Anda di halaman 1dari 27

PERAN SUPERVISI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN PEDAGOGIK GURU


DI SMA NEGERI 13 BONE

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan yang
diampu oleh Bapak Fajri Dwiyama S.Pd.I., M.Pd.I. pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam kelompok 1 semester 6

OLEH:

IRMAWATI
862312020001

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian
kemajuan pembangunan. Melalui penciptaan Sumber Daya Manusia unggul dan
berkualitas, pendidikan diyakini akan memberikan konstribusi positif bagi
kemajuan dan pembangunan, baik pembangunan jangka pendek, jangka
menengah, maupun jangka panjang.
Sekolah sebagai salah satu sarana vital dalam pengembangan sumber daya
manusia dan erupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan dan membentuk
manusia terampil dibidangnya. Perwujudan manusia berkualitas menjadi tanggung
jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek
yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif,
mandiri, dan profesionalisme pada bidangnya masing-masing. Upaya peningkatan
kualitas pendidikkan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun
secara inovatif.
Sekolah yang dikelola dengan baik dari segi pembelajaran, sumber daya
manusia dalam hal ini pendidik serta manajemennnya maka sekolah akan
menghasilkan output yang berkualitas yang mampu bersaing yang lebih besar
tantangannya dan lebih komplek. Sedangkan sekolah yang manajemennya kurang
baik, tenetunya tidak akan mampu menghasikan siswa yang berkualiatas dan
mempunyai daya saing di masyarakat nantinya, di era yang modern ini sekolah
dituntut untuk memilki manajemen yang baik.
Untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas dan sekolah yang memenuhi
kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan, maka sekolah membutuhkan sumber
daya manusia yang professional, sumber daya manusia yang berkualitas yang
dimiliki oleh sekolah hendaknya diberdayakan sehingga bisa memberikan
kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya pendidikan yang efektif.
Kepala sekolah sebagai seorang manajer sudah semestinya mengoptimalkan mutu
manajerialnya guna memenuhi harapan pelanngan pendidikan yaitu masyarakat.

1
2

Dalam kerjanya sebagai seorang manajer seorang kepala sekolah tentunya tidak
bisa terlepas dari bimbingan seorang supervisor. Kerjasama yang baik antara
Kepala sekolah dan supervisor dalam menjalankan fungsi manajerial yang baik
akan menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas. (Andriani et al., 2022)
Secara bahasa supervisi terdiri atas dua kata, super (atas) dan vision
(melihat). Dengan kata lain supervisi mengandung arti yang atas melihat
kebawah. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan oleh pihak
yang memiliki kedudukan yang lebih atas dari pihak yang di supervisi.
Manajerial merupakan kata sifat dari manajemen yang berarti pengelolaan
sesuatu yang baik. Manajerial berarti bagaimana membuat proses, keputusan dan
menjalankan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Manajerial diartikan
juga sebagai mencari solusi alternative terbaik untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepala sekolah sebagai pegawas harus mampu melaksanakan supervisi
yang bukan sebatas rutinitas, akan tetapi mengedepankan nilai-nilai ilmu dan
kualitas dalam proses pendidikan. Seorang pengawas harus mengetahui apa dan
bagimana supervisi itu, baik secara teoritis maupun penerapannya pada saat di
lapangan. Untuk itu, seorang pengawas juga semestinya akan dituntut memiliki
kompetensi atau kemampuan dan keterampilan yang baik agar tercapai tujuan
supervisi yang diharapkan. (Mudzakar, 2016)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah secara esensial telah mengadopsi garis besar
pelaksanaan supervisi manajerial. Permendiknas tersebut mengatur bagaimana
kegiatan pemantauan, pembinaan, dan penilaian terhadap seluruh aspek yang
berkenanaan dengan kegiatan operasional sekolah, diantaranya dalam mengelola,
mengadministrasikan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang ada di sekolah
sehingga sekolah mampu beroperasi secara efektif dan efesien dalam rangka
mencapai tujuan sekolah, pemenuhan standar pendidikan nasional, peningkatan
mutu, dan pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya.
Kegiatan supervisi manajerial melibatkan kepala sekolah karena kepala
sekolah merupakan tokoh utama yang menerapkan fungsi manajerial di sekolah.
Selain itu kepala sekolah, merupakan pengambil kebijakan di tingkat sekolah
3

