Anda di halaman 1dari 53

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran Kepala Sekolah

Kepala Sekolah merupakan seorang pemimpin daam suatu organisasi yang

disebut sekolah. Kepemimpinan seorang kepala sekolah dapat menjadi suatu tolak

ukur bagi sekolah tersebut termasuk bonafide atau bahkan tidak bonafide.

Kepemimpinannya tidak hanya mengendalikan keahlian dalam memegang tanggung

jawab saja, melainkan juga harus cermat dalam memilih dan menempatkan seorang

pada tugasnya sesuai dengan keahlian yang dimiliki masing-masing agar kegiatan

belajar mengajar dapat terlakasana dengan lancar (Saifuddin, 2014: 1)

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah.

Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk membimbing para guru,

pegawai tata usaha, dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, tugas kepala sekolah

tidak hanya itu, melainkan juga mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan

orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada

kebijakan yang diterapkan oleh kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.

Dalam melasanakan fungsinya sebagai pemimpin orgnisasi pendidikan di

sekolah, kepala sekolah harus memiliki berbagai persyaratan agar ia dapat

menjalankan tugasnya dengan baik. Masing-masing persyaratan ini saling berkaitan

antara yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya memiliki ijazah, kemampuan

mengajar, kepribadian yang baik, serta pengalaman kerja. Dalam proses


12

pembelajaranpun tidak lepas dari peranan seorang kepala sekolah agar proses

kegiatan belajar mengajar tetap berjalan dengan lancer.

Jadi, kepala sekolah dapat didefinisikan yaitu seorang yang memegang

kepemimpinan dilembaga pendidikan dan berusaha mempengaruhi, memotivasi,

mengarahkan anggota dalam organisasi. Dalam perannya sebagai pemimpin, kepala

sekolah menjadi teladan bagi warga sekolah dan mampu mengerakkan warga sekolah

dalam bekerja sama mencapai tujuan pendidikan. Dan untuk meningkatkan kualitas

ouput yang dihasilkan dari proses pembelajaran disekolah, kepala sekolah melakukan

perannya dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif.

Menurut Syamsir Torang (2013; 86) peran merupakan aktivitas yang

diperankan oleh seseorang dalam organisasi yang juga dapat diartikan sebagai

kedudukan seseorang dalam organisasi. Berdasarkan arti kata tersebut dapat peneliti

jelaskan bahwasanya peran merupakan bagian tugas yang dibebankan kepada

seseorang.

Secara etimologis kepala sekolah adalah guru yang memimpin sekolah.

Berarti secara terminology kepala sekolah diartikan sebagai tenaga fungsional guru

yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara

guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat

besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat

kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasan


13

kerja yang kondusif dan menyenangkan, perkembangan mutu profesional diantara

para guru banyak ditentukan kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Dalam satuan

pendidikan, kepala sekolah menduduki dua jabatan penting untuk bisa menjamin

kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh perundang-

undangan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara

keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di

sekolahnya (Anwar, 2015:69).

Menurut Saifuddin (2014:11-12) yang menyatakan bahwa kepala sekolah

memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus

memiliki jiwa kepemimpinan untuk membimbing para guru, pegawai tata usaha, dan

pegawai sekolah yang lainnya. Dalam hal ini, tugas kepala sekolah tidak hanya itu,

melainkan juga mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa.

Tercapai tidaknya tujuan sekolah terhadap seluruh personal sekolah.

Menurut Kristiawan, dkk (2017: 22-23) secara garis besar pemimpin

pendidikan memiliki tiga peran utama, yaitu sebagai berikut:

1. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah merupakan kunci dalam membentuk kultur sekolah. Kepala

sekolah harus membentuk budaya positif, dimana staf berbagi pengertian,

dan memiliki dedikasi untuk peningkatan sekolah dan pengajaran.

b. Kepala sekolah harus dapat menjalin hubungan dengan kelompok internal

dan eksternal. Kelompok internal seperti 1) pengawas dan pengelola

pendidikan pusat; 2) dewan sekolah; 3) teman sejawat; 4) orang tua; 5)


14

masyarakat sekitar; 6) guru; dan 7) siswa. Sedangkan kelompok eksternal

yaitu profesor, konsultan, badan akreditasi, dan sebagainya.

2. Peran Manajerial Kepala Sekolah

a. Peran manajer merupakan aspek utama kepemimpinan kepala sekolah.

Keterampilan manajerial yaitu: 1) teknis/ technical; 2) manusia/human,

keterampilan hubungan antara manusia, memotivasi dan membangun

moral; dan 3) konseptual/ conceptual, menekankan pada pengetahuan dan

teknis terkait jasa atau produk tentang organisasi.

b. Secara umum, kepala sekolah harus memimpin dari pusat (lead from the

centre), demokratis, mendelegasikan tanggung jawab, memberi kuasa

dalam pengambilan keputusan, dan mengembangkan usaha elaboratif yang

mengikat siswa, guru dan orang tua. Hal tersebut mengandung arti bahwa

pemimpin dalam segala hal hendaknya ada di tengah komponen organisasi.

c. Kepemimpinan untuk kepala sekolah yaitu: 1) kepemimpinan struktural; 2)

kepemimpinan fasilitatif; 3) kepemimpinan yang mendukung; dan 4)

kepemimpinan partisipatif. Semua faktor tersebut menekankan

keterampilan manajerial dan administrasi. Keberhasilan kepala sekolah

adalah dapat memodifikasi atau menyesuaikan empat faktor kepemimpinan

sesuai kebutuhan sekolah.

3. Peran Kurikulum Pengajaran Kepala Sekolah

Bidang kurikulum pengajaran hendaknya menjadi prioritas kerja utama kepala

sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Ada


15

enam peran kepala sekolah di bidang kurikulum pengajaran, yaitu: 1)

menjamin kualitas pengajaran; 2) mengawasi dan mengevaluasi pengajaran;

3) mengalokasi dan melindungi waktu pengajaran; 4) mengoordinasi

kurikulum; 5) memastikan isi mata pelajaran tersampaikan; 6) monitoring

kemajuan siswa. Enam peran tersebut menggambarkan suatu contoh kepala

sekolah efektif.

Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan zaman, maka kepala sekolah memiliki tujuh peran yaitu:

sebagai Edukator; manajer; administrator; supervisor; leader; innovator;

motivator (EMASLIM), Mulyasa (2017;98)

Sesuai dengan perannya, kepala sekolah memiliki fungsi diantaranya sebagi

berikut:

1. Sebagai evaluator disekolah, baik evaluasi terhadap guru, staf tata usaha

maupun siswa .

2. Sebagai pemimpin disekolah tidak hanya sebagai pemimpin bagi guru-guru

saja, namun juga bagi staf dan para siswanya.

3. Sebagai supervisor yang melakukan pembinaan kepada guru, staf dan

karyawan yang sebelumnya seorang kepala sekolah mampu membina

dirinya sendiri.

4. Fungsi sebagai manajer ini tak lepas dari tujuan yang akan dicapai seorang

kepala sekolah.
16

5. Sebagai administrator, maka seorang kepala sekolah haruslah dapat

mengendalikan sekolah. Pengendalian tersebut diantaranya harus dapat

membagi tugas sesuai keahlian yang dibutuhan tugas tersebut.

6. Sebagai motivator agar pegawai-pegawainya bersemangat dalam

menjalankan tugasnya yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dari

pendidikan tersebut.

B. Peran Kepala Sekolah sebagai manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerjasama yang kooparatif, memberikan kesempatan kepada

tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan

seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah. (Mulyasa, 2017: 103-104). Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat

diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi dimana

didalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi

tempat untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumber daya manusia,

memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Wahjosumidjo, 2011: 94).

Kepala sekolah sebagai manajer, miliki tanggung jawab memimpin dan

memikul tanggung-jawab penuh dalam organisasi. Oleh karena itu, kehidupan suatu

organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang kepala sekolah sebagai manajer.
17

Keberhasilan masyarakat atau bangsa ditentukan oleh keberhasilan seluruh organisasi

yang terdapat dalam kehidupan masyarakat atau bangsa itu. sedang keberhasilan

organisasi ditentukan oleh keberhasilan para manajer guna mencapai tujuan

organisasi itu. Menurut Peters dan Waterman dalam bukunya Marno dan Suprayitno

mengatakan bahwa apa yang membuat manajer efektif, bukanlah strategi intelektual

yang cemerlang, akan tetapi ketaatan pada dasar, yaitu: kerja keras, mengerjakan

sesuatu secara sederhana, bertindak cepat, berinteraksi dengan pelanggan,

menghargai karyawan dan memepertahankan arti suatu misi (Marno dan Supriyatno,

2013: 49-51).

Sekolah memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam melaksanakan

tugas dan perannya agar dapat memberikan kontribusi optimal dalam upaya

meningkatkan kinerja sekolah sehingga kepala sekolah dapat memberi sumbangan

yang makin meningkat bagi pencapaian tujuan. Meningkatnya kinerja para guru akan

berdampak pada semakin baiknya kinerja sekolah dalam menjalankan perannya di

masyarakat.

Kepala sekolah sebagai manajer dalam konsep ini berarti kemampuan dan

keahlian kepala sekolah untuk mengelola dan mengatur berjalannya seluruh kegiatan

sekolah dengan segala wewenang dan tanggung jawabnya. Sejalan dengan hal itu,

kepala sekolah tetap harus melakukan koordinasi dengan para stakeholders internal

maupun eksternal sekolah supaya organisasi tersebut dapat berjalan secara efektif dan

efisien sesuai tujuan yang telah disepakati bersama.


18

1. Fungsi Perencanaan

Kepala Sekolah harus mampu melaksanakan perencanaan.

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai penentuan terlebih dahulu apa yang

harus dikerjakan, kapan dikerjakan, dan siapa yang mengerjakannya. Dalam

perencanaan terlibat pengambilan keputusan oleh kepala sekolah. Karena itu

perencanaan dapat dilihat sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan

penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan. Rencana yang baik akan

merumuskan tujuan dan sasaran apa yang ingin dicapai oleh sekolah.

Penentuan tujuan atau sasaran penting bagi sekolah karena:

a. tujuan atau sasaran bersifat memberikan arah bagi perencanaan

pengelolaan sekolah;

b. dengan adanya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan oleh sekolah,

maka akan memotivasi guru, staf, dan pegawai lainnya untuk bekerja

dengan optimal;

c. tujuan atau sasaran akan memfokuskan usaha yang akan dicapai oleh

sekolah;

d. sebagaimana disadari bahwa keberadaan sumber daya umumnya

adalah terbatas. Dengan adanya tujuan atau sasaran, dapat

memprioritaskan pengalokasian sumber daya untuk tujuan atau sasaran

yang telah ditetapkan oleh sekolah;


19

e. tujuan atau sasaran menjadi pedoman bagi penyusunan rencana

strategis maupun rencana operasional sekolah serta pemilihan

alternatif keputusannya;

f. tujuan atau sasaran membantu mengevaluasi kemajuan yang ingin

dicapai oleh sekolah, sehingga menjadi pedoman bagi penyusunan

langkah strategis. Ini berarti bahwa tujuan atau sasaran yang ingin

dicapai oleh sekolah bisa dipakai sebagai stbapak/iburdisasi.

Tanpa perencanaan, kepala sekolah tidak dapat mengetahui bagaimana

cara untuk mengorganisasikan guru, staf, pegawai, dan sumber daya lainnya

yang dimiliki oleh sekolah. Tanpa perencanaan, kepala sekolah, guru, staf,

dan pegawai lainnya mempunyai peluang kecil untuk mencapai sasaran atau

mengetahui adanya penyimpangan secara dini. Sekolah yang baik adalah

sekolah yang memiliki dua pengorganisasian oleh kepala sekolah ditujukan

untuk mengelompokkan kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya yang dimiliki sekolah agar pelaksanaan suatu rencana dapat dicapai

secara efektif dan efisien.

2. Fungsi pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses manajerial yang berkelanjutan dan perlu

disesuaikan dengan berbagai perubahan aktual yang terjadi. Oleh karena itu,

kepala sekolah harus mampu menyesuaikan strategi yang telah disusunnya

sehingga tujuan yang telah ditetapkan sekolah dapat dicapai secara efektif dan

efisien.
20

Fungsi pengorganisasian perlu diciptakan untuk mewujudkan struktur

organisasi sekolah yang efektif dan efisien, uraian tugas tiap bidang di

sekolah, wewenang dan tanggung jawab yang jelas, serta penentuan sumber

daya manusia dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan. Kegiatan yang

dilaksanakan antara lain mencakup dua macam rencana, yaitu rencana

strategis dan rencana operasional. Rencana strategis didesain oleh kepala

sekolah serta para wakilnya, dengan melibatkan pengawas sekolah dan

menentukan sasaran secara lebih luas. kepala sekolah sebagai top management

di sekolah baik dalam bidang program pembelajaran dan kurikulum,

kepegawaian, kesiswaan, keuangan, fasilitas, maupun perlengkapan yang

dibutuhkan oleh sekolah (Karwati dan Priansa, 2016: 143-144). Sedang

rencana operasional adalah rencana implementasi dari renacana strategis.

Fungsi Pengorganisasian

a. menetapkan tugas yang harus dikerjakan

b. siapa yang mengerjakan;

c. bagaimana tugas itu dikelompokkan;

d. siapa melapor ke siapa

e. di mana keputusan itu harus diambil (Karwati dan Priansa, 2016: 144).

3. Fungsi Menggerakkan (Kepemimpinan)

Fungsi menggerakkan kepala sekolah kadang disebut juga dengan fungsi

kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah adalah suatu proses

untuk mempengaruhi aktivitas guru, staf, dan pegawai lainnya dalam usaha
21

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Kepemimpinan adalah suatu

proses mempengaruhi guru, staf, dan pegawai lainnya, untuk bekerja dengan

optimal dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Pengendalian

Pengendalian oleh kepala sekolah adalah suatu upaya yang sistematis

untuk menetapkan stbapak/ibur prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang

sistem umpan balik informasi sesungguhnya dengan stbapak/ibur terlebih dahulu

ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi

penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang

diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya sekolah yang digunakan sedapat

mungkin dilakukan dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya

sasaran sekolah. Jadi tujuan utama dari pengendalian oleh kepala sekolah adalah

memastikan bahwa hasil kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sekolah.

Pengendalian tidak bersifat restriktif tetapi korektif, dalam arti bahwa

bilamana terjadi penyimpangan dapat diketahui sedini mungkin. Jadi bukan

merupakan fungsi yang negatif dari manajemen. Dengan adanya pengendalian

diharapkan: (i)dapat diketahui atau dipastikan kemajuan yang diperoleh dalam

pelaksanaan perencanaan sekolah; (ii) dapat meramalkan arah perkembangan dan

hasil yang akan dicapai sekolah, (iii)dapat menentukan tindakan pencegahan apa

yang diperlukan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi


22

oleh sekolah; (iv) memberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki

perencanaan sekolah di masa yang akan datang

Kepala sekolah sebagai orang yang memiliki otoritas legal formal,

bertanggung jawab pada terselenggaranya proses pendidikan di sekolah secara

efektif dalam mencapai tujuan kepala sekolah perlu mengelola organisasi sekolah

secara efektif. Kepala sekolah adalah manager sekolah yang dengan otoritasnya

harus menjamin terselenggaranya proses pendidikan/pembelajaran secara teratur

dengan prosedur dan langkah-langkah proses yang tepat sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan. mengenai hal tersebut kepala sekolah harus mengetahui dan

melaksanakan tugasnya sebagai manajerial, tugas manajerial yang berkaitan

dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di sekolah.

Kepala sekolah harus mampu memeberdayakan semua sumber daya itu

sehingga dapat mendorong kemajuan sekolah. Sumber daya yang harus dikelola

oleh kepala sekolah yaitu (1) tanaga pendidik dan tenaga kependidikan (2)

pembiyayaan, (3) sarana prasarana, (4) kesiswaan, (5) pembelajaran, (6)

perpustakaan, (7) laboratorium, (8) peran serta masyarakat, (9) sisten informasi

sekolah, dan lain-lain .

Adapun aktivitas kepala sekolah yang berkaitan dengan tugas manajerial

diantaranya: (a) menyususun perencanaan sekolah, (b) mengelola progam

pembelajaran, (c) mengelola siswa, (d) mengelola sarana dan prasarana, (e)

mengelola personal sekolah, (f) mengelola keuangan sekolah, (g) mengelola


23

hubungan sekolah dan masyarakat, (h) Mengelola administrasi sekolah, (i)

mengelola sistem informasi sekolah, (j) mengevaluasi progam sekolah,

Selain tugas-tugas di atas, terdapat tugas lagi yang harus dipenuhi kepala

sekolah sebagai manajer antara lain:(a) bekerja dengan dan melalui orang lain, (b)

memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan

menetapkan prioritas-prioritas, (c) bertanggung jawab dan mempertanggung-

jawabkan, (d) berfikir secara analisis dan konseptual, (e) sebagai seorang

mediator, (f) sebagai seorang politisi, (g) sebagai seorang diplomat, h) sebagai

seorang pengambil keputusan-keputusan yang sulit (Marno dan Supriyatno, 2013:

52).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan

pengertian kepala sekolah sebagai manajer adalah guru yang diberi tugas untuk

memimpin dan mengelola satuan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan-kegiatan sekolah dengan merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakkan, dan mengevaluasi semua sumber daya yang ada baik yang bersifat

human (manusia) maupun non human (bukan manusia) untuk mewujudkan tujuan

sekolah. Indikator seorang kepala sekolah sebagai manajer yang efektif antara lain

adalah :

a. Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya.

b. Menekankan pada semua guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi

norma norma pembelajaran dengan disiplin tinggi.


24

c. Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-

masalah kerjanya dan bersedia memberikan bantuan secara profesional dan

proporsional.

d. Membangun kelompok kerja yang aktif dan kreatif.

e. Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala, berkesinambungan

dengan guru, komite sekolah, dan seluruh warga sekolah.

f. Mendayagunakan berbagai sumber belajar dan melibatkan seluruh warga

sekolah secara kreatif, produktif dan akuntabel

g. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan

h. Mengalokasikan dana yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan

program pembelajaran sesuai priorotas dan peruntukkannya

C. Peran Kepala Sekolah sebagai leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua

arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2011;102) mengemukakan bahwa

kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup

kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta

pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan

kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap

tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan

kemampuan komunikasi dua arah.


25

Sebagai leader kepala sekolah harus mampu memberdayakan semua potensi

dan sumber daya yang ada di sekolah terkait dengan berbagai program pembelajaran,

proses evaluasi, pengembangan kurikulum, pengelolaan tenaga kependidikan, sarana

prasarana, pelayanan terhadap peserta didik, hubungan dengan masyarakat, sampai

pada penciptaan iklim sekolah yang kondusif.

Kemampuan kepala sekolah sebagai leader akan semakin “diuji” oleh pola

pikir dan tatanan hidup manusia yang berubah drastis dengan adanya globalisasi.

Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga

masyarakat dan sebagai warga negara. Tidak ada seorang pun yang dapat

menghindari diri dari arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah

pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif.

Dalam konteks ini tugas kepala sekolah sebagai pemimpin dalam dunia pendidikan

akan semakin berat dari hari ke hari, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kepala sekolah dituntut untuk mampu memberdayakan semua potensi

dan sumber daya yang ada di sekolah agar dapat mengimbangi bahkan melampaui

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat.

Melalui sentuhan kepala sekolah sebagai leader, yang mampu memengaruhi orang

lain untuk bertindak seperti yang diharapkan, maka sekolah akan menghasilkan

peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup

dengan penuh keyakinan dan percaya diri, baik itu kompetensi sikap, pengetahuan

dan keterampilan. Sekarang dan ke depan sekolah harus mampu menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan maupun secara sikap
26

mental. Kepala sekolah diharapkan mampu melakukan perannya dengan lebih

optimal lagi

Kemampuan kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) merupakan salah

satu kunci keberhasilannya dalam meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah

berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan

sekolah. Dalam kehidupan sehari hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap

para guru, staf dan peserta didik yang mempunyai latar belakang kehidupan,

kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi

konflik antarindividu bahkan antarkelompok. Dalam menghadapi hal semacam ini

kepala sekolah harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan

atau dianakemaskan. Dengan kata lain sebagai seorang pemimpin kepala sekolah

harus dapat memperlakukan sama terh adap orang-orang yang menjadi bawahannya

sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat

kebersamaan diantara mereka.

Indikator kepemimpinan lainnya adalah kemampuan kepala sekolah

memberi sugesti/saran yang sangat diperlukan oleh para guru, staf dan peserta didik.

Sehingga dengan saran/sugesti tersebut mereka selalu memelihara bahkan

meningkatkan semangat bekerja, rela berkorban, serta rasa kebersamaan dalam

melaksanakan tugas masing-masing.

Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian,

artinya semua permasalahan akan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang

mewakili kehidupan sekolah, dimana dan dalam kesempatan apa pun. Oleh sebab itu,
27

penampilan seorang kepala sekolah harus selalu dijaga integritasnya, selalu

terpercaya, dihormati baik perkataan maupun perilakunya, sehingga mampu

memberikan keteladanan untuk semua warga sekolah.

