Dosen Pengampu:
Dr. Yusi
Disusun oleh :
BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kepemimpinan dan kepala sekolah ?
2. Mengapa kepemimpinan kepala sekolah penting ?
3. Apa saja indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif ?
4. Apa saja tipe – tipe kepimpinan kepala sekolah ?
5. Bagaimana etika kepemimpinan kepala sekolah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi kepemimpinan kepala sekolah.
2. Mengetahui pentingnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
pelaksanaan pendidikan.
3. Mengetahui dan memahami indikator kepala sekolah efektif.
4. Mengetahui dan memahami tipe – tipe kepemimpinan kepala sekolah.
5. Mengetahui dan memahami etika kepemimpinan kepala sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang memuat dua hal pokok yaitu :
pemimpin sebagai subyek dan yang dipimpin sebagai obyek. Definisi pemimpin
menurut Stogdill (1974) adalah (1) fokus dari proses kelompok, (2) penerimaan
kepribadian seseorang, (3) seni mempengaruhi perilaku, (4) alat untuk
mempengaruhi perilaku, (5) suatu tindakan perilaku, (6) bentuk dari ajakan, (7)
bentuk dari relasi yang kuat, (8) alat untuk mencapai tujuan, (9) akibat dari
interaksi, (10) peranan yang diferensial dan (11) pembuat struktur2.
1. Overton (2002)
2. George R. Terry
1
Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, Bandung : Alfabeta, 2012,
hal.6
2
Ibid., hal. 7
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin.
3. Shelton (1997)
Dalam sebuah lembaga atau organisasi formal, baik kecil maupun besar dapat
dijumpai adanya seorang pemimpin tanpa terkecuali, termasuk pada lembaga
pendidikan. Dalam lembaga pendidikan khususnya sekolah di tingkat dasar dan
menengah, orang yang memimpin atau menjadi pemimpin dikenal dengan sebutan
kapala sekolah.
Kepala sekolah adalah seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran4.
3
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Malang: UIN Malang Press, 2010, hal. 3
4
Jerry H. Makawimbang, Op.cit., hal. 61
Kepala sekolah juga merupakan pencerminan dari kepemimpinan kepala
sekolah. Artinya, kepala sekolah mengatur personil yang ada sedemikian rupa
sehingga memegang tanggung jawab sesuai dengan kompetensi atau pembagian
tugasnya5.
Menurut Mulyono, bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila orang
memberikan atensinya pada kiprah kepala sekolah. Karena kita ketahui bahwa
kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. Hali ini dikarenakan bahwa
kepala sekolah sebagai fasilitator pengembangan pendidikan, sebagai pelaksana
suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia
pendidikan secara tidak langsung juga diserahkan kepada kepala sekolah. Begitu
pula optimisme para orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan
menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah tertentu, tidak lain karena
menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah.
5
Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah : Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten, Yogyakarta:
Ar Ruzz Media, 2006, hal. 21
6
H.E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal.
89
dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan
terhadap pelaksanaan tugasnya.7
Kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai educator/pendidik
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolahnya. Sumidjo (1999:122) mengemukakan
bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang
terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari
keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan
bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan
tersebut, kepala sekolah harus berusaha menambah, menanamkan,
memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni
pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.8
- Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini
kepala sekolah berperan penting karena harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugasnya secara proporsional dan professional.
- Pembinaan moral yaitu membina para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk dari suatu perbuatan,
sikap, dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing instrumen
kependidikan. Kepala sekolah berperan penting untuk selalu memberi
nasihat kepada seluruh warga sekolah.
- Pembinaan fisik yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan
penampilan mereka secara lahiriah. Pentingnya peran kepala sekolah
yakni memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan terlihat
secara aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga.
- Pembinaan artistic yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kepekaan manusia dalam hal seni. Dalam hal
ini peran kepala sekolah adalah untuk memfasilitasi sarana penyalur
ide artistic para tenaga kependidikan.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberikan kesempatan
kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan
7
Ibid., hal. 100
8
Ibid., hal. 99
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.9
Peran penting kepala sekolah yakni dengan memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif yang dimaksudkan
bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga
kependidikan dan pihak lain yang menunjang kegiatan. Sebagai manajer,
kepala sekolah harus mau dan mampi mendayagunakan seluruh sumber
daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuan.10
Kepala sekolah harus bersikap demokratis dalam memberikan kesempatan
kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya
secara optimal. Selain itu, kepala sekolah harus berusaha mendorong
keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan sekolah.
Dalam hal ini, sekolah dapat berpedoman pada:
- Asas tujuan, yakni kepala sekolah harus menyampaikan tujuan instansi
kependidikan kepada seluruh tenaga kependidikan agar mereka dapat
memahami dan melaksanakan tugas mereka masing-masing dalam
mencapai tujuan tersebut.
- Asas keunggulan, yakni kepala sekolah harus berusaha untuk
mengembangkan budaya kerja dan menjadikan ketidakpuasan kreatif
sebagai sumber motivasi yang dapat menggerakkan tenaga
kependidikan.
- Asas mufakat, yakni kepala sekolah harus mampu menghimpun
gagasan bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan utuk
berpikir kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
- Asas kesatuan, yakni dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari
bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung
jawabnya, oleh karena itu kepala sekolah sekolah harus berusaha untuk
menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya
pengembangan sekolah untuk meningkatkan rasa memiliki dalam diri
para tenaga kependidikan.
