Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM

KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SDN BAGUS 2 KECAMATAN


MARABAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada sekarang ini telah menjadi suatu primary needs for humans, karena

kemampuan dasar di dalam diri kita tergali melalui pendidikan ini. Sebagaimana Undang

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pendidikan

ialah usaha dengan penuh kesadaran serta terprogram dalam rangka terwujudnya situasi

belajar mengajar supaya para siswa dapat turut aktif meningkatkan potensi yang ada pada diri

pribadinya, punya pengendalian diri, kuat secara spiritual, kecerdasan, karakter, dan budi

pekerti yang baik, serta skill yang bermanfaat bagi diri, masyarakat, dan bangsa.

Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia dengan diberlakukannya Undang

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Pemerintah Daerah membawa

konsekuensi logis pada perubahan paradigma pengelolaan pendidikan dari yang bersifat

sentralistis menjadi desentralitis. Perubahan ini, pada satu sisi munguntungkan sebab

pendidikan di sekolah dapat dilaksanakan secara lebih leluasa dan mandiri sesuai dengan

kemampuan masing-masing sekolah, namun pada sisi lain akan menjadi kendala pada

pelaksanaannya apabila kesiapan sekolah tidak sejalan dengan tuntutan dari kebijakan

undang undang tersebut.

Sekolah merupakan lembaga formal pendidikan yang memegang peranan penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Suhardan, dkk (2013: 289) mengemukakan bahwa


sekolah merupakan salah satu lembaga institusi pendidikan yang berfungsi sebagai “agent of

change”, yaitu lembaga bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan

masalah nasional dan memenangkan persaingan internasional, sehingga penyelenggaraan

sekolah harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang kompeten dan beradab.

Didalam lingkungan sekolah, ada beberapa komponen-komponen yang berperan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah diantaranya yaitu guru.

Guru merupakan kunci utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan,karena

persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah apabila

pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat

diandalkan. Menurut Slamet PH(1992) dunia pendidikan tidak akan mengalami perubahan

apapun sepanjang para dosen dan guru tidak mau berubah,tidak adaptif dan antisipatif

terhadap perubahan.

Guru adalah salah satu komponen yang berperan dalam meningkatkan pendidikan di

sekolah. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, pasal 1, ayat (1) menjelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, 3 membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Mulyasa (2013: 24) berpendapat bahwa guru

merupakan salah satu faktor penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, disamping faktor

lainnya. Dalam praktiknya, jabatan dan pekerjaan guru bukan hal yang mudah, jabatan dan

pekerjaan guru memerlukan keahlian khusus yang tidak bisa dikerjakan oleh sembarang

orang. Tugas utama seorang guru sebagai tenaga kependidikan di sekolah adalah

menyalurkan informasi berupa pengetahuan yang dijadikan bekal oleh peserta didik untuk
dapat mengikuti pendidikan ke jenjang selanjutnya. Tindakan guru dalam melaksanakan

tugas-tugas yang diberikan inilah yang sering disebut kinerja

Supardi (2013: 45) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh

seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau

ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma

etika yang telah ditetapkan. Kinerja guru pada suatu sekolah berperan dalam keberhasilan

mencapai tujuan sekolah. Semakin baik mutu dan kinerja seorang guru, maka semakin besar

peranannya dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru merupakan faktor

penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan guru adalah

pihak yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Sementara itu Casio dalam Supardi

(2013: 45) ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang antara lain: (1)

partisipasi Sumber Daya Manusia (SDM), (2) pengembangan karier, (3) komunikasi,

kesehatan dan keselamatan kerja, (4) 4 penyelesaian konflik, (5) insentif yang baik, dan (6)

kebanggaan. Lebih lanjut Supardi (2013: 47) menjelaskan bahwa ada aspek aspek lain yang

dapat digunakan untuk menilai kinerja atau prestasi kerja diantaranya: (1) kemampuan kerja,

(2) kerajinan, (3) disiplin, (4) hubungan kerja, (5) prakarsa, dan (6) kepemimpinan. Dalam

menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, kinerja seorang guru dipengaruhi beberapa

faktor salah satunya yaitu kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawab secara

moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenang yang telah didelegasikan kepada

orang-orang yang dipimpinnya. Menurut Husaini Usman, kepala sekolah sebagai manager

dituntut mengorganisasikan seluruh sumberdaya sekolah mengunakan prinsip “teamwork”,


yang mengandung pengertian adanya rasa kebersamaan (together), pandai merasakan

(empathy), saling membantu (assist), saling penuh kedewasaan (maturity), saling mematuhi

(willingness), saling teratur ( organization), saling menghormati (respect) dan saling

berbaik hati (s).

Mulyasa (2013: 5) berpendapat “sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah

sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen

sekolah”. Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan

pemahaman mereka terhadap manajemen dan kepemimpinan. Hal ini berarti berhasil

tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak

pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khususnya dalam

menggerakan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah salah satunya ialah guru.

Selain itu perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan

menunjukan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok (Mulyasa, 2013: 17). Untuk itu dalam

pelaksanaannya diperlukan suatu pengelolaan tenaga pendidik/guru sehingga didapatkan

pendidik/guru yang memiliki kinerja yang baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai

Menurut (Wahyudi . 2009 : 120 ) Dalam kepemimpinan terdapat beberapa aktivitas,

diantaranya “aktivitas mempengaruhi, perilaku yang menjadikan teladan, pencapaian tujuan,

sebagaimana dikemukakan Wahyudi, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang

dalam menggerakan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola piker, cara kerja setiap

anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk

kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.


Dalam kenyataan di lapangan menunjukkan kinerja kepemimpinan kepala sekolah masih

menunjukan belum optimal. Hal itu di indikasikanantara lain dengan masih minimnya kepala

sekolah untuk melakukan kegiatansupervisi. Kurangannya kemampuan kepala sekolah

kurang mampunya mempengaruhi sesorang atau kelompok agar bekerja secara suka rela

dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.Sedangkan menurut (Syaiful Sagala.2009 : 128)

Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru menurut Uben dan Hughes

berupa penciptaan iklim kerja yang dapat memacu atau menghambat efektivitas kinerja guru,

dan tingkat kepuasan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.

Menurut Hoy, Smith dan Sweetland. iklim kerja dipahami sebagai maniferestasi dari

keperibadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam sebuah kontinum dari iklim kerja terbuka

keiklim kerja tertutup. Iklim kerja terbuka didasarkan pada rasa hormat, kepercayaan, dan

kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajemen sekolah dan peserta didik

untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif dengan satu sama lain. Iklim kerja juga

sebagai kualitas dan kareakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa,

orang tua dan pengalaman personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan

norma-norma tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar mengajar, serta struktur

organisasi

Hal ini menggambarkan bahwa iklim kerja sebagai beberapa keadaan atau kondisi dalam

suatu rangkaian yang secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar, dapat

mempengaruhi karyawan. Iklim kerja yang sejuk dan harmonis akan memberikan gairah dan

inspirasi dalam bekerja.


Kenyataan yang ada iklim kerja di SDN Bagus 2 secara umum masih menunjukan gejala

yang belum optimal. Selain sarana - prasarana sekolah yang belum representatif, juga

manajemen sekolah yang secara umum kurang memuaskan stakeholder sekolah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa secara umum kinerja guru-guru di SDN

Bagus 2 Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala sudah cukup baik dalam

menjalankan tugasnya. Dalam observasi ini kepala sekolah menginformasikan bahwa secara

umum kinerja guru-guru di lingkungan sekolahnya sudah cukup baik dalam menjalankan

tugasnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju salah satunya

bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka kinerja guru perlu ditingkatkan lagi

agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ada banyak faktor yang

mempengaruhi kinerja dari seorang guru salah satunya adalah manajemen kepemimpinan

kepala sekolah dan Iklim kerja yang efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru SD

Negeri Bagus 2 Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan diatas maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru perlu ditingkatkan.

2. Budaya kerja belum optimal.

3. Konflik organisasi belum teratasi dengan baik.

4. Kinerja guru masih belum optimal

5. Reward dan punishment belum berjalan dengan efektif.


6. Kompetensi guru belum dikuasai menyeluruh.

7. Kesadaran diri akan tugas masih rendah.

8. Kompetensi kinerja guru di SDN bagus 2 masih rendah.

9. Tingkat kepuasan guru masih rendah.

10. Sarana dan prasarana yang tersedia disekolah belum dimanfaatkan secara maksimal.

C. Batasan Masalah

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan sangatlah banyak.

Diantaranya masalah sumber daya manusia. Permasalahan - permasalahan perlu

mendapatkan tanggapan dan solusi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kinerja guru

diantaranya : sikap mental ( motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), pendidikan,

keterampilan, kepemimpinan, tingkat penghasilan, gaji dan kesehatan, iklim kerja, sarana dan

prasarana, dan teknologi. Namun dalam penelitian ini penulis membatasi masalah kinerja

guru di SDN Bagus 2 dipengaruhi oleh

1. Manajemen kepemimpinan, dimana pada aspek ini peneliti hanya pada kompetensi

kepala sekolah (kepala sekolah sebagai educator, kepala sekolah sebagai manajer, kepala

sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai

pemimpin, kepala sekolah sebagai innovator, kepala sekolah sebagai motivator).