sehingga kepala sekolah perlu memahami dengan baik mengenai supervisi


manajerial. Keberhasilan pada sebuah lembaga pendidikan di sekolah sangat
ditentukan oleh kualitas atau peran kepala sekolah. Kepala sekolah harus
memantau, mengamati, mengawasi pada aspek-aspek pengelolaan dan
administrasi sekolah terhadap tenaga kependidikan atau staf bekerja yang
berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya proses pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pelaksanaan supervisi manajerial harus menyusun
perencanaan, pelaksanaan, mengevaluasi dan menindaklanjuti dalam supervisi
tersebut. Kepala sekolah harus menerapkan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat, dan kepala sekolah juga harus melaksanakan program-program kegiatan
supervisi sesuai dengan metode dan ruang lingkupnya.
untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, kualitas guru harus
ditingkatkan terlebih dahulu salah satunya dengan meningkatkan kompetensi
pedagogik guru. Jika ingin meningkatkan kompetensi lulusan maka
kualitas guru dalam proses belajar mengajar harus ditingkatkan (Guerriero,
2013: 2). Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia,
maka kualitas guru harus ditingkatkan,salah satunya dengan meningkatkan
kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik guru penting untuk ditingkatkan, karena
kompetensi pedagogik guru akan meningkatkan kompetensi profesionalisme
guru dalam mengajar, karena dengan memiliki kompetensi pedagogik, maka
guru memiliki kemampuan dalam mengatur materi pembelajaran yang akan
disampaikan dengan baik kepada murid-muridnya dengan berbagai teknik
( Rahman, 2014 : 79)
Menurut Panda (2012:34) kompetensi pedagogik guru merupakan
kemampuan dan keinginan untuksecara regular menerapkan sikap, pengetahuan,
dan keahlian-keahlian untuk mempromosikan pembelajaran dari guru dan
murid. (Rohmatika, 2016)

Berdasarkan Observasi awal peneliti masih banyak guru yang sering


datang terlambat, masih banyak guru yang belum mampu mengelola pembelajaran
4

secara maksimal, hal ini memperlihatkan perlunya peningkatan kompetensi


pedagogik guru agar proses pembelajaran di SMA NEGERI 13 BONE dapat
tercapai dengan baik. Untuk dapat meningkatkan kemampuan kompetensi
pedagogik guru maka diperlukan peran kepala sekolah sebagai supervisor. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian dengan mengangkat judul
terkait “Peran Supervisi Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Pedagogik Guru di SMA NEGERI 13 BONE”.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kepala Sekolah Sebagai Supervisi Manajerial
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah yang terdiri dari dua kata yaitu: “kepala”
dan “sekolah”, Kata kepala dapat diartikan “ketua” atau pemimpin dalam
suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah
lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefenisiskan
sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang
memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. (Turisia &
Hidayat, 2021)
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat
didefenisiskan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberikan
tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang
memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Salah satu
kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan bertanggung
jawab dalam menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala
sekolah, yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memperkarsai
pemikiran baru di dalam proses interaksi di likungan sekolah dengan
melakukan perubahan atau penyeseuain tujuan, sasaran, konfigurasi,
prosedur, input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman.
Esensi kepala sekolahan adalah kepemimpinan pengajaran.
Seorang kepala sekolah orang yang benar-benar seorang pemimpin,
seorang innovator. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah
signifikan sebagai kunci keberhasilan sekolah. Selain itu, pengetahuan

5
6

tentang teori kepemipinan merupkan bantuan yang besar di dalam


meningkatkan efektivitas sekolah.
2. Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Pada 17 April 2007, Menteri Pendikan Nasional menerbitkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007, tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Bahwa Untuk diangkat sebagai
kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala
sekolah/madrasah yang berlaku nasional. Standar tersebut terdiri dari
Kualifikasi Umum, kualifikasi khusus, kompetensi managerial,
kompetensi kepribadian, kompetensi kewirausahaan, kompetensi
supervisi dan kompetensi sosial.
Memang hal ini sangatlah normatif sekali, belum tersirat tentang
perspektif ataupu latar belakang motivasi untuk memfilternya sehingga
memunculkan kepala-kepala sekolah yang tinggi dedikasinya. Menjadi
hal yang sangat menarik memang apabila dalam wawancara atau
penyeleksian ada hal-hal yang bisa mengungkap hal tersebut agar kepala
sekolah juga memiliki kemampuan standar yang tidak terlalu berbeda
jauh antara satu dengan yang lain sekaligus sebagai tolok ukur
pendidikan di sekolah yang diembannya.

Pada tahun nggaran 2007, Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia mengeluarkan standar nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Standar tersebut adalah sebabagi
berikut:
a. Kepribadian
1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak
mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas
disekolah/madrasah.
2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. c.
3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah/madrasah.
7

4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.


5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah.
6) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
b. Manajerial
1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan
perencanaan.
2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan
3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah/madrasah secara optimal
4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajaran yang efektif
5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik
6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal
7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal
8) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/ madrasah
9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik
10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional
11) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien
12) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah
8

13) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam


mendukung kegiatan pembelajarandan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah
14) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan
15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah
16) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya
c. Kewirausahaan
1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif
3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah
4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah
5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta
didik
d. Supervisi
1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru
2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru
e. Sosial
9

1) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan


sekolah/madrasah
2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain
3. Pengertian Supervisi Manajerial
Supervisi adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan
kepada guru-guru dan para personalia madrasah lainnya yang langsung
menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar, agar
siswa dapat belajar secara efektif dengan presetasi belajar yang semakin
meningkat. (Krisis & Bangsa, n.d.)
Istilah supervisi sudah lama dikenal dalam pendidikan. Supervisi
sering diidentikkan dengan pengawasan. Syafaruddin (2014) menjelaskan
Secara etimologis istilah supervisi atau dalam bahasa inggris disebut
dengan supervision sering didefinisikan sebagai pengawasan. Secara
morfologis, supervisi terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti atas
atau lebih dan visi mempunyai arti lihat, pandang, tilik atau awasi.
Supervisi atau pengawasan merupakan salah satu bagian aktivitas
pendidikan yang dimaksudkan untuk memberikan arah atau bantuan agar
proses pembelajaran yang berlangsung di suatu organisasi atau lembaga
pendidikan berkualitas. Kualitas tersebut memerlukan dukungan
kepemimpinan kepala sekolah, guru yang mengajar, pegawai tata usaha
yang menjalankan tugas administrasi, siswa yang belajar, maupun
komponen lain yang ikut serta mendukung terlaksananya pembelajaran
pada lembaga pendidikan. Supervisi identik dengan pengawasan.
Terry (2006) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi
apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan
apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil
pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kimball Wiles
yang dikutip oleh Sutisna (1989) menjelaskan supervisi sebagai bantuan
dalam pengembangan situasi mengajar-belajar yang lebih baik. Hal
tersebut merupakan suatu kegiatan supervisi pelayanan yang disediakan
10

untuk membantu para guru menjalankan pekerjaan mereka dengan lebih


baik.
4. Peran Supervisi Manajerial
Peranan supervisor ialah membantu, mendukung, dan membagi,
bukan menyuruh. Wiles menyatakan bahwa supervisi yang baik
hendaknya mengembangkan kepemimpinan di dalam kelompok,
membangun program latihan dalam jabatan untuk meningkatkan
keterampilan guru, dan membantu guru meningkatkan kemampuan
dalam menilai hasil pekerjaannya. (Ike Malaya Sinta, 2019)
Supervisi manajerial adalah usaha pemberian bantuan yang
diberikan oleh pengawas kepada pendidik dan tenaga kependidikan
dalam rangka pembinaan, penilaian dan bimbingan mulai dari rencana
program, proses, sampai dengan evaluasi, hasil dan laporan kegiatan.
Fungsi kedua dari pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas
adalah untuk melihat kesesuaian antara rencana, pelaksanaan, evaluasi
dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang dilakukan Kepala Sekolah
untuk melaksanakan program sekolah. Secara umum, pengawas melihat
program sekolah yang diajukan, pelaksanaan kegiatan, dokumen
kegiatan, dan melakukan evaluasi kegiatan. Setelah dokumen kegiatan
selesai dievaluasi oleh pengawas, maka pengawas akan memberikan
rekomendasi tindak lanjut. Rekomendasi ini digunakan sebagai langkah
untuk mengembangkan manajerial sekolah agar kedepannya mampu
memperbaiki diri (P, 2019).
Supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas terbagi
menjadi tiga kegiatan yang diantaranya kegiatan pemantauan,
pendampingan, dan penilaian. Ketika pengawas datang ke sekolah untuk
memonitoring dan membawa instrumen maka kemudian meminta
sekolah untuk menunjukkan dokumen yang perlu untuk dipantau serta
melakukan wawancara, maka kegiatan tersebut adalah pemantauan.
Namun berbeda halnya dengan pendampingan.
a. Pemantauan
11

