dan tantangan dalam
era globalisasi. Agar tujuan Madrasah Tsanawiyah tercapai, diperlukan guru
atau tenaga pendidik yang memiliki motivasi tinggi sehingga menghasilkan
kinerja yang baik. Guru Madrasah Tsanawiyah yang memiliki motivasi tinggi
akan mampu memperlihatkan segenap potensi yang dimilikinya untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan supervisi dan
perhatian dari kepala madrasah untuk terus memberikan motivasi kepada para
guru sehingga akan tercipta kinerja yang baik dan tujuan sekolah dapat tercapai.
Penelitian ini didasarkan pada research gap dari hasil temuan penelitian
terdahulu yang belum konklusif, sehingga masih terdapat peluang bagi peneliti
untuk meneliti kembali pada bidang yang sama. Hasil penelitian Veronika
dkk18. Samsuadi19, Slamet Suroso dkk20 menyatakan bahwa supervisi akademik
berpengaruh terhadap kinerja guru. Namun demikian, menurut Hasan Basri M,
menyatakan bahwa di lapangan, supervisor tidak memiliki cukup waktu dan
faham terhadap pengetahuan untuk bertindak sebagai pemandu sehingga
adanya supervisi belum tentu berpengaruh pada meningkatnya kinerja guru.
Menurut hasil penelitian Purbasari, menyatakan bahwa supervisi akademik
yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dapat berpengaruh terhadap

17
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-dasar Manajemen Mengoptimalkan
Organisasi Secara Efektif dan Efisien, (Medan: Perdana Publishing, 2016), 128.
18
Veronika N, dkk, Pengaruh Supervisi Akademik, Pengawas dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah melalui Motivasi Berprestasi Sebagai Mediasi Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri
Kabupaten Ende, Jurnal Education Management, Vol 5, No. 1 2016; 42
19
Samsuadi, Pengaruh Supervisi Akademik dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Disipilin Kerja Guru, Journal of EST, Vol 1, No. 2, 2015:20-29
20
Slamet Suroso dkk, Pengaruh Supervisi Akademik, Pendidikan dan Pelatihan, Kompetensi
Profesional, Guru Terhadap Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja, Jurnal Education Management,
Vol 4, No. 2. 2015; 144
7

meningkatnya kinerja guru dalam proses pembelajaran.21 Kemudian penelitian


Hasanah dan Kristiawan, menemukan besarnya pengaruh yang diberikan oleh
supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah 5,94% dan
94,06 % dipengaruhi oleh faktor lain.22 Selanjutnya hasil penelitian Ramadona
dan Wibowo, menemukan bahwa supervisi Kepala Sekolah memberikan
kontribusi pengaruh dalam peningkatan kinerja guru sebesar 49,63% sedangkan
sisanya 50,37% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.23 Hal ini yang memperkuat
penelitian ini dikarenakan masih terdapat research gap dari penelitian
terdahulu.
Oleh karena itu, kualitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kualitas kinerja guru. Maka usaha meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran perlu mendapat perhatian dari penanggung
jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan berhasil apabila dilakukan oleh
guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun seringkali guru masih
memerlukan bantuan dari orang lain karena belum memahami jenis, prosedur
dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang diperlukan dalam usaha
meningkatkan kemampuan guru. Adanya supervisi tentu akan memberikan
bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan
profesional guru dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.24
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, fenomena gap dan
research gap sebagaimana tersebut diatas, maka peneliti mengambil judul tesis
yakni, “Pengaruh Supervisi Akademik Terhadap Kinerja Guru Melalui
Motivasi Berprestasi Sebagai Variabel Mediating di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kabupaten Kudus”.

B. Rumusan Masalah

21
Purbasari, M. (2015). Pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja mengajar guru di
sekolah dasar. Journal of elementary education, 4(1), 46-52.
22
Hasanah, M. L., & Kristiawan, M. (2019). Supervisi Akademik dan Bagaimana Kinerja
Guru. Tadbir: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 3(2), 97-112.
23
Ramadana., & Wibowo. (2016). Supervisi Pendidikan Dalam Profesi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
24
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 230.
8

Intisari permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1. Apakah supervisi akademik berpengaruh terhadap kinerja guru di Madrasah
Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?
2. Apakah supervisi akademik berpengaruh terhadap motivasi berprestasi guru
di Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?
3. Apakah motivasi berprestasi berpengaruh terhadap kinerja guru di
Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?
4. Apakah supervisi akademik berpengaruh terhadap kinerja guru dengan
motivasi berprestasi sebagai variabel intervening (mediasi) di Madrasah
Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?

C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari permasalahan yang diajukan peneliti, maka tujuan dari
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel supervisi akademik terhadap kinerja
guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel supervisi akademik terhadap motivasi
berprestasi guru di Madrasah Tsanawiyah di Negeri Kabupaten Kudus?
3. Untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi berprestasi terhadap kinerja
guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?
4. Untuk mengetahui pengaruh variabel supervisi akademik terhadap kinerja
guru dengan motivasi berprestasi sebagai variabel intervening (mediasi) di
Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kudus?

D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis maupun praktis. Hasil penelitian bermanfaat untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan merupakan bentuk manfaat secara teoritis. Sedangkan
manfaat praktis yaitu manfaat yang diperoleh berbagai pihak untuk
9

memperbaiki kinerja, terutama bagi lembaga, guru, peserta didik, dan peneliti.
Adapun mengenai manfaat teoritis dan praktis secara terperinci meliputi:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi ilmu pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian
supervisi akademik dan motivasi berprestasiguru terhadap kinerja guru serta
usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam
dunia pendidikan khususnya di tingkat Madrasah Tsanawiyah. Selain itu,
diharapkan dapat menambah bahan kajian penelitian lainnya dalam bidang
manajemen pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah sebagai supervisor, bisa mengambil manfaat dari
hasil penelitian ini, dan mereka bisa melakukan supervisi akademik
terhadap guru dengan lebih baik lagi sehingga dapat memotivasi dan
meningkatkan kinerja para guru, yang pada gilirannya mampu
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Madrasah Tsanawiyah.
b. Bagi guru, diharapkan meningkatkan kinerjanya untuk menjadi guru
yang profesional yaitu guru mampu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran. Kinerja Guru yang baik tentunya
tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan
akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu
mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik peserta didik di luar
kelas dengan sebaik-baiknya.
c. Bagi penulis, menambah wawasan dalam bidang pendidikan sehingga
mengetahui bagaimana pengaruh supervisi akademik dan motivasi
berprestasiguru terhadap kinerja guru di MTs Negeri di Kabupaten
Kudus sebagai bekal pengalaman pada masa yang akan datang.
10

E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada
pada tesis ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang
merupakan kerangka dan pedoman penulisan tesis. Sistematika tesis dapat
dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian
akhir. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal Tesis
Bagian awal tesis terdiri atas: halaman sampul (cover), halaman judul,
nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan
keaslian, abstrak, motto, persembahan, pedoman transliterasi, kata
pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi Tesis
Bagian isi adalah bagian utama tesis. Adapun bagian utama isi tesis
terbagi atas bab dan sub bab yaitu sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Pada bagian pendahuluan terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka pemikiran, dan sistematika pembahasan.
Bab II Landasan Teori. Pada bab ini terdiri dari deskripsi teori yang
berisi pembahasan tentang kajian supervisi akademik, kajian kinerja guru,
kajian tentang motivasi kinerja guru. Kemudian membahas tentang
penelitian terdahulu yang berisi hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Dilanjut dengan kerangka berfikir dan hipotesis
penelitian.
Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis mengemukakan
tentang metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Agar
sistematis, bab metode penelitian meliputi: jenis dan pendekatan, populasi
dan sampel, desain dan definisi operasional variabel, uji validitas dan
reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian. Pada bab ini terdiri dari gambaran hasil
penelitian dan analisis data penelitian. Agar tersusun dengan baik
diklasifikasikan ke dalam pembahasan mengenai hasil penelitian tentang
11

gambaran obyek penelitian dari gambaran umum di MTs.N 1 Kudus dan


gambaran umum di MTs.N 2 Kudus. Dilanjutkan dengan pembahasan hasil
analisis data angket penelitian meliputi: uji validitas, uji reliabilitas, uji
prasyarat, uji hipotesis.
Bab V Pembahasan. Pada bab ini terdiri dari pembahasan hasil
penelitian yang telah diperoleh kemudian dikomparasikan dengan hasil
penelitian terdahulu. Kemudian juga membahas desain dan definisi
operasional variabel, membahas hasil dari uji validitas dan reliabilitas
instrumen, membahas teknik pengumpulan data, dan terakhir membahas
tentang hasil teknik analisis data.
Bab VI Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
penelitian dikemukakan dari hasil penyelasaian penelitian yang bersifat
analisis kuantitatif. Sedangkan saran berisi solusi untuk mengatasi masalah
dan kelemahan yang ada. Saran ini tidak lepas ditujukan untuk ruang
lingkup penelitian.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir tesis terdiri atas: daftar pustaka, daftar lampiran yang
dipakai untuk menempatkan data atau keterangan lain yang berfungsi untuk
melengkapi uraian yang telah disajikan, kemudian hasil pengujian olah data
analisis statistik dengan SPSS 21 dan terakhir adalah daftar riwayat hidup.

Anda mungkin juga menyukai