Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekolah sebagai Institusi (lembaga) pendidikan yang merupakan wadah

tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistim yang komplek dan dinamis.

Kegiatan sekolah adalah mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) yang

diharapkan menghasilkan lulusan berkualitas tinggi dengan tuntutan kebutuhan

masyarakat. Maka sekolah sebagai institusi pendidikan yang diharapkan dapat

meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat sosial

masyarakat Bangsa perlu dikelola, diatur, dan diberdayakan agar dapat

menghasilkan produk atau hasil secara optimal.

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), dari aspek pendidikan berarti

meningkatkan pendidikan baik aspek kualitas maupun kuantitas. Aspek kuantitas

menekankan pada perluasan sekolah sehingga penduduk memiliki akses untuk

bisa mendapatkan pelayanan pendidikan secara merata. Sedangkan pada aspek

kualitas berarti pendidikan dalam hal ini kualitas suatu sekolah harus selalu

ditingkatkan dari waktu ke waktu sesuai perkembangan teknologi.

Menurut Mulyasa (2012), bahwa dalam konteks otonomi daerah dan

desentralisasi pendidikan, keberhasilan dan kegagalan pendidikan di sekolah

sangat bergantung pada Tenaga Pendidik (Guru), Kepala Sekolah dan Penagwas,

Karena ketiga figur tersebut merupakan kunci yang menentukan serta

menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain.

1
Sekolah sebagai suatu organisasi yang bersifat kompleks akan berhasil

apabila ditopang oleh kinerja individu yang memimpin sekolah tersebut, yaitu

kepala sekolah. Menurut Karwati dan Priansa (2013:83) kinerja kepala sekolah

adalah: “Unjuk kerja, prestasi kerja, atau hasil pelaksanaan kerja kepala sekolah”.

Kinerja kepala sekolah merupakan tingkatan dimana kepala sekolah

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan syarat yang telah ditentukan, dimana hasil

pelaksanaan suatu pekerjaan bersifat fisik/material dan non fisik/non material.

Untuk memiliki kinerja yang baik, seorang kepala sekolah/madrasah wajib

memenuhi standar sesuai dengan yang diamanahkan dalam Permendiknas RI No.

13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu memiliki lima

kompetensi: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kepala

sekolah harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk sekolah yang dipimpinnya,

mampu membangun tujuan-tujuan pembelajaran yang jelas, menetapkan

ekspektasi tinggi dimana seluruh guru dan siswa mampu mencapai ekspektasi

tersebut dan memiliki rasa tanggung jawab untuk kesuksesan sekolahnya.

Kompetensi manajerial yang dimiliki kepala sekolah menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi kinerja guru, karena kualitas sekolah tergantung dari

kualitas kepala sekolahnya. Kualitas kepala sekolah tercermin dari

kepemimpinannya yang optimal dalam mengelola semua sumber daya yang ada di

sekolah. Mengelola sekolah agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal

bukan pekerjaan mudah, tapi diperlukan suatu keahlian manajerial sekaligus

kepemimpinan yang maksimal dari kepala sekolah.

2
Maju mundurnya kinerja dalam organisasi ditentukan oleh seorang

manajer. Peran kepala sekolah sebagai manajer harus memiliki strategi-strategi

yang efektif dan efisien untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan dan

keputusan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah harus mengetahui bagaimana

pentingnya peran kepala sekolah sebagai manajer dalam lembaga pendidikan yang

sangat mempengaruhi proses pendidikan dalam mencapai tujuan organisasi

pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh

keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola dan memberdayakan seluruh warga

sekolah, termasuk pengembangan guru dan staff.

Sebagai manajer kepala sekolah harus mampu mendayagunakan seluruh

sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan. Selain itu, kepala sekolah harus mampu menghadapi

berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual dan harus

senantiasa berusaha untuk menjadi guru penengah dalam memecahkan berbagai

masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya,

serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan.

Kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi keberhasilan

manajemen suatu lembaga pendidikan. Sebagai pemimpin di sebuah lembaga,

maka dia harus mampu membawa lembaga tersebut ke arah tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu

melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Dalam satuan

pendidikan kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal yang memiliki

tanggung jawab kepada atasan, sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan

3
terkait, dan kepada bawahan. Sedangkan dari sisi lain kepala sekolah dapat

berfungsi sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator

dan motivator. Kepala sekolah bertugas mengelola pendidikan disekolah secara

keseluruhan, bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada

agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai

pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja guru ke

arah profesionalisme yang diharapkan agar tercapainya tujuan pendidikan.

Kepala sekolah adalah tokoh sentral dalam peningkatan mutu pendidikan

di sekolah. Berhasil atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan khususnya pada

satuan pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki kepala

sekolah tersebut. Kompetensi memainkan peran kunci dalam mempengaruhi

keberhasilan kerja, terutama dalam pekerjaan–pekerjaan yang menuntut

kesungguhan, inisiatif dan inovasi.

Kepala sekolah yang efektif sedikitnya harus mengetahui, menyadari, dan

memahami tiga hal, yaitu (1) Mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di

sekolah; (2) Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan

produktivitas sekolah; (3) Bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk

mencapai prestasi yang tinggi. Kemampuan menjawab ketiga pertanyaan tersebut

dapat dijadikan tolak ukur sebagai standar kelayakan apakah seseorang dapat

menjadi kepala sekolah yang efektif atau tidak.

Indikator kepala sekolah yang efektif secara umum dapat diamati dari tiga

hal pokok yaitu Komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan

fungsinya;

4
Menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan

memimpin sekolah; Senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran

dan kinerja guru dikelas. Hal tersebut dapat dipahami karena proses

kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja sekolah

secara keseluruhan.

Pada umumnya, kepala sekolah di Indonesia belum dapat dikatakan

sebagai manajer profesional, karena pengangkatannya tidak didasarkan pada

kemampuan dan pendidikan profesional, tetapi lebih pada pengalaman menjadi

guru. Hal ini disinyalir juga oleh laporan Bank Dunia bahwa “salah satu penyebab

menurunnya mutu pendidikan persekolahan di Indonesia adalah kurang

profesionalnya kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di tingkat lapangan.”

Dengan demikian, diperlukannya perubahan dalam sistem pengangkatan kepala

sekolah dari pengangkatan karena kepangkatan atau pengalaman sebagai guru

menjadi pengangkatan berdasarkan kemampuan dan keterampilan profesional

bidang manajemen pendidikan.

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang

tersebut bertindak. Orang bertindak karena satu alasan yaitu untuk mencapai

tujuan. Jadi, motivasi adalah sebuah dorongan yang diatur oleh tujuan dan jarang

muncul dalam kekosongan (Mathis dan Jackson, 2009). Sedangkan menurut

Supardi dan Anwar (2004) mengatakan motivasi adalah keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan –

kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

5
Menurut Mc Clelland dalam Mangkunegara, (2011) seorang pegawai

dikatakan memiliki motivasi kerja yang tinggi apabila, didalam dirinya memiliki:

1. Need of achievement (kebutuhan berprestasi) yaitu kemampuan pegawai

untuk mencapai hubungan pada standar yang ditetapkan instansi,

2. Need of affiliation (kebutuhan afiliasi) yaitu keinginan pegawai untuk

saling bersahabat dan mengenal lebih jauh teman kerja dalam sebuah

organisasi pemerintahan, dan

3. Need of power (kebutuhan kekuasaan) yaitu kebutuhan yang membuat

pegawai berperilaku wajar dalam melaksanakan tugasnya serta keinginan

untuk menguasai sesuatu.

Kompetensi dan kinerja kepala sekolah jenjang TK, SD, SMP, dan

SMA/SMK masih rendah oleh karena itu pengangkatan kepala sekolah

disebabkan tidak berdasarkan kompetensi dan profesionalis Syawal

Gultom(2020). Hal ini didukung oleh Siswandari (2012), bahwa banyak kepala

sekolah yang sudah dilatih hingga memenuhi standar nasional tidak dipilih.

(https://edukasi.kompas.com/read/2012 kepala.Sekolah.Masih.Rendah, tanggal 24

April 2020).

Kepala Sekolah mempunyai tugas dalam pengembangan peningkatan

kualitas pendidikan ditingkat sekolah. Dalam hal ini bertanggung jawab terhadap

kelancaran pelaksanaan pendidikan dan proses kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Sebagai pengembang pendidikan dan pengajaran di sekolah merupakan

tugas tidak ringan sebagaimana diamanahkan pada Permendiknas No. 13 Tahun

2007 tentang standar kepala sekolah maka sebagai kepala sekolah mempunyai

6
kewajiban melaksanakan peraturan yang salah satunya adalah kompetensi

supervisi. Dalam rangka mengembangkan peningkatan pendidikan secara

bersama-sama semua personal agar bergerak ke arah pencapaian tujuan sesuai

pelaksanaan tugas masing-masing secara efisien dan efektif ( Hamrin, 2011,

hlm.51 ).

Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja

dengan standar yang ditetapkan (Dessler, 2000). Kinerja adalah hasil kerja baik

secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara,

2002).

Kecamatan Tanah Jawa merupakan salah satu kecamatan yang berada di

wilayah kabupaten simalungun. Sebanyak 44 sekolah SD Negeri/Swasta berada

dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun melalui UPT Koorwil

Kecamatan Tanah Jawa. Terdiri dari 43 sekolah Dasar Negeri dan 1 Sekolah

Dasar Swasta.

Tabel 1.1
Rekapan Data Kepala Sekolah SD Negeri/Swasta di Kecamatan Tanah Jawa
Yang sudah mengikuti Diklat Cakep 2021.

Jumlah Jumlah Berdasarkan Status Sekolah Diklat cakep


Kepala Tinggkat Pendidikan
Sekolah SD
Negeri/Swast D3 S-1 S-2 Negeri Swasta Ya Tidak
a

44 - 42 2 43 1 28 13

Sumber : Arsip Kantor UPT Koorwil Kecamatan Tanah Jawa

7
Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kepala Sekolah di

Kecamatan Tanah Jawa memiliki kualifikasi Pendidikan Sarjana. Masih

berdasarkan data yang didapat dari kantor UPT Koorwil Kecamatan Tanah Jawa

masih banyak kepala sekolah yang memimpin sekolah Dasar baik Negeri maupun

Swasta belum mempunyai sertifikat diklat cakep dimana diklat cakep adalah

diklat yang diperuntukan sebagai peningkatan kompetensi kepala sekolah serta

rendahnya keinginan kepala sekolah didalam meningkatkan ilmu pengetahuan

yang mana seorng kepala sekolah harusnya enantiasa berprinsip belajar tanpa

akhir dengan meningkatkan kualifikasi pendidikan untuk menambah pengetahuan

yang mana guru dan menambah pengalaman untuk mengantisifasi kemajuan

pendidikan dimasa yang akan datang semakin melaaju kencang.Masih banyak

guru guru di tanah jawa tidak menjalankan tupoksinya dengan baik akibat dri

tidak adanya motivasi dan managerial yang baik dari seorang kepala sekolah serta

kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam menguasai kompetensi manajerial

dan kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam memotivasi tenaga pendidik

sehingga guru guru menjalankan tupoksinya kurang maksimal hanya berdasarkan

pemikiran sendiri tanpa adanya arahan ,bimbingan dan dorongan dari seorng

kepala sekolah.Kepala sekolah masih banyak yang bertindak dictator terhadap

bawahannya yang mana guru diharuskan melaksanakan aturan aturan yang sudah

ditentukan tanpa adanya pembinaan,dorongan dari seorang kepala

sekolah,.seorang kepala sekolah yang sudah menguasai kompetensi manejerial

dengan baik itu tidak akan berperilaku arogan kepada bawahannya karena seorang

kepala sekolah adalah seorang leader sebagaimana di sampaikan oleh bapak

8
mentri pendidikan kita Bapak Nadim Makarim bahwa kepala sekolah itu adalah

pelayan bukan penguasa yang senantiasa memerintahkan bawahan tanpa

melakukan pembinaan akan tetapi seorang kepala sekolah harusnya memberikan

pelayanan terhadap tendik dengan melakukan pembinaan dan motivasi sehingga

terciptanya komunikasi yang efektif antara kepala sekolah sebagai motivator

dengan seluruh komunitas sekolah.Keberhasilan suatu sekolah dalam menggapai

visi dan misi sekolah yang sudah disusun bersama adalah keberhasilan tim yang

dipimpin oleh seorang kepala sekolah,sinergi antara sesame warga sekolah yang

menjadikan kesuksesan dalam dalam mencapai tujuan suatu sekolah.

Berdasarkan informasi yang didapat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Manajerial dan

Motivasi kepalasekolah Negeri Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas

maka masalah penilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri

(X1) terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri (Y) di Kecamatan

Tanah Jawa?

2. Apakah pengaruh Motivasi Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri (X2)

terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri (Y) di Kecamatan Tanah

Jawa?

9
3. Apakah Kompetensi Manajerial (X1) dan Motivasi Kepala Sekolah

Negeri (X2) berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Guru

Sekolah Dasar Negeri (Y) di Kecamatan Tanah Jawa?

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, ditemukan

beberapa masalah terkait faktor yang mempengaruhi kinerja guru, namun agar

penelitian ini dapat terarah maka dibatasi permasalahan terkait pengaruh

kompetensi manajerial dan Motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru di

Kecamatan Tanah Jawa.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Menganalisis pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dasar

Negeri terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah

Jawa.

b. Menganalisis pengaruh motivasi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

c. Menganalisis pengaruh Kompetensi Manajerial dan motivasi Kepala

Sekolah Negeri secara simultan terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

10
1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun sebagai bahan

pertimbangan dalam rangka penugasan guru mendapatkan tugas tambahan

sebagai kepala sekolah.

2. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Simalungun ,merupan tambahan

kekayaan penelitian studi kasus untuk dapat dipergunakan dan

dikembangkan dikemudian hari.

3. Bagi Peneliti ,dengan adanya penelitian ini diharapkan pengetahuan

peneliti bertambah luas terutama mengenai kompetensi managerial dan

peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru

serta untuk peningkatan kwalitas pendidikan.

4. Bagi Peneliti berikutnya ,penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

dalam melakukan penelitian selanjutnya khusussnya mengenai kompetensi

managerial dan peran kepala sekolah sebagai motivator untuk

meningkatkan kinerja guru sekolah dasar sebagai upaya peningkatan

kwalitas pendidikan .

11
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Guru

A. Pengertian Kinerja Guru

Secara umum, guru adalah pendidik dan pengajar untuk pendidikan anak

usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, dasar, dan menengah. Guru harus

memiliki kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, guru dapat diartikan

sebagai setiap orang yang mengajarkan hal baru.

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 2 tentang Guru dan

Dosen, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa

pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi

akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk

setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang

yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu

menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat

mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

Pengertian guru juga dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 pada

poin 6 disebutkan bahwa kata guru sama dengan pendidik. Pendidik adalah tenaga

12
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, dan sebutan lain

yang berpartisipasi dalam menyelengarakan pendidikan. Selanjutnya penjelasan

tentang guru dapat dilihat dalam UndangUndang RI. No. 14 Tahun 2005 Bab 1

Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah. 17 Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa guru adalah

seseorang yang menjalankan tugas utamanya yakni mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi muridnya dalam

pendidikan.

Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses

pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pengembangan sumber daya

manusia yang potensial sebagai investasi dalam bidang pembangunan melalui

olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olahraga. Dalam pengertian yang spesifik

dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk

membimbing dan mengarahkan para peserta didiknya pada suatu tingkat

kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam kaitannya ini guru tidak

semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi

juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai

“pembimbing” yang memberikan pengarahan dan tuntunan kepada siswa dalam

belajar.

13
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa

pengertian guru adalah seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis

dan jenjang pendidikan tertentu yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pendidikan, baik secara individual maupun secara klasikal, baik disekolah maupun

di luar sekolah. Selain itu, guru juga merupakan semua orang yang berwenang dan

bertanggung jawab untuk membimbing, membina anak didik baik secara

individual maupun klasikal, baik di sekolah ataupun di luar sekolah.

Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Kinerja adalah

hasil atau keluaran dari suatu proses. Kinerja erat kaitannya dengan prestasi yang

dicapai seseorang atau lembaga dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,

kinerja ada hubungannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Jika tujuan

organisasi tercapai dengan baik, dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi tersebut

baik, sebaliknya jika tujuan organisasi tidak tercapai dengan baik, kinerja

organisasi tersebut kurang baik. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kinerja adalah sesuatu yang penting

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, karena setiap individu atau organisasi

tentu saja memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau

sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran

tersebut itulah merupakan kinerja.

14
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian kinerja di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang

atau organisasi dengan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan

nonfisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi.

Kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seseorang guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan

kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Guru menduduki peran yang amat sangat

penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta

didik untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, kinerja guru berarti hasil kerja atau prestasi kerja guru dalam

pencapaian tujuan organisasi sekolah. Kinerja seorang guru akan terlihat pada

aspek dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan

dalam menjalankan tugas dan kualitas dalam melaksanakan tugas tersebut.

Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan

tugas pembelajaran dan bertanggung jawab atas peserta didik dibawah

bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena

itu, kinerja guru itu dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan

kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya serta menggambarkan

aadanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan

aktivitas pembelajaran.

Kinerja guru tidak hanya ditunjukkan oleh hasil kerja, akan tetapi juga

ditunjukkan oleh perilaku dalam bekerja. Lembaga Administrasi Negara

15
menyebut kinerja sebagai “gambaran tentang tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran”. Kriteria kinerja guru ini

diterjemahkan kepada ketentuan yang berlaku bagi PNS. Didalam Himpunan

Peraturan Perundang-Undangan tentang Kepegawaian Tahun 1982 yang

diterbitkan oleh Depdikbud, kriteria kinerja guru PNS terdiri atas kesetiaan,

prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, dan kerja sama.

Kinerja guru juga dapat ditunjukkan dari seberapa besar

kompetensikompetensi yang dipersyaratkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen dipenuhi. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengolah pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Kompetensi

kepribadian adalah kepribadian yang mantap, skill dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional

adalah kemampuan penyesuaian bahan mata pelajaran pembelajaran secara luas

dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

16
Kaitannya dengan kinerja guru dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar, maka dapat dikemukakan tugas keprofesionalan guru menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal

20 (a) adalah “Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran”. Tugas

keprofesionalan guru dalam kegiatan belajar mengajar saling terkait mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian secara sistem. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat yang mengatakan bahwa “Tugas pokok guru merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan

mengevaluasi hasil pembelajaran diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar”.

Kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru

dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran, baik yang

berkaitan dengan proses maupun hasilnya. Guru melaksanakan kinerja dalam

pembelajaran tidak hanya pada hasil belajar siswa saja namun pada proses

pembelajarannya yang dilakukan juga. Proses penilaian proses pembelajaran juga

dapat dilakukan di luar kelas. Guru yang baik tentunya tergambar pada

penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun

kemampuan profesi artinya guru harus mampu mengelola kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas dan guru juga dapat mendidik siswa di luar kelas degan

sebaik-baiknya. Guru sebagai suri tauladan bagi siswanya.

17
B. Aspek Kinerja Guru

Keberhasilan seseorang guru dapat dilihat apabila kriteria-kriteria yang

telah tercapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan

seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Banyak cara untuk

mengevaluasi kinerja antara lain :

1. Mengukur volume atau kuantitas keluaran, misalnya berapa banyak siswa

yang lulus dan tidak lulus dalam ujian,

2. Ukuran kualitas, seperti mutu pembelajaran dalam wujud prestasi siswa,

3. Ukuran waktu yang hilang, seperti absensi atau keterlambatan,

4. Mengukur melibatkan pelatihan atau waktu promosi, misalnya di dalam

posisi tertentu,

5. Ukuran kerja berdasarkan karakteristik pribadi atau perilaku guru. Berbagai

cara yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja guru semata-mata untuk

mengetahui dan mengukur seberapa besar skor yang dimiliki guru dalam

melakukan pekerjaannya terutama dalam proses belajar mengajar.

Kinerja guru merupakan faktor yang paling menentukan kualitas

pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan mutu pendidikan kualitas kinerja

guru perlu mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan. Kualitas kinerja

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang amat sangat kompleks dan menunjukkan

apakah pembinaan dan pengembangan profesional dalam suatu pekerjaan berhasil

atau gagal. Ada tiga komponen yang dapat menjadi indikator kinerja, yaitu:

18
1. Kinerja dalam tugas, baik rutin maupun nonrutin yang disebut tugas

adaptif;

2. Kinerja yang disebut dengan perilaku kewarganegaraan (citizenship

behavior), yaitu perilaku sukarela yang dikerjakan seseorang yang tidak

termasuk tugasnya, tetapi mempunyai sumbangan terhadap pencapaian

organisasi, dengan menunjukkan kerja yang melampaui tugas normal

tanpa mengharapkan imbalan karena kecintaannya terhadap organisasinya.

3. Perilaku negatif yang dapat menyebabkan gangguan yang akan

mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi, seperti sabotase, korupsi,

menghamburkan sumber daya, pelecehan, dan penyalahgunaan

kewenangan.

C. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Semua hal yang dilakukan pasti memiliki suatu sebab yang

mempengaruhi, tidak terkecuali hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru.

Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi Kinerja guru yaitu kompetensi guru, kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi kerja guru. Faktor-faktor tersebut akan dibahas sebagai

berikut:

a. Kompetensi guru.

Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki

seorang guru untuk melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik.

Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu (tugas) yang diperoleh

melalui pendidikan. Pendidikan yang guru laksanakan sejatinya untuk mengetahui

19
seberapa besar kompetensi yang guru miliki. Guru melaksanakan tugas sebagai

pengajar dan pendidik dengan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal

dengan menjalankan kompetensi yang dibebankan kepadanya sebagai pendidik

yang profesional.

b. Kepemimpinan kepala sekolah.

Salah satu kunci yang sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan

suatu sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah peran kepala

sekolah. Ada beberapa peran yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu

EMASLIM (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan

Motivator). Beberapa peran kepala sekolah tersebut memiliki pengaruh terhadap

kinerja guru, sebagai pemimpin kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif,

memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam

berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Kepala sekolah juga harus

memiliki hubungan yang baik dengan para guru, dan memiliki kemampuan

komunikasi yang baik, sehingga koordinasi yang baik dapat terjalin antara kepala

sekolah dengan guru.

c. Motivasi kerja guru.

Motivasi didefinisikan sebagai penguat alasan, daya batin, dan dorongan.

Motivasi adalah konsep yang menguraikan kekuatankekuatan yang ada dalam diri

individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Motivasi merupakan unsur

psikologis bagi seorang guru dalam rangka untuk keberhasilan dalam mengajar.

20
Guru mempunyai motivasi karena kebutuhan-kebutuhannya yang timbul akibat

dari hubungannya dengan sekolah. Motivasi berasal dari kata latin Movere yang

berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi dalam manajemen hanya ditujukan

pada sumber daya manusia umummnya dan bawahan khususnya.

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan

potensi bawahan, agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang tekah ditentukan. Motif adalah apa yang menggerakkan

seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya

mengembangkan suatu kecenderungan tertentu.

Beberapa faktor kinerja guru yang dikemukakan di atas diantaranya adalah

kompetensi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

Kompetensi guru dan motivasi kerja guru berkaitan langsung dengan guru atau

berada pada diri guru, sedangkan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

mengenai kepemimpinan kepala sekolah, maka hanya faktor kepemimpinan

kepala sekolah yang dipilih untuk diteliti. Kepala sekolah memiliki beberapa

peran yang harus dilaksanakan. Peran kepala sekolah diantaranya yaitu kepala

sekolah sebagai manajer. Kepala sekolah sebagai manajer menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi kinerja guru, sehingga diharapkan kepala sekolah

mampu memaksimalkan perannya sebagai manajer yang terdapat pada

kemampuan manajerial kepala sekolah sehingga kinerja yang diberikan oleh guru

akan efektif dan kinerja guru akan meningkat.

21
D. Indikator Kinerja Guru

Guru memiliki beberapa aspek dalam melakukan kinerjanya. Indikator

penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga aspek yang ada dalam tiga

kegiatan pembelajaran di kelas yaitu perencanaan program kegiatan pembelajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi/ menilai kegiatan pembelajaran.

Indikator dalam aspek inilah yang akan menjadi patokan atau tolak ukur

bagaimana guru harus bekerja. Beberapa kemampuan guru dalam melakukan

kinerjanya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran meliputi rumusan tentang apa yang akan

dilakukan. Rumusan dalam memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik,

dan bagaimana melakukannya, serta apa yang dapat diperoleh dan diserap

peserta didik setelah menyelesaikan pembelajaran, beberapa hal tersebut

perlu direncanakan sebaik mungkin agar kegiatan pembelajaran dapat

berjalan sesuai tujuan yang di harapkan dan dapat bemakna bagi guru

maupun siswanya.

Tahap perencanaan dalam suatu kegiatan pembelajaran merupakan tahap

yang berhubungan dengan kemampuan seorang guru dalam menguasai

bahan ajar. Kemampuan guru dalam menguasai bahan ajar dapat dilihat

dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, yaitu pengembangan silabus dan bagaimana

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan

untuk proses belajar mengajar. Pengembangan silabus dan penyususnan

22
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk mendesain pembelajaran

yang bermakna bagi siswa.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Berjalan dari perencanaan pembelajaran, guru melakukan pelaksanaan

pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang hendak dilakukan guru

harus berkaitan dengan perencanaan yang telah guru susun. Pelaksanaan

pembelajaran terdiri dari beberapa tahap kegiatan, yaitu:

a) Memulai Pembelajaran Kegiatan Memulai pembelajaran merupakan

kegiatan awal yang harus dilakukan oleh guru sebelum melakukan

pembelajaran yang sebenarnya. Memulai pembelajaran merupakan suatu

kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian

peserta didik secara optimal agar mereka memusatkan diri sepenuhnya

kepada guru untuk belajar dan menerima pelajaran dengan baik.

b) Membentuk Kompetensi dan Karakter

Membentuk kompetensi dan karakter peserta didik merupakan kegiatan

inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi tentang

materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk

membentuk kompetensi dan karakter peserta didik, serta melakukan tukar

pengalaman dan pendapat dalam memecahkan masalah.

Kegiatan pembelajaran di dalam kelas adalah inti dari penyelenggaraan

pendidikan. Kegiatan pembelajaran ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan

kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta

strategi pembelajaran. Beberapa hal tersebut harus dipikirkan sedemikian rupa

23
demi tercapainya tujuan pendidikan. Beberapa hal tersebut akan dibahas sebagai

berikut:

1. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas adalah kemampuan menciptakan suasana kondusif di dalam

kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan. Proses

pembelajaran yang menyenangkan diharapkan dapat membuat siswa nyaman

untuk belajar dan melakukan berbagai kegiatan terkait proses belajar

mengajar. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa

dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk

dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses

pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.

Kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan dapat terwujud jika guru

mampu mengatur suasana pembelajaran, mengkondinisikan siswa untuk

belajar dan memanfaatkan atau menggunakan sarana pengajaran serta dapat

mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

pelajaran.

2. Penggunaan media dan sumber belajar Media merupakan segala sesuatu yang

digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat

mendorong proses pembelajaran. Kemampuan menguasai sumber belajar di

samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus

berusaha mencari dan membaca buku-buku/ sumber-sumber lain yang relevan

24
guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan

pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio,

dan media audio visual, namun sesuatu yang ada di lingkungan sekolah dapat

dijadikan sebagai media maupun sumber belajar.

3. Penggunaan metode pembelajaran

Seorang guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Siswa memiliki

interes yang sangat heterogen, idealnya seorang guru harus menggunakan

multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di

dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan

penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya.

Penggunaan multi metode ini diharapkan mengurangi rasa jenuh dan bosan

siswa ketika terjadi proses pembelajaran di kelas.

4. Evaluasi / Penilaian Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Guru dituntut

memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,

penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi harus matang untuk mengukur

ketercapaian tujuan pembelajaran.

25
Guru harus bisa melakukan evaluasi setiap pembelajaran. Setiap pembelajaran

membutuhkan evaluasi untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi

pembelajaran. Sistem evaluasi harus mampu memberikan umpan balik kepada

guru untuk terus menerus meningkatkan kemampuan setiap peserta didik

menguasai materi yang disampaikan. Guru harus bisa memastikan bahwa

siswa mampu menguasai materi dengan baik yang dibuktikan dengan hasil

evaluasi yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam

melaksanakan tugas-tugas dalam pembelajaran yang meliputi perencanaan

program kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan

evaluasi atau penilaian pembelajaran yang dibebankan kepadanya.

Berdasarkan kajian teori tentang kinerja guru, dapat diinterpretasikan

dalam penelitian ini bahwa kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan bertanggung jawab atas peserta

didik dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki beberapa kompetensi yang dapat

meningkatkan kinerjanya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1

yaitu kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi pedagogik. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,

dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,

mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan

26
pada siswa. Dengan kata lain, seorang guru dituntut mampu menyelaraskan aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Kinerja guru yaitu

kompetensi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

Indikator kinerja guru dalam penelitian ini mengacu pada pendapat ahli yaitu,

mulyasa dalam bukunya yang berjudul uji kompetensi dan penilaian kinerja guru

dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan beberapa hasil bacaan. Indikator

penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga aspek yang ada dalam tiga

kegiatan pembelajaran di kelas yaitu perencanaan program kegiatan pembelajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi/ menilai kegiatan pembelajaran.