Pengawas akan melakukan sosialisasi atau pemantauan untuk


masalah yang umum terjadi di sekolah. Kepala sekolah sebagai
supervisor dapat mmenghimpun informasi dan proses penyelenggaraan
sekolah dibandingkan dengan target yang direncanakan sehingga dapat
diketahui peta keberhasilan dalam kurun waktu tertetu. Tujuan utama
dari pengawasan adalah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu
program, mendapatkan bahan atau masukkan dalam perencanaan tahun
berikutnya, dan memberikan penilaian terhadap sekolah.
b. Pendampingan
Pengawas juga melakukan pendampingan penyusunan evaluasi
diri sekolah dan rencana kegiatan anggaran sekolah dengan memecahkan
masalah bersama serta memeriksa setiap persiapan guru mengajar,
mengomentari persiapan mengajar yang dibuat oleh guru. Adanya peran
supervisi manajerial dalam meningkatkan proses pembelajaran menjadi
mutu penting dalam pendidikan.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian terbagi menjadi dua jenis yakni Penilaian
Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG).
Pertama, kegiatan PKKS. Pengawas akan melakukan pengkajian
dokumen lalu mewawancarai kepala sekolah sesuai data yang diperlukan.
Kedua, kegiatan PKG. Mula-mula pengawas akan melakukan
wawancara, melakukan observasi ke kelas, dan melakukan pengamatan
selama 80 menit. Disamping dikaji dokumen yang menyertai
tugastugasnya sebagai guru, kegiatan yang menjadi fokus utama adalah
menilai kemampuan mengajar guru dan menguji para siswa tentang
penguasaan pelajaran yang menjadi tanggung jawab guru tersebut.
Adanya kegiatan tersebut membantu pengawas memantau dan
mengontrol kinerja Kepala Sekolah. (P, 2019).
B. Padagogik Guru
1. Pengertian Pedagogik Guru
12

Pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan


penguasaan teoritis dan praktis dalam pembelajaran, seperti kemampuan
mengelola pembelajaran, perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik juga sering
dimaknai sebagai kemampuan dalam mengelola pembelajaran, yang
mencakup tentang konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan melalui
penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar. (Jajat Sudrajat,
2020).
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti
moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa
seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsipprinsip
belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya di kelas dan harus mampu
melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. (Andina, 2018).
2. Indikator Kompetensi Pedagogik, Yakni:
a. Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan. Pendidik
memiliki latar belakang pendidikan keilmuan keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), pendidik
seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan
dengan subjek yang dibina. Selain itu, pendidik memiliki
pengetahuan dan pengalaman penyelenggaran pembelajaran di
kelas, memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan mata pelajaran, melakukan penelitian tindakan
kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara autentik
kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan
13

ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan


yang diakreditasi pemerintah.
b. Pemahaman Terhadap Peserta Didik. Pendidik memiliki pemahaman akan
psikilogi perkembangan anak sehingga mengetahui dengan benar
pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Pendidik dapat
membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami
anak. Selain itu, pendidik memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap
latar belakang pribadi anak sehingga dapat mengidentifikasi permasalahan
yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
c. Pengembangan Kurikulum/Silabus. Pendidik memiliki kemampuan
mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan
kondisi spesifik lingkungan sekolah. Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Kompetensi yang dilakukan
oleh guru dalam bentuk prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,
menentukan tujuan pembelajaran, menentukan pengalaman belajar yang
sesuai tujuan pembelajaran.
d. Perancangan Pembelajaran. Pendidik merencanakan sistem pembelajaran
yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran
dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk
antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang
direncanakan. Kemampuan merancang pembelajaran yang mendidik
ditunjukkan melalui pemahaman prinsip-prinsip perancangan
pembelajaran yang mendidik, mengembangkan komponen-komponen
rancangan pembelajaran.
e. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis. Pendidik
menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruangan yang luas bagi anak untuk dapat
mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
dikembangkan.
f. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran. Dalam menyelenggarakan
pembelajaran, pendidik menggunakan teknologi sebagai media.
14

Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan


menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi
dengan menggunakan teknologi.
g. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Pendidik memiliki kemampuan untuk
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respons
anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan.
h. Pengembangan Peserta Didik Untuk Mengaktualisasikan Berbagai Potensi
yang Dimilikinya. Pendidik memiliki kemampuan untuk membimbing
anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan
melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
C. Kerangka Pikir

Supervisi
Manajerial
Kepala

Pemantauan Pendampin Penilaian


gan

Pedagogik Guru

SMAN 13
BONE
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah sebagai lawannya sebagai eksperimen, dimana peneliti merupakan
eksperimen kunci dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih
menekankan makna daripada generalitas yaitu proses penalaran yang bertolak dari
individu menuju kumpulan umum.
B. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. penelitian
deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu rumusan masalah yang memandu penelitian
untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam (Radinal, 2017). Pendekatan kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Aziza, 2017). Proses
penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan
digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya
diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengelolahan data untuk
memberi kan penjelasan dan argumentasi. Penelitian kualitatif informasi yang
dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat
peneliti sendiri.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA 2 Bone, Kecamatan
Mare, Kabupaten Bone. Tempat penelitian ini didasarkan oleh pertimbangan jarak
tempat tinggal peneliti yang relatif tidak jauh, menghemat biaya, peneliti
mengenal situasi dan kondisi Madrasah serta pertimbangan kemudahan dalam
memperoleh data sehingga peneliti lebih dapat memfokuskan pada masalah yang
diteliti.
Waktu penelitian berlangsung pada semester genap (6) tahun ajaran
2023/2024.

15
16

D. Fokus Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang, maka fokus penelitiannya yaitu:
1. Peran supervisi kepala sekolah.
2. Meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
E. Sumber Data
1. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah responden dalam hal ini
bapak yang dapat memberikan informasi dan data yang dibutuhkan yang
berkaitan dengan membangun iklim organisasi melalui peran kepala
sekolah.
2. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari dokumentasi
tempat penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data berdasarkan pengamatan
situasi yang wajar (alamiah), sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau
dimanipulasi. Peneliti yang memulai atau memasuki lapangan berhubungan
langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya. Oleh karena itu peneliti
harus terjun langsung dilapangan untuk mendapatkan hasil dari wawancara yang
dapat didokumentasikan melalui tertulis, hasil rekaman ataupun dalam bentuk
video (Luthfiyah, 2020).
1. Observasi
Yaitu catatan untuk mengamati secara langsung dengan sumber
informasi tentang objek penelitian, keadaan guru dan keadaan siswa.
2. Wawancara
Yaitu catatan pertanyaan dalam bentuk daftar pertanyaan dan tidak
dibarengi dengan sejumlah pilihan jawaban.
3. Dokumentasi
Yaitu catatan keterangan atau kondisi objektif lokasi penelitian dan
sampel yang diteliti dengan mencatat semua data secara langsung dari
referensi yang membahas tentang objek penelitian.
G. Instrumen Pengumpulan Data
17

Insturmen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam


mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Instrumen yang digunakan peneliti adalah pedoman observasi dan pedoman
wawancara (Suharsimi Arikunto, 2014).
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi merupakan proses pemeriksaan dokumen dapat
memberi informasi secara tepat dan akurat, maka diperlukan pedoman atau
panduan yang akan mengarahkan pemeriksa terhadap aspek yang perlu
dilakukan secara sistematis (Luthfiyah, 2020). Pedoman observasi dilakukan
dengan terjun langsung ke lapangan yang tujuannya adalah untuk
mengumpulkan data dengan cara menayakan sendiri kepada objek yang sedang
di teliti.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan pedoman peneliti dalam
mewawancarai subjek untukmenggali informaso sebanyak-banyaknya tentang
apa, mengapa, dan bagaimana yang berkaitan dengan permasalahan yang
diberikan. Pedoman ini merupakan garis besar pertanyaan-pertanyaa peneliti
yang akan diajukan kepada subjek penelitian (Samsu, 2017).
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan dan
transkip wawancara (Samsu, 2017).
H. Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan
dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif .
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data
yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan confirmabilitas.
18

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan


sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan, yaitu:
1. Uji kredibilitas
Uji kredibilitas atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang
disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan
sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat dapat meningkatkan kreadibilitas/
kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.
Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan
sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling
timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak
dan lengkap. Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh.
Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak,
ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data
yang telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/ benar berarti
kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.
b. Meningkatkan Kecermatan dalam Penelitian
Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan
maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau
direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan
salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah
dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan
cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan
dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang
telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin
19

cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat
akan smakin berkualitas.
c. Triangulasi
Wiliam Wiersma mengatakan triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
d. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan,
berarti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data
yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah temuannya
e. Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto
atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya
f. Mengadakan Membercheck
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi
tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
sumber data atau informan (Sugiyono, 2013).
2. Transferabilitas
Merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Pertanyaan yang
berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih dapat diterapkan/dipakai
dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si
pemakai, sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks yang
20

berbeda di situasi sosial yang berbeda validitas nilai transfer masih dapat
dipertanggungjawabkan (Sugiyono, 2013).
3. Dependabilitas
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila
penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama
akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability dilakukan
dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan
cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen mengaudit
keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah,
terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil
pengamatan.
4. Confirmabilitas
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability
penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability
berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah
dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability. Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda
antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya
pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat
dipertanggungjawabkan (Sugiyono, 2013).
I. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun atau mengola data agar dapat
ditafsirkan lebih baik. Analisis data dapat juga dimaksudkan untuk menemukan
unsur-unsur atau bagian-bagian yang barisikan kategori yang lebih kecil dari data
21

penelitian. Data yang baru didapat terdiri dari catatan lapangan yanng diperoleh
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi (Firman, 2015).
Untuk itu data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan
data kualtatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data dilakukan peneliti agar memudahkan peneliti dalam
membuat sebuah kesimpulan. Reduksi data yang dilakukan peneliti dimulai
dengan mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian yang
bersumber dari catatan maupun data-data yang telah diperoleh dari
lapangan.
2. Penyajian data
Penyajian data yang dilakukan peneliti yaitu dengan melampirkan
penelitian dengan menyajikan data dalam bentuk-bentuk tabel, gambar
maupun bentuk bagan. Penyajian data ini dilakukan peneliti agar seluruh
data dan informasi yang ditemukan di lapangan dapat tersusun dengan
sistematis, dan peneliti akan lebih mudah memahami hasil penelitian
sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul, maka proses penelitian selanjutnya adalah
pemerikasaan kesimpulan verifikasi. Penarikan kesimpulan yang dilakukan
peneliti memiliki dua tahapan. Pada tahap pertama bersifat longgar, yaitu
peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara umum namu terperinci. Pada
tahap kedua peneliti menarik kesimpulan final, yaitu menyimpulkan hasil
penelitian yang masih dalam bentuk umum sehingga akan ditemukan sebuah
kesimpulan hasil penelitian yang utuh dan dapat dipahami.
KISI-KISI INSTRUMEN

Variabel Dimensi Indikator


Kepala Sekolah Pemantauan a. Mengetahui tingkat
Sebagai Supervisi keterlaksanaan program
22

b. Memberikan masukan dalam


perencanaan tahunan
c. Memberikan penilaian
terhadap sekolah
Perdampingan a. Melakukan pendampingan
penyusunan evaluasi sekolah
b. Memberikan solusi jika
terjadi masalah.
c. Memeriksa persiapan guru
mengajar.
d. Mengomentari persiapan
mengajar guru
Penilaian a. Melakukan wawancara.
b. Melakukan observasi kelas.
c. Menilai kemampuan
mengajar guru.
d. Menguji para siswa tentang
penguasaan pengajaran yang
menjadi tanggung jawab
guru.
Kompetensi Pemahaman wawasan a. Mampu memanfaatkan hasil
Pedagogik atau landasan refleksi untuk perbaikan dan
kependidikan pengembangan mata pelajaran.
b. Mampu melakukan penelitian
tindakan kelas
Pemahaman terhadap a. Memiliki pemahaman akan
peserta didik psikologi perkembangan
anak.
b. Membantu anak melewati
masa-masa sulit.
c. Dapat menentukan
23

permasalahan yang dihadapi


anak.
d. Menemukan solusi dan
pendekatan yang tepat
Pengembangan a. Membentuk prinsip-prinsip
kurikulum/Silabus pengembangan kurikulum
b. Menentukan tujuan
pembelajaran
c. Menentukan pengalaman
belajar yang sesuai tujuan
pembelajaran
Perancangan a. Merencanakan sistem
pembelajaran pembelajaran
b. Mengembangkan komponen-
komponen rancangan
pembelajaran
Pelaksanaan a. Menciptakan situasi belajar
pembelajaran yang anak yang kreatif.
mendidik dan b. Memberikan ruangan yang
dialogis luas bagi anak untuk dapat
mengekspor potensi dan
kemampuannya sehingga
dapat dilatih dan
dikembangkan.
Pemanfaatan a. Menyelenggarakan
teknologi pembelajaran.
pembelajaran b. Menggunakan teknologi
sebagai media.
c. Menyediakan bahan ajar
Evaluasi proses dan a. Memiliki kemampuan
hasil belajar mengevaluasi pembelajaran
24

b. Mampu merancang
program remedial untuk
pengayaan dalam evaluasi
hasil belajar
Pengembangan a. Memiliki kemampuan
peserta didik membimbing anak
b. Menyediakan berbagai
kegiatan pembelajaran
untuk pengembangan
peserta didik
DAFTAR RUJUKAN

Andriani, D., Nisa, F., & Azizah, N. (2022). Supervisi Manajerial Dan Peran
Supervisor Dalam Peningkatan Kualitas Akademik Dan Kelembagaan
Pendidikan Islam. Mindset: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
1(September), 98–106. https://doi.org/10.58561/mindset.v1i2.48

Aziza, N. (2017). Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian. Metode Penelitian


Kualitatif, 17, 45–54.

Firman. (2015). Analisis Data Dalam Kualitatif. Article, 4, 1–13.

Ike Malaya Sinta. (2019). Jurnal Islamic Education Manajemen. Jurnal Islamic
Education Manajemen, 4(1), 77–92.
https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.5294

Krisis, M., & Bangsa, K. (n.d.). No Title.

Luthfiyah, F. (2020). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian


Kualitatif). In Bandung: Rosda Karya.

Mudzakar, D. (2016). Implementasi Supervisi Manajemen dan Akademik


Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam
Madrasah Ibtidaiyah. Studia Didkatika, Vol.10 No.(2), 33–47.

P, A. A. (2019). Pengembangan minat belajar dalam pembelajaran. III(36), 205–


215.

Radinal, W. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia di Yayasan Baitul Jannah


Bandar Lampung. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 66.

Rohmatika, R. V. (2016). Urgensi Supervisi Manajerial Untuk Peningkatan


Kinerja Sekolah. Ijtimaiyya, 9(1), 1–20.

Samsu. (2017). Metode Penelitian Metode Penelitian. Metode Penelitian


Kualitatif, 17, 43.

25
26

Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (19th


ed.). Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2014). Suharsimi Arikunto. Suharsimi Arikunto, 198(198),


48–80.

Turisia, A., & Hidayat, R. (2021). EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN


Pengaruh Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Minat
Belajar Siswa di Sekolah Dasar. 3(4), 1985–1997.

Anda mungkin juga menyukai