2. Iklim Kerja , dimana pada aspek ini mencakup ( kebersihan, ketertiban, kerjasama orang

tua dengan guru, sikap saling menghargai, perasaan nyaman, terjadi komunikasi yang

baik, perilaku kepala sekolah, dan perilaku guru).

3. Kinerja Guru mencakup kompetensi guru (kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,

kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional).


D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian dapat menetapkan

beberapa permasalahan yang muncul, adapun rumusan permasalahannya sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru di SDN Bagus 2?

2. Bagaimana pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru di SDN Bagus 2?

3. Bagaimana pengaruh manajemen kepemimpinan kepala sekolah dan Iklim kerja

secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SDN Bagus 2?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini secara umum

adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru di SDN Bagus 2 ?

2. Untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap kinerja guru di SDN Bagus 2 ?

3. Untuk mengetahui pengaruh manajerial kepemimpinan kepala sekolah dan Iklim kerja

secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SDN Bagus 2?

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diperhatikan dari dua sisi pandang yakni secara teoritis

dan secara praktis, untuk jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:


1. Kegunaan secara teoritis Sebagai suatu karya ilmiah maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan konsribusi bagi perkembangan ilmu pengerahuan pada khususnya,

maupun bagi masyarakat luas umunya mengenai korelasi kepemimpinan kepala

sekolah dan iklim kerja terhadap kinerja guru di SDN Bagus 2.

2. Kegunaan secara praktis

a. Bagi penulis mampu mengembangkan alur berfikir induktif dan deduktif untuk

mewujudkan gagasan-gagasan atau pendapat-pendapat realistis berdasarkan teori dan

tata di lapangan.

b. Bagi kepala sekolah, mampu mengaplikasikan gaya atau tipe manajerial

kepemimpinannya dalam mewujudkan kinerja guru yang diharapkan dari lembaga-

lembaga pendidikan.

c. Bagi guru-guru, dapat meningkatkan kinerjanya dalam kegiatan belajar mengajar

sesuai dengan yang diharapkan.

d. Bagi sekolah diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan

disekolah melalui masukan-masukan yang positif dan bias bagi kepala sekolah

dalam melakukan aktifitasnya sebagai pemimpin untuk meningkatkan mutu sekolah

e. Memambah khazanah ilmiah bagi pengembangan keilmuan dan sumbangan pemikiran

untuk penelitian berikutnya.


BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini akan menerangkan mengenai teoriteori yang

berkaitan dengan Manajemen kepemimpinan kepala sekolah, Iklim kerja dan kinerja

guru. Uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Manajemen

Manajemen adalah “kemampuan dan ketrampilan khusus untuk melakukan suatu

kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan

organisasi” (Sudjana,2000:17). Pengertian tentang manajemen disebut pula oleh

Stoner(Sugiono, 2000:18) bahwa “manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha –usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumberdaya lain yang ada dalam organisasi , guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan”.

Koontz & Donnel (Burhanuddin, 1994:15) menyebutkan bahwa manajemen

adalah usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara membangun

lingkungan kerja yang menyenangkan melalui orang-orang yang dipekerjakan dan

kelompok yang terorganisir. Dengan demikian manajemen dapat dipandang sebagai suatu

proses, kemampuan dan aktivitas dalam mencapai tujuan organisasi, upaya menggerakan

orang dan memanfaatan orang lain dalam kondisi menyenangkan, serta penciptaan

lingkungan yang menyenangkan sehingga mendukung suasana kerja yang baik.

Implementasi beberapa pengertian diatas menunjukan bahwa manajemen mencakup

serangkaian aktivitas atau kegiatan organisasi dengan menggunakan fungsi-fungsi


manajemen secara optimal, suatu upaya menggerakkan, mempengaruhi, mengarahkan

dan mengatur sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efektif dan efisien

dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan manajemen dapat

terjadi apabila ada seorang pemimpin atau manajer bersama-sama orang lain baik melalui

hubungan perorangan maupun hubungan kelompok mempunyai kemampuan, ketrampilan

dan teknik dalam menjalankan proses pengorganisasian dan memusatkan perhatian pada

pencapaian tujuan organisasi yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Kegiatan

manajemen pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan oleh

seorang manajer yang tidak terlepas dari pelaksanaan fungsifungsi manajemen itu sendiri.

Kegiatan manajerial menurut Fayol (Nanang Fatah, 200:13) meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengkomandoan, pengkoordinasian, dan pengawasan.,

Perencanaan menurut Kauffman (Nanang Fatah, 2000:49) adalah “proses

penentuan tujuan atau sasaran yang hendak ingin dicapai dan menetapkan jalan dan

sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin”.

Perencanaan adalah suatu penentuan urutan tindakan, perkiraan beaya serta penggunaan

waktu untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas

yang wajar dengan efisien untuk tercapainya tujuan, (Sudjana, 2000:62). Dalam proses

perencanaan terdapat tiga kegiatan yakni perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan

program untuk mencapai tujuan itu, dan identifikasi serta pengerahan sumber yang

jumlahnya selalu terbatas. Dalam dunia pendidikan, perencanaan berarti keputusan yang

diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu agar penyelenggaraan

pendidikan lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dan

relevan dengan kebutuhan pembangunan (Nanang Fatah, 2000:49-50). Perencanaan


mengawali pelaksanaan semua fungsi manajemen yang oleh Terry dan Kadarman (Krebet

Widjayakusuma, 2000:56) memiliki hirarki yakni” 1) perencanaan visi, misi dan tujuan,

2) perencanaan sasaran, 3) perencanaan strategi, 4) perencanaan kebijakan, 5) 35

perencanaan prosedur, 6) perencanaan peraturan, 7) perencanaan program, dan 8)

perencanaan anggaran”

Pengorganisasian berarti suatu ”kegiatan merancang dan menetapkan komponen

pelaksanaan suatu proses kegiatan” (Sudjana:2000:114). Sedangkan kegiatan yang

dimaksud adalah “kegiatan mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan

antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggungjawab masing-

masing untuk setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan kerja yang sesuai dan

tepat”,( Burhanudin, 1994: 195). Kegiatan-kegiatan pengorganisasian itu mencakup

pembagian kerja yang harus dilakukan atau departemenisasi, pembagian aktivitas

menurut level kekuasaan dan tanggungjawab, pengelompokan tugas, penggunaan

mekanisme koordinasi kegiatan individu dan kelompok, serta pengaturan hubungan kerja

antar anggota organisasi (Burhanudin 1994:195).

Pengkoordinasian yang juga merupakan bagian dari pengarahan atau pelaksanaan

(actuating) diartikan sebagai proses atau rangkaian kegiatan menyelaraskan pikiran,

pendapat dan perilaku dalam mewujudkan wewenang dan tanggungjawab sesuai tugas

pokok masing-masing. Koordinasi juga dapat diartikan sebagai kerjasama. Kerjasama

disini dimaksudkan untuk mewujudkan jaringan kerja (net work) baik kedalam maupun

keluar. Pengkoordinasian berfungsi untuk mengurangi egoisme jabatan atau satuan kerja

yang ditandai dengan sikap dan 36 penilaian, kesediaan, pengakuan dan penerimaan

bahwa jabatan/unit kerja lainnya sama penting, sehingga satu sama lain dapat bekerja
sama melalui koordinasi itu dalam usaha mencapai tujuan organisasi, (Hadari Nawawi,

2000:123). Pengkoordinasian jaringan kerja akan terwujud bila disertai dengan usaha-

usaha mengkomunikasikannya secara efektif dan efisien.

Komunikasi berarti proses penyampaian dan penerimaan informasi berupa

gagasan, pendapat, penjelasan, saransaran, dan lain lain dari sumber informasi kepada

penerima untuk menjaga, memelihara, memajukan dan mengembangkan organisasi

secara dinamis sesuai dengan tujuannya, (Hadari Nawawi, 2000:131). Dengan demikian

mengkomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai media, seperti undangan,

pertemuan, diskusi, dan lain-lain. Kesemuanya itu ditempuh untuk memperjelas tugas

yang dikerjakan oleh bawahan.

Terry (Burhanuddin,1994:251) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses

penentuan apa yang dicapai, standar apa yang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai

pelaksanaan dan bilamana perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan

dapat berjalan menurut rencana yaitu sesuai dengan standar. Pengawasan dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dari apa yang telah direncanakan.

Pengawasan juga dimaksudkan untuk membuat segenap kegiatan administrasi dan

manajemen berjalan sesuai rencana, dinamis dan berhasil secara efektif dan efisien,

(Burhanuddin, 1994:253). Proses pengawasan, menurut Murdick (Nanang Fatah,

2000:101) meliputi tiga tahap, yaitu “1) menetapkan standar pelaksanaan, 2) pengukuran

pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan 3) menentukan kesenjangan

(deviasi) antara pelaksanaan standar dan rencana”. Untuk mengetahui hasil dari kegiatan

yang ditetapkan tidak cukup hanya dilakukan dengan pengawasan akan tetapi perlu juga

dievaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran hasil kerja (kinerja)
bawahan sekaligus menilai apakah hasilnya telah sesuai dengan proses yang dijalankan

ataukah tidak.

2. Kepemimpinan

a. Pengertian Manajerial Kepemimpinan

Manajerial Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal

dari kata leader. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan

adalah jabatannya. Sedangkan menurut Cowley dalam Wahjosumidjo (2013: 40) “leader

is one who succeeds in getting others to follow him” maksudnya adalah seorang

pemimpin adalah orang yang berhasil menggerakan orang lain sehingga secara sadar

orang tersebut mau melakukan apa yang di kehedakinya. Sedangkan Fielder dalam

Kurniadin dan Machali (2014: 289) berpendapat “ Leader as the individual in the group

given the task of directing and coordinating task relevant group activities”. Maksud

pengertian tersebut, seorang pemimpin adalah anggota kelompok yang memiliki

kemampuan untuk mengarahkan dan mengoordinasikan kinerja dalam rangka mencapai

tujuan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pemimpin adalah

seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan 13 menggerakan

orang lain/anggota dalam suatu kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan.

Beberapa pengertian kepemimpinan lainnya yang dikutip Garry A. Yulk di dalam

terjemahan Jusuf Udaya dalam buku Abdul Azis Wahab (2008: 82-83) adalah:

a. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-

aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang hendak dicapai bersama

(Hemhill&Coons, 1957)
b. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi

tertentu, yamg diarahkan melalui proses komunikasi kearah satu atau beberapa tujuan

tertentu. (Tannenbaum, Weschler&Massarik, 1961)

c. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang

diorganisasikan kearah pencapaian tujuan (Rauch&Behling, 1984)

d. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi makna (pengaruh yang bermakna)

terhadap suatu kolektif dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang

diinginkan dalam mencapai sasaran (Jacobs&Jacques, 1990)

Kim dan Maubourgne (sebagaimana dikutip oleh Abdullah Munir, 2008: 32)

mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk menginspirasi

kepercayaan dan dukungan kepada orang-orang yang dibutuhkan dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan dari lembaga. Beliau memberikan beberapa pengertian dari kepemimpinan,

yaitu:

a. Pengaruh antar individu yang diarahkan melalui komunikasi menuju tercapainya

tujuan-tujuan dari lembaga.

b. Tambahan atau kenaikan gaji akan berpengaruh terhadap kinerja disamping

penambahan peralatan mekanis dan arahan-arahan atau perintah-perintah.

c. Suatu tindakan yang merupakan suatu ajakan agar komunitaskomunitas lain beraksi

atau merespons untuk melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama dengan satu

arah atau tujuan.

d. Seni mempengaruhi orang lain melalui bujukan atau contoh dengan mengikuti suatu

standar atau keharusan dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Menurut Hadari

Nawawi (2003: 81) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan,


memberikan motivasi dan mempengaruhi orangorang agar bersedia melakukan

tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan.

Kepemimpinan menurut Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari (2004: 9) yaitu

kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar

bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.

Sedangkan menurut Soepardi yang dikutip E Mulyasa (2008: 107) mendefinisikan

kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi,

mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang,

dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia

sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi

secara efektif dan efisien”. Dari beberapa definisi di atas diketahui, bahwa pada

kepemimpinan itu terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan, dan kelompok.

b. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain.

c. Untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

b. Fungsi Kepemimpinan

Salah satu peran penting yang harus dilaksanakan oleh seorang seorang kepala

sekolah sebagai pemimpin di sekolah adalah menjalankan fungsi kepemimpinan

(leadership). Veithzal Rivai (2006: 53) bahwa fungsi kepemimpinan merupakan

gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar-individu di dalam

situasi sosial suatu kelompok atau organisasi. Secara operasional fungsi pokok

kepemimpinan yaitu:
(a) Fungsi Instruksi (bersifat komunikasi satu arah dan pemimpin bertindak sebagai

komunikator),

(b) Fungsi konsultasi (bersifat dua arah yaitu komunikasi terjadi antara pemimpin dan

bawahan),

(c) Fungsi partisipasi (pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya,

baik dalam pengambilan maupun pelaksanaan keputusan),

(d) Fungsi delegasi (pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan kepada

orang kepercayaan atau bawahan), dan

(e) Fungsi pengendalian (kepemimpinan bersifat bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan

pengawasan)

Selanjutnya Bass dan avolio (Husaini Usman, 2008: 323) terdapat 4 dimensi

pokok dalam fungsi kepemimpinan yaitu Idealized Influence (idealisme), inspirational

motivation (memiliki motivasi inspirasi), intellectual stimulation (intelektual),dan

individualized consideration (kepedulian terhadap individu guru). Sebelumnya Boss

(Husaini Usman, 2008: 323) menambahkan dimensi charisma (memiliki karisma) yaitu

fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang kelima, yang diharapkan dengan fungsi

kepemimpinan kepala sekolah dapat mendorong pemberdayaan para guru dan pegawai

untuk berkerja tinggi dan membawa perubahan budaya sekolah menuju kualitas yang

lebih baik.

Stoner (Wahjodumidjo,2001:41) juga mengatakan bahwa fungsi pokok seorang

pemimpin adalah berhubungan dengan pemecahan masalah dan berhubungan dengan

pembinaan kelompok . Dalam pemecahan masalah seorang pemimpin memberikan saran

serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat sedangkan dalam hal pembinaan
kelompok , yang meliputi pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar ,

seorang pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang

lain, misalnya menjembatani kelompok yang sedang berselisih pendapat dan

memperhatikan diskusi-diskusi kelompok . Pendapat lain yakni Selznick

(Wahjosumidjo,2001:42) mengatakan bahwa terdapat empat fungsi seorang pemimpin ,

yakni : (1) mendefinisikan misi dan peranan organisasi, dalam hal ini pemimpin sebagai

vosionaris; (2) pengejawantahan tujuan organisasi, berarti pemimpin harus menciptakan

kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan

yang direncanakan ; (3) mempertahankan keutuhan organisasi , yang berarti pemimpin

mewakili organisasi kepada umum dan kepada setafnya seperti halnya pemimpin

mencoba untuk mengejak para bawahan mengikuti keputusannya agar fungsi tersebut

dapat dilaksanakan; dan (4) mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam

organisasi

c. Gaya dan Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan mempunyai sifat, kebiasaan temperamen, watak dan kepribadian

sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dari

orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinan,

sehingga muncul beberapa tipe kepemimpinan misalnya: tipe-tipe karismatik,

paternalistic, militeistis, otokratis, laissez faire, populis, administratif, dan demokratis.

Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerja karyawan

atau guru. Gaya kepemimpinan yang digunakan kepala sekolah dalam berhadapan

dengan bawahan yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada
karyawan atau guru (Gibson, 2003: 121). Kepala sekolah berorientasi kepada tugas

artinya mengarahkan, mengawasi secara ketat bawahannya untuk memastikan bahwa

tugas yang dijalankan bawahan memuaskan. Kepala sekolah yang berorientasi kepada

bawahan mencoba memotivasi dan bukan mengendalikan, mendorong bawahan untuk

melaksanakan tugas dengan membiarkan mereka berpartisipasi dalam keputusan yang

mempengaruhi mereka, membentuk hubungan persahabatan saling percaya dan saling

menghormati antar anggota organisasi sekolah. Menurut pendekatan sistem, gaya

kepemimpinan memandang organisasi sebagai suatu sistem yang berguna, terdiri atas

bagian-bagian yang saling berkaitan. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dapat

diwujudkan dalam gaya kepala sekolah dalam memimpin bawahannya. Gaya

kepemimpinan merupakan pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk

mempengaruhi aktifitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam situasi

tertentu. Aktivitas pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi dapat berupa

pengembangan program sekolah, memperhatikan warga sekolah, bagaimana pemimpin

berkomunikasi dengan bawahan, dan dapat dikatakan sebagai seorang kepala sekolah

dalam mempengaruhi warga sekolah yang dipimpinnya melalui proses untuk mencapai

tujuan sekolah. Dalam bukunya Kartini Kartono (1990: 56) “Pemimpin dan

Kepemimpinan” menyebutkan bahwa ada delapan tipe kepemimpinan sebagi berikut:

a) Tipe Karismatis

Tipe pemimpin karismatis memiliki kekuatan energi daya tarik dan pembawa yang

luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga mempunyai pengikut yang

sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai

sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebabsebabnya, mengapa seseorang itu
memiliki karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib

(supernatural power) dan kemampuankemampuan yang superhuman, yang diperoleh

sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian,

berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin

memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.

b) Tipe Paternalistis dan Maternalistis

Tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain:

(1) mengganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, atau anak sendiri

yang perlu dikembangkan,

(2) bersikap terlalu melindungi,

(3) jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya dalam mengambil keputusan

sendiri,

(4) tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5)

tidak memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada

pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas

mereka sendiri, dan

(6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar. Selanjutnya tipe kepemimpinan yang

maternalistis juga mirip dengan tipe yang paternalistis, hanya dengan perbedaan

adanya sikap overprotective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, disertai

kasih sayang yang berlebihan.

c) Tipe militeristis
Tipe ini sifatnya sok kemiliteran. Hanya gaya luaran saja yang mencontoh gaya

militer, tetapi jika dilihat seksama tipe ini mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.

Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain:

(1) lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando terhadap bawahannya,

keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,

(2) menghindari kepatuhan mutlak dari bawahan,

(3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran

yang berlebihan,

(4) menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya,

(5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,

dan

(6) omunikasi hanya berlangsung searah saja.

d) Tipe Otokratis atau Otoritatif

Kepemimpinan ini didasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus

dipenuhi. Pemimpin selalu berperan sebagai pemain tunggal. Setiap perintah dan

kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Pemimpin otokratis

senantiasa berkuasa absolute, tunggal, dan merajai keadaan. Perilaku kepemimpinan

seperti ini mempunyai lima ciri atau karakter yaitu

(1) semua kebijaksanaan atau policy ditetapkan oleh pemimpin sendiri,

(2) pelaksanaan diserahkan kepada bawahannya,

(3) semua perintah pemberian dan pembagian tugas dilaksanakan tanpa mengadakan

konsultasi sebelumnya dengan bawahannya,

(4) bawahan harus patuh dan setia kepada pemimpin, dan


(5) pemimpin berusaha membatasi hubungan dengan para staff.

e) Tipe laisser Faire

Kepemimpinan yang sangat praktis dan membiarkan kelompoknya serta setiap orang

berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan

kelompok, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan.

Pemimpin hanya bersifat simbol dan tidak memiliki keterampilan teknis. Dalam hal ini

pemimpin laisser faire pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian

sebenarnya. Sebab bawahan dalam situsi kerja sedemikian itu sama sekali tidak

memimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin, masing-masing orang semau sendiri

dengan irama dan tempo sendiri.

f) Tipe populistis

Kepemimpinan populates berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional

serta mempercayai dukungan dan bantuan hutang-hutang luar negeri. Kepemimpinan

jenis ini mengutamakan penghidupan kembali nasionalisme.

g) Tipe administratif atau eksekutif

Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedangkan para

pemimpinnya terdiri dari eknokrat dan administrator yang mampu menggerakkan

dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun sistem

administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu untuk menetapkan

integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan

kepemimpinan administratif diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,

industri, manajemen modern, dan perkembangan sosial di tengah masyarakat.


h) Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan

yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua

bawahannya, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerja sama

yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis bukan terletak pada respon atau

individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru pada partisipatif aktif dan setiap

warga kelompok. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap,

dengan gejala-gejala sebagai berikut:

(1) organisasi dengan segenap bagianbagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin

tersebut tidak ada di kantor,

(2) otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing orang menyadari

tugas serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang, puas, pasti, dan rasa

aman menyadari setiap tugas kewajibannya,

(3) tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya dan kelancaran kerja sama dari setiap

warga kelompok, dan

(4) pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat

dinamisme dan kerja sama demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang

paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya. Dengan mengetahui

berbagai gaya dan tipe kepemimpinan yang ada diharapkan para pemimpin

pendidikan khususnya kepala sekolah dapat memilih dan menerapkan perilaku

kepemimpinan mana yang dipandang efektif berdasarkan sifat-sifat, perilaku

kelompok dan kondisi serta situasi lembaga yang dipimpinnya


d. Kepemimpinan yang Efektif

Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan

dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, yang dipakai

sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Kepemimpinan kepala sekolah yang

efektif memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan

baik, lancar, proaktif.

b) Dapat menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

c) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat

melibatkan secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.

d) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

guru dan pegawai lain di sekolah.

e) Bekerja dengan tim manajemen.

f) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan

(E. Mulyasa, 2006: 126) Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat

berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. Kepala sekolah dapat menjelaskan

tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, mampu membangun

hubungan yang harmonis dengan guru, masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan

sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah jangan sekali-kali menerapkan konsep conflict

management, agar semua komponen dapat kompak. Prinsip kebersamaan, bekerja dengan
tim jangan dilupakan. Dengan perilaku kepala sekolah yang demikian sangat diyakini

akan berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

Dari bandingan-bandingan yang diberikan di atas, tampak betapa tinggi sifat-sifat

dan syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pemimpin. Di dalam kenyataan memang

tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk memenuhi sifatsifat tersebut secara sempurna.

Padahal diharapkan seorang kepala sekolah benarbenar telah memiliki kompetensi yang

diperlukan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

e. Syarat-syarat Kepemimpinan

Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan

tiga hal penting, yaitu sebagai berikut:

a) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada

pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b) Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu atau

mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia

melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c) Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan/keterampilan

teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kepemimpinan anggota biasa.

Menurut Ngalim Purwanto (2005: 55) beberapa sifat yang diperlukan dalam

kepemimpinan pendidikan:

a) Rendah hati dan sederhana

b) Bersifat suka menolong


c) Sabar dan memiliki kestabilan emosi

d) Percaya pada diri sendiri

e) Jujur adil dan dapat dipercaya

f) Keahlian dalam jabatan.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku seorang pemimpin antara lain:

a) Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki untuk menjalankan kepemimpinannya jenis

pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.

b) Sifat-sifat kepribadian pemimpinnya, sifat-sifat kepribadian pengikut/kelompok yang

dipimpinnya.

c) Sanksi-sanksi yang ada dari tangan pemimpin (Ngalim Purwanto, 2005: 57)

Kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu masukan satuan yang menjalankan

tugas dan fungsi serta berpengaruh terhadap berlangsungnya proses persekolahan.

Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagi motor penggerak sekaligus penentu arah

kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan

pendidikan (E. Mulyasa, 2006: 126).

Menurut Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Pendidikan Nasional,

kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan perilaku yang memperlihatkan pemimpin

sekolah dalam kegiatan manajemen sumber daya sekolah yang utamanya untuk

mengelola warga sekolah (Wursanto, 1990: 58) Kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerjanya sehingga dapat

meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai tujuan sekolah. Sehingga berdasarkan

uraian di atas maka pengertian kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah

perilaku kepala sekolah dalam mempengaruhi, membimbing, mengkoordinasi


bawahannya agar dapat bekerja sama melakukan aktivitas pekerjaan untuk mencapai

tujuan yang diharapkan di sekolah.

3. Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Disekolah terdapat orangorang

yang sangat berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan diantaranya guru dan

kepala sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010

pasal 1 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah menyatakan bahwa “Kepala

sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman

kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah

dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI)...”. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan

tingkat satuan pendidikan yang harus bertanggung jawab terhadap maju mundurnya

sekolah yang dipimpinnya. ekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Disekolah

terdapat orangorang yang sangat berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan

diantaranya guru dan kepala sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 28 Tahun 2010 pasal 1 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah

menyatakan bahwa “Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan

untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar

biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI)...”. Kepala sekolah

merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus bertanggung

jawab terhadap maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya.


Wahyosumidjo (2013: 83) mendefinisikan kepala sekolah sebagai seorang tenaga

fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana

diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara

guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Hal ini

didukung dalam pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010

tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa “Kepala

sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman

kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah

dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI)...”

Mulyasa (2013: 42) berpendapat “kepala sekolah adalah orang yang diberi

tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat serta

orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah”. Kepala sekolah merupakan

pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap

maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki

berbagai kemampuan, baik berkaitan dengan masalah manajemen maupun kepemimpinan

agar dapat mengembangkan dan memajukan sekolahnya. Hicks dan Gullet dalam

Wahyosumidjo (2013: 107) berpendapat “kepala sekolah harus dapat memperlakukan

sama terhadap orangorang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi

diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu

guru, staf, dan para siswa”. Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah kepala sekolah harus

mampu dan selalu memperhatikan sumber daya bawahannya untuk lebih 15 diberdayakan

agar kemampuannya selalu berkembang dari waktu ke waktu. Kepala sekolah adalah

seorang pemimpin dan setiap pemimpin memiliki bawahan. Didalam lingkungan sekolah
bawahan dari kepala sekolah salah satunya adalah guru. Guru dan kepala sekolah adalah

orang yang paling berperan dan sangat menentukan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh

karena itu hubungan kerjasama yang baik harus tercipta antara keduanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah guru

yang mendapatkan tugas tambahan untuk memimpin sekolah dan bertanggung jawab

mengelola serta memanfaatkan sumber daya/potensi yang ada untuk mewujudkan visi,

misi, tujuan sekolah serta meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah sebagai

seorang pemimpin harus dapat: (a) mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan

penuh semangat dan percaya diri para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugas

masing-masing; serta (b) memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf, dan

siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan

memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan (Wahyosumidjo, 2013: 105).

Sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

kemampuan kepala sekolah yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus

dilaksanakannya. Menurut Suhardan, dkk (2013: 141) “fungsi utama kepala sekolah

sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga

guruguru dapat mengajar dan peserta didik dapat belajar dengan baik”. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa “kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu 16

melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik,

dan melaksanakan supervisi sehingga kemampuan guru-guru meningkat dalam

membimbing pertumbuhan peserta didiknya”.


Berdasarkan uraian diatas sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat

membimbing, mengarahkan dan mendorong para guru untuk meningkatkan kinerjanya

dalam mencapai tujuan sekolah.

b. Kompetensi Kepala Sekolah

Menurut Permendiknas RI No. 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala

sekolah dan buku mengenai Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA,

SMK&SLB (2007: 169) menyebutkan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin

memiliki lima kompetensi yaitu sebagai berikut:

1. Dimensi Kompetensi Kepribadian

a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi

teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah

b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin

c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala

sekolah/madrasah

d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala

sekolah/madrasah

f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

2. Dimensi Kompetensi Manajerial

a) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan

b) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan


c) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/madrasah secara optimal

d) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi

pembelajar yang efektif

e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik

f) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara

optimal

g) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan

secara optimal

h) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah

i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan

dan pengembangan kapasitas peserta didik

j) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah

dan tujuan pendidikan nasional

k) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel,transparan, dan efisien

l) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah/madrasah

m) Unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan

kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah


n) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan

o) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan

manajemen sekolah/madrasah

p) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan

sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak

lanjutnya.

3. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan

a) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah

b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi

pembelajar yang efektif

c) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah

d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang

dihadapi sekolah/madrasah e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola

kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

4. Dimensi Kompetensi Supervisi

a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru

b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan

dan teknik supervisi yang tepat

c) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru.
5. Dimensi Kompetensi Sosial

a) Bersama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sekarang

begitu diperhatikan dan selektif dengan adanya standar kompetensi kepala sekolah

tersebut diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas kepala sekolah dalam mengatur

sekolahnya sehingga menghasilkan sekolah yang bermutu karena keberhasilan sekolah

tidak terlepas dari kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang selayaknya dapat

memberikan pembaharuan bagi sekolahnya

Menurut Wahyudi (2009: 34) kepala sekolah harus memiliki keahlian atau

keterampilan memimpin, yaitu mampu mempengaruhi dan mengarahkan para guru dan

warga sekolah lainnya mewujudkan tujuan sekolah, memberi motivasi dan membangun

semangat partisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, menciptakan suasana kerja harmonis,

dan mampu mendelagasikan wewenang secara tepat. Karena itu kepala sekolah juga

harus memiliki kualifikasi pribadi yang baik, patut diteladani para warga sekolah.

Dengan kata lain seorang kepala sekolah sebagai pemimpin yang diharapkan berhasil

dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan harus didukung oleh mental, fisik,

emosi, watak, sosial, sikap, etika, dan kepribadian yang baik.

Berdasarkan uraian di atas maka kepala sekolah harus memiliki (1) pengetahuan

terhadap tugas, mampu secara menyeluruh mengetahui banyak tentang lingkungan

dimana sekolah tersebut berada, (2) kemampuan memahami hubungan kerja antar

berbagai unit, pendelegasian wewenang, sikap bawahan, serta bakat dan kekurangan dari
bawahan, (3) wawasan organisasi dan kebijaksanaan khusus, perundang-undangan dan

prosedur, (4) kepekaan untuk membangun semangat staff yang dihadapi, (5) seorang

pemimpin harus mengetahui lay out secara fisik bangunan, kondisi operasional, berbagai

macam keganjilan dan problema yang biasa terjadi.

4. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pada umumnya, kepemimpinan organisasi sekolah sama halnya dengan

kepemimpinan organisasi lainnya. Kepala sekolah adalah pemimpin sekaligus manajer

yang harus mengatur, memberi perintah, sekaligus mengayomi bawahannya yaitu para

guru. Berhasil tidaknya sekolah mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya

terletak pada bagaimana kepemimpinan kepala sekolah khususnya dalam menggerakan

dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Perilaku kepala sekolah harus dapat

mendorong kinerja para guru dengan menunjukan rasa bersahabat, dekat, dan penuh

pertimbangan terhadap guru, baik secara individu maupun sebagai kelompok.

Mulyasa (2013: 17) berpendapat bahwa “kepemimpinan kepala sekolah

merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam

mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara

efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel”. Berdasarkan pendapat tersebut kepala

sekolah harus menjadi seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan manajemen yang

baik untuk dapat mengelola sekolah secara keseluruhan dan selalu berupaya

meningkatkan mutu pendidikan. Lebih lanjut Mulyasa (2013: 90) menjelaskan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong

sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Untuk mencapai visi dan misi

pendidikan, dibutuhkan sebuah kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai

pimpinan tertinggi dalam dalam lingkungan sekolah. Keefektifan yang dimaksud dapat

dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh potensi yang ada

di sekolah dengan optimal, sehingga guru, staff, dan pegawai lainnya yang terlibat dalam

pencapaian tujuan sekolah.

Selanjutnya uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala

sekolah adalah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan

manajemen sekolah untuk mempengaruhi dan memberdayakan seluruh sumber daya di

sekolah untuk mencapai visi dan misi sekolah secara efektif dan efisien. Dalam

menjalankan kepemimpinannya, seorang kepala sekolah memiliki standar pekerjaan yang

harus dilakukan.

Mulyasa (2013: 97-122) menjelaskan bahwa kepala sekolah harus melakukan

perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan fungsi sebagai berikut: (a) kepala

sekolah sebagai educator (pendidik); (b) kepala sekolah sebagai manajer; (c) kepala

sekolah sebagai administrator; (d) kepala sekolah sebagai supervisor; (e) kepala sekolah

sebagai leader (pemimpin); (f) kepala sekolah sebagai inovator; dan (g) kepala sekolah

sebagai motivator. Kemudian fungsi-fungsi tersebut sering disingkat dengan EMASLIM

(educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator).

(a) Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai seorang pendidik, kepala sekolah harus

mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan

di sekolahnya. Strategi tersebut diantaranya adalah menciptakan iklim sekolah yang


kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada

seluruh tenaga kependidikan, dan melaksanakan model pembelajaran yang menarik.

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

pembelajaran yang dilakukan guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat

mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah terutama dalam mendukung terbentuknya

pemahaman tenaga pendidikan terhadap pelaksanaan tugasnya.

Mulyasa (2013: 100-101) Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah

sebagai educator dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar

peserta didik antara lain: (1) mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran

untuk menambah wawasan guru serta memberikan kesempatan kepada guru untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi; (2) berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik

untuk lebih giat bekerja yang hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di

papan pengumuman; (3) menggunakan waktu yang belajar secara efektif disekolah.

Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru,

membimbing tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik,

mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan IPTEK, dan memberi

contoh mengajar.

b) Kepala Sekolah sebagai Manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota

organisasi dan mendayagunakan seluruh sumber daya dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan
ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan serta mendayagunakan

berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sebuah tujuan.

Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi

kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong

keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang

program sekolah.

(b) Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang erat dengan

berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan

pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki

kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,

mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,

mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan

tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas

sekolah.

Dalam menjalankan tugasnya hendaknya kepala sekolah terbuka tetapi tetap

menjaga jarak dengan para tenaga kependidikan, agar mereka mengemukakan berbagai

permasalahan yang yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga

kependidikan. Dengan demikian setiap permasalahan yang dihadapi oleh para tenaga

pendidikan dapat segera diselesaikan dan di pecahkan bersama dan tidak mengganggu

tugas utama yang harus dikerjakan.


(c) Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergioni dan Starrat (1993) dalam

Mulyasa (2013: 111) menyatakan “Supervision is a process designed to help teacher and

supervisor leam more about their practice; to better able to use their knowledge ang skills

to better serve parents and schools; and to make school a more effective learning

community”. Maksud kutipan tersebut adalah Supervisi merupakan suatu proses yang

dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari

tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya

untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orangtua peserta didik dan sekolah, serta

berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Supervisi sesungguhnya dapat dilakukan oleh kepala sekolah yang berperan

sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan

supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam

pembinaaan dan pelaksanaan tugasnya. Jika supervisi dilakukan kepala sekolah, maka

kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk

meningkatkan kinerja pendidikan. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala

sekolah terhadap tenaga kependididkannya khususnya guru, disebut dengan supervisi

klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan

meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif.

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan

menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan dan memanfaatkan hasilnya.

Supervisi dapat dilakukan kepala sekolah secara efektif antara lain melalui diskusi
kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor dapat ditunjukan dengan meningkatnya

kesadaran guru untuk meningkatkan kinerjanya dan meningkatnya keterampilan guru

dalam melaksanakan tugasnya.

(d) Kepala Sekolah sebagai Leader (Pemimpin)

Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) harus mampu memberikan petunjuk

dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumidjo dalam Mulyasa (2013: 115)

menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang

mencangkup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta

pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat

dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi

sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat jujur, percaya diri,

tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang

stabil, dan teladan.

Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam

kemampuan: memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru), memahami

kondisi dan karakteristik peserta didik, menyusun program pengembangan tenaga

kependidikan, dan menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk

meningkatkan kepemimpinannya. Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan

tercermin dari kemampuannya untuk: mengembangkan visi sekolah, mengembangkan


misi sekolah, dan melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam

tindakan. Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dalam: mengambil

keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah, mengambil keputusan untuk

kepentingan internal sekolah, dan mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal

sekolah. Kemampuan berkomunikasi tercermin dari kemampuan untuk: berkomunikasi

secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk

tulisan, berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, dan berkomunikasi secara lisan

dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan. Dalam implementasinya, kepala

sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan yaitu demokratis,

otoriter, laissez-faire.

Kepala sekolah sebagai leader mungkin bersifat demokratis, otoriter dan mungkin

laissez-faire. Namun dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut, maka dalam menjalankan

roda kepemimpinanya disekolah seorang kepala sekolah (leader) dapat menggunakan

strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan para tenaga kependidikan, dan

kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan.

(e) Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,

mencari gagasan yang baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan

kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model

pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara kepala sekolah

melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan


objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. Sementara itu

kepala sekolah sebagai inovator juga harus mampu mencari, menemukan dan

melaksanakan pembaharuan di sekolah misalnya moving class, program akselerasi dan

lain-lain.

(f) Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas

dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,

pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan

sebagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB). Setiap

tenaga kependidikan memiliki karakteristik yang berbeda beda sehingga memerlukan

perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, oleh karena itu untuk

meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus

memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang

berpengaruh.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Apabila kepala sekolah

mampu menjalankan fungsi-fungsi kepala sekolah di atas dengan baik, maka dapat

dikatakan bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yang baik sehingga

dapat mewujudkan dan meningkatkan mutu pendidikan dan tujuan sekolahnya.

5. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah

Manajemen kepala sekolah berarti kemampuan kepala sekolah dalam

menggunakan input-input manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen


yakni perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan dan penilaian

untuk mengatur sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif dan

efisien dalam pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Kemampuan manejerial

ini menunjukan bahwa kepala sekolah bertindak selaku seorang manajer. Tiga hal penting

yang berkaitan dengan kepala sekolah sebagai seorang manajer adalah proses,

pendayagunaan seluruh sumber organisasi, dan pencapaian tujuan organisasi yang ingin

dicapai. Proses adalah suatu cara yang sistematis dalam mengerjakan sesuatu. Proses

yang dimaksud disini adalah pemanfaatan input-input manajemen yang harus

dilaksanakan oleh kepala sekolah yang terdiri dari “tugas, rencana, program, regulasi

(ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur kerja, dan sebagainya”, (Ditjen Dikdasmen,

2002:21). Sedangkan pendayagunaan sumber-sumber daya sekolah meliputi

pendayagunaan dana, perlengkapan, informasi, dan sumberdaya manusia. Adapun

pencapaian tujuan berarti tercapainya tujuan akhir yang dikehendaki secara efektif dan

efisien. Dengan demikian kemampuan manejerial kepala sekolah adalah pelaksanaan

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi

sumbersumber daya pendidikan dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang telah

ditetapkan.

Dalam kegiatan perencanaan, tugas kepala sekolah yang dijalankan adalah

menyusun rencana program dan tujuan sekolah seperti menyususn kalender pendidikan,

jadwal mengajar, dan lain-lain,menyusun kebijakan dan strategi serta prosedur

pelaksanaan kegiatan, menyusun peraturan sekolah untuk mendukung pelaksanaan

program sekolah, mengidentifikasi dan mempersiapkan sumber daya manusia, dan

menyususn rencana anggaran sekolah (RAPBS). Kegiatan ini menuntut kepala sekolah
memperhatikan data dan fakta tentang kegagalan dan keberhasilan program sekolah

sebelumnya. Oleh karena itu perlu bagi kepala sekolah melakukan analisis perencanaan

program dengan menerapkan analisis SWOT sehingga akan terhindar dari kesalahan-

kesalahan dalam penyususnan rancangan program sekolah.

Tugas kepala sekolah dalam pengorganisasian meliputi menyusun dan mengatur

struktur organisasi / kepegawaian di sekolah, merinci dan menentukan tugas-tugas

kepada guru dan staf, membagi kerja kedalam tugas individu atau kelompok, dan

mengatur hubungan kerja (horizontal dan vertical). Oleh karena itu kepala sekolah perlu

memperhatikan faktor-faktor situasional seperti kondisi struktur organisasi,kemampuan

warga sekolah dan faktor lingkungan sekitarnya.

Dalam pengkoordinasian tugas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah antara lain

mengkoordinasikan tugas-tugas guru, mengkomunikasikan program-program sekolah

kepada semua warga sekolah, melakukan pertemuan, diskusi atau semacamnya untuk

menginformasikan gagasan dan informasi yang penting, serta untuk mengatasi masalah

yang dihadapi guru. Dalam kegiatan ini kepala sekolah juga melakukan hubungan dan

kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, dunia usaha. Atau pihak luar yang terkait

untuk mengembangkan dan merealisasikan misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu

sedapat mungkin kepala sekolah berupaya menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang

produktif dan kondusif.

Tugas kepala sekolah lainnya yang dapat dilaksanakan dalam pengawasan dan

evaluasi adalah mengendalikan semua tugas dan tanggung jawab yang di berikan kepada

guru, mengawasi dan memantau kegiatan guru, menilai kinerja bawahan termasuk kinerja

guru, dan menentukan kriteria penilaian dan standar kerja guru. Dengan pengawasan dan
evaluasi tersebut, kepala sekolah sekaligus dapat memantau proses kerja warga sekolah

sehingga akan diketahui apakah program sekolah telah dilaksanakan atau belum dan

apakah hasil yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak.

Kinerja kepala sekolah selaku pemimpin dipengaruhi oleh faktor kualitas

kepemimpinan, fleksibilitas prilaku gaya kepemimpinan serta faktor pengikut dan situasi

yang ada. Sedangkan kinerja kepala sekolah dalam dimensi manajerial diukur dari peran

yang di sandangnya, bakat dan kemampuan yang diperoleh untuk melaksanakan peran

tersebut dan usaha yang dicurahkan untuk mewujudkan bakat dan kemampuan dalam

peran yang dipegangnya (Mulyadi,2000:83). Dalam penelitian ini kinerja kepemimpinan

kepala sekolah merupakan hasil prestasi kerja kepala sekolah dalam penggunaan

pengaruh, tranformasi visi dan misi, pemberdayaan, mobilisasi, motivasi, pengarahan dan

bimbingan, serta pembentukan komitmen kepada guru, agar guru tergerak ikut

mewujudkan tujuan sekolah. Sedangkan kinerja manajemen kepala sekolah adalah

prestasi kerja kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan atau program sekolah melalui

pelaksanaan kegiatan manajerial yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian

dan pengawasan serta evaluasi.

6. Iklim Kerja

Menurut litiwin dan Stinger menjelaskan iklim kerja memiliki beberapa persepsi

sebagai hasil dari subjektif terhadap system formal, gaya informal kepala sekolah dan

faktor lingkungan penting lainnya yang mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai, dan

motivasi individual yang berada pada sekolah tertentu. Namun demikian variasi definisi

iklim kerja apabila ditelaah lebih dalam, mengerucut kepada tiga pengertian pertama
iklim kerja sebagai kepribadian suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lainnya.

Kedua, iklim kerja sebagai suasana ditempat kerja, mencakup berbagai norma kompleks,

nilai, harapan, kebijakan, dan prosedur. yang mempengaruhi pola prilaku individual dan

kelompok. Ketiga, iklim sekolah sebagai persepsi individu terhadap kegiatan, praktik,

dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan diharapkan

dalam suatu organisasi.

Menurut Hoy, Smith dan Sweetland iklim sekolah dipahami sebagai maniferestasi

dari keperibadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam sebuah kontinum dari iklim

sekolah terbuka keiklim sekolah tertutup. Iklim sekolah terbuka didasarkan pada rasa

hormat, kepercayaan, dan kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajenen

sekolah dan peserta didik untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif dengan satu

sama lain. Iklim sekolah juga sebagai kualitas dan kareakter dari kehidupan sekolah,

berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman personil sekolah tentang

kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma tujuan, nilai, hubungan

interpersonal, praktek belajar mengajar, serta struktur organisasi.

Pemahaman iklim kerja sebagai suasana ditempat merujuk pada beberapa

pendapat. Mengidenfiniskan iklim kerja sebagai peraturan suasana sosial atau lingkungan

belajar. Moos membagi lingkungan social menjadi tiga kategori yaitu:

1. Hubungan, termasuk keterlibattan berafiliasi dengan orang lain dalam kelas dan

dukungan guru,

2. Pertumbuhan pribadi atau orientasi tujuan, meliputi pengembangan pribadi dan

pemingkatan dari semua anggota lingkungan,


3. Pemeliharaan system dan perubahan system memiliputi, ketertiban dari lingkungan,

kejelasan dan aturan-aturan, dan kesungguhan dari guru dalam menegakkan aturan.

Pemahaman iklim kerja sebagai persepsi individu merujuk pada beberapa

pendapat berikut. Stichter dalam Bafadal Ibrahim (2008:45) menyimpulkan iklim kerja

didefinisikan sebagai persepsi bersama tentang apa yang sedang terjadi secara akademis,

secara social, lingkungan disekolah secara rutin. Kambal Willes dalam Bafadal Ibrahim

menegaskan keinginan guru dalam kinerja diantaranya iklim kerja dimana adanya rasa

aman, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan, lingkungan yang aman, dan

penghargaan atas sumbangan, ikut serta dalam pembentukan kebijakan, hubungan yang

harmonis.

1. Rasa aman

Iklim kerja seharusnya menciptakan rasa aman bagi setiap anggota sekolah, karena

rasa anan yang terjadi dalan lingkungan pendidikan akan mempengaruhi seseorang,

dalam hal ini rasa aman yang ada adak memberikan guru menlaksanakan tugasnya

dengan perasaan tenang, dan guru pun akan melaksanakan tugas dengan

sebaikbaiknya. Apabila iklim sekolah tersebut tidak menciptaka rasa aman maka

proses pembelajaran tidak akan terlaksana dengan baik dan sementinya.

2. Kondisi kerja yang menyenangkan

Iklim kerja seharusnya menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan, karena

dengan kondisi kerja yang menyenangkan akan memberikan danfak yang fositif pada

setiap anggota yang ada disekolah.

3. Rasa nyaman
Perasaan nyaman seseorang dilingkungan sekolah juga sangat mempengaruhi kinerja.

Karena apabila seseorang tidak merasa nyaman terhdap lingkungan sekolah tersebut

maka seberapa berusaha kerja dengan baik kinerja nya juga tidak akan bagus.

4. Hubungan antara guru dengan guru

Hubungan guru dengan guru seharusnya dapat terjalin dengan harmonis, tidak ada

guru saling menjatuhkan. Apabila hubungan guru dengan guru baik maka akan bagus

kinerja guru tersebut.

5. Hubungan kepala sekolah dengan bawahan

a. Dimensi Pengukuran Iklim Kerja

Banyak peneliti telah mengidentifikasi berbagai dimensi untuk mengukur iklim

kerja.Salah satunya menurut Gunbayi (2007:2) mengajukan 8 dimensi iklim

organisasi.Empat diamtaranya berfokus pada prilaku guru yaitu disengagement,

hindrance, esprit dan intimacy. Empat dimensi lain berfokus pada perilaku kepala sekolah

yaitu aloofnees, production, thrust dan consideration.

Hoy, Hofman, sabo dan bliss menjabarkan 6 dimensi iklim sekolah yang

dikelompokan dalam dua aspek yaitu aspek prilaku kepala sekolah dan aspek prilaku

guru.

1. Aspek prilaku kepala sekolah

1) Supportive adalah perilaku kepala sekolah yang diarahkan kepada kebutuhan social

dan prestasi kerja kepala sekolah, suka menolong, benar-benar memperhatikan guru,

dan berupaya untuk memotivasi dengan menggunakan kritik yang konstruktif dan

dengan memberikan contoh melalui kerja keras.


2) Directive adalah perilaku kepala sekolah yang kaku, kepala sekolah yang terus-

terusan memantau hamper semua aspek perilaku guru disekolah.

3) Restrictive adalah perilaku kepala sekolah yang membatasi pekerjaan guru dari pada

menfasilitasinya. Kepala sekolah membebani guru dengan pekerjaan administrasi

dan permintaan lainnya yang menggagu tanggung jawab menggajar.

2. Aspek perilaku guru

1) Collegial adalah perilaku guru yang terbuka dan mendukung interaksi guru secara

propesional, seperti saling menghormati dan membantu satu sama lain baik secara

pribadi maupun secara propesional.

2) Committed adalah perilaku guru yang diarahkan untuk membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan intelektual dan social, guru bekerja keras untuk

memastikan keberhasilan siswa disekolah.

3) Disengaged adalah perilaku guru yang kurang fakus dan bermakna bagi kegiatan

propesional Menurut cohen, etal pengukuran iklim sekolah kedalam sepuluh

dimensi yang dikelompokan kedalam empat kategori yaitu: 1. Safety, 2. Teaching

and learning, 3. Interpersonal relationships, 4. Institutional environment.

a. Kategori pertama terdiri atas

1) Rules and norms meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan dengan jelas dan

dilaksanakan secara konsisten

2) Physical safety meliputi perasaan siswa dan orang tua yng merasa aman dari

kerugian fiski disekolah.

3) Social and emotion security meluputi perasaan siswa yang merasa aman dari

cemeohan, sindiran dan pengucilan.


b. Kategori kedua terdiri atas:

1) Support far learning menunjukkan adanya dukungan terhadap praktek-praktek

pengajaran, seperti tanggapan yang positif, dorongan untuk mengambil risiko

tantangan akademik, perhatian individual dan kesempatan untuk menunjukan

pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai cara

2) Social and civic learning menunjukkan adanya dukungan untuk mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan social dan kemasyarakatan, termasuk mendengarkan

secara efektif, pemecahan masalah, tanggung jawab.

c. Kategori ketiga terdiri atas:

1) Respect far diversity menunjukkan adanya sikap saling menghargai terhadap

perbedaan individual pada semua tungkatan, yaitu antara siswa dengan siswa, orang

tua dengan siswa, orang tua dengan orang tua.

2) Social support adult menunjukkan adanya kerjasama dan hubungan yang saling

mempercayai antara orang tua dengan orang tua untuk mendukung siswa dalam

kaitannya dengan harapan tinggi.

d. Katagori keempat terdiri atas:

1) School connectedness meliputi ikatan positif dengan sekolah, rasa memiliki dan

norma-norma untuk berpartisipasi dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan

keluarga.

2) Physical surrounding meliputi kebersihan, keteriban dan daya tarik fasilitas dan

sumber daya dan material yang memadai.


7. Kinerja Guru

Rusman (2013: 50) mengemukakan bahwa kinerja adalah performance atau unjuk

kerja. Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk

kerja. Mulyasa (2013: 88) berpendapat bahwa kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang

ditunjukan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimilikinya. Sedangkan Supardi

(2013: 47) yang menjelaskan bahwa “kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh

seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi

atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan

norma dan etika yang telah ditetapkan”. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja

guru.

Sedarmayanti (2001) dalam Supardi (2013:19) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja antara lain: “(1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin, etika kerja); (2)

pendidikan; (3) keterampilan; (4) manajemen kepemimpinan; (5) tingkat penghasilan;

(6) gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana prasarana; (10)

teknologi; (11) kesempatan berprestasi. Sedangkan menurut Gibson dalam Supardi

(2013:19) kinerja dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu variabel individu, organisasi dan

psikologis individu. Variabel individu meliputi kemampuan dan keterampilan mental

fisik (dalam hal ini kemampuan dan meterampilan memahami kurikulum), latar

belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman), demografis (umur, etnis, jenis

kelamin). Sedangkan variabel organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur, desain pekerjaaan, (variabel yang mempengaruhi dan menciptakan iklim kerja).
Variabel terakhir adalah variabel psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian,

belajar, motivasi, kepuasan kerja, iklim kerja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah

dicapai seseorang yang ditunjukan kedalam penampilan, perbuatan ataupun prestasi

untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi

Hasil pembelajaran disekolah di pengaruhi oleh kinerja guru sebagai pendidik.

Supardi (2013:19) mengemukakan bahwa kinerja guru merupakan kemampuan dan

keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Kinerja guru bila

mengacu pada pengertian Mangkunegara bahwa tugas yang dihadapi oleh seorang guru

meliputi: membuat program pengajaran memilih metode dan media yang sesuai untuk

penyampaian, melakukan evaluasi, dan melakukan tidak lanjut dengan pengayaan dan

remedial. Lebih lanjut Husdrata dalam Supardi (2013: 54) berpendapat bahwa kinerja

guru dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting dalam mendukung terciptanya

proses pendidikan secara efektif terutama dalam membangun sikap disiplin dan mutu

hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, guru sangat menentukan mutu pendidikan,

berhasil tidaknya proses pembelajaran, dan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan

pembelajaran. Kinerja guru tidak hanya ditunjukan oleh hasil kerja, akan tetapi juga

ditunjukan oleh perilaku guru dalam bekerja.

Kinerja guru juga dapat ditunjukan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi

yang di persyaratkan di penuhi. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UU No. 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen). Pedagogik merupakan kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik. Kepribadian merupakan kemampuan pribadi yang mantap,


berakhlak mulia, arif, berwibawa, dan menjadi teladan peserta didik. Sosial adalah

kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Profesional adalah kemampuan menguasai materi pelajaran secara meluas dan mendalam.

Menurut Mulyasa (2013: 88) mengemukakan bahwa penilaian kinerja guru dilakukan

rutin setiap tahun yang menyoroti 14 kompetensi bagi guru pembelajaran. Kompetensi

tersebut diantaranya adalah: (1) mengenal karakteristik peserta didik; (2) menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum;

(4) menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik: (5) mengembangkan

potensi peserta didik; (6) berkomunikasi dengan peserta didik; (7) menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi; (8) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan Nasional; (9) menunjukan pribadi yang dewasa dan teladan; (10) etos kerja,

tanggung jawab yang tinggi rasa bangga menjadi guru; (11) bersikap inklusif, bertindak

objektif, serta tidak diskriminatif; (12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga

kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat; (13) menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (14)

mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif. Dalam praktiknya,

kompetensi tersebut akan membentuk kepribadian guru yang sangat menentukan kualitas

pembelajaran dan pembimbingan peserta didik, serta mendorong terlaksananya seluruh

tugas tambahan secara proporsional dan profesional (Mulyasa, 2013: 88-89).

Mulyasa (2013: 89) menjelaskan bahwa sistem penilaian kinerja guru merupakan

serangkaian program penilaian kinerja guru yang dirancang untuk mengidentifikasi

kompetensi guru melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukan dalam


unjuk kerjanya, baik langsung maupun tidak langsung. Gaffar dalam Supardi (2013: 69-

70) berpendapat “untuk menilai kinerja guru dapat dilihat dari aspek: penguasaan content

knowledge, behavioral skill, dan human relation skill". Lebih lanjut Michael dalam

Supardi (2013: 70) “aspek yang dilihat dalam meneliti kinerja individu (termasuk guru)

proptness, initiatif, capability, and communication”. Kemudian Supardi (2013: 70)

menyimpulkan “kinerja guru dinilai dari penguasaan keilmuan, keterampilan tingkah

laku, kemampuan membina hubungan, kualitas kerja, inisiatif, kapasitas diri serta

kemampuan dalam berkomunikasi”. Lebih lanjut Riva’i dalam Supardi (2013: 70-71)

mengemukakan aspek-aspek yang dapat dinilai dari kinerja seorang guru dalam suatu

organisasi dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu kemampuan teknik, kemampuan

konseptual, dan kemampuan hubungan interpersonal. Kemampuan teknik adalah

kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang digunakan

untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh.

Kemampuan konseptual adalah kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi

dan penyesuaian bidang gerak dari unit-unit operasional. Sedangkan kemampuan

hubungan interpersonal adalah kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain dengan

melakukan negoisasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah

prestasi/hasil kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai upaya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.yaitu quality of work,

8. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru


Keberhasilan pendidikan di sekolah ditentukan oleh beberapa komponen

pendukung diantaranya adalah guru. Guru merupakan komponen utama yang

menentukan keberhasilan dan kualitas pendidikan disekolah. Hal ini menuntut guru untuk

senantiasa meningkatkan kinerja sebagai tenaga pendidikan. Supardi (2013: 54)

mengemukakan bahwa kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah/madrasah dan bertanggung jawab atas

peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Oleh karena itu, kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukan

kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya Supardi juga menjelaskan

bahwa kinerja guru tidak hanya ditunjukan oleh hasil kerja, akan tetapi juga ditunjukan

oleh perilaku dalam bekerja.

Berdasarkan uraian diatas, kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan

tenaga kependidikan, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Menurut Mulyasa (2013: 5) sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah

sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen

sekolah (who is behind the school) yang berkaitan dengan pengetahuan dan

pemahamannya terhadap manajemen dan kepemimpinan, serta tugas yang dibebankan

kepadanya. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja guru, yaitu dengan

menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok.


Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi harus dapat mengupayakan

peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan.

Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat,

kemampuan, dan keterampilan untuk memimpin suatu lembaga pendidikan. Dalam

fungsinya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan

kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

Hal ini karena guru sebagai individu yang mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda-

beda. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang sangat

penting dalam menciptakan budaya kerja guru yang akan berpengaruh terhadap kinerja

mengajar guru untuk mencapai kualitas pendidikan sekolah.

Wahyudi (2009: 120) menjelaskan arti kepemimpinan “sebagai kemampuan

seseorang dalam menggerakan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara

kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan

keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.

Setiap kepala sekolah mempunyai cara dan kemampuan kompetensi yang berbeda-beda

dalam menjalankan kepemimpinannya. Dalam menjalankan kepemimpinannya seorang

kepala sekolah memiliki standar pekerjaan yang harus dilakukan. Mulyasa (2013: 97-

122) menjelaskan bahwa kepala sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan

dengan menjalankan fungsinya sebagai educator (pendidik), manajer, administrator,

supervisor, leader (pemimpin), inovator; dan motivator (EMASLIM)

9. Pengaruh iklim Kerja Terhadap kinerja Guru


Iklim kerja merupakan suasana sekolah tersebut, juga sikap kepercayaan, nilai,

dan motivasi. Suasana dilingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja guru tersebut ,

apa bila iklim kerja tidak memberikan rasa nyaman, rasa aman terhadap setiap anggota

sekolah maka akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Karena iklim kerja itu

sangat erat hubungannya dengan kinerja guru, sikap kepercayaan dari pemimpin dan

teman kerja juga sangat mempengaruhi kinerja, karena dengan adanya hubungan yang

baik antara guru dan pimpinan dapat berdampak positif terhadap kinerja guru tersebut,

begitu pun hubungan yang harmonis antara guru dengan guru juga akan memperikan

pengaruh yang positif terhadap kinerja guru tersebut.

Menurut bafadal Ibrahim menegaskan bahwa keinginan guru dalam kinerja

diantaranyanya iklim sekolah dimana adanya rasa aman, rasa nyaman, kondisi kerja yang

menyenangkan, rasa diikut sertakan, lingkungan yang aman dan penghargaan atas

sumbangan, ikut serta dalam pembentukan kebijakan dan hubungan yang harmonis.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah sangat

mempengaruhi kinerja guru tersebut. Iklim kerja yang kondusif akan mempengaruhi

kinerja guru tersebut, dan iklim yang kurang kondusif juga mempengaruhi kinerja guru

tersebut . Bafadal ibrahim, Dasar-dasar manajemen dan Supervisi Taman kanak-kanak,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 10

10. Pengaruh kepemimpinan dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Keberhasilan sekolah dalam lulusan yang dapat bersaing dengan sekolah-sekolah

yang lainya, merupakan salah satu tujuan sekolah untuk mencapai tujuan tesebut

memerlukan sunberdaya manusia dengan kinerja yang berkualitas.Terwujudnya kinerja


yang berkualitas sangat ditentukan oleh manajemen yang baik dak benar. Pengelolaan

yang berkualitas dimotori olek kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus

memiliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan agar dapat

bekerja secara optimal.

Menurut Rusyan (2000 : 40) kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi

kerja bagi peningkatan produktifitas kerja guru dan hasil belajar siswa.Kepemimpinan

kepala sekolah sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para

siswadan semagat kerja tergantung kepala sekolah.Apakah kepala sekolah dapat

menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah dapat mendorong

bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijakan dan program yang telah digariskan

sehingga produktifitas kerja guru dan hasil belajar siswa meningkat.

Iklim kerja seharusnya dapat menciptakan suasana yang haromis, nyaman,

sehingga dengan perasanan aman dan nyaman guru jadi timbul motivasinya dalam

memingkatkan kirerja nya sehingga juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam

belajar. iklim kerja merupakan hasil cipta kepemimpinan seseorang. Seperti halnya jika

gaya kepemimpinannya otoriter maka guru dituntut untuk mengikuti keputusan kepala

sekolah tanpa bias mengutarakan pendapatnya, akibatnya guru kurang motivasinya kerja,

apabila kepamimpinannya demokratis guru pun termotivasi untuk meningkatkan kinerja

nya. hubungan antara kepala sekolah juga sangat mempengaruhi kinerja guru. Oleh

karena itu kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat menciptakan iklim kerja yang

baik agar kinerja guru pun baik..

Berkaitan dengan tugasnya menurut Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005

tentang guru dan dosen pada bab I pasal I disebutkan: “guru adalah pendidik propesional
dengan tugas utama men didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melati, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan

pendidika menengah” dari uraian diatas maka kepemimpinan kepala sekolah iklim

sekolah diduga berpengaruh pada kinerja guru.

B. Kerangka Berfikir

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya

yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara

pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut maka kompetensi kepala sekolah perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan

peran dari kepala sekolah itu sendiri dan personil sekolah lainnya guna mencapai hasil

yang diharapkan.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pendidikan, yaitu

memimpin staff (guru-guru, pegawai dan pesuruh), membina kerjasama yang harmonis

antar anggota staf sehinggga dapat membangkitkan semangat kerja, motivasi kerja bagi

staf yang dipimpin serta menciptakan suasana yang konduktif. Kepemimpinan yang

bagus, kerjasama yang harmonis serta suasana yang konduktif menjamin staf menjadi

senang untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Dan juga Iklim kerja

diharapkan dapat menciptakan suasana yang harmomis, nyaman, sehingga dengan

perasaaan aman dan nyaman guru jadi timbul motivasinya dalam memingkatkan kinerja

nya sehingga juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. iklim kerja

merupakan hasil cipta kepemimpinan seseorang. Seperti halnya jika gaya

kepemimpinannya otoriter maka guru dituntut untuk mengikuti keputusan kepala sekolah
tanpa bisa mengutarakan pendapatnya, akibatnya guru kurang motivasinya kerja, apabila

kepamimpinannya demokratis guru pun termotivasi untuk meningkatkan kinerja nya.

hubungan antara kepala sekolah dan iklim kerja juga sangat mempengaruhi kinerja guru.

Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah tersebut diharapkan dapat menciptakan

iklim kerja yang baik agar kinerja guru pun baik.

Dari uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian ini, yaitu

tentang pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Kerja Terhadap

Kinerja Guru sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai