Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Disusun Sebagai Tugas Makalah Pada Mata Kuliah

Dosen Pengampu:

Dr. Yusi

Disusun oleh :

Siti Masitho 2286108010028

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA

BOGOR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepala sekolah merupakan pemimpin yang bertanggung jawab dalam tingkat


satuan pendidikan, serta maju mundurnya sekolah yang dipimpin. Sehingga
keberadaannya dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan, baik berkaitan
dengan masalah manajemen maupun kepemimpinan. Hal ini bertujuan agar
seorang kepala sekolah dapat mengembangkan dan memajukan sekolahnya secara
efektif, efisien, mandiri, produktif dan akuntabel. Kondisi tersebut menuntut
civitas akademika untuk menjalankan berbagai tugas sesuai peran dan fungsinya
masing – masing.

Untuk menjalankan tugas manajerial tersebut, serta merespons tuntutan yang


terus berubah saat ini, kepala sekolah harus memiliki kepemimpinan yang kuat
agar mampu melaksanakan berbagai program yang telah disepakati sebagaimana
visi dan misi mereka. Hal ini mengingat bahwa kepala sekolah tidak hanya
bertanggungjawab mengelola guru, staf dan peserta didik, tetapi juga harus
menjalin hubungan dengan masyarakat secara luas. Pelaksanaan tanggung jawab
tersebut, menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan
kepemimpinan yang harus disiapkan sejak pencalonan kepala sekolah.

Mempersiapkan kepala sekolah ini bertujuan agar nantinya kepala sekolah


memiliki ketrampilan pemimpin pendidikan yang cakap dalam mengembangkan
lembaga secara baik. Oleh karena itu kepala sekolah perlu dibekali dengan
wawasan tentang kepemimpinan efektif, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam
makalah ini yaitu, mengenai pentingnya kepemimpinan kepala sekolah, indikator
kepemimpinan kepala sekolah efektif, tipe - tipe kepemimpinan kepala sekolah
serta etika kepemimpinan kepala sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kepemimpinan dan kepala sekolah ?
2. Mengapa kepemimpinan kepala sekolah penting ?
3. Apa saja indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif ?
4. Apa saja tipe – tipe kepimpinan kepala sekolah ?
5. Bagaimana etika kepemimpinan kepala sekolah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi kepemimpinan kepala sekolah.
2. Mengetahui pentingnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
pelaksanaan pendidikan.
3. Mengetahui dan memahami indikator kepala sekolah efektif.
4. Mengetahui dan memahami tipe – tipe kepemimpinan kepala sekolah.
5. Mengetahui dan memahami etika kepemimpinan kepala sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan dan Kepala Sekolah

A.1 Definisi Kepemimpinan

Secara sederhana kepemimpinan memiliki definisi yaitu kemampuan yang


dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan pemimpin1.

Setiap manusia merupakan pemimpin, baik pemimpin bagi dirinya sendiri


maupun pemimpin bagi masyarakat atau organisasi. Sikap kepemimpinan sudah
ada di dalam diri manusia, namun banyak yang tidak dapat menggunakan sikap
kepemimpinan tersebut dengan baik ataupun manusia tersebut tidak menyadari
akan kemampuan kepemimpinan yang dimilikinya.

Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang memuat dua hal pokok yaitu :
pemimpin sebagai subyek dan yang dipimpin sebagai obyek. Definisi pemimpin
menurut Stogdill (1974) adalah (1) fokus dari proses kelompok, (2) penerimaan
kepribadian seseorang, (3) seni mempengaruhi perilaku, (4) alat untuk
mempengaruhi perilaku, (5) suatu tindakan perilaku, (6) bentuk dari ajakan, (7)
bentuk dari relasi yang kuat, (8) alat untuk mencapai tujuan, (9) akibat dari
interaksi, (10) peranan yang diferensial dan (11) pembuat struktur2.

Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian


Negara No. 27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Surat Edaran
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980, kepemimpinan
adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk meyakinkan orang lain
sehingga dapat dikerahkan secara optimal.