2.1.2. Kompetensi Manajerial

Pemerintah melalui Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 telah mengatur

pola seleksi calon kepala sekolah melaui proses rekrutmen serta pendidikan dan

pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Sebagai proses pemberian pengalaman

teoretik dan praktik kepada calon kepala sekolah/madrasah yang telah lulus tahap

rekrutmen, Pasal 7 ayat (2) Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 telah mengatur

porsi waktu untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan, yakni tatap muka

selama minimal 100 jam, dan praktik pengalaman lapangan dalam kurun waktu

minimal selama 3 bulan. Selanjutnya, ayat (5) menyatakan bahwa kegiatan

pendidikan dan pelatihan diakhiri dengan penilaian untuk mengetahui pencapaian

kompetensi calon kepala sekolah/madrasah.

27
Pasal 7 ayat (2) dan (5) di atas telah mengatur jenis kegiatan yang harus

dilakukan dan porsi waktu minimal untuk mendapatkan calon kepala

sekolah/madrasah yang kompeten. Namun, bagaimana kegiatan itu dikemas

sehingga bisa dilaksanakan dengan prosedur yang sama belum diatur dalam

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010. Oleh sebab itu, untuk menstandarkan

proses Kompetensi Manajerial/madrasah diperlukan adanya petunjuk pelaksanaan

(juklak) yang dapat dijadikan pegangan oleh setiap penyelenggara diklat. Dengan

adanya juklak ini diharapkan semua kegiatan Kompetensi Manajerial/madrasah

yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga diklat dapat distandardisasikan baik

dari segi masukan, proses maupun hasilnya.

Yang menjadi Dasar hukum pendidikan dan pelatihan calon kepala

sekolah/madrasah adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga

Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 39 Tahun 2000;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan

Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;

28
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan

Angka Kreditnya;

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun 2010 tentang

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/ Madrasah.

Beberapa aspek atau ranah yang terkandung di dalam konsep kompetensi

sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan efektif yang

dimiliki oleh seorang individu.

29
3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.

4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara

psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

5. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau

reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu

perbuatan.

Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh

melalui pendidikan dan latihan. Kompetensi profesional mengacu kepada

perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu

dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi

professional dapat dilihat dari dua segi, yaitu profil kompetensi mengacu kepada

berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seorang tenaga profesional

kependidikan. Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai

Kepala Sekolah/Madrasah menjelaskan bahwa kompetensi kepala

sekolah/madrasah adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-

dimensi kompetensi Kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan

sosial.

Secara garis besar, kompetensi menjelaskan apa yang dilakukan orang di

tempat kerja pada berbagai tingkatan dan memerinci standar masing-masing

tingkatan, mengidentifikasi karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan individual yang memungkinkan menjalankan tugas dan tanggung

30
jawab secara efektif sehingga mencapai standar kualitas professional dalam

bekerja. Dari uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang

mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi

pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk mempunyai

prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif. Dengan

demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan

oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai suatu yang terpenting.

Kompetensi sebagai karakteristik seseorang berhubungan dengan kinerja yang

efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi. Dengan kata lain, kompetensi adalah

kemampuan melaksanakan tugas berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki setiap individu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang di antaranya mengatur

bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pemimpin pendidikan harus memiliki kualifikasi. Kualifikasi secara umum

maupun secara khusus yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya, dengan kualifikasi tersebut diharapkan kepala

sekolah dapat meningkatkan kualitas kerjanya dalam mewujudkan tujuan sekolah

yang berhasil.

Sebagai seorang pemimpin Kepala Sekolah harus memiliki sejumlah

kompetensi agar dapat menjalankan tugas kepemimpinannya secara profesional.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah menurut Peraturan Menteri

31
Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah menguraikan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh

Kepala Sekolah, salah satunya yakni kompetensi manajerial. Standar Kompetensi

Manajerial kepala sekolah menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 13 tahun 2007 dapat dilihat dari kemampuan sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.

3. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah

secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi

pembelajaran yang efektif.

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran siswa.

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal.

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan

secara optimal.

8. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah.

9. Mengelola siswa dalam rangka penerimaan siswa baru, penempatan dan

pengembangan kapasitas siswa.

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

32
11. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien.

12. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah.

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan siswa di sekolah.

14. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan.

15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah.

16. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak

lanjutnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah

adalah kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisasi, memanfaatkan serta

mengembangkan sumber daya sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar

yang efektif dan efisien. Ukuran seberapa efisien dan efektifnya seorang manajer

adalah seberapa baik kepala sekolah sebagai manajer dalam menetapkan rencana

untuk mencapai tujuan yang memadai, kemampuan memimpin secara efektif

merupakan kunci keberhasilan organisasi.

33
2.1.3. Motivasi

2.1.3.1. Pengertian motivasi

Motivasi adalah tindakan sekelompok faktor yang menyebabkan individu

berperilaku dalam cara-cara tertentu (Grifin, 2003:38). Motivasi mengajarkan

bagaimana caranya mendorong semangat kerja bawahan agar mereka mau bekerja

lebih giat dan bekerja keras dengan menggunakan semua kemampuan dan

ketrampilan yang dimilikinya untuk dapat memajukan dan mencapai tujuan

perusahaan. Sedangkan motivasi tersebut adalah daya pendorong yang

mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela waktunya untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan menjadi tanggung jawabnya dan

menunaikan kewajibannya dalam angka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi yang ditentukan sebelumnya (Siagian, 2003:138).

Teori kebutuhan Mc Clelland dalam Robbins (2011:232) (McClelland’s

theory of need) dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya.

Dikatakan bahwa prestasi (achievement) kekuasaan (power), dan afiliasi

(affiliation) adalah motivasi yang kuat pada setiap individu. McClelland

mengajukan teori yang berkaitan dengan konsep belajar dimana kebutuhan

diperoleh dari budaya dan dipelajari melalui lingkungannya.

Karena kebutuhan ini dipelajari, maka perilaku yang diberikan reward

cenderung lebih sering muncul. McClelland juga mengungkapkan bahwa terdapat

kebutuhan seseorang untuk mencapai tujuannya hal ini juga berkaitan dengan

pembentukan perilaku serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik, hubungan

34
interpersonal, pemilihan gaya hidup, dan unjuk kerja. Hal-hal tersebut

didefinisikan sebagai berikut:

1. Kebutuhan prestasi (need for achievment): dorongan untuk melebihi,

mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.

2. Kebutuhan kekuatan (need for power): kebutuhan untuk membuat

individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan

berperilaku sebaliknya.

3. Kebutuhan hubungan (need for affiliation): keinginan untuk menjalin

suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab.

Berdasarkan pengertian motivasi dari beberapa pendapat diatas, motivasi

merupakan faktor pendorong yang dapat menciptakan semangat kerja karyawan

untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, orang – orang yang

termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak.

Perusahaan atau organisasi bukan saja mengharapkan karyawan mampu, cakap,

dan terampil, tetapi yang terpenting mau bekerja giat dan berkeinginan untuk

mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak

ada artinya bagi perusahaan jika tidak mau bekerja dengan giat.

Menurut Hasibuan (2003) ada dua jenis motivasi, yaitu:

1. Motivasi positif, maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan

memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi

standar. Dengan memotivasi positif, semangat kerja bawahan akan

meningkat karena umumnya manusia senang yang baik – baik saja.

35
2. Motivasi negative, maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan

standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negative ini

semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat

karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat

berakibat kurang baik.

Tingkat motivasi antara individu yang satu dengan yang lain beraneka

ragam maupun dalam diri seorang individu pada waktu yang berlainan. Mungkin

dapat dikatakan teori motivasi yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang

diungkapkan Abraham Maslow. Maslow mengidentifikasi lima tingkat dalam

hierarki kebutuhan, yaitu: (Hasibuan, 2003)

1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang termasuk dalam

kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, perumahan, udara, dan 28

sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang

seseorang berperilaku atau bekerja giat.

2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan

Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari

ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta

diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat

lingkungannya.

4. Kebutuhan penghargaan

36
Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan

prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.

5. Aktualisasi diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan,

keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang

sangat memuaskan/luar biasa.

Menurut Herzberg dalam Sondang P. Siagian (2002), bahwa karyawan

termotivasi untuk bekerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Instrinsik yaitu faktor daya dorong yang timbul dari dalam diri

masing – masing karyawan, berupa pekerjaan itu sendiri, kemajuan,

tanggung jawab, pengakuan, dan pencapaian.

2. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang datang dari luar diri

seseorang terutama dari organisasi tempatnya bekerja, berupa administrasi

dan kebijakan perusahaan, penyeliaan, gaji, hubungan antar pribadi dan

kondisi kerja.

Dari penjelasan mengenai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik tersebut

maka indikator motivasi yaitu:

1. Pekerjaan itu sendiri

2. Pengakuan

3. Tanggung jawab

4. Gaji

5. Hubungan antar pribadi

6. Kondisi kerja

37
Robbins (2012) Teori kebutuhan Mc. Clelland menyebutkan bahwa teori

yang menyatakan bahwa pencapaian, kekuatan, dan hubungan adalah tiga

kebutuhan penting yang membantu menjelaskan motivasi. Hal-hal tersebut

didefinisikan sebagai berikut:

1. Kebutuhan pencapaian (need for achievement) Dorongan untuk melebihi,

mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.

2. Kebutuhan kekuatan (need for power) Kebutuhan untuk membuat individu

lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku

sebaliknya.

Kebutuhan hubungan (need for affiliation) Keinginan untuk menjalin suatu

hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh Kompetensi

Manajerial dan Motivasi terhadap kinerja kepala sekolah dapat dilihat pada tabel

berikut:Tabel 2.1.

Daftar Penelitian terdahulu


No Nama/Tahun Judul Variabel Teknik Hasil
Penelitian Operasionalisasi Analisis Penelitian
1. Muhaammad Pengaruh - Disiplin Regresi Hasil dari
Aldiranto/201 Disiplin Kerja kerja (X1) Linear penelitian
4 dan Loyalitas - Loyalitas Berganda tersebut
Kerja kerja (X2) menunjukkan
Terhadap - Kinerja bahwa disiplin
Kinerja aryawan (Y) kerja dan
Karyawan loyalitas
pada PT. karyawan
Kospermindo secara
di Makasar simultan
berpengaruh
dan signifikan
terhadap

38
kinerja
karyawan
pada PT
Kospermindo
di Makassar
2. Putri Sonia Pengaruh gaya - Gaya Regresi Terbukti
Indah (2014) kepemimpinan Kempemimp Linear bahwa
dan loyalitas inan (X1) Berganda variabel
karyawan - Loyalitas kepemimpinan
terhadap (X2) dan loyalitas
kinerja - Kinerja memiliki
karyawan Karyawan pengaruh
pada PT (Y) positif dan
Kurnia Alam signifikan
Perista Kudus terhadap
kinerja
karyawan.

3. Suwati, Yuli Pengaruh - Kompensasi Regresi Berdasarkan


(2013) Kompensasi (X1) Linear perhitungan
Dan Motivasi - Motivasi Berganda Ftabel
(X2) diperoleh hasil
Kerja
- Kinerja signifikan
Terhadap Karyawan 0,003 < 0,05
Kinerja (Y) dengan
Karyawan demikian
Pada Pt. motivasi kerja
Tunas Hijau mempunyai
Samarinda. pengaruh yang
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan
sehingga
dapat
dinyatakan H0
ditolak dan Ha
diterima.
4. Firmandari, Pengaruh - Motivasi Regresi Berdasarkan
Nuraini (2014) Motivasi Kerja (X1) Linear hasil
Kerja Sebagai - Kinerja Berganda penelitian
Karryawan bahwa
Variabel
(Y) motivasi
Moderasi bertanda
Terhadap positif dan
Kinerja signifikansi >

39
Karyawan 0,05 (0,785),
Dengan (Studi maka Ho tidak
Pada Bank ditolak,
sehingga
Syariah
bonus
Mandiri dimoderasi
Kantor motivasi
Cabang berpengaruh
Yogyakarta). positif dan
tidak
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan.
5. Paputungan, Motivasi, - Motivasi Regresi Berdasarkan
Faradistia R. Jenjang Karir (X1) Linear hasil
(2013) Dan Disiplin - Jenjang Karir Berganda penelitian
(X2) bahwa uji
Kerja
- Disiplin hipotesis dan
Pengaruhnya Kerja (X3) analisis
Terhadap - Kinerja regresi
Kinerja Karyawan menunjukkan
Karyawan (Y) bahwa
Pada Pt.Bank variabel
Sulut Cabang Motivasi,
signifikan dan
Calaca.
pengaruhnya
adalah positif.
Hal ini dapat
dilihat dari
nilai
probabilitas
dari uji F
terhadap Y
adalah < 0,05
(Sig. F =
0,044).

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis

besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat

berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan mempersentasekan

40
suatu himpunan dari beberapa konse p serta hubungan diantara konsep-konsep

tersebut (polancik, 2009), biasanya kerangka pemikiran diletakkan di BAB 2,

Adapun penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

Variabel bebas penelitian adalah Kompetensi Manajerial pembelajaran dan

motivasi, sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Kinerja Kepala

Sekolah. Kerangka berfikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Kompetensi Manajerial
rxIy

Kinerja Guru (y)


R

Rx2y
Motivasi

Gambar. 2.1.
Pengaruh Kompetensi Manajerial dan Motivasi Kepala Sekolah Dasar Negeri
Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Jawa

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo= di bawah; Thesis=

pendirian, pendapa yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan

sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang

mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam

penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering disebut dengan hipotesis, tidak ada

41
perbedaan makna di dalamnya. Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering

menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya.

Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa

di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan

membentuk proses terbentuknya hipotesis di dalam penelitian, salah satu

diantaranya, yaitu penelitian sosial.

Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang

melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis

ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti dan terarah. Sehingga dapat dikatakan

bahwa sebuah hipotesis merupakan satu tipe porposisi yang langsung dapat diuji.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. H0 : b1 = 0 Tidak ada pengaruh antara Kompetensi Manajerial

terhadap kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Tanah

Jawa.

H0 : b1 ≠ 0 terdapat pengaruh antara Kompetensi Manajerial terhadap

kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

2. H0 : b2 = 0 Tidak ada pengaruh antara Motivasi terhadap kinerja

Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

H0 : b2 ≠ 0 terdapat pengaruh antara Motivasi terhadap kinerja Guru

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Jawa..

42
3. H0 : b1: b2 = 0 Tidak ada pengaruh antara Kompetensi Manajerial dan

Motivasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

H0 : b1 : b2 ≠ 0 terdapat pengaruh antara Kompetensi Manajerial dan

Motivasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Tanah Jawa.

43
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:7), metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa peneliatian kuatitatif adalah

penelitian yang menggunakan angka-angka. Angka-angka tersebut digunakan

sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam penelitian.

Data yang didapatkan selama penelitian disajikan dalam bentuk

angka statistik dan sebagainya yang kemudian dianalisa dan disimpulkan. Jadi

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bersifat deduktif, yakni dari khusus

ke umum atau bersifat menggeneralisasi data-data yang didapatkan di lapangan

kepada sebuah kesimpulan umum.

44
3.2 Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini memiliki tiga jenis variabel yang akan diukur, yaitu :

1. Variabel bebas (independent variable) dengan notasi X yaitu variabel yang

memberikan pengaruh kepada variabel terikat. Variabel tersebut adalah :

a) Kompetensi Manajerial (X1)

Kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan kepala

sekolah dalam mendaya gunakan semua sumber daya sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan disekolah. Indikator Kompetensi Manajerial

adalah:

1) Perencanaan (planning);

2) Pengorganisasian (organizing);

3) Pelaksanaan (actuating) dan

4) Pengawasan (controling).

b) Motivasi (X2)

Motivasi adalah tindakan sekelompok faktor yang menyebabkan individu

berperilaku dalam cara-cara tertentu (Grifin, 2003:38). Motivasi

mengajarkan bagaimana caranya mendorong semangat kerja bawahan

agar mereka mau bekerja lebih giat dan bekerja keras dengan

menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya

untuk dapat memajukan dan mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini

motivasi diberikan kepada Kepala Sekolah. Adapun indikator dari

motivasi yaitu:

45
1. Pekerjaan itu sendiri

2. Pengakuan

3. Tanggung jawab

4. Gaji

5. Hubungan antar pribadi

6. Kondisi kerja

c) Kinerja Guru

Kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seseorang guru

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika

mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu.. Adapun yang

menjadi indikator dari kinerja Guru adalah :

1) Perancangan Kegiatan Pembelajaran;

2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

3) Penggunaan Metode Pembelajaran; dan

4) Evaluasi/Penilaian Hasil Pembelajaran.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada

sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam

suatu penelitian (pengamatan). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada

sekelompok orang, tetapi juga binatang atau apa saja yang menjadi perhatian kita.

46
Menurut Margono (2010:118), “Populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.

Dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa populasi

merupakan keseluruhan elemen, unti elementer, unit penelitian, unit analisis yang

memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pada

penelitian kali ini penulis menjadikan Kepala Sekolah dan Guru SD Kec. Tanah

Jawa, Kab. Simalungun sebagai objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh kepala sekolah dan Guru SD di kecamatan tanah jawa.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi, menurut margono (2010:121) mengemukakan bahwa sampel adalah

“sebagai bagian dari populasi, sebagai dicontoh (monster) yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas maka sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah Kepala Sekolah Dasar sebanyak 44 orang dan Guru Sekolah

Dasar Negeri di kecamatan Tanah Jawa sebanyak 40 orang jadi total smpel yang

diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 orang.

47
3.4 Prosedur Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

dengan mengguanakan kuesioner yang berisi pernyataan terakhir implementasi

Kompetensi Manajerial dan Motivasi..

Sebelum daftar pertanyaan (kuesioner) tersebut diberikan kepada

responden terebih dahulu daftar pertanyaan tesebut diuji validitasnya dan

reliabilitanya melalui uji coba sebagai berikut.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:1630), Bahwa metode penelitian

adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya,

sedangkan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian

adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Insturmen juga merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya

angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan

sebagainya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup yaitu

peryataan pilihan jawaban yang telah tersedia, yang dipersempit atau diberi pola

atau kerangka susunan yang terlebih dahulu. Sifat jawaban yang dikehendaki oleh

48
peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Arkunto (2013:195)

kuesioner tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih. Pernyataan diukur secara ordinal dengan

menggunakan skala likert.

Skoring dalam kuersioner menggunakan lima jawaban alternative,

yakni sangat Setuju bobotnya lima (5), Setuju bobotnya (4), Kurang Setuju

bobotnya (3), tidak setuju bobotnya (2), sangat tidak setuju bobotnya (1). Apabila

apa yang dilihat, rasakan dan dialami sesuai dengan harapan peserta didik, sangat

memuaskan peserta didik dilakukan dengan sangat baik oleh guru.

Tabel 3.1

Tabel Jumlah Responden Berdasarkan Variabel

Jenis Variabel Nama variabel Responden Jumlah Responden

Kompetensi
Kepala Sekolah di
Manajerial
Varibel Bebas Kecamatan Tanah 44
Jawa
Motivasi

Guru Sekolah
Dasar di
Variabel Terikat Kinerja Guru 88
Kecamatan Tanah
Jawa

3.5 Uji Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup

karena tertutup maka sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji coba. Maksud dari uji coba kuesioner

adalah untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Selanjutnya hasil uji

coba akan diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 23.0

49
3.5.1 Uji validitas Instrumen

Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk

mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan

valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sisi lain dari pengertian validitas

adlah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat

menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggin.

Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil

yang ada pada atribut yang diukurnya.

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS.

Teknik pengujian sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah

menggunakan korelasi Bivariate person (Produk Momen Pearson).

Kriterianya :

1. Jika r hitung > rtabel berarti valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel tidak

valid.

2. Jika nilai signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari α sebesar 0,05 maka

instrumen digunakan valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Ghazali (2009) menyatakan bahwa realibiiltas adalah alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau

konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsiten datau stabil dari waktu ke

waktu.

50
Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang

dapat diandalkan akan mengukur secara konsiten, tapi belum tentu mengukur

apa yang seharusnya siukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana

pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan beruang-ulang

terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat

diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang

sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang beruang itu memberikan

hasil yang berbeda-beda.

Kriteria :

Apabila nilai manual chronbach’s alpha > atau lebih besar dari 0,6

berarti instrumen dikatakan reliabel dan sebaliknya jika nilai chronbach’s alpha

< 0,6 maka instrumen tidak reliabel.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

linear berganda. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

menyeluruh mengenai hubungan variabel independen dan dependen secara

simultan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengjujian analisis regresi linear berganda terhadap

hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian

asumsi klasik atas data yang akan diolah.

51
3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui

uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Kalau asumsi ini dilanggar mak statistik menjadi tidak vaild

untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji apakah data berdistribusi

normal atau tidak dilakukan uji statistik Kolmogorov-smirov Test.

Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikan > 0,05

(Imam Ghozali, 2011 : 160-165).

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Imam Ghozali (2011: 105-106) uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar

variabel bebas (independen). Untuk menguji multikoliniearitas dengan

cara melihat nila VIF masing-masing variabel bebas (independen), jika

nilai VIF < 10 maka, dapat disimpulkan data bebas dari gejala

multikolinearitas.

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari resdiual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

melakukan uji heterokedastisitas , yaitu uji grafik plot, uji park, uji

gletser dan uji white.

52
3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah teknik statistika yang berguna untuk

memerikasa dan memodelkan hubungan diantara variabel-variabel.

Regresi berganda sering kali digunakan untuk mengatasi permasalahan

analisis regresi yang mengakibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel

bebas. Model persamaanregresi linier berganda sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+.....+ bnXn

Y’= nilai pengaruh yang diprediksikan

a= konstanta atau bilangan harga X = 0

b= koefisien regresi

X= nilai variable dependen

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kompetensi Manajerial,

Motivasi guru, Sedangkan variabel terikatnya adalah Kinerja Kepala

Sekolah. Metode analisis ini menggunakan program SPSS (Statistic

Product and Service Solution). Adapun bentuk persamaannya yaitu :

Y = a+ b1X1+ b2X2+ e

Y= Koefisien Kinerja Guru

a= Konstanta

b1= Koefisien Kompetensi Manajerial

b2= Koefisien Motivasi

X1= Variabel Kompetensi Manajerial

X2= Variabel Motivasi

e= Standart Eror

53
Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual

dapat diukur dari nilai statistik T, nilai statistik F dan nilai koefisien

diterminasi.

3.6.3 Uji Hipotesis

3.6.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Imam Ghozali,2011: 97).

3.6.3.2 Uji Parsial (uji t)

Tujuan dari uji parsial adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara

parsial. Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan

tingkat signifikansi sebesar 0,05(α =5%) atau tingkat keyakinan sebesar

0,95. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

Ho : bi = 0

HA : bi ≠ 0

1) Pengaruh Value Kompetensi Manajerial (X1) terhadap Kinerja

Guru (Y).

54
Ho1: b1≤ 0, tidak terdapat pengaruh positif X1 terhadap Y

Ha1: b1> 0, terdapat pengaruh positif X1 terhadap Y

2) Pengaruh Value Motivasi (X2) terhadap Kinerja guru.

Ho2: b2 ≤ 0, tidak terdapat pengaruh positif X2 terhadap Y

Ha2: b2 > 0, terdapat pengaruh positif X2 terhadap Y

Ketentuan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

a) Jika tingkat signifikansi ≤ 5%, Ho ditolak dan Ha diterima

b) Jika tingkat signifikansi ≥ 5%, Ho diterima dan Ha ditolak.

3.6.3.3 Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variable dependen/terikat. Pada pengujian ini

juga menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Prosedur

Uji F ini adalah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis nol maupun hipotesis alternatifnya :

Ho : b1= b2= 0, berarti tidak ada pengaruh X1, X2 terhadap Y

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, berarti ada pengaruh X1,X2 terhadap Y

2) Membuat keputusan uji F Jika nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho

ditolak pada derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain hipotesis

alternatif (Ha) diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

55
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Dalam menganalisis suatu wilayah yang menjadi objek penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian lazimnya selalu pada zona wilayah eksis secara

eksploratif, kemudian menuangkan konsep sesuai dengan maksud penelitian

terhadap wilayah itu. Pada bagian awal Bab hasil dan pembahasan ini, terlebih

dahulu akan dibahas tentang gambaran umum kondisi daerah Kecamatan Tanah

Jawa meliputi : Sejarah Singkat, Letak Geografis, Luas Wilayah, Penduduk dan

Pendidikan.

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Tanah Jawa

Tanah Jawa adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatra

Utara, Indonesia. Dikenal sebagai "Tanah Jawa" karena semenjak penjajahan

Hindia Belanda, Tanah Jawa menjadi salah satu kawasan residen dari Sumatra

Timur. Para pekerja perkebunan teh, karet dan kebanyakan dari pekerja kebun

adalah transmigran dari Jawa (kalau tidak bisa disebut pekerja paksa). Tanah Jawa

terletak di Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera

Utara pada 02º 55′ LU dan 99 º 05′ dengan luas wilayahnya mencapai 647.74

(tahun 1960) dan 491.75 (1992) yang berada pada 260 m di atas permukaan laut

(dpl).14 Daerah kecamatan Tanah Jawa memiliki topografi perbukitan dengan

konstur tanah yang bergelombang, yang berbatasan di sebelah utara dengan

Kecamatan Siantar, sebelah selatan dengan Kabupaten Asahan/Tapanuli Utara,

56
sebelah barat dengan Kecamatan Dolok Panribuan, sebelah timur dengan

Kecamatan Hutabayu Raja. Memiliki sumber aliran sungai yang mencukupi untuk

mengairi lahan pertanian menjadikan tanah jawa daerah yang rata-rata

masyarakatnya bercocok tanam padi. Pada tahun 1983 kecamatan tanah jawa

terdiri dari 30 nagori sedangkan pada tahun 1992 hanya terdiri dari 17 nagori.

Adapun 17 nagori yang terdapat di kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten

Simalungun, Provinsi Sumatera yaitu : Nagori ‘Bah Jambi II, ‘Nagori Tangga

Batu, ‘Nagori Buntu Turunan, ‘Nagori Baja ‘Dolok, ‘Nagori Saribu Asih, ‘Nagori

Balimbingan, ‘Nagori Tonduhan, ‘Nagori Bosar Galugur, ‘Nagori Maligas

Tongah, Nagori Marubun Jaya, Nagori Panombean Marjanji, Nagori Pagar Jambi,

Nagori Totap Majaya, Kelurahan Pematang Tanah Jawa, Nagori Tanjung Pasir,

Nagori Jawa Tongah, dan Nagori Muara Mulia. Jarak Kecamatan Tanah Jawa

dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun yang berada di Kecamatan

Raya ±60 km sedangkan jarak dengan kota madya pematangsiantar ± 25 km.

keadaan jalan pada kecamatan tanah jawa pada umumnya sangat beragam, mulai

dari aspal hingga jalan yang hanya bisa diakses oleh sepeda motor. Jalan utama

kecamatan tanah jawa yang sudah diaspal memudahkan akses kendaraan umum

yang sering digunakan masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Jalan

kecamatan tanah jawa juga bisa dijadikan akses jalan alternatif lintas Sumatera,

karena jalan ini menghubungkan antara kabupaten simalungun dengan kabupaten

asahan. Jalan ini juga membuka daerah simanukmanuk yang sulit dicapai dan

‘menjadi bagian dari sambungan jalan ke Kuta Cane (Tanah Alas), ‘Kaban Jahe

(Tanah Karo), Pematang Siantar, Asahan Hulu, Bila, Pane Rokan, dan Pekan

57
Baru. Adanya lalu-lintas yang padat, pasar yang ramai, perkebunan dan juga

irigasi yang terdapat di wilayah Tanah Jawa sanagat berpengaruh pada

perkembangan daerah ini ditambah dengan pengangkutan hasil bumi dan

perdagangan berkembang dengan baik.

4.1.2. Letak Geografis

Kecamatan Tanah Jawa berada pada 100 meter diatas permukaan laut,

dengan luas wilayah 172,04 Km² dengan jumlah penduduk 49.483 jiwa. Bila

dirata-ratakan jumlah penduduk kecamatan tanah jawa per Km² berjumlah 288

jiwa. Adapun batas-batas dari kecamatan tanah jawa yaitu :

- Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan siantar

- Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Hatonduhan

- Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan dolok panribuan

- Sebalah timur berbatasan dengan kecamatan hutabayu raja

Bentuk topografi dari kecamatan tanah jawa yang berupa perbukitan menyediakan

sumber air yang mencukupi untuk mengairi lahan pertanian yang menjadi mata

pencaharian utama masyarakat.

Untuk menempuh pusat pemerintahan kabupaten simalungun yang berada

di pamatang raya memerlukan waktu ± 1 jam dengan menggunakan kendaraan

angkutan umum. Sebelum mencapai pusat pemerintahan terlebih dahulu melalui

kotamadya pematangsiantar yang berjarak ±25 km dari kecamatan tanah jawa.

Berdasarkan cerita yang penulis himpun dari berbagai sumber, dahulu

masyarakat tanah jawa merupakan pendatang yang berasal dari pulau jawa.

Masyarakat pulau jawa yang merantau ke sumatera utara menetap di kecamatan

58
tanah jawa sebagai petani. Suku jawa yang menetap di sumatera dikarenakan

program transmigrasi yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kepadatan

penduduk pulau jawa dan kemungkinan juga terjadi pada masa penjajahan

belanda dimana tenaga dari suku jawa banyak dimanfaatkan untuk mengelola

perkebunan dimasa itu. Sedangkan suku Batak Toba merupakan penyebaran dari

wilayah toba dengan keinginan merantau atau sering disebut transmigrasi mandiri

untuk lebih meningkatkan taraf hidup karena lahan pertanian yang semakin sempit

dan kesuburan tanah yang menurun.

