BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masa depan.
Menurut Djamarah (2002: 73) guru adalah salah satu unsur manusia
1
2
dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif,
profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada
tugasnya. Menurut Aqib (2002 : 22) guru adalah faktor penentu bagi
pendidikan.
maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya
tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap
dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah amatlah sentral. Sikap
pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang
maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan
Walgito (2001 : 234) sikap yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal,
sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf,
peserta didik atau siswa, dan orang tua siswa. Tanpa mengenyampingkan
peran dari unsur-unsur lain dari organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru
4
sekolah.
usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah
dengan tenang. Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja
besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada umumnya pekerjaan guru
kalah penting adalah faktor perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor
6
Masih rendahnya kinerja guru dilihat pada guru yang sering menunda-
materi.
penelitian ini penulis membatasi masalah yang diidentifikasi yang akan diteliti
mengenai kinerja guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru dan
Polewali Mandar.
7
B.Rumusan masalah
sebagai berikut :
Polewali Mandar ?
Mandar ?
Mandar .
8
guru dengan melihatnya dari aspek kepemimpinan kepala sekolah dan sikap
sekolah dengan kinerja guru dan hubungan antara sikap guru dengan kinerja
sekolah dan sikap guru secara bersama-sama dengan kinerja guru. Dengan
Polewali Mandar .
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepemimpinan.
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan.
Kelangsungan hidup suatu organisasi dalam sejarah ternyata amat
dipengaruhi oleh para pemimpinnya, bahkan tiap-tiap zaman lebih terkenal nama
pemimpinnya dari pada organisasi atau negaranya seperti Napoleon Bonaparte,
Mahatma Gandhi, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin. Kenyataan pula para
pemimpin dapat memengaruhi kepercayaan, kenyamanan, rasa aman, dan
terutama tingkat prestasi suatu organisasi (Handoko.,1984:24).
Lebih lanjut Davis (1986:58) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan rasa bersemangat demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, kepemimipnan adalah faktor manusia
yang mengikat suatu kelompok dan mendorong mereka ke suatu tujuan. Hal ini
senada yang dikemukakan oleh Dessler (1997:142), yakni kepemimpinan adalah
menampakkan wujudnya apabila seseorang itu dapat mempengaruhi orang lainh
untuk suatu tujuan tertentu. Di lain pihak Locke dan Associates (1997:36)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu seni mempengaruhi orang lain untuk
mengarahkan keinginan mereka.
Kaitannya dengan organisasi, kepemimpinan terletak pada usaha
mempengaruhi seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara
optimal, proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju sasaran
bersama.
Kepemimpinan adalah sifat seseorang di dalam membimbing dan
mengarahkan seseorang untuk melaksanakan kegiatan secara ihklas ke arah
9
10
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan itu perlu
dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis ( 1986) yang menujukkan
ada empat sifat yang menyebabkan keberhasilan kepemimpinan seseorang yaitu:
(a) Intelligence, leader generally are slighty more intelegent then the
average of their followers, (b) social matury and breadth, leaders are
emotionally mature, capable of handling extrems situations, they are also
able to socialize well with others and have a reasonable self asserance and
self resfect, (c) inner motivation and achievement drives, leaders have a
strong drive to accomplish thing, (d) human relations attitude leaders know
they rely on people to get the work done, they therefore try develop social
understanding, they are employes-oriented
A. Kepemimpinan Transformasional
Dalam dekade terakhir ini, manusia berada dalam lingkungan kehidupan
yang mengalami perubahan yang sangat drastic, globalisasi dengan perdagangan
bebasnya, pergerakan mata uang disetiap Negara, akibat berkecamutnya perang
11
melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan sang pemimpin. Hal
ini sangat besar manfaatnya dalam hal adaptasi terhadap perubahan,
terutama yang bersifat radikal dan fundamental.
b. Intelectuall stimulation, pemimpinan transformasional berupaya
menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan inovasi dan kreativitas.
Perbedaan pendapat dipandang sebagai hal yang lumrah terjadi. Pemimpin
mendorong para bawahnnya untuk memunculkan ide-ide yang baru dan
solusi yang kreatif atas masalah yang dihadapi. Untuk itu bawannya
dilibatkan dalam proses perumusan masalah dan pencarian solusi.
c. Inspirational motivation, pemimpinan transformasional memotivasi dan
mengispirasi bawahannya dengan jalan mengkomunikasi ekspektasi secara
jalas, menggunakan berbagai simbol untuk mengfokuskan usaha atau
tindakan dan mengekspektasikan tujuan yang penting dengan cara-cara
sederhana.
d. Individualized consideration, pemimpin trasformasional memberikan
perhatian khusus terhadap setiap kebutuhan individual untuk berprastasi
dan berkembang, dengan jalan bertindak sebagai pelatih atau penasehat
malalui interaksi personal, diharapkan prestasi karyawan dapat semakin
meningkat.
a. Kepala Sekolah
dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan.
2002 : 349)
tersusun dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat diartikan ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, dan “sekolah” yaitu
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
harapan tinggi bagi para staf dan para siswa. “Kepala sekolah adalah
16
seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala
b. Kepemimpinan
1) Hakikat Kepemimpinan
ditetapkan.
serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi pakar
yang bersangkutan.
kepemimpinan:
dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau
memiliki perbedaan yang bersifat umum pula seperti: (1) siapa yang
dan pada gilirannya akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak
saling berkaitan, yaitu unsur manusia, sarana, dan tujuan. Untuk dapat
bagaimana para pemimpin itu berperilaku, dan (3) apa yang membuat
pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh
pemimpin, seperti tidak kenal lelah, intuisi yang tajam, wawasan masa
sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti
approach states that leaders are born and note made- that leaders do not
acqueire the ability to lead, but inherit it“ yang artinya pemimpin adalah
pengikutnya.
diamati yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat pribadi atau sumber
berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang
mungkin tidak sama dengan tipe pemimpin dalam situasi yang lain
3) Fungsi Kepemimpinan
4) Syarat-syarat Pemimpin
dimiliki oleh setiap pemimpin termasuk kepala sekolah. Dengan kata lain
tugas kepemimpinan harus didukung oleh mental, fisik, emosi, watak sosial,
sikap, etika, dan kepribadian yang baik. Seorang pemimpin harus pula
sekolah tersebut berada, (2) seorang pemimpin atau kepala sekolah harus
sikap bawahan, serta bakat dan kekurangan dari bawahan, (3) seorang
satu perasaan rill untuk semangat dan suasana aktivitas diri orang lain dan
staf yang harus dihadapi, (5) seorang pemimpin harus mengetahui layout
problema yang biasa terjadi, dan (6) seorang pemimpin harus mengetahui
pelayanan yang tersedia untuk dirinya dan bawahan, serta kontrol yang
pelayanan pendidikan, dan (8) mampu menjadi pemimpin yang baik dan
syarat yaitu: (1) mempunyai kecerdasan yang lebih, untuk memikirkan dan
memecahkan setiap persoalan yang timbul dengan tepat dan bijaksana, (2)
mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang ambing oleh suasana
yang berganti, dan dapat memisahkan persoalan pribadi, rumah tangga, dan
lingkungan.
Dari semua definisi diatas, satu yang dikenal secara umum dapat
ditetapkan bahwa budaya berkaitan dengan Makna bersama, nilai, sikap dan
individu anggota organisasi mulai dari pucuk pimpinan sampai ke front lines
(Juechter 1998), sehingga tidak ada aktifitas yang dapat melepaskan diri dari
a. Tingkatan Budaya
empat pendekatan Robert & Hunt, (1994: 439) yaitu : beberapa sarjana
1. Artifak, dimana budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat
dll. Analisa pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi
sulit ditafsirkan.