- Asas persatuan, yakni kepala sekolah harus mendorong para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi sekolah.
- Asas empirisme, yakni kepala sekolah harus mampu bertindak
berdasarkan nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para
9
Ibid., hal. 103
10
Ibid.,
tenaga kependidikan, karena data yang memuat semua komponen
sekolah memegang peranan yang sangat penting.
- Asas keakraban, yakni kepala sekolah harus berupaya menjaga
keakraban dengan para tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat
dilaksanakan dengan lancer.
- Asas integritas, yakni kepala sekolah harus memandang bahwa peran
kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk
menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan
untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.11
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa “Supervision is a
process designed to help teacher and supervisor learn more about their
practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve
parents and schools; and to make the school a more effective learning
community”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa supervise
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu
para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah;
agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan
sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar
yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervise pendidikan, serta
memanfaatkan hasilnya.12 Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai
supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip: 1) Hubungan konsultatis,
kolegial, dan bukan hirarkis, 2) Dilaksanakan secara demokratis, 3)
Berpusat pada tenaga kependidikan (guru), 4) Dilakukan berdasarkan
kebutuhan tenaga kependidikan, dan 5) Merupakan bantuan professional.
Setiap tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara periodik dalam
melaksanakan tugasnya. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor
11
Ibid., hal. 107
12
Ibid., hal. 112
antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kesadaran tenaga
kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya dan meningkatnya
keterampilan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya.
e. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 10)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki
karakter khusus mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan
pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.13
Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis
dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter, dan laissez-
faire.14 Dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut oleh seorang kepala
sekolah sebagai leader, maka dalam menjalankan roda kepemimpinannya
di sekolah, kepala sekolah dapat menggunakan strategi yang tepat, sesuai
dengan tingkat kematangan para tenaga kependidikan, dan kombinasi yang
tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan. Strategi tersebut dalam
dilaksanakan dalam gaya mendikte, menjual, melibatkan, dan
mendelegasikan.
f. Kepala Sekolah sebagai Inovator
Dari penjelasan fungsi – fungsi kepala sekolah diatas kita dapat mengetahui
bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan. Karena dengan adannya kepemimpinan kepala sekolah tujuan, visi,
misi yang telah disepakati bersama bisa tercapai. Sebagaimana fungsi dari
kepemimpinan kepala sekolah yaitu mengarahkan civitas akademik untuk
menjalankan tugasnya.
13
Ibid., hal. 115
14
Ibid., hal. 116
C. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif
Indikator kepala sekolah efektif secara umum juga dapat diamati dati tiga hal
pokok yaitu komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan
memimpin sekolah, serta senantiasa memfokuskan kegiatan pembelajaran dan
kinerja guru dikelas (Greenfield, 1987). Ungkapan tersebut sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Heck, dkk (1991) bahwa prestasi akademik dapat diprediksi
berdasarkan pengetahuan terhadap perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses kepemimpinan kepala sekolah mempunyai
pengaruh terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan. Berdasarkan hasil-hasil
kajiannya pada berbagai sekolah unggulan yang telah sukses mengembangkan
berbagai programnya, perilaku dalam kinerja juga dapat dikatakan sebagai
indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif.
D. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
1. Pemimpin Otokratik
2. Pemimpin Demokratis
3. Pemimpin Permisif
Kata permisif bermakna serba boleh, serba mengiyakan, tidak mau ambil
pusing, tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya, dan apatis. Pemimpin
permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Dia terlalu
banyak mengambil muka dengan dalih untuk menggenakkan individu
dihadapannya. Ciri pimpinan yang permisif yaitu :
a. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri.
b. Mengiyakan semua saran.
c. Lambat dalam mengambil keputusan.
d. Banyak mengambil muka kepada bawahan.
e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan.
Etika berasal dari kata ethos (yunani kuno) yang berarti kesusilaan. Dalam
bahasa Indonesia kata ethos menjadi etik atau etika yang berarti norma, kaidah
atau aturan. Etika jabatan atau etika kepemimpinan kepala sekolah di maksudkan
sebagai jabatan dan perilaku standar kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinannya.17
a. Tujuan
Tujuan etika kepemimpinan kepala sekolah adalah untuk:18
1) Memandu kepala sekolah dalam berperilaku.
2) Menghindari perilaku negative dan destruktif.
3) Mengembangkan profesionalitas.
4) Membentuk citra kepala sekolah.
5) Menghayati falsafat pendidikan.
Sikap dan perilaku kepemimipinan kepala sekola yang harus dimiliki kepala
sekolah adalah sebagai berikut:20
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa kepala sekolah itu memiliki
etika yang harus dalam melakukan tugas kepemimpinannya. Dimana dengan etika
tersebut kepala sekolah dapat memposisikan dirinya secara proporsional.
20
Ibid., hal. 59
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indikator kepala sekolah efektif secara umum dapat diamati dati tiga hal
pokok yaitu komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan
memimpin sekolah, serta senantiasa memfokuskan kegiatan pembelajaran dan
kinerja guru dikelas (Greenfield, 1987).
1. Pemimpin Otokratik.
2. Pemimpin Demokratis.
3. Pemimpin Permisif.
Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, H.E. 2001. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi
Aksara.
Suhardiman, Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.