Proses kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan gaya kepemimpinan

yang digunakannya. Dari berbagai gaya kepemimpinana gaya situasional

cenderunglebih fleksibel dalam kondisis operasional sekolah. Gaya kepemimpinan

yang tergantung pada situasi dan kondisi sekolaah. Selain pendekatan situasional,

indikator kepemimpinan yang efektif antara lain :

1. Demokratis, lugas dan terbuka.

2. Menerapkan kepemimpinan partisipatif terutama dalam proses pengambilan

keputusan

3. Menyiapkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dengan semua warga

sekolah

4. Menunjukakan sikap dan perilaku teladan yang dapat menjadi panutan atau

model bagi semua warga sekolah.

5. Menjamin kebutuhan peserta didik, guru, staf , orang tua dan masyarakat

sebagai pusat kebijakan.

6. Mengarahkan perubahan yang inovatif

7. Memeberdayakan seluruh warga sekolah untuk mewujudkan proses

pembelajaran yang berkualitas.


28

8. Menjalin bubungan ysng harmonis dengan masyarakat sehingga dapat

melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan visi dan misi

sekolah serta tujuan pendidikan.

D. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan

Wahjosumidjo (Wiguna, 2014: 15-107) adalah:

1. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala

sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan

oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan

orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.

2. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu

menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, seorang kepala

sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat

memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan

kepentingan sekolah.

3. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala

sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian

menyelesaikan persoalan dengan satu solusi. Serta harus dapat melihat setiap

tugas sebagai satu keseluruhan yang berkaitan.

4. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam

lingkungan sekolah sabagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia


29

yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan

konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.

5. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat

membangun kerja sama melalui pendekatan dan kesepakatan (compromise).

Perean politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: 1)

Dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban

masing-masing. 2) Terbentuknya aliansi atau koalisi, seperti organisasi

profesi, OSISI, Komite, dan sebagainya. 3) Terciptanya kerjasama

(cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat

dilaksanakan.

6. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan

kepala sekolah adalah wakil resmi.

7. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputisan sulit. Tidak ada satu

organisasipun yang bejalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah

sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan.

Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan

sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.

Menurut Purwanto (Kristiawan, dkk, 2017: 18) tugas dan tanggung jawab

kepala sekolah yaitu harus mengalami perkembangan dan perubahan, baik sifat

maupun luasnya sesuai dengan pendidikan di Negara Indonesia yang bersifat

Nasional demokratis, maka sifat kepemimpinan pendidikan yang demokratis. Tugas

dan tanggung jawab kepala sekolah semakin luas dan makin banyak bidangnya.
30

Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah

secara teknis-akademis saja, benar hal itu adalah tugas dan tanggung jawan yang

pokok bagi seorang kepala sekolah.

E. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pembentukan Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan

adat istiadat (Koesoema, 2012: 6). Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai lbapak/ibusan untuk

cara pbapak/ibung, berpikir, bersikap, dan bertindak. Menurut Lickona,

karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral

(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior) (Zubaidi, 2011: 1).

Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Coon (Zubaedi,

2011: 8), mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap

kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat

atau tidak dapat diterima masyarakat. Karakter merupakan keseluruhan

kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendifinisikan

seseorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang

menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan bertindak.


31

Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku,

bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan demikian, karakter merupakan

watak dan sifat-sifat seseorang yang menjadi dasar untuk membedakan

seseorang dari yang lainnya. Dengan makna seperti itu karakter identik

dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik,

atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang

diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan

sejak lahir (Koesoema, 2013; 80).

Pembentukan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak

agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang

positif kepada lingkungannya.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia yang mempunyai kedudukan sebagai mahluk individu dan

sekaligus juga mahluk sosial yang tidak begitu saja terlepas dari

lingkungannya. Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk

mencapai tujuan. Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu

usaha selesai dilaksanakan. Sebagai sesuatu yang akan dicapai, tujuan

mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian yang

telah baik sebagaimana yang diharapkan setelah anak didik mengalami

pendidikan.
32

Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun

tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab (Novan, 2012: 57).

Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah

adalah sebagai berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian peserta didik yang khas

sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi peserta didik yang tidak berkesuaian dengan nilai-nilai yang

dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

memerankan tanggungjawab karakter bersama (Dharma, 2011: 9).

Tujuan-tujuan pendidikan karakter yang telah dijabarkan di atas akan

tercapai dan terwujud apabila komponen-komponen sekolah dapat bekerjasama

untuk mencapai tujuan tersebut secara konsisten. Pencapaian tujuan pendidikan

karakter peserta didik di sekolah merupakan pokok dalam pelaksanaan

pendidikan karakter di sekolah.


33

3. Tahapan Pembentukan Karakter

Karakter seseorang terbentuk melalui pendidikan dan pengalaman

hidup, sebab selain bermodalkan kapasitas fitrah bawaan sejak dari lahir dari

warisan genetika orang tuanya, karakter seseorang terbentuk melalui proses

panjang riwayat hidup dan proses internalisasi nilai pengetahuan dan

pengalaman hidupnya. Obsesi untk membentuk manusia sebagai individu

yang berakter bisa dimiliki oleh orang tua kepada anaknya, guru terhadap

anak didiknya, dan orang-orang yang memiliki kepentingan untuk itu.

Karakter setiap manusia terbentuk melalui lima tahap yang berkaitan.

Lima tahapan itu adalah adanya nilai yang diserap dan diyakini seseorang dari

berbagai sumber, seperti agama, ideologi, dan pendidikan. Nilai tersebut

membentuk pola pikir atau paradigma seseorang yang secara keseluruhan

keluar dalam bentuk rumusan visi. Visi turun ke wilayah hati membentuk

suasana jiwa yang secara keseluruhan membentuk mentalitas. Mentalitas

mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara

keseluruhan disebut perilaku. Proses pembentukan mental tersebut

menunjukkan keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan tindakan. Dari perilaku

terbentuk menjadi karakter. Cara berpikir menjadi visi, cara berpikir menjadi

visi, cara merasa menjadi mental, dan berperilaku menjadi budaya, dan

membentuk karakter (Pahlevi, 2016:57).


34

4. Karakter yang Harus Diajarkan Kepada Anak

Sembilan pilar karakter yang harus diajarkan kepada anak-anak adalah

sebagai berikut (Kartikowati dan Zubedi 2020:102-103):

a. Cinta Tuhan dan segenapnya ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence,

loyalty).

b. Kemandirian dan tanggung jawab (responsibility, excellence, self

realiance, discipline, orderliness).

c. Kejujuran/amanah, bijaksana (trustworthinnes, realibility, honesty).

d. Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience).

e. Dermawan, suka menolong, dan gotong royong (love compassion, caring,

empathy, generousity, moderation, cooperation),

f. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras (confidence, assertivenees,

creativity, resourcefullness, courage, determination and enthusiasm).

g. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership).

h. Baik dan rendah hati (kindness, frienliness, humility, modesty).

i. Toleransi dan kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, h

peacefullness, unity).

5. Nilai Karakter Nasioalis

Nilai-nilai nasionalisme merupakan cita-cita, harapan dan keharusan

untuk membangun masa depan bangsa, terlepas dari beberapa agama, ras dan

etnik. Nilai-nilai nasionalisme sangat berguna untuk membina rasa persatuan

antara penduduk negara yang heterogen karena perbedaan suku, agama, ras
35

dan golongan, serta berfungsi untuk membina kebersamaan dan mengisi

kemerdekaan yang sudah diperoleh

Tjahyadi (https://www.kajianpustaka.com/2019/12/nasionalisme)

menyebutkan nilai-nilai nasionalisme adalah sebagai berikut: (1)

Menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa

dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan (2)

Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara (3)

Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak

merasa rendah diri (4) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan

kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa. (5) Menumbuhkan

sikap saling mencintai sesama manusia (6) Mengembangkan sikap tenggang

rasa (7) Tidak semena-mena terhadap orang lain (8) Gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan (9) Kebenaran dan keadilan (10) Merasa bahwa bangsa

Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia (11) Menganggap

pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan

tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airnya. Nasionalisme

mengandung beberapa prinsip yaitu kebersamaan, persatuan dan kesatuan

serta demokrasi/demokratis. Adapun prinsip – prinsip nasionalisme menurut

Masykur (2011:24), adalah sebagai berikut:


36

a. Prinsip kebersamaan. Prinsip kebersamaan menuntut setiap warga

negara untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

b. Prinsip persatuan dan kesatuan. Prinsip persatuan dan kesatuan

menuntut setiap warga negara harus mampu mengesampingkan pribadi

atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan dan anarkis

(merusak), untuk menegakkan prinsip persatuan dan kesatuan setiap

warga negara harus mampu mengedepankan sikap kesetiakawanan

sosial, perduli terhadap sesama, solidaritas dan berkeadilan sosial.

c. Prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi membapak/ibung bahwa setiap

warga negara mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama,

karena hakikatnya kebangsaan adalah adanya tekad unuk hidup bersama

mengutamakan kepentingan bangsa dan negara yang tumbuh dan

berkembang dari bawah untuk bersedia hidup sebagai bangsa yang

bebas, merdeka, berdaulat, adil dan Makmur

Menurut Hertz (Murod, 2011: 21), cita-cita yang ingin diwujudkan

melalui paham nasionalism e adalah sebagai berikut:

1) Perjuangan untuk mewujudkan persatuan nasional yang meliputi

persatuan dalam politik, ekonomi, keagamaan, kebudayaan, dan

persekutuan serta solidaritas.

2) Perjuangan untuk mewujudkan kebebasan nasional yang meliputi

kebebasan dari penguasa asing atau campur tangan dari dunia luar
37

dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan intern yang bersifat anti

nasional atau yang hendak mengesampingkan bangsa dan negara.

3) Perjuangan untuk mewujudkan kesendirian (separateness),

pembedaan (distinctiveness), individualitas dan keaslian

(originality).

4) Perjuangan untuk mewujudkan pembedaan diantara bangsa-bangsa

yang memperoleh kehormatan, kewibawaan, gengsi dan pengaruh.

6. Nasionalisme dalam profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar

sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa

kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong

royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti ditunjukkan oleh gambar

berikut:
38

Gambar 2.1 Karakter Pelajar Pancasila

Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak muliaPelajar

Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak

mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan

Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta

menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada

lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak

mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia;

(d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

b. Berkebinekaan global

Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan

identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan


39

budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan

kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak

bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan

global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi

interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung

jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

c. Bergotong royong

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu

kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka

rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.

Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan

berbagi.

d. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang

bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari

mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta

regulasi diri

Kemandirian juga merupakan kunci penting dalam menjalani kehidupan.

Meski mampu menjalankan sesuatu dengan gotong royong, tetapi Pelajar

Pancasila akan mampu menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan

penuh tanggung jawab secara mandiri. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran

dari diri sendiri terhadap situasi yang dihadapi, serta kemampuan


40

menciptakan regulasi diri sendiri. Kedua hal tersebut dapat membentuk

pribadi tangguh dan mandiri.

e. Bernalar Kritis

Untuk menghadapi kompetisi global seperti saat ini dan masa mendatang,

maka kemampuan bernalar kritis sangat diperlukan. Kemampuan berpikir

kritis sendiri diartikan sebagai kemampuan secara objektif memproses

informasi baik secara kualitatif dan kuantitatif, membangun keterkaitan

antara berbagai informasi, menganalisa informasi, mengevaluasi dan

menyimpulkannya. Dengan begitu, diharapkan pelajar akan mampu

mengambil keputusan yang tepat.

f. Kreatif

Untuk menciptakan berbagai penemuan inovatif di masa depan

diperlukan kreativitas yang tinggi. Tidak hanya sekadar menemukan

gagasan-gagasan baru, sebuah inovasi diharapkan juga bermakna,

bermanfaat, dan membawa dampak bagi masyarakat. Pelajar Pancasila

akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis

yang kemudian diolah menjadi inovasi baru.

Nasionalisme terbangun dari perwujudan dimensi-dimensi profil pelajar

Pancasila. Nasionalisme merupakan buah dari perkembangan dimensi beriman,

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia (yaitu akhlak

bernegara), dimensi bergotong royong, juga dimensi berkebinekaan global.


41

F. Penelitian Terdahulu yang relevan

Penelitian yang dilakukan Nurhuda (2021) dengan judul Strategi Kepala

Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter. Tujuan dari penulisan arikel

ini untuk mengetahui strategi kepala sekolah dalam Pengembangan pendidikan

karakter. Metode yang digunakan adalah riset kepustakaan dengan menggunakan

tahapan identifikasi topik permasalahan, mencari kajian yang relevan, klasifikasi

dan analisis data dan, menarik kesimpulan. Hasil strategi kepala sekolah dalam

Pengembangan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan strategi

pengintegrasian kedalam intrakulikuler dengan memberikan seluruh mata

pelajaran bermuatan Pengembangan pendidikan karakter, kemudian strategi

keteladanan dengan dua cara yakni keteladanan langsung dan tidak langsung, serta

strategi pelibatan kedua orang tua dan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Parida (2019) dengan judul Pola

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Karakter di Sekolah Dasar

Kota Sintang - Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

gambaran pola kepemimpinan kepala sekolah dalam pembentukan nilai karakter di

sekolah dasar. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus di

SD Negeri 07 Sintang, Madrasah Ibtidaiyah Sintang, dan SD Negeri Suluh

Harapan Sintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kepemimpinan

dominan di ketiga sekolah cenderung dominan dalam pola kepemimpinan

instruksional. Agar proses pembentukan karakter siswa lebih optimal, kepala

sekolah harus melakukan kombinasi pola kepemimpinan. Pola kepemimpinan


42

transformatif dan kepemimpinan budaya harus ditumbuhkan dalam Pengembangan

karakter dengan melakukan inovasi program-program strategis sesuai dengan

kondisi dan kemampuan sekolah. Program Pengembangan karakter yang

diintegrasikan ke dalam mata pelajaran siswa dan ekstrakurikuler bagi siswa harus

mengakomodir enam tahapan piramida pembiasaan nilai-nilai karakter.

Penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2021) dengan judul Peran Kepala

Sekolah dalam Penguatan Pendidikan Karakter di SMPN 1 Yogyakarta. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tipe, peran, dan implementasi program

Pengembangan pendidikan karakter di SMPN 1 Yogyakarta. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil tempat di SMPN 1 Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1 (1)Keberhasilan Penguatan Pendidikan

tak lepas dari peran kepala sekolah sebagai, manajer, administrator, supervisor,

leader, inovator dan sebagai motivator . (2) Implementasi program Pengembangan

pendidikan karakter menggunakan metode pembiasaan dan budaya 5S (Salam,

Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) program Pengembangan pendidikan karakter

didukung oleh warga sekolah sehingga program tersebut sudah terlaksana dengan

maksimal. (3) tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah adalah tipe

kepemimpinan demokratis dimana kepala kepala sekolah selalu memberikan

dorongan, motivasi dan inovasi terhadap para guru, karyawan dan siswa untuk

terus berprestasi dan terus berkarya.

Penelitian yang dilakukan oleh Susanti, dkk (2020) dengan judul

Implementasi Strategi Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter


43

Peserta Didik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi

kepala sekolah dalam Pengembangan pendidikan karakter peserta didik,

implementasinya dan hasil dari implementasi tersebut di SD Negeri 12 Betung.

Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data observasi dan wawancara menunjukkan bahwa 1)

strategi kepala sekolah dalam Pengembangan pendidikan karakter peserta didik

yaitu a) pengintegrasian ke dalam kegiatan intrakurikuler, b) pengintegrasian ke

dalam kegiatan ekstrakurikuler; c) pembiasaan di sekolah; 2) implementasi strategi

tersebut a) mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap mata pelajaran

atau tema dan muatan lokal; b) mengintegrasikan ke dalam kegiatan

ekstrakurikuler yang ada di SD Negeri 12 Betung antara lain pramuka, dokter

kecil, dan drumband dengan cara pemberian motivasi, pemberian nasihat,

pemberian penghargaan atau hadiah, pemberian sanksi dan keteladanan; c)

keteladanan, kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan pengkondisian; 3) hasil

implementasi strategi tersebut dapat dilihat pada a) penilaian afektif, b) nilai rapor

siswa, dan c) buku konseling. Dari ketiga penilaian di atas hasil implementasi

strategi kepala sekolah dalam Pengembangan pendidikan di SD Negeri 12 Betung

termasuk kategori baik.

Penelitian oleh Novika Malinda Safitri Penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan berbagai strategi yang dilakukan sekolah dalam

mengimplemtasikan pendidikan karakter melalui kultur sekolah di SMP N 14

Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan


44

pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan diSMPN14 Yogyakarta, dengan

subjek gurudansiswa.Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik

triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur sekolah merupakan hal

penting yang harus diperhatikan dalam proses internalisasi nilai karakter di

sekolah. Beberapa strategi dalam mengimplementasikanpendidikankaraktermelalui

kultur seperti adanya kegiatan rutin, kegiatan spontan, pemodelan,

pengajaran,danpenguatan lingkungan sekolah. Dalam upaya

mengimplemantasikan pendidikankaraktertidakterlepas dari keteladanan kepala

sekolah, guru, karyawan, dan siswa yang saling bersinergi dalam menciptakan

kultur sekolah yang positifDi SMP N 14 Yogyakarta, penguatan terhadap kultur

sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti: kebijakan mengenai

aturan atau tata tertib sekolah, pembiasaan tegur, salam, sapa, berjabatan tangan,

sholat Dhuha, berdo’a pada saat mengawali dan mengakhiri setiap kegiatan, dan

yang lainnya. Penguatan kultur karakter di SMP N 14 Yogyakarta juga dilakukan

melalui pemasangan pamflet yang bermuatan nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan

karakter, majalah dinding, atau pemberian penghargaan kepada guru, siswa, kelas

tertentu yang berprestasi dalam nilai nilai karakter yang menjadi prioritas, dan

yang tak kalah penting yaitu penataan fisik lingkungan sekolah/taman sekolah

yang bersih dan sehat


45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2014: 4). Sugiyono (2013:14) menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan

dengan berlbapak/ibuskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan data menggunakan teknik trianggulasi. Analisis data bersifat kualitatif

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat informatif dengan

menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu

jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek

sesuai dengan apa adanya. Artinya, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

tidak berkenaan dengan angka-angka, namun bertujuan untuk menggambarkan serta

menguraikan keadaan atau fenomena tentang peran kepala sekolah sebagai manajer

dan juga sebagai leader dalam pengembangan karakter peduli lingkungan baik

lingkungan alam maupun lingkungan social serta pengembangan karakter nasionalis

dalam meningkatakan mutu lulusan SMP Negeri 2 Ambarawa.


46

Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan

fenomenologi .Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia

mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas

(pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain).

(Kuswarno,2009:2) Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif

menginterpretasi pengelaman-pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan

pengelaman pribadinya. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang

tidak dapat berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran

yang lebih lanjut.

Penelitian kualitatif pada umumnya dirancang untuk memberikan pengalaman

senyatanya dan menangkap makna sebagaimana yang tercipta di lapangan penelitian

melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang diteliti. Penelitian kualitatif

merupakan suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan

pada penciptaan gambaran holistic lengkap yang dibentuk dengan kata-kata,

melaporkan pbapak/ibungan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah

latar alamiah . Dari pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang digunakan apabila faktor penelitian tidak dapat

dikuantifikasikan atau tidak dapat dihitung sehingga variabel tidak dapat diungkapkan

dengan angka seperti persepsi, pendapat, anggapan dan sebagainya. Menurut teori

penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat benar-benar berkualitas maka data yang

dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan data sekunder.


47

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ambarawa. Adapun waktu

penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan terhitung mulai bulan Oktober 2021

sampai bulan April 2022, adapun kegiatan penyusunan dilakukan sejak bulan

September 2021 dengan rancangan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


No Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Pengajuan
Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Revisi
Proposal
5 Pengambila
n data
6 Analisis
data
7 Penyusunan
Tesis
8 Ujian Tesis
9 Revisi Tesis
.

C. Tahapan Penelitian

Berdasarkan kajian kepustakaan yang ada menurut (Moleong, 2014: 126)

tahap-tahap penelitian kualitatif terdiri dari:

1. Tahap pra lapangan

Dalam kegiatan pra lapangan atau persiapan ini adalah beberapa tahapan

yaitu:
48

a. Merumuskan masalah yang ingin dibahas. Perumusan masalah dilakukan

pada waktu pengajuan usulan penelitian dan diulangi kembali pada waktu

penulisan laporan karena rumusan masalah merupakan salah satu unsur

yang tidak dapat dipindahkan.

b. Peneliti menentukan tempat untuk penelitan, dalam penelitian ini peneliti

mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Ambarawa.

c. Penyusunan proposal adalah syarat dalam menyampaikan penelitian

kepada pihak terkait.

d. Melakukan pengurusan surat izin. Dalam hal ini peneliti harus mengurus di

Universitas PGRI Semarang. Surat izin penelitian ini berfungsi untuk

sebagai bukti untuk bisa melakukan penelitian ditempat yang menjadi

tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 2 Ambarawa.

2. Tahap pelaksanaan/ proses lapangan

Tahap ini merupakan tahap bekerja dilapangan yang meliputi tahap

pengumpulan data dan tahap penyusunan data.

3. Tahap analisa data

Tahap ini merupakan tahap dari analisis data yang diperoleh dari responden

atau informan sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun secara

sistematis.
49

4. Tahap kesimpulan

Setelah tahap analisis data maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah

tahap kesimpulan. Tahap ini merupakan tahap untuk menarik kesimpulan data

yang sudah di analisis dari responden atau informan.

5. Tahap pelaporan

Tahap ini merupakan tahap penulisan laporan atau tahap akhir dari

serangkaian dari beberapa prosedur penelitian kualitatif. Dalam tahap

pelaporan peneliti melakukan penyusunan laporan penelitian secara sistematis

dengan data yang didapat dari responden atau informan.

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, merupakan keterangan-keterangan

tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap

atau anggapan, atau suatu fakta yang digambarkan melalui angka, simbol,

kode dan lain-lain. Data dapat berupa keterangan seseorang yang dijadikan

responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk

statistik atau bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Data merupakan fakta

atau informasi atau keterangan yang dijadikan sebagai sumber atau bahan

menemukan kesimpulan dan membuat keputusan.

Data dalam penelitian kualitatif bukan berupa angka, tetapi deskripsi

naratif, kalaupun ada angka, angka tersebut dalam hubungan suatu deskripsi.
50

Dalam pengolahan data kualitatif tidak ada penjumlahan data, sehingga

mengarah kepada generalisasi

2. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2013: 167):

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya dengan cara wawancara.

Wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek

penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Teknik

wawancara mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian

melalui serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung

dengan pokok permasalahan yang terkait dengan Peran Kepala Sekolah

dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Ambarawa.

b. Data sekunder adalah data yang didapat dari buku serta materi tertulis yang

releven dengan tujuan penelitian. Jika dikaitkan dengan penelitian Penulis,

maka data sekunder penulis peroleh melalui pengumpulan data dari pihak

masyarakat melalui studi kepustakaan baik berupa arsip-arsip lainnya

maupun dari berkas-berkas yang didokumentasikan. Data sekunder yang

didapat dalam penelitian ini yaitu berupa bahan pustaka, literatur,

penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.


51

E. Teknik Pengumpulan

Pada penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data

yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh

Moeloeng (2017: 225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara

1. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan yang digunakan oleh peneliti sebagai alat

penilaian untuk mengukur tingkah laku individu pada saat terjadinya suatu

kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun

dalam situasi yang tidak sebenarnya atau buatan (Suhartini, 2011: 47). Dalam

melaksanakan observasi ini sebelumnya peneliti akan mengadakan

pendekatan dengan subjek penelitian sehingga terjadi keakraban antara

peneliti dengan subjek penelitian. Observasi dilakukan dengan mengamati

langsung berbagai fenomena yang sedang diteliti secara langsung yaitu Peran

Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2

Ambarawa. Aspek yang diobservasi meliputi kegiatan – kegiatan yang

mengimplemetasikan pendidikan karakter peduli lingkungan social dan

nasionalis, sedangkan jenis yang akan diobservasi beserta kodenya akan

diuraikan di bawah ini:


52

Tabel 3.3 Koding Observasi


No Sub Fokus Indikator Obyek Kegiatan Koding Keterangan
1 Peran Kepala Merencanakan - - -
Sekolah program –
sebagai program sekolah
manajer dalam guna mendukung
PPK Nasionalis pencapaian tujuan

Mengalokasikan
dana yang
diperlukan untuk -
menjamin
keterlaksanaan
program

Membangun
kelompok kerja
yang efektif
dengan
membentuk tim -
PPK

Menunjuk Tim
yang sesuai
dengan kompetensi
masing - masing

Memberi
penjelasan dan Pembinaan KS OB1 3x
pembinaan kepada
warga sekolah
tujuan dan langkah
– langkah OB.2
pelaksanaan
pemngembangan

Membimbing dan
mengarahkan guru
dalam
memecahkan
masalah kejanya,
dan bersedia
53

memberikan
bantuan secara
proporsional dan
profesional.
Memantau
kemajuan peserta
didik, baik secara
individual maupun
kelompok.

Melakukan
evaluasi dan
perbaikan secara
berkesinambungan

2 Peran Kepala . Mampu Kegiatan Upacara Ob . 3 3 kali


Sekolah memengaruhi
sebagai leader orang lain untuk
dalam bertindak seperti Kegiatan ekstra Ob. 4 3 kali
Pengutan yang diharapkan, kurikuler
Pendidikan maka sekolah akan
Karakter menghasilkan
Nasionalis peserta didik yang
memiliki
kompetensi tinggi
Mendayagunakan Kegiatan Ob.5 3 kali
berbagai sumber pembiasaan
belajar dan
melibatkan seluruh Kegiatan Ob.6 3 kali
warga sekolah pembelajaran
secara kreatif,
produktif dan
akuntabel
Menjaga Keteladanan KS Ob.7 3 kali
integritasnya, Dalam Kehadiran Ob.8 3 kali
selalu terpercaya, Prolimbah
dihormati baik Extrakurikuler
perkataan maupun
perilakunya,
sehingga mampu
memberikan
keteladanan.
54

2. Teknik Wawancara (interview) mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2014). Teknik ini dilakukan untuk mengetahui

Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP

Negeri 2 Ambarawa.

Tabel 3.3 Koding Wawancara


Koding
No Sub Fokus Idikator Informan Ket

1 Peran Merencanakan Kepala W KS Jumlah personil


Kepala program – program sekolah, W.G, 1 Kepala Sekolah
Sekolah sekolah guna Guru W.K 3 Guru
sebagai mendukung Komite W.PD 1 Komite
manajer pencapaian tujuan Sekolah 3 Peserta Didik
dalam Peserta
PPK didik
Nasionalis
Mengalokasikan dana Kepala W.KS 1 Kepala Sekolah
yang diperlukan sekolah, W.G 3 Guru
untuk menjamin Guru W.K 1 Komite
keterlaksanaan Komite
program Sekolah

Kepala W.KS 1 Kepala Sekolah


Membangun sekolah, W.G 3 Guru
kelompok kerja yang Guru W.TU 1 TU
efektif dengan Tata Usaha
membentuk tim PPK
Kepala W.KS 1 Kepala Sekolah
sekolah, W.G 3 Guru
Menunjuk Tim yang Guru W.TU 1 TU
sesuai dengan Tata Usaha
55

kompetensi masing - W.KS 1 Kepala Sekolah


masing Kepala W.G 3 Guru
sekolah,
Guru
Memberi penjelasan
dan pembinaan
kepada warga sekolah W.KS 1 Kepala Sekolah
tujuan dan langkah – Kepala W.G 3 Guru
langkah pelaksanaan sekolah,
pemngembangan Guru

Membimbing dan
mengarahkan guru
dalam memecahkan W.KS 1 Kepala Sekolah
masalah kejanya, dan Kepala W.G 3 Guru
bersedia memberikan sekolah, W.PD
bantuan secara Guru,
proporsional dan Peserta Didik
profesional. W.KS 1 Kepala Sekolah
Memantau kemajuan Kepala W.G 3 Guru
peserta didik, baik sekolah,
secara individual Guru,
maupun kelompok.

Melakukan evaluasi
dan perbaikan secara
berkesinambungan

Peran W KS 1 Kepala Sekolah


2 Mampu memengaruhi Kepala
Kepala sekolah, W.G, 3 Guru
orang lain untuk
Sekolah W.PD 3 Peserta Didik
bertindak seperti yang Guru,
sebagai Pserta Didik
diharapkan, maka
leader sekolah akan
dalam menghasilkan peserta W KS
Pengutan 1 Kepala Sekolah
didik yang memiliki W.G,
Pendidika Kepala 3 Guru
kompetensi tinggi W.K
n Karakter sekolah, 3 Peserta Didik
Nasionalis Mendayagunakan Guru, W.PD
berbagai sumber Pserta Didik
belajar dan
melibatkan seluruh
warga sekolah secara Kepala W KS 1 Kepala Sekolah
W.G,
56

W.K 3 Guru
kreatif, produktif dan sekolah,
Guru, W.PD 3 Peserta Didik
akuntabel
Pserta Didik

Menjaga
W KS 1 Kepala Sekolah
integritasnya, selalu Kepala
W.G, 3 Guru
terpercaya, dihormati sekolah,
Guru, W.K 3 Peserta Didik
baik perkataan
W.PD
maupun perilakunya, Pserta Didik
sehingga mampu
memberikan
keteladanan untuk
semua warga sekolah.

3. Teknik Dokumentasi

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan

data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar

rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya.

Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan

tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan

mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-

nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data perlu didukung

pula dengan pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD. Dokumentasi

ini akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul. Pengumpulan

data sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti

berusaha mengumpulkan. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013). Dokumen yang ditunjukkan


57

dalam hal ini adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

Karena kegiatan penelitian berada di sekolah maka dokumen yang ditelusuri

untuk menccari data adalah rencana kerja, rencana anggaran, nutelen –

notulen rapat pembahasan peneliti telusuri berdasar koding sebagai berikut :

Tabel 3.4 Koding Dokumentasi


No Sub Fokus Dokumen Koding Ket
Indikator
1 Peran Kepala Memiliki visi dan misi RKJM Dok.1
Sekolah untuk masa depan RKT Dok.2
sebagai sekolah sehingga dapat
manajer dalam merencanakan program Notulen Rapat Dok.3
PPK – program sekolah guna Koordinasi
Nasionalis mendukung pencapaian
visi.

Mengalokasikan dana RKAS Dok 4


yang diperlukan untuk
menjamin Notulen Rapat Dok 5
keterlaksanaan program penyusunan
RKAS
Membangun kelompok
kerja yang efektif SK tim
Dok6
Menunjuk Tim yang
sesuai dengan
kompetensi masing -
masing

Memberi penjelasan dan


pembinaan kepada para
anggota yang terlibat
agar tugas yang Notulen rapat Dok 7
diberikan dapat pembinaan KS
dilaksanakan dengan
baik.
58

Membimbing dan
mengarahkan guru
dalam memecahkan
masalah kejanya, dan
bersedia memberikan
bantuan secara
proporsional dan
profesional.
Dok 8
Memantau kemajuan Laporan
peserta didik, baik kegiatan
secara individual Ekstra
maupun kelompok.

Dok 9
Melakukan evaluasi dan Laporan
perbaikan secara Kegiatan
berkesinambungan Pembiasaan
Dok 10
Notulen Rapat
Evaluasi
Program
2 Peran Kepala Notulen Rapat Dok 7
Mampu memengaruhi
Sekolah Pembinaan
orang lain untuk
sebagai
bertindak seperti yang
manajer dalam
diharapkan, maka
PPK
sekolah akan
Nasionalis
menghasilkan peserta
didik yang memiliki
kompetensi tinggi
59

2 Peran Kepala Notulen Rapat Dok 7


Mendayagunakan
Sekolah Pembinaan
berbagai sumber belajar
sebagai
dan melibatkan seluruh
manajer dalam
warga sekolah secara
PPK Dokumentasi Dok 11
kreatif, produktif dan
Nasionalis pembelajaran
akuntabel

Menjaga
integritasnya, selalu Dokumentasi Dok 12
terpercaya, dihormati kegiatan
baik perkataan pembiasan dan
maupun perilakunya, ekstrakurikuler
sehingga mampu
memberikan
keteladanan untuk
semua warga sekolah

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1984) yang dikutip Sugiyono (2014:243)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yakni : pengumpulan data,

kondensasi data, penyajian data dan penarikan serta pengujian kesimpulan.

Kondensasi data berangkat dari pemahaman yang cenderung sama dan

berdasarkan pendapat ahli bahwa penelitian kualitatif “adalah penelitian yang

pengolahan data dan penyajian hasilnya dalam bentuk narasi bukan numerik”.

Tetapi penting untuk diketahui bahwa meskipun penelitian kualitatif bukan

penelitian dengan perpaduan dari berbagai angka-angka, juga terdapat penelitian

nonnaratif bukan juga numerik, tapi kita abaikan dulu tentang hal itu. Penelitian
60

kualitatif (naratif) disusun dari rangkaian kata menjadi kalimat, kalimat menjadi

paragraf, dan paragraf itulah yang nantinya menjadi sebuah temuan pengetahuan

yang sifatnya kekinian. Setelah mengamati fenomena-fenomena yang dianggap

penting untuk ditelusuri dengan metode ilmiah (melalui penelitian), itulah yang

seharusnya dilakukan untuk menemukan kebenaran yang sifatnya metodik.

G. Penyajian data.

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan melihat penyajian-penyajian data akan dapat dipahami apa yang sedang

terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat

dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian data merupakan suatu cara yang

utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian dapat dilakukan dalam

berbagai jenis seperti matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang

guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu

dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan

menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah

melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai

sesuatu yang mungkin berguna (Miles dan Huberman, 2014:17-18).


61

H. Menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kegiatan analisis selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Dari

permulaan pengumpulan data, seseorang penganalisis kualitatif mulai mencari

‘arti’ benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penelitian yang

kompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap

terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas,

namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh

(Miles dan Huberman, 2009:19). Langkah dalam analisis kualitatif tersebut

dapat digambarkan :

Pengumpulan Penyajian data


data

Kondensasi Kesimpulan/
data verifikasi

Gambar 3.1 Langkah-langkah Analisis Kualitatif

I. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.

Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.

Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat


62

tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan

dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2014: 330).

Triangulasi adalah pendekatan yang dilakukan peneliti untuk

menemukan lebih banyak perspektif terkait data yang ditemukan.Selain itu,

umumnya triangulasi juga digunakan untuk mengecek validitas data. Jadi peneliti

bisa tahu apakah data yang kamu temukan layak untuk dipresentasikan atau

tidak. Adapun beberapa jenis triangulasi adalah sebagai berikut :

1. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data adalah pendekatan yang kerap digunakan

untuk mengecek validitas data dari berbagai sumber.Mulai dari sumber data

yang didapat secara langsung seperti wawancara dan observasi, hingga yang

didapat secara tidak langsung seperti dokumen dan arsip. Selain itu,

perbedaan sumber data juga bisa dilihat dari responden yang berpartisipasi

dalam penelitianmu. Peneliti bisa membandingkan hasil pengamatanmu dari

satu responden dengan responden lainnya.

2. Triangulasi Metode

Pada triangulasi metode, kamu menggunakan berbagai metode

untuk mengecek kelengkapan data serta memastikan bahwa datanya valid.

Berhubung jenis penelitiannya kualitatif, maka jenis metode penggalian data

yang digunakan biasanya menggunakan wawancara, survei, atau observasi.


63

Lalu, apakah triangulasi metode juga bisa membandingkan hasil

penelitiannya dengan metode kuantitatif .

3. Triangulasi Waktu

Dengan triangulasi waktu, sudah jelas bahwa variabel

perbandingannya adalah waktu. Jadi, kita akan melengkapi data dan juga

mengecek validitasnya berdasarkan waktu.

Anda mungkin juga menyukai