BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan dasar di dalam diri kita tergali melalui pendidikan ini. Sebagaimana Undang
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pendidikan
ialah usaha dengan penuh kesadaran serta terprogram dalam rangka terwujudnya situasi
belajar mengajar supaya para siswa dapat turut aktif meningkatkan potensi yang ada pada diri
pribadinya, punya pengendalian diri, kuat secara spiritual, kecerdasan, karakter, dan budi
pekerti yang baik, serta skill yang bermanfaat bagi diri, masyarakat, dan bangsa.
konsekuensi logis pada perubahan paradigma pengelolaan pendidikan dari yang bersifat
sentralistis menjadi desentralitis. Perubahan ini, pada satu sisi munguntungkan sebab
pendidikan di sekolah dapat dilaksanakan secara lebih leluasa dan mandiri sesuai dengan
kemampuan masing-masing sekolah, namun pada sisi lain akan menjadi kendala pada
pelaksanaannya apabila kesiapan sekolah tidak sejalan dengan tuntutan dari kebijakan
Sekolah merupakan lembaga formal pendidikan yang memegang peranan penting dalam
change”, yaitu lembaga bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan
sekolah harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang kompeten dan beradab.
diandalkan. Menurut Slamet PH(1992) dunia pendidikan tidak akan mengalami perubahan
apapun sepanjang para dosen dan guru tidak mau berubah,tidak adaptif dan antisipatif
terhadap perubahan.
Guru adalah salah satu komponen yang berperan dalam meningkatkan pendidikan di
sekolah. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, pasal 1, ayat (1) menjelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Mulyasa (2013: 24) berpendapat bahwa guru
merupakan salah satu faktor penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, disamping faktor
lainnya. Dalam praktiknya, jabatan dan pekerjaan guru bukan hal yang mudah, jabatan dan
pekerjaan guru memerlukan keahlian khusus yang tidak bisa dikerjakan oleh sembarang
orang. Tugas utama seorang guru sebagai tenaga kependidikan di sekolah adalah
menyalurkan informasi berupa pengetahuan yang dijadikan bekal oleh peserta didik untuk
dapat mengikuti pendidikan ke jenjang selanjutnya. Tindakan guru dalam melaksanakan
Supardi (2013: 45) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh
seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau
ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma
etika yang telah ditetapkan. Kinerja guru pada suatu sekolah berperan dalam keberhasilan
mencapai tujuan sekolah. Semakin baik mutu dan kinerja seorang guru, maka semakin besar
peranannya dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru merupakan faktor
penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan guru adalah
pihak yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Sementara itu Casio dalam Supardi
(2013: 45) ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang antara lain: (1)
partisipasi Sumber Daya Manusia (SDM), (2) pengembangan karier, (3) komunikasi,
kesehatan dan keselamatan kerja, (4) 4 penyelesaian konflik, (5) insentif yang baik, dan (6)
kebanggaan. Lebih lanjut Supardi (2013: 47) menjelaskan bahwa ada aspek aspek lain yang
dapat digunakan untuk menilai kinerja atau prestasi kerja diantaranya: (1) kemampuan kerja,
(2) kerajinan, (3) disiplin, (4) hubungan kerja, (5) prakarsa, dan (6) kepemimpinan. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, kinerja seorang guru dipengaruhi beberapa
Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawab secara
moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenang yang telah didelegasikan kepada
orang-orang yang dipimpinnya. Menurut Husaini Usman, kepala sekolah sebagai manager
(empathy), saling membantu (assist), saling penuh kedewasaan (maturity), saling mematuhi
sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen
sekolah”. Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman mereka terhadap manajemen dan kepemimpinan. Hal ini berarti berhasil
tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak
menggerakan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah salah satunya ialah guru.
Selain itu perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan
menunjukan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok (Mulyasa, 2013: 17). Untuk itu dalam
pendidik/guru yang memiliki kinerja yang baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
dalam menggerakan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola piker, cara kerja setiap
anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk
menunjukan belum optimal. Hal itu di indikasikanantara lain dengan masih minimnya kepala
kurang mampunya mempengaruhi sesorang atau kelompok agar bekerja secara suka rela
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.Sedangkan menurut (Syaiful Sagala.2009 : 128)
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru menurut Uben dan Hughes
berupa penciptaan iklim kerja yang dapat memacu atau menghambat efektivitas kinerja guru,
dan tingkat kepuasan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.
Menurut Hoy, Smith dan Sweetland. iklim kerja dipahami sebagai maniferestasi dari
keperibadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam sebuah kontinum dari iklim kerja terbuka
keiklim kerja tertutup. Iklim kerja terbuka didasarkan pada rasa hormat, kepercayaan, dan
kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajemen sekolah dan peserta didik
untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif dengan satu sama lain. Iklim kerja juga
sebagai kualitas dan kareakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa,
orang tua dan pengalaman personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan
norma-norma tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar mengajar, serta struktur
organisasi
Hal ini menggambarkan bahwa iklim kerja sebagai beberapa keadaan atau kondisi dalam
suatu rangkaian yang secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar, dapat
mempengaruhi karyawan. Iklim kerja yang sejuk dan harmonis akan memberikan gairah dan
yang belum optimal. Selain sarana - prasarana sekolah yang belum representatif, juga
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa secara umum kinerja guru-guru di SDN
Bagus 2 Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala sudah cukup baik dalam
menjalankan tugasnya. Dalam observasi ini kepala sekolah menginformasikan bahwa secara
umum kinerja guru-guru di lingkungan sekolahnya sudah cukup baik dalam menjalankan
tugasnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju salah satunya
bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka kinerja guru perlu ditingkatkan lagi
agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari seorang guru salah satunya adalah manajemen kepemimpinan
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru SD
B. Identifikasi Masalah
10. Sarana dan prasarana yang tersedia disekolah belum dimanfaatkan secara maksimal.
C. Batasan Masalah
mendapatkan tanggapan dan solusi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kinerja guru
diantaranya : sikap mental ( motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), pendidikan,
keterampilan, kepemimpinan, tingkat penghasilan, gaji dan kesehatan, iklim kerja, sarana dan
prasarana, dan teknologi. Namun dalam penelitian ini penulis membatasi masalah kinerja
1. Manajemen kepemimpinan, dimana pada aspek ini peneliti hanya pada kompetensi
kepala sekolah (kepala sekolah sebagai educator, kepala sekolah sebagai manajer, kepala
sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai
2. Iklim Kerja , dimana pada aspek ini mencakup ( kebersihan, ketertiban, kerjasama orang
tua dengan guru, sikap saling menghargai, perasaan nyaman, terjadi komunikasi yang
berikut:
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini secara umum
adalah:
2. Untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru di SDN Bagus 2 ?
3. Untuk mengetahui pengaruh manajerial kepemimpinan kepala sekolah dan Iklim kerja
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diperhatikan dari dua sisi pandang yakni secara teoritis
a. Bagi penulis mampu mengembangkan alur berfikir induktif dan deduktif untuk
tata di lapangan.
lembaga pendidikan.
d. Bagi sekolah diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan
disekolah melalui masukan-masukan yang positif dan bias bagi kepala sekolah
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini akan menerangkan mengenai teoriteori yang
berkaitan dengan Manajemen kepemimpinan kepala sekolah, Iklim kerja dan kinerja
1. Manajemen
kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan
dan penggunaan sumberdaya lain yang ada dalam organisasi , guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”.
adalah usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara membangun
kelompok yang terorganisir. Dengan demikian manajemen dapat dipandang sebagai suatu
proses, kemampuan dan aktivitas dalam mencapai tujuan organisasi, upaya menggerakan
orang dan memanfaatan orang lain dalam kondisi menyenangkan, serta penciptaan
dan mengatur sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan manajemen dapat
terjadi apabila ada seorang pemimpin atau manajer bersama-sama orang lain baik melalui
dan teknik dalam menjalankan proses pengorganisasian dan memusatkan perhatian pada
pencapaian tujuan organisasi yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Kegiatan
manajemen pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan oleh
seorang manajer yang tidak terlepas dari pelaksanaan fungsifungsi manajemen itu sendiri.
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak ingin dicapai dan menetapkan jalan dan
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin”.
Perencanaan adalah suatu penentuan urutan tindakan, perkiraan beaya serta penggunaan
waktu untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas
yang wajar dengan efisien untuk tercapainya tujuan, (Sudjana, 2000:62). Dalam proses
perencanaan terdapat tiga kegiatan yakni perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan
program untuk mencapai tujuan itu, dan identifikasi serta pengerahan sumber yang
jumlahnya selalu terbatas. Dalam dunia pendidikan, perencanaan berarti keputusan yang
pendidikan lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dan
Widjayakusuma, 2000:56) memiliki hirarki yakni” 1) perencanaan visi, misi dan tujuan,
perencanaan anggaran”
antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggungjawab masing-
masing untuk setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan kerja yang sesuai dan
mekanisme koordinasi kegiatan individu dan kelompok, serta pengaturan hubungan kerja
pendapat dan perilaku dalam mewujudkan wewenang dan tanggungjawab sesuai tugas
disini dimaksudkan untuk mewujudkan jaringan kerja (net work) baik kedalam maupun
keluar. Pengkoordinasian berfungsi untuk mengurangi egoisme jabatan atau satuan kerja
yang ditandai dengan sikap dan 36 penilaian, kesediaan, pengakuan dan penerimaan
bahwa jabatan/unit kerja lainnya sama penting, sehingga satu sama lain dapat bekerja
sama melalui koordinasi itu dalam usaha mencapai tujuan organisasi, (Hadari Nawawi,
2000:123). Pengkoordinasian jaringan kerja akan terwujud bila disertai dengan usaha-
gagasan, pendapat, penjelasan, saransaran, dan lain lain dari sumber informasi kepada
secara dinamis sesuai dengan tujuannya, (Hadari Nawawi, 2000:131). Dengan demikian
pertemuan, diskusi, dan lain-lain. Kesemuanya itu ditempuh untuk memperjelas tugas
penentuan apa yang dicapai, standar apa yang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai
dapat berjalan menurut rencana yaitu sesuai dengan standar. Pengawasan dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dari apa yang telah direncanakan.
manajemen berjalan sesuai rencana, dinamis dan berhasil secara efektif dan efisien,
2000:101) meliputi tiga tahap, yaitu “1) menetapkan standar pelaksanaan, 2) pengukuran
(deviasi) antara pelaksanaan standar dan rencana”. Untuk mengetahui hasil dari kegiatan
yang ditetapkan tidak cukup hanya dilakukan dengan pengawasan akan tetapi perlu juga
dievaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran hasil kerja (kinerja)
bawahan sekaligus menilai apakah hasilnya telah sesuai dengan proses yang dijalankan
ataukah tidak.
2. Kepemimpinan
dari kata leader. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan
adalah jabatannya. Sedangkan menurut Cowley dalam Wahjosumidjo (2013: 40) “leader
is one who succeeds in getting others to follow him” maksudnya adalah seorang
pemimpin adalah orang yang berhasil menggerakan orang lain sehingga secara sadar
orang tersebut mau melakukan apa yang di kehedakinya. Sedangkan Fielder dalam
Kurniadin dan Machali (2014: 289) berpendapat “ Leader as the individual in the group
given the task of directing and coordinating task relevant group activities”. Maksud
tujuan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pemimpin adalah
orang lain/anggota dalam suatu kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
terjemahan Jusuf Udaya dalam buku Abdul Azis Wahab (2008: 82-83) adalah:
(Hemhill&Coons, 1957)
b. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi
tertentu, yamg diarahkan melalui proses komunikasi kearah satu atau beberapa tujuan
terhadap suatu kolektif dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
Kim dan Maubourgne (sebagaimana dikutip oleh Abdullah Munir, 2008: 32)
kepercayaan dan dukungan kepada orang-orang yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
yaitu:
c. Suatu tindakan yang merupakan suatu ajakan agar komunitaskomunitas lain beraksi
atau merespons untuk melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama dengan satu
d. Seni mempengaruhi orang lain melalui bujukan atau contoh dengan mengikuti suatu
kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar
bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi
secara efektif dan efisien”. Dari beberapa definisi di atas diketahui, bahwa pada
b. Fungsi Kepemimpinan
Salah satu peran penting yang harus dilaksanakan oleh seorang seorang kepala
situasi sosial suatu kelompok atau organisasi. Secara operasional fungsi pokok
kepemimpinan yaitu:
(a) Fungsi Instruksi (bersifat komunikasi satu arah dan pemimpin bertindak sebagai
komunikator),
(b) Fungsi konsultasi (bersifat dua arah yaitu komunikasi terjadi antara pemimpin dan
bawahan),
(d) Fungsi delegasi (pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan kepada
pengawasan)
Selanjutnya Bass dan avolio (Husaini Usman, 2008: 323) terdapat 4 dimensi
(Husaini Usman, 2008: 323) menambahkan dimensi charisma (memiliki karisma) yaitu
fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang kelima, yang diharapkan dengan fungsi
kepemimpinan kepala sekolah dapat mendorong pemberdayaan para guru dan pegawai
untuk berkerja tinggi dan membawa perubahan budaya sekolah menuju kualitas yang
lebih baik.
serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat sedangkan dalam hal pembinaan
kelompok , yang meliputi pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar ,
yakni : (1) mendefinisikan misi dan peranan organisasi, dalam hal ini pemimpin sebagai
kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan
mewakili organisasi kepada umum dan kepada setafnya seperti halnya pemimpin
mencoba untuk mengejak para bawahan mengikuti keputusannya agar fungsi tersebut
dapat dilaksanakan; dan (4) mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam
organisasi
sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dari
orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinan,
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerja karyawan
atau guru. Gaya kepemimpinan yang digunakan kepala sekolah dalam berhadapan
dengan bawahan yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada
karyawan atau guru (Gibson, 2003: 121). Kepala sekolah berorientasi kepada tugas
tugas yang dijalankan bawahan memuaskan. Kepala sekolah yang berorientasi kepada
kepemimpinan memandang organisasi sebagai suatu sistem yang berguna, terdiri atas
mempengaruhi aktifitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam situasi
berkomunikasi dengan bawahan, dan dapat dikatakan sebagai seorang kepala sekolah
dalam mempengaruhi warga sekolah yang dipimpinnya melalui proses untuk mencapai
tujuan sekolah. Dalam bukunya Kartini Kartono (1990: 56) “Pemimpin dan
a) Tipe Karismatis
Tipe pemimpin karismatis memiliki kekuatan energi daya tarik dan pembawa yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga mempunyai pengikut yang
sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebabsebabnya, mengapa seseorang itu
memiliki karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib
sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian,
(1) mengganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, atau anak sendiri
sendiri,
(4) tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5)
(6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar. Selanjutnya tipe kepemimpinan yang
maternalistis juga mirip dengan tipe yang paternalistis, hanya dengan perbedaan
adanya sikap overprotective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, disertai
c) Tipe militeristis
Tipe ini sifatnya sok kemiliteran. Hanya gaya luaran saja yang mencontoh gaya
militer, tetapi jika dilihat seksama tipe ini mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
(1) lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando terhadap bawahannya,
yang berlebihan,
(5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
dan
Kepemimpinan ini didasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus
dipenuhi. Pemimpin selalu berperan sebagai pemain tunggal. Setiap perintah dan
(3) semua perintah pemberian dan pembagian tugas dilaksanakan tanpa mengadakan
Kepemimpinan yang sangat praktis dan membiarkan kelompoknya serta setiap orang
berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompok, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan.
Pemimpin hanya bersifat simbol dan tidak memiliki keterampilan teknis. Dalam hal ini
pemimpin laisser faire pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian
sebenarnya. Sebab bawahan dalam situsi kerja sedemikian itu sama sekali tidak
f) Tipe populistis
administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu untuk menetapkan
integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan
yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawahannya, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerja sama
yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis bukan terletak pada respon atau
individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru pada partisipatif aktif dan setiap
tugas serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang, puas, pasti, dan rasa
(3) tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya dan kelancaran kerja sama dari setiap
dinamisme dan kerja sama demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang
berbagai gaya dan tipe kepemimpinan yang ada diharapkan para pemimpin
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, yang dipakai
ditetapkan.
melibatkan secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
f) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan
(E. Mulyasa, 2006: 126) Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. Kepala sekolah dapat menjelaskan
tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, mampu membangun
hubungan yang harmonis dengan guru, masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah jangan sekali-kali menerapkan konsep conflict
management, agar semua komponen dapat kompak. Prinsip kebersamaan, bekerja dengan
tim jangan dilupakan. Dengan perilaku kepala sekolah yang demikian sangat diyakini
akan berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
dan syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pemimpin. Di dalam kenyataan memang
tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk memenuhi sifatsifat tersebut secara sempurna.
Padahal diharapkan seorang kepala sekolah benarbenar telah memiliki kompetensi yang
e. Syarat-syarat Kepemimpinan
a) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia
teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kepemimpinan anggota biasa.
Menurut Ngalim Purwanto (2005: 55) beberapa sifat yang diperlukan dalam
kepemimpinan pendidikan:
dipimpinnya.
c) Sanksi-sanksi yang ada dari tangan pemimpin (Ngalim Purwanto, 2005: 57)
Kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu masukan satuan yang menjalankan
Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagi motor penggerak sekaligus penentu arah
kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan
sekolah dalam kegiatan manajemen sumber daya sekolah yang utamanya untuk
mengelola warga sekolah (Wursanto, 1990: 58) Kepala sekolah sebagai pemimpin
uraian di atas maka pengertian kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah
3. Kepala Sekolah
yang sangat berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan diantaranya guru dan
kepala sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010
pasal 1 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah menyatakan bahwa “Kepala
sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman
tingkat satuan pendidikan yang harus bertanggung jawab terhadap maju mundurnya
terdapat orangorang yang sangat berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan
diantaranya guru dan kepala sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 28 Tahun 2010 pasal 1 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah
menyatakan bahwa “Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara
guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Hal ini
didukung dalam pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010
tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa “Kepala
sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman
Mulyasa (2013: 42) berpendapat “kepala sekolah adalah orang yang diberi
tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat serta
orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah”. Kepala sekolah merupakan
pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap
maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki
agar dapat mengembangkan dan memajukan sekolahnya. Hicks dan Gullet dalam
guru, staf, dan para siswa”. Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah kepala sekolah harus
mampu dan selalu memperhatikan sumber daya bawahannya untuk lebih 15 diberdayakan
agar kemampuannya selalu berkembang dari waktu ke waktu. Kepala sekolah adalah
seorang pemimpin dan setiap pemimpin memiliki bawahan. Didalam lingkungan sekolah
bawahan dari kepala sekolah salah satunya adalah guru. Guru dan kepala sekolah adalah
orang yang paling berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh
karena itu hubungan kerjasama yang baik harus tercipta antara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah guru
yang mendapatkan tugas tambahan untuk memimpin sekolah dan bertanggung jawab
mengelola serta memanfaatkan sumber daya/potensi yang ada untuk mewujudkan visi,
misi, tujuan sekolah serta meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin harus dapat: (a) mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan
penuh semangat dan percaya diri para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugas
masing-masing; serta (b) memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf, dan
siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan
dilaksanakannya. Menurut Suhardan, dkk (2013: 141) “fungsi utama kepala sekolah
guruguru dapat mengajar dan peserta didik dapat belajar dengan baik”. Lebih lanjut
melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik,
sekolah dan buku mengenai Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA,
SMK&SLB (2007: 169) menyebutkan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
sekolah/madrasah
sekolah/madrasah
e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
f) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal
secara optimal
i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan
sekolah/madrasah
manajemen sekolah/madrasah
lanjutnya.
c) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
profesionalisme guru
profesionalisme guru.
5. Dimensi Kompetensi Sosial
begitu diperhatikan dan selektif dengan adanya standar kompetensi kepala sekolah
tidak terlepas dari kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang selayaknya dapat
Menurut Wahyudi (2009: 34) kepala sekolah harus memiliki keahlian atau
keterampilan memimpin, yaitu mampu mempengaruhi dan mengarahkan para guru dan
warga sekolah lainnya mewujudkan tujuan sekolah, memberi motivasi dan membangun
semangat partisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, menciptakan suasana kerja harmonis,
dan mampu mendelagasikan wewenang secara tepat. Karena itu kepala sekolah juga
harus memiliki kualifikasi pribadi yang baik, patut diteladani para warga sekolah.
Dengan kata lain seorang kepala sekolah sebagai pemimpin yang diharapkan berhasil
Berdasarkan uraian di atas maka kepala sekolah harus memiliki (1) pengetahuan
dimana sekolah tersebut berada, (2) kemampuan memahami hubungan kerja antar
berbagai unit, pendelegasian wewenang, sikap bawahan, serta bakat dan kekurangan dari
bawahan, (3) wawasan organisasi dan kebijaksanaan khusus, perundang-undangan dan
prosedur, (4) kepekaan untuk membangun semangat staff yang dihadapi, (5) seorang
pemimpin harus mengetahui lay out secara fisik bangunan, kondisi operasional, berbagai
yang harus mengatur, memberi perintah, sekaligus mengayomi bawahannya yaitu para
guru. Berhasil tidaknya sekolah mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya
dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Perilaku kepala sekolah harus dapat
mendorong kinerja para guru dengan menunjukan rasa bersahabat, dekat, dan penuh
merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam
efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel”. Berdasarkan pendapat tersebut kepala
sekolah harus menjadi seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan manajemen yang
baik untuk dapat mengelola sekolah secara keseluruhan dan selalu berupaya
meningkatkan mutu pendidikan. Lebih lanjut Mulyasa (2013: 90) menjelaskan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Untuk mencapai visi dan misi
pimpinan tertinggi dalam dalam lingkungan sekolah. Keefektifan yang dimaksud dapat
dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh potensi yang ada
di sekolah dengan optimal, sehingga guru, staff, dan pegawai lainnya yang terlibat dalam
sekolah adalah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan
sekolah untuk mencapai visi dan misi sekolah secara efektif dan efisien. Dalam
harus dilakukan.
perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan fungsi sebagai berikut: (a) kepala
sekolah sebagai educator (pendidik); (b) kepala sekolah sebagai manajer; (c) kepala
sekolah sebagai administrator; (d) kepala sekolah sebagai supervisor; (e) kepala sekolah
sebagai leader (pemimpin); (f) kepala sekolah sebagai inovator; dan (g) kepala sekolah
pembelajaran yang dilakukan guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat
sebagai educator dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar
untuk menambah wawasan guru serta memberikan kesempatan kepada guru untuk
yang lebih tinggi; (2) berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
untuk lebih giat bekerja yang hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di
papan pengumuman; (3) menggunakan waktu yang belajar secara efektif disekolah.
Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru,
contoh mengajar.
organisasi dan mendayagunakan seluruh sumber daya dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan
ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan serta mendayagunakan
Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
program sekolah.
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki
tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas
sekolah.
menjaga jarak dengan para tenaga kependidikan, agar mereka mengemukakan berbagai
kependidikan. Dengan demikian setiap permasalahan yang dihadapi oleh para tenaga
pendidikan dapat segera diselesaikan dan di pecahkan bersama dan tidak mengganggu
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergioni dan Starrat (1993) dalam
Mulyasa (2013: 111) menyatakan “Supervision is a process designed to help teacher and
supervisor leam more about their practice; to better able to use their knowledge ang skills
to better serve parents and schools; and to make school a more effective learning
community”. Maksud kutipan tersebut adalah Supervisi merupakan suatu proses yang
dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari
untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orangtua peserta didik dan sekolah, serta
supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam
pembinaaan dan pelaksanaan tugasnya. Jika supervisi dilakukan kepala sekolah, maka
kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
Supervisi dapat dilakukan kepala sekolah secara efektif antara lain melalui diskusi
kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumidjo dalam Mulyasa (2013: 115)
menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat jujur, percaya diri,
tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang
kemampuan: memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru), memahami
kependidikan, dan menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk
secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk
tulisan, berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, dan berkomunikasi secara lisan
dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan. Dalam implementasinya, kepala
sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan yaitu demokratis,
otoriter, laissez-faire.
Kepala sekolah sebagai leader mungkin bersifat demokratis, otoriter dan mungkin
laissez-faire. Namun dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut, maka dalam menjalankan
strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan para tenaga kependidikan, dan
Dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara kepala sekolah
kepala sekolah sebagai inovator juga harus mampu mencari, menemukan dan
lain-lain.
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas
dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,
pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan
sebagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB). Setiap
perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, oleh karena itu untuk
berpengaruh.
mampu menjalankan fungsi-fungsi kepala sekolah di atas dengan baik, maka dapat
dikatakan bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yang baik sehingga
untuk mengatur sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Kemampuan manejerial
ini menunjukan bahwa kepala sekolah bertindak selaku seorang manajer. Tiga hal penting
yang berkaitan dengan kepala sekolah sebagai seorang manajer adalah proses,
pendayagunaan seluruh sumber organisasi, dan pencapaian tujuan organisasi yang ingin
dicapai. Proses adalah suatu cara yang sistematis dalam mengerjakan sesuatu. Proses
dilaksanakan oleh kepala sekolah yang terdiri dari “tugas, rencana, program, regulasi
pencapaian tujuan berarti tercapainya tujuan akhir yang dikehendaki secara efektif dan
sumbersumber daya pendidikan dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang telah
ditetapkan.
menyusun rencana program dan tujuan sekolah seperti menyususn kalender pendidikan,
menyususn rencana anggaran sekolah (RAPBS). Kegiatan ini menuntut kepala sekolah
memperhatikan data dan fakta tentang kegagalan dan keberhasilan program sekolah
sebelumnya. Oleh karena itu perlu bagi kepala sekolah melakukan analisis perencanaan
program dengan menerapkan analisis SWOT sehingga akan terhindar dari kesalahan-
kepada guru dan staf, membagi kerja kedalam tugas individu atau kelompok, dan
mengatur hubungan kerja (horizontal dan vertical). Oleh karena itu kepala sekolah perlu
Dalam pengkoordinasian tugas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah antara lain
kepada semua warga sekolah, melakukan pertemuan, diskusi atau semacamnya untuk
menginformasikan gagasan dan informasi yang penting, serta untuk mengatasi masalah
yang dihadapi guru. Dalam kegiatan ini kepala sekolah juga melakukan hubungan dan
kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, dunia usaha. Atau pihak luar yang terkait
untuk mengembangkan dan merealisasikan misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu
sedapat mungkin kepala sekolah berupaya menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang
Tugas kepala sekolah lainnya yang dapat dilaksanakan dalam pengawasan dan
evaluasi adalah mengendalikan semua tugas dan tanggung jawab yang di berikan kepada
guru, mengawasi dan memantau kegiatan guru, menilai kinerja bawahan termasuk kinerja
guru, dan menentukan kriteria penilaian dan standar kerja guru. Dengan pengawasan dan
evaluasi tersebut, kepala sekolah sekaligus dapat memantau proses kerja warga sekolah
sehingga akan diketahui apakah program sekolah telah dilaksanakan atau belum dan
apakah hasil yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak.
kepemimpinan, fleksibilitas prilaku gaya kepemimpinan serta faktor pengikut dan situasi
yang ada. Sedangkan kinerja kepala sekolah dalam dimensi manajerial diukur dari peran
yang di sandangnya, bakat dan kemampuan yang diperoleh untuk melaksanakan peran
tersebut dan usaha yang dicurahkan untuk mewujudkan bakat dan kemampuan dalam
kepala sekolah merupakan hasil prestasi kerja kepala sekolah dalam penggunaan
pengaruh, tranformasi visi dan misi, pemberdayaan, mobilisasi, motivasi, pengarahan dan
bimbingan, serta pembentukan komitmen kepada guru, agar guru tergerak ikut
prestasi kerja kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan atau program sekolah melalui
6. Iklim Kerja
Menurut litiwin dan Stinger menjelaskan iklim kerja memiliki beberapa persepsi
sebagai hasil dari subjektif terhadap system formal, gaya informal kepala sekolah dan
faktor lingkungan penting lainnya yang mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai, dan
motivasi individual yang berada pada sekolah tertentu. Namun demikian variasi definisi
iklim kerja apabila ditelaah lebih dalam, mengerucut kepada tiga pengertian pertama
iklim kerja sebagai kepribadian suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lainnya.
Kedua, iklim kerja sebagai suasana ditempat kerja, mencakup berbagai norma kompleks,
nilai, harapan, kebijakan, dan prosedur. yang mempengaruhi pola prilaku individual dan
kelompok. Ketiga, iklim sekolah sebagai persepsi individu terhadap kegiatan, praktik,
dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan diharapkan
Menurut Hoy, Smith dan Sweetland iklim sekolah dipahami sebagai maniferestasi
dari keperibadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam sebuah kontinum dari iklim
sekolah terbuka keiklim sekolah tertutup. Iklim sekolah terbuka didasarkan pada rasa
hormat, kepercayaan, dan kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajenen
sekolah dan peserta didik untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif dengan satu
sama lain. Iklim sekolah juga sebagai kualitas dan kareakter dari kehidupan sekolah,
berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman personil sekolah tentang
pendapat. Mengidenfiniskan iklim kerja sebagai peraturan suasana sosial atau lingkungan
1. Hubungan, termasuk keterlibattan berafiliasi dengan orang lain dalam kelas dan
dukungan guru,
kejelasan dan aturan-aturan, dan kesungguhan dari guru dalam menegakkan aturan.
pendapat berikut. Stichter dalam Bafadal Ibrahim (2008:45) menyimpulkan iklim kerja
didefinisikan sebagai persepsi bersama tentang apa yang sedang terjadi secara akademis,
secara social, lingkungan disekolah secara rutin. Kambal Willes dalam Bafadal Ibrahim
menegaskan keinginan guru dalam kinerja diantaranya iklim kerja dimana adanya rasa
aman, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan, lingkungan yang aman, dan
penghargaan atas sumbangan, ikut serta dalam pembentukan kebijakan, hubungan yang
harmonis.
1. Rasa aman
Iklim kerja seharusnya menciptakan rasa aman bagi setiap anggota sekolah, karena
rasa anan yang terjadi dalan lingkungan pendidikan akan mempengaruhi seseorang,
dalam hal ini rasa aman yang ada adak memberikan guru menlaksanakan tugasnya
dengan perasaan tenang, dan guru pun akan melaksanakan tugas dengan
sebaikbaiknya. Apabila iklim sekolah tersebut tidak menciptaka rasa aman maka
dengan kondisi kerja yang menyenangkan akan memberikan danfak yang fositif pada
3. Rasa nyaman
Perasaan nyaman seseorang dilingkungan sekolah juga sangat mempengaruhi kinerja.
Karena apabila seseorang tidak merasa nyaman terhdap lingkungan sekolah tersebut
maka seberapa berusaha kerja dengan baik kinerja nya juga tidak akan bagus.
Hubungan guru dengan guru seharusnya dapat terjalin dengan harmonis, tidak ada
guru saling menjatuhkan. Apabila hubungan guru dengan guru baik maka akan bagus
hindrance, esprit dan intimacy. Empat dimensi lain berfokus pada perilaku kepala sekolah
Hoy, Hofman, sabo dan bliss menjabarkan 6 dimensi iklim sekolah yang
dikelompokan dalam dua aspek yaitu aspek prilaku kepala sekolah dan aspek prilaku
guru.
1) Supportive adalah perilaku kepala sekolah yang diarahkan kepada kebutuhan social
dan prestasi kerja kepala sekolah, suka menolong, benar-benar memperhatikan guru,
dan berupaya untuk memotivasi dengan menggunakan kritik yang konstruktif dan
3) Restrictive adalah perilaku kepala sekolah yang membatasi pekerjaan guru dari pada
1) Collegial adalah perilaku guru yang terbuka dan mendukung interaksi guru secara
propesional, seperti saling menghormati dan membantu satu sama lain baik secara
2) Committed adalah perilaku guru yang diarahkan untuk membantu siswa dalam
3) Disengaged adalah perilaku guru yang kurang fakus dan bermakna bagi kegiatan
1) Rules and norms meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan dengan jelas dan
2) Physical safety meliputi perasaan siswa dan orang tua yng merasa aman dari
3) Social and emotion security meluputi perasaan siswa yang merasa aman dari
perbedaan individual pada semua tungkatan, yaitu antara siswa dengan siswa, orang
2) Social support adult menunjukkan adanya kerjasama dan hubungan yang saling
mempercayai antara orang tua dengan orang tua untuk mendukung siswa dalam
1) School connectedness meliputi ikatan positif dengan sekolah, rasa memiliki dan
keluarga.
2) Physical surrounding meliputi kebersihan, keteriban dan daya tarik fasilitas dan
Rusman (2013: 50) mengemukakan bahwa kinerja adalah performance atau unjuk
kerja. Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk
kerja. Mulyasa (2013: 88) berpendapat bahwa kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang
ditunjukan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimilikinya. Sedangkan Supardi
(2013: 47) yang menjelaskan bahwa “kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh
seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi
atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan
norma dan etika yang telah ditetapkan”. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
guru.
kinerja antara lain: “(1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin, etika kerja); (2)
(6) gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana prasarana; (10)
(2013:19) kinerja dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu variabel individu, organisasi dan
fisik (dalam hal ini kemampuan dan meterampilan memahami kurikulum), latar
struktur, desain pekerjaaan, (variabel yang mempengaruhi dan menciptakan iklim kerja).
Variabel terakhir adalah variabel psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah
mengacu pada pengertian Mangkunegara bahwa tugas yang dihadapi oleh seorang guru
meliputi: membuat program pengajaran memilih metode dan media yang sesuai untuk
penyampaian, melakukan evaluasi, dan melakukan tidak lanjut dengan pengayaan dan
remedial. Lebih lanjut Husdrata dalam Supardi (2013: 54) berpendapat bahwa kinerja
proses pendidikan secara efektif terutama dalam membangun sikap disiplin dan mutu
hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, guru sangat menentukan mutu pendidikan,
berhasil tidaknya proses pembelajaran, dan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Kinerja guru tidak hanya ditunjukan oleh hasil kerja, akan tetapi juga
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UU No. 14 tahun
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Profesional adalah kemampuan menguasai materi pelajaran secara meluas dan mendalam.
Menurut Mulyasa (2013: 88) mengemukakan bahwa penilaian kinerja guru dilakukan
rutin setiap tahun yang menyoroti 14 kompetensi bagi guru pembelajaran. Kompetensi
tersebut diantaranya adalah: (1) mengenal karakteristik peserta didik; (2) menguasai teori
potensi peserta didik; (6) berkomunikasi dengan peserta didik; (7) menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi; (8) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan Nasional; (9) menunjukan pribadi yang dewasa dan teladan; (10) etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi rasa bangga menjadi guru; (11) bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak diskriminatif; (12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat; (13) menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (14)
kompetensi tersebut akan membentuk kepribadian guru yang sangat menentukan kualitas
Mulyasa (2013: 89) menjelaskan bahwa sistem penilaian kinerja guru merupakan
70) berpendapat “untuk menilai kinerja guru dapat dilihat dari aspek: penguasaan content
knowledge, behavioral skill, dan human relation skill". Lebih lanjut Michael dalam
Supardi (2013: 70) “aspek yang dilihat dalam meneliti kinerja individu (termasuk guru)
laku, kemampuan membina hubungan, kualitas kerja, inisiatif, kapasitas diri serta
kemampuan dalam berkomunikasi”. Lebih lanjut Riva’i dalam Supardi (2013: 70-71)
mengemukakan aspek-aspek yang dapat dinilai dari kinerja seorang guru dalam suatu
untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh.
hubungan interpersonal adalah kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain dengan
melakukan negoisasi.
menentukan keberhasilan dan kualitas pendidikan disekolah. Hal ini menuntut guru untuk
peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Oleh karena itu, kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukan
bahwa kinerja guru tidak hanya ditunjukan oleh hasil kerja, akan tetapi juga ditunjukan
faktor yang berpengaruh dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah
sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen
sekolah (who is behind the school) yang berkaitan dengan pengetahuan dan
kepadanya. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja guru, yaitu dengan
menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik
Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat,
kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.
Hal ini karena guru sebagai individu yang mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang sangat
penting dalam menciptakan budaya kerja guru yang akan berpengaruh terhadap kinerja
kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan
Setiap kepala sekolah mempunyai cara dan kemampuan kompetensi yang berbeda-beda
kepala sekolah memiliki standar pekerjaan yang harus dilakukan. Mulyasa (2013: 97-
122) menjelaskan bahwa kepala sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan
dan motivasi. Suasana dilingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja guru tersebut ,
apa bila iklim kerja tidak memberikan rasa nyaman, rasa aman terhadap setiap anggota
sekolah maka akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Karena iklim kerja itu
sangat erat hubungannya dengan kinerja guru, sikap kepercayaan dari pemimpin dan
teman kerja juga sangat mempengaruhi kinerja, karena dengan adanya hubungan yang
baik antara guru dan pimpinan dapat berdampak positif terhadap kinerja guru tersebut,
begitu pun hubungan yang harmonis antara guru dengan guru juga akan memperikan
diantaranyanya iklim sekolah dimana adanya rasa aman, rasa nyaman, kondisi kerja yang
menyenangkan, rasa diikut sertakan, lingkungan yang aman dan penghargaan atas
sumbangan, ikut serta dalam pembentukan kebijakan dan hubungan yang harmonis.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah sangat
mempengaruhi kinerja guru tersebut. Iklim kerja yang kondusif akan mempengaruhi
kinerja guru tersebut, dan iklim yang kurang kondusif juga mempengaruhi kinerja guru
yang lainya, merupakan salah satu tujuan sekolah untuk mencapai tujuan tesebut
yang berkualitas dimotori olek kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus
memiliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan agar dapat
kerja bagi peningkatan produktifitas kerja guru dan hasil belajar siswa.Kepemimpinan
kepala sekolah sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para
menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah dapat mendorong
bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijakan dan program yang telah digariskan
sehingga dengan perasanan aman dan nyaman guru jadi timbul motivasinya dalam
memingkatkan kirerja nya sehingga juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
belajar. iklim kerja merupakan hasil cipta kepemimpinan seseorang. Seperti halnya jika
gaya kepemimpinannya otoriter maka guru dituntut untuk mengikuti keputusan kepala
sekolah tanpa bias mengutarakan pendapatnya, akibatnya guru kurang motivasinya kerja,
nya. hubungan antara kepala sekolah juga sangat mempengaruhi kinerja guru. Oleh
karena itu kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat menciptakan iklim kerja yang
tentang guru dan dosen pada bab I pasal I disebutkan: “guru adalah pendidik propesional
dengan tugas utama men didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melati, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan
pendidika menengah” dari uraian diatas maka kepemimpinan kepala sekolah iklim
B. Kerangka Berfikir
tersebut maka kompetensi kepala sekolah perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan
peran dari kepala sekolah itu sendiri dan personil sekolah lainnya guna mencapai hasil
yang diharapkan.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pendidikan, yaitu
memimpin staff (guru-guru, pegawai dan pesuruh), membina kerjasama yang harmonis
antar anggota staf sehinggga dapat membangkitkan semangat kerja, motivasi kerja bagi
staf yang dipimpin serta menciptakan suasana yang konduktif. Kepemimpinan yang
bagus, kerjasama yang harmonis serta suasana yang konduktif menjamin staf menjadi
senang untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Dan juga Iklim kerja
perasaaan aman dan nyaman guru jadi timbul motivasinya dalam memingkatkan kinerja
nya sehingga juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. iklim kerja
kepemimpinannya otoriter maka guru dituntut untuk mengikuti keputusan kepala sekolah
tanpa bisa mengutarakan pendapatnya, akibatnya guru kurang motivasinya kerja, apabila
hubungan antara kepala sekolah dan iklim kerja juga sangat mempengaruhi kinerja guru.
Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah tersebut diharapkan dapat menciptakan
Dari uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian ini, yaitu
tentang pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Kerja Terhadap