Jika dibandingkan data kelompok usia produktif pada tahun sebelumnya,

jumlah penduduk yanng ada adalah 48.693 jiwa, artinya ada pertambahan

penduduk sebesar 790 jiwa atau meningkat 1,01%‘. Berdasarkan data yang

dihimpun dari pemerintah daerah kecamatan tanah jawa, pertambahan penduduk

dipengaruhi oleh besarnya tingkat kelahiran dan perpindahan penduduk dari suatu

daerah.

Dari data yang didapat menempatkan nagori marubun jaya dan nagori

balimbingan menjadi nagori dengan jumlah penduduk terbanyak di kecamatan

tanah jawa dibandingkan dengan nagori lain yang berada di kecamatan tanah

jawa. Hal tersebut dikarenakan letak pusat pemerintahan nagori yang strategis dan

keberadaan pusat perdagangan/pasar yang buka 2 kali dalam seminggu yang dapat

dengan mudah diakses oleh masyarakat.

Data terakhir yang didapat dari situs resmi BPS Simalungun diketahui

jumlah penduduk kecamatan tanah jawa tahun 2014 mencapai 47.362 jiwa dengan

kepadatan 271.648 jiwa /km².

59
Dengan jumlah penduduk 47.632 jiwa masyarakat Kecamatan Tanah Jawa

± 45% berporfesi sebagai petani, 30% masyarakat berprofesi sebagai pedagang

dan 10% berprofesi sebagai pegawai di kantor-kantor pemerintahan, sedangkan

15% berprofesi sebagi buruh dan lain-lainnya.

Tabel 4.1
Data Kependudukan Kecamatan Tanah Jawa
Jumlah Penduduk
No Nagori Total
Laki-laki Perempuan
1. Tanah Jawa 1.460 1.558 3.018
2. Balimbingan 2.690 2.888 5.578
3. Bah Jambi II 996 1.002 1.998
4. Bah Jambi III 756 846 1.602
5. Baja Dolok 1.401 1.411 2.812
6. Bah Kisat 930 1.059 1.989
7. Bosar Galugur 1.675 1.755 3.430
8. Baliju 602 572 1.174
9. Bayu Bagasan 795 860 1.655
10 Marubun Jaya
2.933 2.891 5.824
.
11 Marubun Bayu
429 389 818
.
12 Mekar Mulia
813 976 1.789
.
13 P.Marjanji
413 665 1.078
.
14 Muara Mulia
1.912 1.054 2.966
.
15 Pardamean Asih
430 473 903
.
16 Parbalogan
1.478 1.363 2.841
.
17 Pagar Jambi
488 470 958
.
18 Maligas Tongah
1.259 1.287 2.546
.
19 Tanjung Pasir
1.757 1.976 3.733
.
20 Totap Marjawa
1.404 1.376 2.780
.
Jumlah 24.613 24.870 49.483
Sumber : Laporan kependudukan Kecamatan Tanah Jawa, Februari 2009

60
Tabel 4.2
Jumlah Sekolah, Guru, Kelas dan Murid SD Negeri Tahun 2023
No. Nagori/Kelurahan Sekolah Guru Kelas Murid
1. Mekar Mulia 2 14 12 152
2 Pardamean Asih 1 10 6 95
3. Marubun Jaya 4 52 32 903
4. Totap Majawa 3 25 18 445
5. Balimbingan 5 57 30 798
6. Bah Kisat 2 11 10 182
7. Maligas Tongah 2 22 12 348
8. Panambean Marjanji 2 17 12 218
9. Tanjung Pasir 3 29 18 364
10. Muara Mulia 3 26 18 295
11. Bosar Galugur 3 28 18 447
12. Pematang Tanah Jawa 3 30 18 495
13. Baja Dolok 2 20 12 361
14. Bah Jambi II 1 13 6 221
15. Pagar Jambi 2 15 12 177
16. Bayu Bagasan 2 17 12 260
17. Baliju 2 22 12 266
18. Bah Jambi III 1 9 6 178
19. Marubun Bayu 1 9 6 113
20. Parbalogan 1 11 7 271

Jumlah 45 437 277 6.619


Sumber : Kantor Camat Tanah Jawa 2018

4.1.3. Tugas Pokok Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 terdapat beberapa tugas pokok

dari tenaga pendidik dan kependidikan. Yaitu :

1. Kepala Sekolah

Adapun yang menjadi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah menurut

undang-undang nomor 14 tahun 2005 yaitu :

A. Menyusun Program Kerja

1. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan visi sekolah.

2. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan misi sekolah.

61
3. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan tujuan sekolah.

4. Membuat Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah (RKAS).

5. Membuat perencanaan program induksi

B. Pelaksanaan Rencana Kerja

1. Menyusun pedoman kerja;

2. Menyusun struktur organisasi sekolah

3. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan sekolah per semester dan

Tahunan;

4. Menyusun pengelolaan kesiswaan yang meliputi: --melaksanakan

penerimaan peserta didik baru;--memberikan layanan konseling kepada

peserta didik;--melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para

peserta didik;--melakukan pembinaan prestasi unggulan;--melakukan

pelacakan terhadap alumni;

5. Menyusun KTSP, kalender pendidikan, dan kegiatan pembelajaran;

6. Mengelola pendidik dan tenaga kependidikan;

7. Mengelola sarana dan prasarana;

8. Membimbing guru pemula;

9. Mengelola keuangan dan pembiayaan;

10. Mengelola budaya dan lingkungan sekolah;

11. Memberdayakan peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah;

12. Melaksanakan program induksi.

C. Supervisi dan Evaluasi

62
1. Menyusun program supervisi

2. Melaksanakan program supervisi.

3. Melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

4. Melaksanakan evaluasi dan pengembangan KTSP

5. Mengevaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

6. Menyiapkan kelengkapan akreditasi sekolah

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Kepala sekolah melaksanakan tugas kepemimpinan sebagai berikut.

2. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;

3. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;

4. Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan

sekolah/madrasah;

5. Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk

pelaksanaan peningkatan mutu;

6. Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran

sekolah/madrasah;

7. Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting

sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta, pengambilan

keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah/madrasah;

8. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua

peserta didik dan masyarakat;

63
9. Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga

kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas

prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;

10. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;

11. Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan

kurikulum;

12. Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan

hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah;

13. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;

14. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi

pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh

komunitas sekolah/madrasah;

15. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah

dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik

dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan;

16. Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah/

madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien,

dan efektif;

17. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan

komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan

komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;

18. Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab;

64
19. Mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan kepada wakil kepala

sekolah sesuai dengan bidangnya;

20. Merencanakan pelaksanaan Program Induksi Guru Pemula (PIGP) di

Sekolah/ Madrasah;

21. Menyiapkan Buku Pendoman Pelaksanaan Program Induksi di sekolah dan

dokumen terkait seperti KTSP, silabus, peraturan dan tata tertib sekolah

baik bagi guru maupun bagi siswa, prosedur-prosedur P3K, prosedur

keamanan sekolah;

22. Melakukan analisis kebutuhan guru pemula;

23. Menunjuk pembimbing dari guru yang dianggap layak (profesional)

24. Membuat surat keputusan pengangkatan guru menjadi pembimbing bagi

guru pemula;

25. Menjadi pembimbing, jika pada satuan pendidikan yang dipimpinnya tidak

terdapat guru yang memenuhi kriteria sebagai pembimbing;

26. Mengajukan pembimbing dari satuan pendidikan lain kepada dinas

pendidikan terkait jika tidak memiliki pembimbing dan kepala sekolah/

madrasah tidak dapat menjadi pembimbing;

27. Memantau secara reguler proses pembimbingan dan perkembangan guru

pemula;

28. Memantau kinerja guru pembimbing dalam melakukan pembimbingan;

29. Melakukan observasi kegiatan mengajar yang dilakukan guru pemula dan

memberikan masukan untuk perbaikan;

30. Memberi penilaian kinerja kepada guru pemula;

65
31. Menyusun Laporan Hasil Penilaian Kinerja untuk disampaikan kepada

Kepala Dinas Pendidikan dengan mempertimbangkan masukan dan saran

dari pembimbing, pengawas sekolah/ madrasah, dan memberikan salinan

laporan tersebut kepada guru pemula;

32. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;

33. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi

pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh

komunitas sekolah/madrasah;

34. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah

dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik

dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan;

35. Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah/

madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien,

dan efektif;

36. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan

komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan

komunitas yang beragam dan memobilisasi sumber daya masyarakat;

37. Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab;

38. Mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan kepada wakil kepala

sekolah sesuai dengan bidangnya.

E. Sistem Informasi Manajemen

Kepala sekolah, dalam sistem informasi sekolah perlu:

66
1. Menciptakan atmosfer akademik yang kondusif dengan membangun

budaya sekolah untuk menciptakan suasana yang kompetitif bagi siswa,

rasa tanggung jawab bagi guru dan karyawan, menimbulkan rasa nyaman

dalam bekerja dan belajar, menumbuhkan kesadaran tentang arti penting

kemajuan, dan menumbuhkan kedisiplinan tinggi;

2. Melakukan penataan tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi warga

sekolah berbasis kinerja;

3. Menjalinan kerjasama dengan pihak lain;

4. Didukung oleh penerapan TIK dalam manajemen sekolah;

5. Didukung oleh kepemimpinan/manajerial yang kuat, dan memiliki tingkat

sustainabilitas tinggi;

6. Penguatan eksistensi lembaga dengan melakukan sosialisasi kepada

semua pihak untuk memberikan informasi dan pemahaman yang sama

sehingga sekolah/madrasah memperoleh dukungan secara maksimal;

7. Penguatan manajemen sekolah dengan melakukan restrukturisasi dan

reorganisasi intern sekolah apabila dipandang perlu (tanpa mengubah atau

bertentangan dengan peraturan yang ada) sebagai bentuk pengembangan

dan pemberdayaan potensi sekolah;

8. Melakukan penguatan kerjasama dengan membangun jaringan yang lebih

luas dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri, yang

dibuktikan dengan adanya nota kesepahaman (MoU);

9. Meminimalkan masalah yang timbul di sekolah melalui penguatan rasa

kekeluargaan dan kebersamaan untuk memajukan sekolah;

67
10. Melakukan penguatan input sekolah dengan melengkapi berbagai fasilitas.

(perangkat keras dan lunak) manajemen sekolah, agar implementasi

Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis TIK lebih efektif.

2. Tugas dan Fungsi Guru

Guru bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah, dan mempunyai tugas pokok

dan bertanggung jawab melaksanakan proses belajar dan mengajar secara efektif

dan efisien. Tugas pokok dan fungsi guru adalah sebagai berikut :

1. Membuat / menyusun Program Pembelajaran

2. Program Tahunan.

3. Program Semester.

4. Menyusun Silabus.

5. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran.

6. Menetapkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

7. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

8. Menyusun alat penilaian dan melaksanakan penilaian hasil belajar.

9. Membuat dan mengisi daftar nilai siswa.

10. Melaksanakan Analisis Hasil Belajar.

11. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.

12. Melaksanakan kegiaan bimbingan siswa dalam proses belajar mengajar.

13. Membuat atau menggunakan alat peraga dalam kegaiatan belajar

mengajar.

68
14. Melakukan invosi serta kreativitas yang menumbuhkan minat belajar

siswa.

15. Mengikuti kegiatan MGMP secara berkesinambungan.

16. Mengkuti kegiatan pengembangan Kurikulum.

17. Melaksanakan tugas terentu di sekolah.

18. Melakukan pengembangan setiap bidang studi yang menjadi

tanggungjawabnya.

19. Membuat Lembaran Kerja Siswa (LKS).

20. Membuat catatan – catatan tentang kemajuan belajar siswa yang dibina.

21. Meneliti daftar hadar sebelum memulai melaksanakan kegiatan mengajar

22. Melakukan /mengatur ruang kelas, ruang praktikum agar terjaga kebesihan

dan keindahan, keamanan, ketertiban serta kenyamanan bagin setiap guru

mengajar.

23. Disiplin waku mengajar agar target ketuntasan tercapai.

24. Mengumpulkan angka kredit untuk kenaikan pangkat.

25. Mematuhi kode etik profesional guru.

26. Disamping tugas pokok di atas, guru juga membantu Kepala Sekolah

dalam urusan Penyelenggarakan Pendidikan di Sekolah.

3. Tugas Operator/Tenaga Administrasi Sekolah

Tugas utama dari operator sekolah SD Negeri 091522 Marubun, Kec.

Tanah Jawa, Kab. Smalungun yaitu :

1. Menginput data Pegawai dan siswa/i ke dalam aplikasi dapodik

2. Mengetik/mencetak surat/administrasi sekolah

69
4. Tugas Penjaga Sekolah

Adapun tugas pokok yang diberikan kepada penjaga skeolah SD Negeri

091522 Marubun adalah memberikan kenyamanan, menjaga keamanan dan

kebersihan lingkungan sekolah

4.3. Hasil Penelitian

Berikut ini, diberikan gambaran tentang data yang diperoleh dari hasil

pengisian kuesioner yang diberikan kepada responden yang berhubungan dengan

variabel penelitian yang merupakan data yang dikumpulkan melalui pengisian

angket oleh 84 orang responden.

4.3.1. Karakteristik Responden

Untuk mengidentifikasi karakteristik responden ada 3 (tiga) pertanyaan

dalam kuesioner yang disampaikan kepada responden untuk dijawab sambil

responde mengisi kuesioner yang diberikan. Peneliti juga melakukan wawancara

guna mendapatkan informasi tambahan. Setelah jawaban responden

dikumpulkan , maka diperoleh data tentang klasifikasi responden sebagai berikut.

Tabel 4.3
Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 40 47,6 %
2 Perempuan 44 53,4 %
Jumlah 84 100%
Sumber : Hasil Kuesioner

Dari tabel di atas menjelaskan jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin dengan artian, responden laki-laki sebanyak 40 orang (53,4%), sedangkan

responden perempuan sebanyak 44 orang (47,6%).

70
Tabel 4.4
Responden Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Usia Jumlah Persentase
2 22 – 30 Tahun 15 17,8%
3 31 – 40 Tahun 16 19 %
4 41 – 50 Tahun 48 57,1%
5 51 – 60 Tahun 6 6,1%
Jumlah 84 100%
Sumber : Hasil Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan responden berdasarkan

kelompok usia yaitu responden kelompok usia 22 – 30 tahun responden sebagian

besar adalah guru berjumlah 15 orang (17,8%), Kelompok usia 31 – 40 tahun

responden adalah guru yang berjumlah 16 orang (19%), Kelompok usia 41 – 50

tahun responden adalah guru dan Kepala Sekolah yang berjumlah 48 orang

(57,1%), Kelompok usia 51 – 60 tahun responden merupakan kepala sekolah yang

berjumlah 6 orang (6,1%).

Tabel 4.5
Responden menurut tingkat pendidikan (Guru)
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 SLTA - -
2 S1 82 97,6%
3 S2 2 2,4%
Jumlah 84 100%
Sumber : Hasil Kuesioner

Tabel diatas menjelaskan dari 84 responden yang penulis pilih untuk

mengisi kuesioner tingkat pendidikan dari responden tersebut terdiri dari

responden dengan tingkat pendidikan SMA 0, responden dengan tingkat

pendidikan S1 82 orang (97,6%) dan responden dengan tingkat pendidikan S2

berjumlah 2 orang (2,4%) dari total 84 responden.

4.3.2. Deskripsi Hasil Penelitian

71
4.3.2.1. Deskripsi Kompetensi Manajerial

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan variabel Kompetensi

Manajerial adalah seperti pada tabel yang disajikan dibawah ini:

Tabel 4.6
Variabel Kompetensi Manajerial
Tidak Kadang- Sangat
Butir Pertanyaan Jarang Sering
Pernah kadang Sering
F % F % F % F % F %
Kepala sekolah mampu 0 0 0 0 4 4,8 45 53,5 35 41,7
merumuskan visi dan misi
sekolah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai
bersama.
Kepala sekolah 0 0 0 0 11 13,1 38 45,2 35 41,7
menentukan sasaran
sekolah secara realistis,
dengan menggunakan
kriteria yang dapat diukur
Kepala sekolah menyusun, 0 0 0 0 6 7,1 34 40,5 44 52,4
menentukan langkah yang
strategis dan tepat untuk
mencapai visi dan misi
sekolah yang telah
ditetapkan bersama.
Dalam memimilih metode 0 0 0 0 12 14,3 31 36,9 41 48,8
dan alat yang akan
digunakan untuk mencapai
visi dan misi kepala
sekolah selalu menerapkan
azas demokrasi.
Kepala sekolah 0 0 1 1,2 7 8,3 39 46,4 37 44,1
membangun hubungan
kerjasama yang baik
dengan stake holder yang
ada untuk kemajuan
sekolah.
Kepala sekolah mampu 0 0 0 0 7 8,3 44 52,4 33 39,3
merumuskan faktor yang
pendukung dan faktor
penghambat yang mungkin

72
datang di masa depan.
Kepala Sekolah membuat 0 0 1 1,2 7 8,3 41 48,8 35 41,7
struktur oragnisasi dan
rincian tugas dengan
mengutamakan Efektivitas
dan Efisiensi.
Kepala sekolah 0 0 0 0 7 8,3 37 44,1 40 47,6
memberikan tugas kepada
guru berdasarkan latar
belakang pendidikan guru
dan prestasi pribadi yang
dicapai guru.
Kepala Sekolah 0 0 0 0 8 9,5 37 44,1 39 46,4
merusmuskan rincian kerja
Guru dan Tendik secara
jelas dan tidak
memberatkan.
Kepala sekolah 0 0 2 2,4 4 4,8 43 51,2 35 41,6
menumbuhkan semangat
kerja sama antar personil
sekolah dalam mencapai
visi dan misi serta tujuan
sekolah.
Kepala Sekolah rutin 0 0 2 2,4 4 4,8 35 41,6 43 51,2
melakukan kegiatan
supervisi kelas setiap
bulannya.
Kepala sekolah menyusun 0 0 0 0 8 9,5 39 46,4 37 44,1
hasil supervisi/evaluasi
kinerja guru.
Kepala sekolah 0 0 1 1,2 5 5,9 45 53,6 33 39,3
merumuskan hasil
supervisi/evaluasi untuk
menemukan
permasalahan/kendala
yang timbul dan
memberikan tindak lanjut
atas hasil yang diperoleh.
Kepala sekolah berani 0 0 0 0 5 5,9 41 48,8 38 45,3
serta mampu melakukan
perubahan dalam satuan
kerja untuk menuju ke
arah yang lebih baik
Kepala sekolah memiliki 0 0 1 1,2 4 4,8 43 51,2 36 42,8
indikator-indikator
pencapaian kinerja guru

73
Kepala sekolah menyusun 0 0 0 0 5 5,9 40 47,6 39 46,5
Rancangan Kerja
Anggaran Sekolah dan
laporan penggunaan secara
transparan.
Kepala sekolah dalam 0 0 1 1,2 4 4,8 41 48,8 38 45,2
menggunakan anggaran
memiliki kebijakan serta
strategi yang tepat guna.
Kepala sekolah melakukan 0 0 2 2,4 5 5,9 42 50 35 41,7
monitoring rutin atas
perkembangan
kemampuan peserta didik
dan monitoring kinerja
guru.
Sumber : Hasil Penelitian 2023

Dari Tabel 4.6. menjelaskan jawaban responden dari pertanyaan atas

kuesioner kemampuan manajerial kepala sekolah. Dari 84 responden dari butir

pertanyaan 1 diperoleh sebanyak 4 orang (4,8%) menjawab Kadang-kadang,

sebanyak 45 orang (53,5%) menjawab sering, dan sebanyak 35 orang (41,7%)

menjawab sangat sering. Butir pertanyaan 2 diperoleh sebanyak 11 orang (13,1%)

menjawab jarang, sebanyak 38 orang (45,2%) menjawab sering dan sebanyak 35

orang (41,7%) menjawab sangat sering. Dari butir pertanyaan 3diperoleh

sebanyak 6 orang (7,1%) menjawab jarang, sebanyak 34 orang (40,5%) menjawab

sering dan sebanyak 44 orang (52,4%) menjawab sangat sering. Dari butir

perntayaan 4 diperoleh sebanyak 12 orang (14,3%) menjawab jarang, sebanyak

31 orang (36,9%) menjawab sering dan sebanyak 41 orang (48,8%) menjawab

sangat sering. Dari butir perntayaan 5 diperoleh sebanyak 1 orang (1,2%)

menjawab kadang-kadang, sebanyak 7 orang (8,3%) menjawab jarang, sebanyak

39 orang (46,4%) menjawab sering dan sebanyak 37 orang (44,1%) menjawab

sangat sering. Dari butir perntayaan 6 diperoleh sebnayak 7 orang (8,3%)

74
menjawab jarang, sebanyak 44 orang (52,4%) menjawab sering dan sebanyak 33

orang (39,3%) menjawab sangat sering. Dari butir pertanyaan 7 diperoleh

sebanyak 1 orang (1,2%) menjawab kadang-kadang, sebanyak 7 orang (8,3%)

menjawab jarang, sebnyak 41 orang (48,8%) menjawab sering dan sebanyak 35

orang (41,7%) menjawab sangat sering. Dari butir perntanyaan 8 diperoleh

sebanyak 7 orang (8,3%) menjawab jarang, 37 orang (44,1%) menjawab sering,

dan 40 orang (47,6%) menjawab sangat sering. Dari butir pertanyaan 9 diperoleh

sebanyak 8 orang (9,5%) menjawab jarang, 37 orang (44,1%) menjawab sering

dan 39 orang (46,4%) menjawab sangat sering. Dari butir pertanyaan 10 diperoleh

sebanyak 2 orang (2,4%) menjawab kadang-kadang, 4 orang (4,8%) menjawab

jarang, 43 orang (51,2%) menjawab sering dan sebanyak 35 orang (41,6%)

menjawab sangat sering. Dari butir pertanyaan 11 diperoleh sebanyak 2 orang

(2,4%) menjawab kadang-kadang, 4 orang (4,8%) menjawab jarang, 35 orang

(41,6%) menjawab sering, dan sebanyak 43 orang (51,2%) menjawab sangat

sering. dari butir pertanyaan ke 12 diperoleh sebanyak 8 orang (9,6%) menjawab

jarang, 39 orang (46,4%) menjawab sering dan sebanyak 37 orang (44,1%)

menjawab sangat sering. dari butir pertanyaan 13 diperoleh sebanyak 1 orang

(1,2%) menjawab kadang-kadang, 5 orang (5,9%) menjawab jarang, 45 orang

responden (53,6%) menjawab sering dan sebanyak 33 orang responden (39,3%)

menjawab sangat sering. Dari butir pertanyaan ke 14 diperoleh sebanyak 5 orang

responden (5,9%) menjawab jarang, 41 orang responden (48,8%) menjawab

sering dan sebanyak 38 orang responden (45,3%) menjawab sangat sering. Dari

butir pertanyaan 15 diperoleh sebanyak 1 orang responden (1,2%) menjawab

75
kadang-kadang, 4 orang responden (4,8%) menjawab jarang, 43 orang responden

(51,2%) menjawab sering dan sebanyak 36 orang responden (42,8%) menjawab

sangat sering. Dari butir pertanyaan 16 diperoleh sebanyak 5 orang responden

(5,9%) menjawab jarang, 40 orang responden (47,6%) menjawab sering dan

sebanyak 39 orang responden (46,5%) menjawab sangat sering. Dari butir

pertanyaan ke 17 diperoleh sebanyak 1 orang responden (1,2%) menjawab

kadang-kadang, 4 orang responden (4,8%) menjawab jarang, 41 orang responden

(48,8%) menjawab sering dan sebanyak 38 orang responden (45,2%) menjawab

sangat sering. Dari butir pertanyaan 18 (terakhir) diperoleh sebanyak 2 orang

responden (2,4%) menjawab kadang-kadang, 5 orang responden (5,9%)

menjawab jarang, 42 orang responden (50%) menjawab sering dan sebanyak 35

orang responden (41,7%) menjawab sangat sering.

4.3.2.2. Deskripsi Motivasi

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan variabel Motivasi adalah

seperti pada tabel 4.7 yang disajikan dibawah ini:

Tabel 4.7
Variabel Motivasi
Tidak Kadang- Sangat
Butir Pertanyaan Jarang Sering
Pernah kadang Sering
F % F % F % F % F %
Kepala Sekolah
Memberikan penghargaan
4 4,8 2 2,4 13 15,5 38 45,2 27 32,1
kepada guru yang
berprestasi
Kepala sekolah menjadi
panutan yang baik bagi 0 0 2 2,4 8 9,5 41 48,8 33 39,3
personilnya.
Kepala sekolah selalu 0 0 0 0 2 2,4 44 52,4 38 45,2
memberikan informasi

76
terbaru kepada guru untuk
kemajuan sekolah
Kepala sekolah selalu
menghargai hasil kerja 0 0 4 4,8 7 8,3 55 65,5 18 21,4
yang dilakukan guru.
Kepala sekolah selalu
memberikan arahan serta
memberikan masukan 0 0 0 0 3 3,6 48 57,1 33 39,3
kepada guru atas kinerja
yang telah dicapai.
Kepala sekolah selalu
meningkatkan moral setiap
0 0 4 4,8 4 4,8 56 66,6 20 23,8
guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Guru-guru selalu
bersemangat dalam
melaksanakan 0 0 2 2,4 1 1,2 44 52,4 37 44
kewajibannya mendidik
siswa.
Kepala sekolah
menciptakan hubungan
0 0 6 7,1 3 3,6 54 64,3 21 25
yang harmonis kepada
semua personil.
Kepala sekolah selalu
mengikutsertakan guru
dalam pelatihan-pelatihan 0 0 2 2,4 0 0 51 60,7 31 36,9
peningkatan kompetensi
guru.
Kepala sekolah selalu
memperhatikan 0 0 8 9,5 5 6 53 63,1 18 21,4
kesejahteraan guru.
Kepala sekolah selalu
mengingatkan seluruh
personil untuk
0 0 0 0 2 2,4 51 60,7 31 36,9
menjalankan tugas dan
kewajibannya dengan
penuh tanggung jawa.
Kepala sekolah bersikap
adil dalam mengambil 0 0 8 9,5 7 8,3 47 56 22 26,2
kebijakan dan keputusan.
Kepala sekolah selalu 0 0 4 4,8 8 9,5 36 42,9 36 42,9
memberikan arahan
kepada guru-guru dalam
memiilih dan
menggunakan media
pembelajaran dengan

77
tepat.
Guru-guru memiliki rasa
16,
takut terhadap kepala 14 8 9,5 14 16,7 37 44 11 13,1
7
sekolah
Kepala sekolah
memberikan
hukuman/sanksi yang adil 14,
8 9,5 12 17 20,2 36 42,9 11 13,1
kepada personil yang 3
melanggar kedisiplinan
sekolah.
Kepala sekolah selalu
memberikan nasihat dan
0 0 0 0 8 9,5 53 63,1 23 27,4
solusi kepada guru yang
memiliki permasalahan.
Kepala sekolah selalu
menjaga dan membangun
0 0 1 1,2 5 6 49 58,3 29 34,5
keharmonisan hubungan
antar pesonil
Sumber : Hasil Penelitian 2023

Dari Tabel 4.7 menjelaskan hasil yang diperoleh dari 84 responden atas

kuesioner motivasi. Dari pertanyaan 1 diperoleh 4 orang responden dengan

persentase 4,8% memilih jawaban tidak pernah, sebanyak 2 orang responden

persentase 2,4% memilih kadang-kadang, sebanyak 13 orang responden

persentase 15,5% memilih jarang, sebanyak 38 orang responden persentase 45,2%

memilih sering dan sebanyak 27 orang responden persentase 32,1% memilih

sangat sering. Dari pertanyaan 2 diperoleh sebanyak 2 orang responden persentase

2,4% memilih kadang-kadang, sebanyak 8 orang responden persentase 9,5%

memilih jarang, sebanyak 41 orang responden persentase 48,8% memilih sering

dan sebanyak 33 orang responden persentase 39,3% memilih sangat sering. Dari

pertanyaan 3 diperoleh sebanyak 2 orang responden persentase 4,8% memilih

jarang, sebanyak 44 orang responden persentase 52,4% memilih sering dan

sebanyak 38 orang responden persentase 45,2% memilih sangat sering. Dari

78
pertanyaan 4 diperoleh sebanyak 4 orang responden persentase 4,8% memilih

kadang-kadang, sebanyak 7 orang responden persentase 8,3% memilih jarang,

sebanyak 55 orang responden persentase 65,5% memilih sering dan sebanyak 18

orang responden persentase 21,4% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 5

diperoleh sebanyak 3 orang responden persentase 3,6% memilih jarang, sebanyak

48 orang responden persentase 57,1% memilih sering dan sebanyak 33 orang

responden persentase 39,3% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 6 diperoleh

sebanyak 4 orang responden persentase 4,8% memilih kadang-kadang, sebanyak 4

orang responden persentase 4,8% memilih jarang, sebanyak 56 orang responden

persentase 66,6% memilih sering dan sebanyak 20 orang responden persentase

23,8% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 7 diperoleh sebanyak 2 orang

responden persentase 2,4% memilih kadang-kadang, sebanyak 1 orang responden

persentase 1,2% memilih jarang, sebanyak 44 orang responden persentase 52,4%

memilih sering dan sebanyak 37 orang responden persentase 44% memilih sangat

sering. Dari pertanyaan 8 diperoleh sebanyak 6 orang responden persentase 7,1%

memilih kadang-kadang, sebanyak 3 orang responden persentase 3,6% memilih

jarang, sebanyak 54 orang responden persentase 64,3% memilih sering dan

sebanyak 21 orang responden persentase 25% memilih sangat sering. Dari

pertanyaan 9 diperoleh sebanyak 2 orang responden persentase 2,4% memilih

kadang-kadang, sebanyak 51 orang responden persentase 60,7% memilih sering

dan sebanyak 31 orang responden persentase 36,9% memilih sangat sering. Dari

pertanyaan 10 diperoleh sebanyak 8 orang responden persentase 9,5% memilih

kadang-kadang, sebanyak 5 orang responden persentase 6% memilih jarang,

79
sebanyak 53 orang responden persentase 63,1% memilih sering dan sebanyak 18

orang responden persentase 21,4% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 11

diperoleh sebanyak 2 orang responden persentase 2,4% memilih jarang, sebanyak

51 orang responden persentase 60,7% memilih sering dan sebanyak 31 orang

responden persentase 36,9% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 12 diperoleh

sebanyak 8 orang responden persentase 9,5% memilih kadang-kadang, sebanyak 7

orang responden persentase 8,3% memilih jarang, sebanyak 47 orang responden

persentase 56% memilih sering dan sebanyak 22 orang responden persentase

26,2% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 13 diperoleh sebanyak 4 orang

responden persentase 4,8% memilih kadang-kadang, sebanyak 8 orang responden

persentase 9,5% memilih jarang, sebanyak 36 orang responden persentase 42,9%

memilih sering dan sebanyak 36 orang responden persentase 42,9% memilih

sangat sering. Dari pertanyaan 14 diperoleh sebanyak 14 orang responden

persentase 16,7% memilih tidak pernah, sebanyak 8 orang responden persentase

9,5% memilih kadang-kadang, sebanyak 14 orang responden persentase 16,7%

memilih jarang, sebanyak 37 orang responden persentase 44% memilih sering dan

sebanyak 11 orang responden persentase 13,1% memilih sangat sering. Dari

pertanyaan 15 diperoleh sebanyak 8 orang responden persentase 9,5% memilih

tidak pernah, sebanyak 12 orang responden persentase 14,3% memilih kadang-

kadang, sebanyak 17 orang responden persentase 20,2% memilih jarang, sebanyak

36 orang responden persentase 42,9% memilih sering dan sebanyak 11 orang

responden persentase 13,1% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 16 diperoleh

sebanyak 8 orang responden persentase 9,5% memilih jarang, sebanyak 53 orang

80
responden persentase 63,1% memilih sering dan sebanyak 23 orang responden

persentase 27,4% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 17 diperoleh sebanyak 1

orang responden persentase 1,2% memilih kadang-kadang, sebanyak 5 orang

responden persentase 6% memilih jarang, sebanyak 49 orang responden

persentase 58,3% memilih sering dan sebanyak 29 orang responden persentase

34,5% memilih sangat sering.

4.3.2.3. Deskripsi Variabel Kinerja Guru

Tanggapan responden terhadap daftar pertanyaan variabel Kinerja Guru

adalah seperti pada tabel 4.8 yang disajikan dibawah ini:

Tabel 4.8
Variabel Kinerja Guru
Tidak Kadang Sangat
Butir Pertanyaan Jarang Sering
Pernah -kadang Sering
F % F % F % F % F %
Guru mampu menyusun
RPP yang sesuai dengan 15,
4 4,8 2 2,4 13 38 45,2 27 32,1
kurikulum yang 5
ditetapkan.
Guru mampu melakukan
proses belajar mengajar
yang efektif sesuai dengan 0 0 2 2,4 8 9,5 41 48,8 33 39,3
kurikulum yang
ditetapkan.
Guru mampu memnjaga
hubungan baik dengan
0 0 0 0 2 2,4 44 52,4 38 45,2
peserta didik serta orang
tua dan wali peserta didik
Guru selalu melengkapi
administrasi pembelajaran
0 0 4 4,8 7 8,3 55 65,5 18 21,4
sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran.
Guru mampu
menumbuhkan semangat
0 0 0 0 3 3,6 48 57,1 33 39,3
belajar siswa dan menjaga
keharmonisan kelas.
Guru mampu menjalin 0 0 4 4,8 4 4,8 56 66,6 20 23,8
hubungan serta

81
komunikasi yang baik
sesama rekan guru.
Guru mampu
mengobservasi kegiatan
0 0 2 2,4 1 1,2 44 52,4 37 44
pembelajaran di kelas yang
diampu.
Guru memiliki instrumen
penilaian hasil belajar 0 0 6 7,1 3 3,6 54 64,3 21 25
yang dicapai.
Guru selalu tepat waktu
dalam menjalankan 0 0 2 2,4 0 0 51 60,7 31 36,9
tugasnya.
Guru selalu bertanggung
jawab atas hasil yang
0 0 8 9,5 5 6 53 63,1 18 21,4
dicapai dalam
menjalankan tugasnya.
Dari Tabel 4.8 menjelaskan hasil yang diperoleh dari 84 responden atas

kuesioner Kinerja Guru. Dari pertanyaan 1 sebanyak 4 orang responden

persentase 4,8% memilih jawaban tidak pernah, sebanyak 2 orang responden

persentase 2,4% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 13 orang responden

persentase 15,5% memilih jawaban jarang, sebanyak 38 orang responden

persentase 45,2% memilih sering dan sebanyak 27 orang responden persentase

32,1% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 2 sebanyak 2 orang responden

persentase 2,4% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 8 orang responden

persentase 9,5% memilih jawaban jarang, sebanyak 41 orang responden

persentase 48,8% memilih sering dan sebanyak 33 orang responden persentase

39,3% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 3 sebanyak 2 orang responden

persentase 2,4% memilih jawaban jarang, sebanyak 44 orang responden

persentase 52,4% memilih sering dan sebanyak 38 orang responden persentase

45,2% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 4 sebanyak 4 orang responden

persentase 4,8% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 7 orang responden

82
persentase 8,3% memilih jawaban jarang, sebanyak 55 orang responden

persentase 65,5% memilih sering dan sebanyak 18 orang responden persentase

21,4% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 5 sebanyak 3 orang responden

persentase 3,6% memilih jawaban jarang, sebanyak 48 orang responden

persentase 57,1% memilih sering dan sebanyak 33 orang responden persentase

39,3% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 6 sebanyak sebanyak 4 orang

responden persentase 4,8% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 4 orang

responden persentase 4,8% memilih jawaban jarang, sebanyak 56 orang

responden persentase 66,6% memilih sering dan sebanyak 20 orang responden

persentase 23,8% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 7 sebanyak 2 orang

responden persentase 2,4% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 1 orang

responden persentase 1,2% memilih jawaban jarang, sebanyak 44 orang

responden persentase 52,4% memilih sering dan sebanyak 37 orang responden

persentase 44% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 8 sebanyak 6 orang

responden persentase 7,1% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 3 orang

responden persentase 3,6% memilih jarang dan sebanyak 54 orang responden

persentase 64,3% memilih sering dan sebanyak 21 orang responden persentase

25% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 9 sebanyak 2 orang responden

persentase 2,4% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 51 orang responden

persentase 60,7% memilih sering dan sebanyak 31 orang responden persentase

36,9% memilih sangat sering. Dari pertanyaan 10 sebanyak 8 orang responden

persentase 9,5% memilih jawaban kadang-kadang, sebanyak 5 orang responden

persentase 6% memilih jawaban jarang, sebanyak 53 orang responden persentase

83
63,1% memilih sering dan sebanyak 18 orang responden persentase 21,4%

memilih sangat sering.

4.3.3. Validitas dan Reliabilitas

4.3.3.1. Uji Validitas

Uji validitas perlu dilakukan dengan tujuan mengukur ketetapan suatu

instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Hasil uji validitas dari item

kuesioner untuk masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner Kompetensi Manajerial

Adapun hasil ujivaliditas kuesioner variabel kompetensi manajerial adalah

sebagagai berikut :

Tabel 4.9
Uji Validitas Kuesioner Kompetensi Manajerial
Item r hitung r Tabel (df=(N- Kesimpulan
2)=82,α=5%)
P1 0,720 0.1807 VALID
P2 0,747 0.1807 VALID
P3 0,745 0.1807 VALID
P4 0,697 0.1807 VALID
P5 0,720 0.1807 VALID
P6 0,590 0.1807 VALID
P7 0,514 0.1807 VALID
P8 0,568 0.1807 VALID
P9 0,641 0.1807 VALID
P10 0,665 0.1807 VALID
P11 0,685 0.1807 VALID
P12 0,771 0.1807 VALID
P13 0,685 0.1807 VALID
P14 0,674 0.1807 VALID
P15 0,535 0.1807 VALID

84
P16 0,687 0.1807 VALID
P17 0,573 0.1807 VALID
P18 0,625 0.1807 VALID
Sumber : Hasil Uji Menggunakan Software SPSS versi 26.0

Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa semua pertanyaan/kuesioner untuk

variabel diklat mempunyai nilai coreccted item-total correlation ( r Hitung) yang

lebih besar dari nilai r Tabel . Dan kesimpulannya ialah semua pertanyaan/kuesioner

dari variabel diklat telah teruji validitasnya.

2. Kuesioner Motivasi

Uji validitas kuesioner Motivasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10
Uji Validitas Kuesioner Motivasi
Item r hitung df=(N- Kesimpulan
2)=82,α=5%)
P1 0.464 0.1807 VALID
P2 0.593 0.1807 VALID
P3 0.407 0.1807 VALID
P4 0.538 0.1807 VALID
P5 0.493 0.1807 VALID
P6 0.437 0.1807 VALID
P7 0.492 0.1807 VALID
P8 0.665 0.1807 VALID
P9 0.457 0.1807 VALID
P10 0.711 0.1807 VALID
P11 0.342 0.1807 VALID
P12 0.771 0.1807 VALID
P13 0.664 0.1807 VALID
P14 0.666 0.1807 VALID
P15 0.743 0.1807 VALID
P16 0.507 0.1807 VALID
P17 0.424 0.1807 VALID
Sumber : hasil uji validitas menggunakan software SPSS V26.0

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua pertanyaan/kuesioner untuk

variabel motivasi mempunyai nilai coreccted item-total correlation( r Hitung) yang

85
lebih besar dari nilai r Tabel . Dan kesimpulannya ialah seluruh butir pertanyaan pada

kuesioner motivasi bernilai valid.

3. Kuesioner Kinerja guru

Uji validitas instrumen kuesioner kinerja guru adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11
Uji Validitas Kuesioner Kinerja Guru
Item r hitung df=(N- Kesimpulan
2)=82,α=5%)
P1 0.596 0.1807 VALID
P2 0.696 0.1807 VALID
P3 0.444 0.1807 VALID
P4 0.626 0.1807 VALID
P5 0.582 0.1807 VALID
P6 0.638 0.1807 VALID
P7 0.518 0.1807 VALID
P8 0.679 0.1807 VALID
P9 0.441 0.1807 VALID
P10 0.740 0.1807 VALID
Sumber: Hasil uji menggunakan software SPSS V. 26.0

Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua pertanyaan/kuesioner untuk

variabel kinerja guru mempunyai nilai coreccted item-total correlation ( r Hitung)

yang lebih besar dari nilai r Tabel . Dan kesimpulannya ialah semua

pertanyaan/kuesioner dari variabel kinerja guru telah teruji validitasnya.

4.3.3.2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui derajat kekonsistenan suatu

instrumen penelitian dengan melihat hasil dari jawaban responden. Disini peneliti

menggunakan nilai cronbach alpha sebagai tolak ukur reliabilitas instrumen

penelitian. Suatu instrumen penelitian dianggap reliabel apabila nilai cronbach

86
alpha lebih besar atau sama dengan 0,60. Hasil uji reliabilitas dari instrumen

penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.12
Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Nilai Croncbach
No Variabel Penelitian Kesimpulan
Alpha
1 Kompetensi Manajerial 0,992 Reliabel
2 Motivasi 0.858 Reliabel
3 Kinerja Guru 0.798 Reliabel
Sumber : hasil uji menggukan software SPSS V.26.0

Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa nilai cronbach alpha dari

variabel penelitian ini lebih besar dari 0,60, maka dengan demikian instrumen

penelian yang digunakan pada penelitian ini reliabel.

4.3.4. Uji Asumsi Klasik

4.3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik uji

statistik Kolmogorov-smirov Test. Residual berdistribusi normal jika memiliki

nilai signifikan > 0,05. Hasil uji menggunakan software SPSS dapat dilihat pada

gambar tabel dibawah ini.

Tabel 4.13
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dengan software SPSS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 84
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,99948899
Most Extreme Differences Absolute ,078
Positive ,051

87
Negative -,078
Test Statistic ,078
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai sigma dari uji

kolmogorov-smirnov test adalah 0.200, dengan demikian nilai sigma lebih besar

dari 0,05. Berdasarkan uji test kolmogorov-smirnov residual bernilai normal jika

nilai signifikan lebih besar dari 0,05, kesimpulannya variabel penelitian ini

memiliki residual normal.

2. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

collnarity statistic dan nilai koefisien korelasi diantara variabel bebas. Uji

multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi apabila (1) nilai

tolerance (Tolerance < 0.10 dan (2) variance inflation faktor (VIF>10).

Berdasarkan tabel 4.14 di bawah ini terlihat nilai VIF untuk variabel kompetensi

manajerial(X1) dan motivasi (X2) lebih kecil dari 10. Sedangkan nilai tolerance-

nya lebih besar dari 0.10, hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam

penelitian ini tidak saling berkolerasi atau tidak ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas.

Tabel 4.14
Uji Multikolinearitas

88
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) 4,703 2,431 1,935 ,049
Kompetensi_manaj ,063 ,037 ,113 1,703 ,042 ,616 1,624
erial
Motivasi ,464 ,038 ,808 12,155 ,000 ,616 1,624
a. Dependent Variable: Kinerja_guru
3. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi penting dari model linier klasik adalah bahwa gangguan

yang muncul dalam fungsi regresi polpulasi adalah homoskedastik yaitu semua

gangguan memiliki varians yang sama, Gujarati (2005). Salah satu cara yang

digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan gambar

scatterplot, apabila titik-titik menyebar dibawah dan diatas angka 0,dan titik-titik

tidak membentuk pola maka dapat disimpulkan model regresi terhindar dari

maslaah heteroskedastisitas. Hasil pengujian terlihat pada gambar 412. berikut.

Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas

89
Berdasarkan gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar

di bawah dan di atas angka 0, serta tidak membentuk pola maka dapat

disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat unsur heteroskedastisitas.

4.3.5. Uji Hipotesis

4.3.5.1. Uji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengukur proporsi

atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.Koefisien

determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Jika R 2 semakin besar

(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X)

adalah besar terhadap vaiabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel 4.15
Uji Determinasi
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .883 .779 .774 2.024

a. Predictors: (Constant), (Motivasi (X2), Komeptensi_manajerial (X1)


Sumber : Hasil Uji menggunakan Software SPSS V 26.0

Berdasarkan hasil pengolahan data primer dengan menggunakan program

SPSS versi 26,0 memperoleh koefisien R sebesar 0,883 yang berarti bahwa

hubungan antara kompetensi manajerial dan motivasi terhadap kinerja guru

90
mempunyai pengaruh yang kuat sebesar 88,3%, dikatakan kuat karena nilai

persentase tersebut berada diatas 50%.

Menurut Ridhailah (2012) R2Menurut Ridhailah (2012) R2 digunakan bila

hanya menggunakan satu variabel independen, apabila menggunakan lebih dari

satu variabel independen maka digunakan adjusted R Square . Adjusted R Square

= 0,774 Artinya bahwa kinerja guru di Kecamatan Tanah Jawa dapat dijelaskan

oleh Kompetensi Manajerial dan Motivasi sebesar 77,4% sedangkan sisanya

sebesar 22,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

permodelan. Hal ini menunjukkan variabel-variabel bebas hanya memberikan

sebagian informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat

yang lain.

4.3.5.2. Uji F

Berdasarkan hasil pengujian signifikan persamaan regresi linear berganda

diperoleh bahwa Fhitung = 143,162 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%

α=5%. Df1 (jumlah variabel – 1) atau 3-1= 2, dan df2 (n-k-1) atau 84-2-1= 81

diperoleh Fhitung = 143,162, sedangkan Ftabel = 3,017. Karena Fhitung > Ftabel,

berarti ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Kompetensi manajerial

dan motivasi terhadap kinerja guru.

Tabel 4.16
Hasil uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1172,979 2 586,490 143,162 ,000b
Residual 331,830 81 4,097
Total 1504,810 83
a. Dependent Variable: Kinerja_guru

91
b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kompetensi_manajerial

4.3.5.3. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian parsial dilakukan berdasrkan tingkat signifikansi alpha 5%

(0,05). Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung

dengan nilai t tabel dengan kriteria keputusan :

Jika t hitung < t tabel H 0 diterima atau H 1 ditolak

Jika t hitung > t tabel H 0 ditolak atau H 1 diterima

Tabel 4.17
Hasil Uji (t)
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error

1 (Constant)
4,703 2,431 1,935 .049

Kompetensi_Manajerial(
.063 .037 .113 1,703 .042
X1)
Motivasi (X2)
.464 .038 .808 12,155 .000

a. Dependent Variable: Kinerja_guru(Y)


Sumber : Hasil Uji SPSS
Dari tabel di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Nilai t hitung untuk variabel Kompetensi manajerial (1,703) lebih besar

dibandingkan dengan nilai t tabel (1,663). berdasarkan hasil yang diperoleh H 0

ditolak atau H 1 diterima artinya terdapat pengaruh siginifikan variabel

kompetensi manajerial terhadap kinerja guru.

92
2. Nilai t hitung untuk variabel guru profesional (12,155) lebih besar dibandingkan

dengan nilai t tabel (1,663). berdasarkan hasil yang diperoleh H 0 ditolak atau H 1

diterima artinya motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

Dari tabel 4.15 diatas dapat dijelaskan bahwa Ha1: b1> 0 yaitu 0,063 > 0 yang

artimya terdapat pengaruh positif antara variabel kompetensi manajerial terhadap

kinerja guru dan Ha2: b2> 0 yaitu 0,063 > 0 yang artinya terdapat pengaruh

positif antara variabel motivasi terhadap kinerja guru, dari kesimpulan diatas

diperoleh persamaan regresi linear berganda :

Y = a + bX1 + bX2

Y= 4,703 + (0,063)X1 + 0,464 X2

Y= 4,703 + 0,063X1 + 0,464X2

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, variabel kompetensi manajerial dan

motivasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

guru, terdapat pengaruh positif antara kompetensi manajerial terhadap kinerja

guru dan terdapat pengaruh positif antara motivasi terhadap kinerja guru. Menurut

Crudy yang dikutip Atmodiwirio, bahwa “Kemampuan manajerial adalah

kemampuan untuk memanaj sekolah, mengorganisasikan orang dan sumber,

mempergunakan tenaga-tenaga yang baik dan tekhnik kehumasan yang baik,

memanfaatkan komunikasi yang efektif dalam menghadapi beraneka macam

subjek yang berkepentingan, seperti orang tua murid atau siswa dan guru-guru”..

93
Berdasarkan penelitian, adanya peningkatan kinerja guru di kecamatan

tanah jawa dilihat dari tanggapan responden sebesar 88.3% yang menyatakan

bahwa adanya peningkatan kinerja guru di kecamatan tanah jawa. Hal ini berarti

betapa besar peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru baik

dengan memberikan motivasi kepada guru tersebut maupun dengan meningkatkan

kompetensi kepala sekolah itu sendiri. Dengan meningkatnya kinerja guru

diharapkan dapat tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Pengujian hipotesis membuktikan bahwa kompetensi manajerial dan

motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru di kecamatan tanah jawa

dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel yaitu 1,935 > 1,663. Untuk selanjutnya

peneliti perlu melakukan pembahasan lebih lanjut tentang kondisi yang berkaitan

dengan variabel-variabel tersebut di atas, selengkapnya dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Kompetensi manajerial

Hasil rekapitulasi jawaban dari responden terhadap kuesioner

variabell kompetensi manajerial yaitu dari 18 item pertanyaan dan 84

responden terdapat total 1512 jawaban yang terdiri dari 11 jawaban

responden “Kadang-kadang”, 113 jawaban responden “Jarang”, 715

jawaban responden “Sering” dan 673 jawaban responden “Sangat Sering”.

Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah di

kecamatan Tanah Jawa sebagaian besar memiliki dan menggunakan

kompetensi manajerial dalam memimpin sebuah satuan pendidikan.

94
Kompetensi manajerial sangat dibutuhkan seorang pemimpin dalam

memimpin suatu instansi baik itu sekolah maupun instansi lainnya. Karena

dengan dimilikinya kompetensi manajerial tersebut dapat meningkatkan

kinerja dari anggota yang dipimpin. kompetensi manajerial kepala sekolah

didapat melalui diklat cakep yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan

setempat. Kompetensi majaerial salah satu kompetensi dasar yang harus

dimiliki setiap kepala sekolah.

2. Motivasi

Hasil rekapitulasi jawaban responden atas kuesioner motivasi yaitu

terdapat total 1428 jawaban responden yang terdiri dari 26 jawaban “Tidak

Pernah”, 63 jawaban “Kadang-kadang”, 107 jawaban “Jarang”, 793

jawaban “Sering” dan 439 jawaban “Sangat Sering”. Besarnya jumlah

jawaban sering dan sangat sering menggambarkan betapa besar peranan

motivasi dalam meningkatkan kinerja guru. Motivasi disini sangat

mempengaruhi kinerja guru dimana dengan mendapat motivasi dari kepala

sekolah mampu meningkatkan loyalitas guru dalam mengajar, dan dengan

loyalitas yang tinggi saat menjalankan tugasnya sebagai guru akan mampu

menciptakan mutu lulusan yang memiliki daya saing dan berkualitas.

Motivasi dari kepala sekolah juga mampu membangun

keharmonisan dilingkungan kerja dan membangkitkan semangat bagi setiap

guru dalam mengajar. Jika semua kondisi diatas terpenuhi bukan suatu hal

95
mustahil sekolah mampu mencapai tujuannya yaitu menciptakan generasi

bangsa yang berkualitas.

4.4.1. Pembahasan Verifikatif

Berikut ini akan diuraikan pembahasan analisis verfikatif sesuai dengan

hipotesis yang diajukan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh Kompetensi manajerial terhadap kinerja guru

Kompetensi manajerial terhadap kinerja guru didapat bahwa Nilai t hitung

untuk variabel kompetensi manajerial (1,703) lebih besar dibandingkan dengan

nilai t tabel (1,663). berdasarkan hasil yang diperoleh H 0 ditolak atau H 1 diterima

ini berarti variabel kompetensi manajerial memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja guru. Semakin tinggi kompetensi manajerial yang

dimiliki kepala sekolah maka akan meningkat pula kinerja guru yang dipimpin.

Menurut Crudy yang dikutip Atmodiwirio, bahwa “Kemampuan

manajerial adalah kemampuan untuk memanaj sekolah, mengorganisasikan orang

dan sumber, mempergunakan tenaga-tenaga yang baik dan tekhnik kehumasan

yang baik, memanfaatkan komunikasi yang efektif dalam menghadapi beraneka

macam subjek yang berkepentingan, seperti orang tua murid atau siswa dan guru-

guru”. Dengan demikian kompetensi manajerial yang dimiliki kepala sekolah

dapat membantu meningnkatkan kinerja guru dalam mendidik siswa.

2. Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru

Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru didapat Nilai t hitung untuk

variabel guru profesional (12,155) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel

96
(1,663). berdasarkan hasil yang diperoleh H 0 ditolak atau H 1 diterima artinya

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi terhadap kinerja

guru. Motivasi merupakan dorongan dalam hal ini dorongan dari seorang

pemimpin kepada bawahannya untuk dapat bekerja lebih baik lagi dalam

mencapai tujuan bersama.

Motivasi dapat membangkitkan loyalitas guru dalam menjalankan

tugasnya sebagai pendidik, pengajar dan pengayom siswa. Dalam penelitian ini

peneliti masih menemukan beberapa guru yang kurang bersemangat dalam

menjalankan tugasnya disekolah. Hal ini dilihat dari kedisiplinan guru dalam

mengajar yang kurang bersemangat hal ini didukung hasil wawancara dari kepala

sekolah yang jarang memberikan motivasi kepada guru-gurunya.

3. Pengaruh kompetensi manajerial dan motivasi secara bersama-sama terhadap

kinerja guru.

Kompetensi manajerial dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja guru di kecamatan tanah jawa hal ini dilihat berdasarkan hasil

yang diperoleh dari pengujian koefisien determinasi (R square) sebesar sebesar

0,774 yang berarti bahwa hubungan antara kompetensi manajerial dan motivasi

terhadap kinerja guru di kecamatan Tanah Jawa mempunyai pengaruh yang kuat

sebesar 77,4%, dikatakan kuat karena nilai persentase tersebut berada diatas 50%.

Menurut Ridhailah (2012) R2Menurut Ridhailah (2012) R2 digunakan bila

hanya menggunakan satu variabel independen, apabila menggunakan lebih dari

satu variabel independen maka digunakan adjusted R Square . Adjusted(Rsquare )

= 0,774. Artinya bahwa kinerja guru di kecamatan tanah jawa dapat dijelaskan

97
oleh kompetensi manajerial dan motivasi sebesar 77,4% sedangkan sisanya

sebesar 22,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

permodelan.

Kompetensi manajerial berpengaruh besar terhadap kienerja guru di

kecamatan tanah jawa hal ini dikarenakan komepetensi manajerial merupakan

salah satu komeptensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam

menjalankan tugasnya. Dengan dikuasainya kompetensi manajerial oleh kepala

sekolah diharapkan dapat mendongkrak kinerja guru demi mencapai tujuan dari

sekolah tersebut.

Motivasi juga memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan kinerja

guru. Motivasi merupakan hal penting yang dapat mendongkrak semangat gruu

dalam menjalankan tugasnya. Motivasi juga dapat membangun serta menciptkan

suasana harmonis dilingkungan kerja. Dengan terciptnya suasana harmonis

dilingkunngan kerja maka akan tercipta juga kenyamanan guru dalam

melaksanakan tugasnya sehingga guru-guru dapat bekerja dengan maksimal.

98
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dirumuskan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh Variabel kompetensi manajerial (X1) terhadap Kinerja Guru (Y)

Bedasarkan hasil uji T (Parsial) didapat nilai T hitung variabel kompetensi

manajerial (X1) sebesar 1,703 dan Ttabel sebesar 1,663 berarti Thitung >

Ttabel yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh

yang positif antara variabel komepetensi manajerial (X 1) terhadap variabel

kinerja guru(Y).

2. Pengaruh Variabel motivasi (X2) terhadap kinerjaguru (Y)

Bedasarkan hasil uji T (Parsial) didapat nilai Thitung variabel kreativitas guru

(X2) sebesar 12,155 dan Ttabel sebesar 1,663 berarti Thitung > Ttabel yang

99
berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel Kompetensi mnajerial (X 2) terhadap variabel

penyampaian kinerja guru(Y).

3. Pengaruh variabel kompetensi manajerial (X1) dan motivasi (X2) secara

bersama-sama terhadap Variabel kinerja guru (Y).

Berdasarkan hasil pengujian signifikan persamaan regresi linear berganda

diperoleh Fhitung = 143,162 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%

α=5%. Df1 (jumlah variabel – 1) atau 3-1= 2, dan df2 (n-k-1) atau 84-2-1= 81

diperoleh Fhitung = 143,162, sedangkan Ftabel = 3,017. Karena Fhitung > Ftabel,

berarti ada pengaruh yang signifikan dan positif antara kompetensi manajerial

dan motivasi terhadap kinerja guru.

4. Koefisien determinasi R2 sebesar 0,774 atau 77,4% yang berarti bahwa

sebesar 77,4% variabel kinerja guru dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi

manajerial dan motivasi.

5. Nilai sig. Variabel kompetensi manajerial adalah 0,042 lebih kecil dari 0,05

maka dari itu hipotesis diterima yang artinya variabel komepetensi manajerial

memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Dan variabel motivasi

memiliki nilai sig. 0,000 lebih kecil 0,05, maka dari itu hipotesis diterima

yang artinya motivasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Hal

ini berarti bahwa kinerja guru di kecatana tanah jawa sangat diperngaruhi oleh

komeptensi manajerial dan motivasi yang dimiliki serta diberikan kepala

sekolah.

5.2. Saran

100
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas maka peneliti

memberikan beberapa saran sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

Ade Mulyani. (2012). Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru
terhadap Pembelajaran SMK. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar,
Vol.XIV, No.1 April 2012. Dari Situs World Wide.

Suharsimi Arikunto, 2010.Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta. Dari situs


world wide.

Dedi Rohandi, Gigin Gantini Putri.(2011). Pengaruh Kompetensi Guru Mata


Pelajaran TIK terhadap Motivasi dan Haisl Belajar Siswa.Jurnal Mimbar
Pendidikan Dasar.Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011.

Dian Prihatni,(2011). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan


Kepuasan Kerja Guru terhadap mutu sekolah (studi Analisis deskriptif
pada SMAN di Kabupaten Sumedang). Jurnal Mimbar Pendidikan
Dasar, Vol. 9, No. 19, Jan. 2011.

Dian Rosdiana, (2013). Pengaruh Kompetensi Guru dan Komitmen Mengajar


terhadap efektifitas Proses Pembelajaran Serta Implikasinya Pada hasil
Belajar Siswa dalam Mata pelajaran Ekonomi.Jurnal Mimbar Pendidikan
Dasar, Vol. 13, No. 2, Oktober 2013.

Ghozali Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, edisi
keempat. Semarang:Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

101
M. Dahlan Al Barry, 2001, Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Arloka. 1994:329. Dari situs world wide.

Mulyasa. 2012. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. 2012. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mulyasa. (2007).Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Mulyasana Dedy (2007). Pendidikan bermutu dan berdaya saing. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Mulyasana Dedy,(2011). Pendidikan bermutu dan berdaya saing. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Nurdin, Muhammad (2011), Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Remaja


Rosdakarya

Undang-undang No.14 tahun 2005, Pasal 4 tentang Guru dan Dosen

102

Anda mungkin juga menyukai