2. Nilai, yang memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artifak.
Nilai ini sulit diamati secara langsung, oleh karenanya seringkali perlu
ini merupakan reaksi yang dipelajari yang bermula sebagai nilai-nilai yang
Asumsi dasar ini dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai budaya
yang mana hal ini dapat dilihat jenis produk yang dihasilkan atau cara
hal-hal benar apa yang perlu dikerjakan oleh manusia atas asumsi mengenai
realitas, lingkungan, dan sifat manusia diatas, apakah ia harus aktif, pasif,
pemgembangan pribadi, atau lainnya. Apa yang dimaksud dengan kerja dan
apakah yang dimaksud dengan bermain. Dimensi utama dari aspek ini
33
kaidah linguistik dan perilaku yang menetapkan mana yang riel dan mana
yang tidak, mana yang fakta, bagaimana kebenaran akhirnya ditentukan, dan
dimensi :
orang bijak atau yang berwenang, proses hukum, revolusi konflik, uji coba
d. Hakekat waktu.
a. Arahan fokus yang menyangkut masa lalu , kini dan masa yang akan
datang.
apa yang dimaksud dengan manusia dan apa atribut yang dianggap intrinsik
b. Mengenai perubahan sifat tesebut, yaitu apakah sifat manusia itu tetap
g. Homogeneity vc Diverrsity
Apakah kelompok yang baik itu berada dalam kondissi homogen atau
ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan
menjadi sumber kerisauan dan frustasi bagi manajer dan karyawan. Hal ini
36
risiko input dan output dalam organisasi, bahkan dapat dilihat dari sudut
Jackson (1991:253), kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau
lain termasuk : (a) Kuantitas output, (b) Kualitas output, (c) Jangka waktu
Untuk lebih jelasnya kinerja guru mempunyai kaitan dengan sikap guru
didik untuk membentuk sumber daya manusia. Dibawah ini akan penulis
a. Pengertian Sikap
adalah derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu
obyek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan,
terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang
obyek.
Dalam bahasan ini yang berperan sebagai subyek yaitu guru dan
obyek yaitu pekerjaan yang diemban para guru. Sikap ini ditunjukkan dalam
berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontinyu
dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan
seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif
sikap dan ciri-ciri sikap sebagai berikut : Sikap adalah faktor yang ada dalam
Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan
dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada
b. Komponen-komponen Sikap
masalah sikap, ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen-
dipertegas oleh Papalia dan Oldes (1985 : 602-603) yang menyatakan, sikap
terdiri dari tiga elemen yaitu: apa yang anda pikirkan (komponen kognisi);
obyek sikap.
sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
secara tidak langsung. Sikap bisa muncul sebelum perilaku tetapi bisa juga
antara sikap dan perilaku. Atau dengan kata lain, sikap tidak selamanya
menentukan perilaku yang timbul. Azwar menyatakan bahwa sampai saat ini
belum ada kesepakatan yang jelas menyangkut hubungan antara sikap dan
perilaku.
tidak hanya ditentukan oleh sikap tetapi juga situasi. Uraian tentang
perilaku yang ditampilkan. Seorang guru yang memiliki sikap yang positif
bilamana seorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi
promosi yang terbuka, dan lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan
kepuasan bagi guru dalam menjalani profesinya. Perilaku dari seorang guru
dapat dilihat dalam bentuk tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan
c. Pengukuran Sikap
persepsi, atau perasaan seseorang. terhadap suatu obyek. Suatu skala sikap
evaluatif. Perbedaan antara skala sikap yang satu dan lainnya terletak pada
dengan sikap yang berbeda. Individu dengan sikap yang berbeda harus
skala. Namun demikian skala Likert berbeda dengan skala Thurstone, skala
pernyataan tersebut diambil dari banyak pernyataan yang disaring melalui uji
coba yang dikenakan pada subjek uji coba. Dari hasil uji coba dipilih
pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Corak khas dari skala Likert
ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh seseorang, merupakan indikasi
bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap, demikian
indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin negatif terhadap objek sikap
yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru
tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai
dengan cara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap guru dapat
Likert (Skala Likert) merupakan salah satu cara pengukuran sikap secara
5,424.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
itu guru dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk
41
48
profesionalnya.
merespon suka atau tidak suka terhadap pekerjaannya, yang pada akhirnya
terhadap suatu obyek. Selain itu, sikap juga mengandung motivasi, yang
berarti bahwa sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku
pekerjaan yang diembannya, dalam hal ini sebagai tenaga pendidik dan
sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik
profesional. Oleh karena itu, maka sejalan dengan kerangka berpikir tersebut
dapat diduga bahwa terdapat pengaruh atau korelasi positif antara sikap
kerja sama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru. Dalam organisasi
kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru
yang mampu bekerja secara profesional. Oleh karena itu diduga ada
semakin tinggi kinerja guru, semakin positif sikap guru maka semakin tinggi
kepemimpinan kepala sekolah, negatif sikap guru maka semakin rendah pula
kinerja guru dan budaya organisasi yang lemah akan menurunkan kinerja
Kepemimpina
n
Kepala
sekolah
X1 Kinerja
Guru
Y
Budaya
Organisasi
X2
Gambar : 2.1.
Kerangka pikir Penelitian
B. Hipotesis
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kepala sekolah, sikap guru dan kinerja guru, analisis data, dan diakhiri
prediktor dan kinerja guru sebagai variabel kriterium. Studi korelasi ini akan
B. Variabel Penelitian
kepala sekolah (X1), dan budaya organisasi (X 2) serta satu variabel terikat
variabel terikat (Y) dengan pola hubungan: (1) Hubungan antara variabel X 1
52
53
1. Populasi
2.Sampel
sampling dengan mengambil sampel secara sebanyak 158 orang guru guru
Dalam penelitian ini terdapat tiga data yang akan dikumpulkan, yaitu
kompetensi. Selanjutnya kuesioner dan soal tes diujikan kepada para guru
1. Uji Validitas
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir setelah dikurangi dengan item yang diuji. Validitas akan
rpq =
dimana :
perhitungan ditunjukkan pada nilai corrected item total correlation. Jika nilai
corrected item total correlation > 0,3 maka item dinyatakan valid.
(Solimun, 2004).
55
2. Uji Reliabilitas
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
bilamana koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total
seluruh indikator lebih besar 0,3 (r ≥ 0,3), maka instrumen tersebut dianggap
Dimana :
Y = Kinerja guru
X2 = Sikap guru
X3 = Budaya organisasi
b0 = Konstanta
56
R2 =
dimana :
F. Uji Hipotesis
1. Uji t
Menentukan Hipotesis
t hitung =
2. Uji F
yaitu :
Menentukan Hipotesis
(dependen).
(dependen).
58
F hitung = =
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti yaitu,
2. Budaya organisasi adalah proses atau suatu pola yang dibentuk dari
dihadapi. Pola-pola ini menjadi sesuatu yang pasti dan nantinya juga
secara bertanggung jawab dan layak. Sedang sikap guru adalah suatu
DAFTAR PUSTAKA
Koontz, Harold, C.O. Donnel dan M. Wichrich, 2006, Manajemen, Jilid I Edisi
8 (Terjemahan), Erlangga, Jakarta.
Latif Abdul, 2003, Membangun Sumber Daya Manusia yang Mandiri dan
Profesional, Jakarta. Penerbit PT. Penakencana Nusadwipa.
54
61
Lim, Johanes, 2002. Strategi Sukses Mengelola Karier dan Bisnis. Jakarta:
Gramedia.
Nitisemito Alex S., 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Ghalia
Indonesia.