Kepemimpinan juga memiliki pandangan berbeda-beda oleh para ahli, yaitu :

1. Overton (2002)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh tindakan dengan


melalui orang lain dengan kepercayaan dan kerjasama.

2. George R. Terry
1
Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, Bandung : Alfabeta, 2012,
hal.6
2
Ibid., hal. 7
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin.

3. Shelton (1997)

Ada beberapa prinsip kepemimpinan yang perlu dipahami yaitu :

a. Kepemimpinan adalah tindak eksklusif bagi kedudukan eksekutif


b. Organisasi akan hancur tanpa kepemimpinan
c. Hal yang benar untuk memimpin harus dimunculkan
d. Fokus kepemimpinan terhadap hubungan timbal balik
e. Kepemimpinan bersifat kontekstual
f. Pemimpin memberikan inspirasi kepada orang lain untuk memimpin
g. Keterampilan manajemen adalh suatu komponen penting dalam
kepemimpinan
h. Kepemimpinan dapat dipelajari.3

Berdasarkan uraian-urain di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang baik secara alamiah atau
melalui suatu pendidikan untuk mempengaruhi orang lain baik secara individu
maupun kelompok dalam suatu organisasi dalam situasi tertentu sehingga sukarela
anggota organisasi melakukan tujuan yang akan dicapai.

A.2 Definisi Kepala Sekolah

Dalam sebuah lembaga atau organisasi formal, baik kecil maupun besar dapat
dijumpai adanya seorang pemimpin tanpa terkecuali, termasuk pada lembaga
pendidikan. Dalam lembaga pendidikan khususnya sekolah di tingkat dasar dan
menengah, orang yang memimpin atau menjadi pemimpin dikenal dengan sebutan
kapala sekolah.

Kepala sekolah adalah seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran4.

Kepala sekolah merupakan seorang manager. Dialah yang mengatur segala


sesuatu yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan sekolah. Dengan posisi
sebagai manager, kepala sekolah mempunyai kewenangan penuh terhadap arah
kebijakan yang ditempuh menuju visi dan misi sekolah.

3
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Malang: UIN Malang Press, 2010, hal. 3
4
Jerry H. Makawimbang, Op.cit., hal. 61
Kepala sekolah juga merupakan pencerminan dari kepemimpinan kepala
sekolah. Artinya, kepala sekolah mengatur personil yang ada sedemikian rupa
sehingga memegang tanggung jawab sesuai dengan kompetensi atau pembagian
tugasnya5.

Menurut Mulyono, bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila orang
memberikan atensinya pada kiprah kepala sekolah. Karena kita ketahui bahwa
kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. Hali ini dikarenakan bahwa
kepala sekolah sebagai fasilitator pengembangan pendidikan, sebagai pelaksana
suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia
pendidikan secara tidak langsung juga diserahkan kepada kepala sekolah. Begitu
pula optimisme para orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan
menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah tertentu, tidak lain karena
menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah.

B. PENTINGNYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Kepala sekolah merupakan salah satu struktur terpenting dalam organisasi


kependidikan formal. Profesionalisme kepala sekolah akan memberikan dampak
positif dan perubahan yang baik dalam sistem pendidikan di sekolah (lembaga
pendidikan), antara lain dari dampak positif itu yakni efektifitas kependidikan,
kemepimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,
budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian,
partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterukaan (transparansi) manajemen,
kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan, responsive, dan anitisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan
sustainabilitas.6

Untuk mengetahui pentingnya peran kepala sekolah dalam instansi


pendidikan, maka perlu diketahui tugas-tugas atau fungsi lain dari kepala sekolah
selain memimpin instansi pendidikan. Fungsi-fungsi lain ini jika berjalan secara
maksimal maka akan tercipta lingkungan instansi pendidikan yang kondusif, baik
bagi pendidik maupun peserta didik. Fungsi-fungsi ini antara lain mencakup:

a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)


Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor
pengalaman akan mempengarui profesionalisme kepala sekolah, terutama

5
Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah : Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten, Yogyakarta:
Ar Ruzz Media, 2006, hal. 21
6
H.E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal.
89
dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan
terhadap pelaksanaan tugasnya.7
Kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai educator/pendidik
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolahnya. Sumidjo (1999:122) mengemukakan
bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang
terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari
keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan
bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan
tersebut, kepala sekolah harus berusaha menambah, menanamkan,
memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni
pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.8
- Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini
kepala sekolah berperan penting karena harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugasnya secara proporsional dan professional.
- Pembinaan moral yaitu membina para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk dari suatu perbuatan,
sikap, dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing instrumen
kependidikan. Kepala sekolah berperan penting untuk selalu memberi
nasihat kepada seluruh warga sekolah.
- Pembinaan fisik yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan
penampilan mereka secara lahiriah. Pentingnya peran kepala sekolah
yakni memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan terlihat
secara aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga.
- Pembinaan artistic yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kepekaan manusia dalam hal seni. Dalam hal
ini peran kepala sekolah adalah untuk memfasilitasi sarana penyalur
ide artistic para tenaga kependidikan.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberikan kesempatan
kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan

7
Ibid., hal. 100
8
Ibid., hal. 99
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.9
Peran penting kepala sekolah yakni dengan memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif yang dimaksudkan
bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga
kependidikan dan pihak lain yang menunjang kegiatan. Sebagai manajer,
kepala sekolah harus mau dan mampi mendayagunakan seluruh sumber
daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuan.10
Kepala sekolah harus bersikap demokratis dalam memberikan kesempatan
kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya
secara optimal. Selain itu, kepala sekolah harus berusaha mendorong
keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan sekolah.
Dalam hal ini, sekolah dapat berpedoman pada:
- Asas tujuan, yakni kepala sekolah harus menyampaikan tujuan instansi
kependidikan kepada seluruh tenaga kependidikan agar mereka dapat
memahami dan melaksanakan tugas mereka masing-masing dalam
mencapai tujuan tersebut.
- Asas keunggulan, yakni kepala sekolah harus berusaha untuk
mengembangkan budaya kerja dan menjadikan ketidakpuasan kreatif
sebagai sumber motivasi yang dapat menggerakkan tenaga
kependidikan.
- Asas mufakat, yakni kepala sekolah harus mampu menghimpun
gagasan bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan utuk
berpikir kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
- Asas kesatuan, yakni dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari
bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung
jawabnya, oleh karena itu kepala sekolah sekolah harus berusaha untuk
menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya
pengembangan sekolah untuk meningkatkan rasa memiliki dalam diri
para tenaga kependidikan.
- Asas persatuan, yakni kepala sekolah harus mendorong para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi sekolah.
- Asas empirisme, yakni kepala sekolah harus mampu bertindak
berdasarkan nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para

9
Ibid., hal. 103
10
Ibid.,
tenaga kependidikan, karena data yang memuat semua komponen
sekolah memegang peranan yang sangat penting.
- Asas keakraban, yakni kepala sekolah harus berupaya menjaga
keakraban dengan para tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat
dilaksanakan dengan lancer.
- Asas integritas, yakni kepala sekolah harus memandang bahwa peran
kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk
menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan
untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.11
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa “Supervision is a
process designed to help teacher and supervisor learn more about their
practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve
parents and schools; and to make the school a more effective learning
community”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa supervise
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu
para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah;
agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan
sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar
yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervise pendidikan, serta
memanfaatkan hasilnya.12 Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai
supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip: 1) Hubungan konsultatis,
kolegial, dan bukan hirarkis, 2) Dilaksanakan secara demokratis, 3)
Berpusat pada tenaga kependidikan (guru), 4) Dilakukan berdasarkan
kebutuhan tenaga kependidikan, dan 5) Merupakan bantuan professional.
Setiap tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara periodik dalam
melaksanakan tugasnya. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor

11
Ibid., hal. 107
12
Ibid., hal. 112
antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kesadaran tenaga
kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya dan meningkatnya
keterampilan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya.
e. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 10)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki
karakter khusus mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan
pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.13
Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis
dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter, dan laissez-
faire.14 Dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut oleh seorang kepala
sekolah sebagai leader, maka dalam menjalankan roda kepemimpinannya
di sekolah, kepala sekolah dapat menggunakan strategi yang tepat, sesuai
dengan tingkat kematangan para tenaga kependidikan, dan kombinasi yang
tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan. Strategi tersebut dalam
dilaksanakan dalam gaya mendikte, menjual, melibatkan, dan
mendelegasikan.
f. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala


sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan agar mudah dalam mendapatkan gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif. Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan,
dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Dalam pekerjaannya, kepala
sekolah dikatakan sebagai innovator jika ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional dan objektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel.

Dari penjelasan fungsi – fungsi kepala sekolah diatas kita dapat mengetahui
bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan. Karena dengan adannya kepemimpinan kepala sekolah tujuan, visi,
misi yang telah disepakati bersama bisa tercapai. Sebagaimana fungsi dari
kepemimpinan kepala sekolah yaitu mengarahkan civitas akademik untuk
menjalankan tugasnya.
13
Ibid., hal. 115
14
Ibid., hal. 116
C. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif

Kepala sekolah yang efektif sedikitnya harus mengetahui, menyadari, dan


memahami tiga hal yaitu mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di
sekolah, apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan efektivitas
sekolah, dan bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi
yang tinggi. Maka kemampuan menjawab tiga persoalan tersebut dapat dijadikan
tolok ukur sebagai standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepala
sekolah yang efektif atau tidak15.

Indikator kepala sekolah efektif secara umum juga dapat diamati dati tiga hal
pokok yaitu komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan
memimpin sekolah, serta senantiasa memfokuskan kegiatan pembelajaran dan
kinerja guru dikelas (Greenfield, 1987). Ungkapan tersebut sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Heck, dkk (1991) bahwa prestasi akademik dapat diprediksi
berdasarkan pengetahuan terhadap perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses kepemimpinan kepala sekolah mempunyai
pengaruh terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan. Berdasarkan hasil-hasil
kajiannya pada berbagai sekolah unggulan yang telah sukses mengembangkan
berbagai programnya, perilaku dalam kinerja juga dapat dikatakan sebagai
indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif.

Indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif secara umum


sebagai berikut:

1. Memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis, lugas, dan terbuka.


2. Menyiapkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para guru,
peserta didik, dan warga sekolah lainnya.
3. Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui guru sesering mungkin
berdasarkan data prestasi belajar.
4. Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan
dengan komite sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya.
5. Melakukan berbagai kunjungan kelas untuk mengamati kegiatan
pembelajaran secara langsung.
6. Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan mampu
mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkannya.
7. Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja seluruh
warga sekolah.
8. Memfokuskan perannya sebagai manajer sekolah dan anggaran.
15
H. E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2001.
hal. 19
9. Disiplinnya dalam menjaga dokumen sekolah.

D. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

Syarat utama manajemen sekolah berbasis (MBS) adalah kepemimpinan


partisipatif (participative leadership) dari kepala sekolah. Beragamnya perilaku
kepala sekolah dalam memimpin sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor
kontekstual, kondisi kelompok subjek yang dipimpin, dan faktor individual kepala
sekolah itu sendiri. Adapun tipe-tipe kepemimpinan tersebut seperti di bawah
ini.16

1. Pemimpin Otokratik

Kata otokratik berarti tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk


pemikiran dianggap benar, atau rasa aku keberterimaannya pada khalayak bersifat
dipaksakan. Pemimpin yang memiliki perilaku tersebut disebut dengan pemimpin
otokrtik atau otoriter. Kepemimpinan otokratik bertolak bahwa pimpinanlah yang
memiliki tanggung jawab penuh teradap organisasi. Pemimpin otokratik
berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya. Dia
bekerja sungguh-sunguh, bekerja keras, tertib, tidak boleh dibantah, menang diri,
tertutup ide dari luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat. Pemimpin otokratik
memiliki ciri-ciri :

a. Beban kerja organisasi di tanggung oleh pimpinan.


b. Bawahan hanya dianggap sebagai pelaksana dan tidak boleh memberikan ide-
ide baru.
c. Bekerja keras, disiplin, dan tidak mengenal lelah.
d. Menentukan kebijakan sendiri dan jika bermusyawarah hanya bersifat
penawaran saja.
e. Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan. Jika kepercayaan diberikan
di dalam dirinya masih penuh ketidakpercayaan.
f. Komunikasi satu arah dan tertutup.
g. Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.

2. Pemimpin Demokratis

Inti demokrasi adalah keterbukaan dan keinginan memosisikan pekerjaan dari,


oleh, dan untuk bersama. Tipe kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi
bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan yang bermutu dapat tercapai.
Oteng Sutisna mengemukakan bahwa kepemimpinan demokratis ialah suatu gaya
16
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,
Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hal. 212
kepemimpinan dimana pemimpin memainkan “peran premisif”. Istilah premisif
berasal dari bahasa Inggris yang berarti mengijinkan. Premisif diartikan sebagai
pembagian funsi-fungsi kepemimpinan dengan para angota kelompok melalui
partisipasi mereka dalam menetapkan perencanaan, tujuan, dan pengarahan
kegiatan.

Penulis buku ini merumuskan bahwa kepemimpinan demokratis ialah


kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi
dinamis, pemimpin mendelegasikan tugas dan memberikan kepercayaan kepada
yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang bermutu secara kuantitatif. Ciri
kepemimpinan demokrasi antara lain:

a. Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia


organisasi.
b. Bawahan dianggap sebagai komponen pelaksana yang harus diberi tugas dan
tanggung jawab.
c. Disiplin tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama.
d. Kepercayaaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung
jawab pengawasan.
e. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah.
Pimpinan demokratis dalam arti semu tidaklah demokratis. Demokratis hanya
dijadikan selubung untuk memperoleh kemenangan tertantu. Pimpinan seperti ini
disebut pimpinan pseudo demokratis yang sebenarnya otoriter namun berbuat
seolah-olah demokratis. Pimpinan pseudo demokratis memiliki ciri-ciri:
a. Banyak meminta pendapat namun punya pendapat sendiri yang dipaksakan
disetujui.
b. Seolah - olah mengiyakan tetapi akhirnya menyalahkan.
c. Banyak memberikan pujian kepada bawahan padahal hanya untuk menarik
simpati.
d. Mengambil keputusan secara simbolis.

3. Pemimpin Permisif
Kata permisif bermakna serba boleh, serba mengiyakan, tidak mau ambil
pusing, tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya, dan apatis. Pemimpin
permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Dia terlalu
banyak mengambil muka dengan dalih untuk menggenakkan individu
dihadapannya. Ciri pimpinan yang permisif yaitu :
a. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri.
b. Mengiyakan semua saran.
c. Lambat dalam mengambil keputusan.
d. Banyak mengambil muka kepada bawahan.
e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan.

E. Etika Kepemimpinan Kepala Sekolah

Untuk menjalankan tugas jabatannya, seorang kepala sekolah memerlukan


komitmen yang dapat dijabarkan dalam bentuk etika jabatan atau etika
kepemimpinan kepala sekolah.

1. Pengertian etika jabatan

Etika berasal dari kata ethos (yunani kuno) yang berarti kesusilaan. Dalam
bahasa Indonesia kata ethos menjadi etik atau etika yang berarti norma, kaidah
atau aturan. Etika jabatan atau etika kepemimpinan kepala sekolah di maksudkan
sebagai jabatan dan perilaku standar kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinannya.17

a. Tujuan
Tujuan etika kepemimpinan kepala sekolah adalah untuk:18
1) Memandu kepala sekolah dalam berperilaku.
2) Menghindari perilaku negative dan destruktif.
3) Mengembangkan profesionalitas.
4) Membentuk citra kepala sekolah.
5) Menghayati falsafat pendidikan.

b. Tugas dan tanggung jawab

Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan kepala sekolah di rumuskan dalam


11 langkah sebagai berikut:19

1) memahami misi dan tugas pokoknya;


2) mengetahui jumlah pembantunya;
3) mengetahui nama – nama pembantunya;
4) memahami tugas setiap pembantunya;
5) memperhatikan kehadiran pembantunya;
6) memperhatikan peralatan yang dipakai pembantunya;
7) menilai pembantunya;
8) memperhatikan karier pembantunya;
9) memperhatikan kesejahteraan;
10) menciptakan suasana kekeluargaan;
11) memberikan laporan kepada atasannya.
17
Mulyasa, Op. cit., hal. 58
18
Ibid.,
19
Ibid.,
c. Sikap dan perilaku yang perlu dimiliki kepala sekolah

Sikap dan perilaku kepemimipinan kepala sekola yang harus dimiliki kepala
sekolah adalah sebagai berikut:20

1) Memiliki tanggung jawab terhadap jabatan yang dipercayakan kepadanya.


2) Memiliki kepedulian dan komitmem yang tinggi untuk mencapai sesuatu
yang bermakna selama menduduki jabatannya.
3) Menegakkan disiplin waktu dengan penuh kesadaran bahwa disiplin
merupakan kunci keberhasilan.
4) Melaksanakan setiap tugas dan kegiatan dengan penuh tanggung jawab,
dan selalu jelas makna (value) dari setiap kegiatan dalam kaitannya
dengan peningkatan mutu lulusan.
5) Proakif (berinisiatif melakukan sesuatu yang di yakini baik) untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekoalah, tidak hanya reaktif ( hanya
melaksanakan kegiatan jika ada petunjuk ).
6) Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menuntaskan setiap masalah
yang dihadapi oleh sekolahnya.
7) Menjadi leader yang komunikatif dan motivator bagi stafnya untuk lebih
berprestasi serta tidak bersikap bossy (pejabat yang hanya mau di hormati
dan di patuhi ).
8) Memiliki kepekan dan merasa ikut bersalah terhadap sesuatu yang kurang
pas serta berusaha mengoreksinya.
9) Berani mengoreksi setiap kesalahan secara tegas dan bertindak bijaksana.

Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa kepala sekolah itu memiliki
etika yang harus dalam melakukan tugas kepemimpinannya. Dimana dengan etika
tersebut kepala sekolah dapat memposisikan dirinya secara proporsional.

20
Ibid., hal. 59
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk


mempengaruhi orang lain. Ini mengandung makna bahwa kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain tunduk
atau mengikuti semua keinginan pemimpin. Sedangkan kepala sekolah adalah
seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Dalam menjalankan tugasnya kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran


penting dalam dunia pendidikan. Karena dengan adannya kepemimpina seorang
kepala sekolah tujuan, visi, misi yang telah disepakati bersama bisa tercapai.
Sebagaimana fungsi dari kepemimpinan kepala sekolah yaitu mengarahkan civitas
akademik untuk menjalankan tugasnya.

Indikator kepala sekolah efektif secara umum dapat diamati dati tiga hal
pokok yaitu komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan
memimpin sekolah, serta senantiasa memfokuskan kegiatan pembelajaran dan
kinerja guru dikelas (Greenfield, 1987).

Beragamnya perilaku kepala sekolah dalam memimpin sekolah dipengaruhi


oleh faktor-faktor kontekstual, kondisi kelompok subjek yang dipimpin, dan
faktor individual kepala sekolah itu sendiri. Adapun tipe-tipe kepemimpinan
tersebut seperti di bawah ini:

1. Pemimpin Otokratik.
2. Pemimpin Demokratis.
3. Pemimpin Permisif.

Untuk menjalankan tugas jabatannya, seorang kepala sekolah memerlukan


komitmen yang dapat dijabarkan dalam bentuk etika jabatan atau etika
kepemimpinan kepala sekolah. Dimana dengan etika tersebut dapat menciptakan
serta menjaga kewibawaan dan kredebilitas kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara.

H. Makawimbang, Jerry. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung:


Alfabeta.

J. Starrat, R. 2007. Menghadirkan Pemimpin Visioner: Kiat Menegaskan Peran Sekolah.


Yogyakarta: Kanisius.

Mulyadi. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Malang: UIN Malang Press.

Mulyasa, H.E. 2001. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi
Aksara.

Mulyasa, H.E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Saroni, M. 2006. Manajemen Sekolah : Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten,


Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Suhardiman, Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai