Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. Bahkan pendidikan sudah mewarnai perjalanan hidup manusia

sejak manusia itu dilahirkan sampai dapat berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya.Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau

tidaknya pribadi manusia dalam kehidupan ini menurut ukuran normatif.

Pada sisi lain, pendidikan merupakan proses pemanusiaan menuju lahirnya

insan bernilai secara kemanusiaan (Danim,2006). Ki Hajar Dewantara

mengemukakan, pendidikan merupakan faktor terpenting untuk

membentuk manusia berbudi luhur, berkepribadian, dan bersusila

(Wibowo, 2012). Di Indonesia memiliki dua karakteristik model pengelolaan

pendidikan formal yaitu pendidikan formal yang dikelola oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Agama dalam

penelitian ini peneliti memfokuskan pada Madrasah Tsanawiyah.

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran

di lembaga pendidikan (Lumban Gaol, 2017), misalnya, sekolah. Selain

itu, kepala sekolah dan guru merupakan penggerak utama yang berpengaruh

signifikan terhadap setiap pelaksanaan proses pembelajaran siswa selama

berada di lingkungan sekolah. Tanpa adanya kinerja guru yang baik dan

peran kepala sekolah yang memadai dalam mengelola sekolah, sangat

sulit meningkatan kualitas pendidikan atau mencapai standar nasional

pendidikan.
Mutu pendidikan akan tercapai apabila komponen yang terdapat

dalam meningkatkan mutu pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen

yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah

tenaga pendidik yang bermutu, yaitu yang mampu menjawab tantangan-

tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab. Tenaga pendidik mempunyai

peran yang sangat strategi sdalam pembentukan pengetahuan, keterampilan,

dan karakter peserta didik, karena itu tenaga pendidik yang profesional

akan melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga menghasilkan

peserta didik yang lebih bermutu. Untuk meningkatkan kualitas dan kinerja

mengajar guru,banyak faktor yang mempengaruhinya, di antaranya adalah

kepemimpinan kepala madrasah, karena kepala madrasah harus memiliki

signifikansi yang kuat dan terfokus jika kepemimpinan itu memahami

tujuan pendidikan secara utuh dan menyeluruh. Keberhasilan memimpin

disatuan pendidikan, tentu saja tidakterlepas bagaimana seorang pemimpin

satuan pendidikan memahami apa yang menjadi dasar utama baginya untuk

membawa satuan pendidikan ke arah yang sudah ditetapkan. Salah satu

upaya kepala madrasah dalam memajukan madrasah agar berkinerja baik

yaitu dengan melakukan pembinaan kepada guru. Pembinaan tersebut

dilakukan agar guru melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,

efektif dan efisien.

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor20

Tahun 2003, Bab IX Pasal 35 ayat 1, terdapat delapan komponen standar

pendidikan Nasional, yaitu isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian

pendidikan. Kedelapan komponen tersebut harus ditingkatkan secara


berencana dan berkala supaya ada perubahan mendasar. Oleh karena itu,

untuk mencapai kedelapan komponen pendidikan nasional yang demikian,

maka kualitas proses pembelajaran di sekolah adalah sebagai penentu.

Pembelajaran di sekolah akan berhasil apabila kepala sekolah mampu

mengelola dan memimpin sekolah dengan baik. Kemampuan kepala sekolah

dalam mengelola dan memimpin sekolah ditunjukkan dari kepemimpinan

yang dimiliki dalam upaya mewujudkan sekolah sebagai wadah pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Menurut Pembendikbud nomo 6 tahun 2018 BAB VI pasal 15 tugas

pokok dari kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1. Beban kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok

manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga

kependidikan.

2. Beban kerja kepala sekolah bertujuan untuk mengembangkan sekolah dan

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 standar nasional pendidikan, yakni standar

kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidikan dan tenaga pendidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pembiyaan, standar penilaian pendidikan dan standar

pengelolaan,

3. Saat terjadi kekurangan guru dalam satuan pendidikan tertentu maka kepala sekolah

bisa melaksanakan tugas pembelaaran maupun pembimbingan agar proses

pembelajaran maupun pembimbingan tetap berlangsung dalam satuan pendidikan

yang bersangkutan.

4. Kepala sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan, tugas

pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan diluar tugas

pokoknya.
5. Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di SILN selain melaksanakan

beban kerja juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia.

Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, memang tidak bisa

dipisahkan dari berbagi tugas yang diembannya, misalnya sebagai

administrator, pengelola berbagai sumber daya yang ada di sekolah, dan

pemimpin pengajaran. Kepala sekolah yang menjabat sebagai tenaga

fungsional harus memiliki kompetensi profesional sebagai pemimpin

sekolah. Merujuk pada Surat Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara

Nomor 296 tahun 1996 tentang Jabatan Guru, dinyatakan bahwa kepala

sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan. Dengan kata lain,

kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan

supaya sekolah menjadi lembaga pendidikan yang efektif dan efisien dalam

melaksanakn proses pembelajaran. Atau dengan kata lain, sekolah sebagai

pusat pembelajaran haruslah berkualitas. Dalam meningkatkan kualitas

sekolah, kepemimpinan kepala sekolah merupakan komponen yang paling

penting dalam penentuan keputusan yang berkaitan dengan berbagai kegiatan

sekolah. Oleh karena itu, sekolah membutuhkan seorang kepala sekolah yang

mampu menumbuhkan kesadaran diri pada seluruh komponen sekolah untuk

bekerja sama dalam melakukan peubahan disekolah. hal ini hanya dimiliki

oleh kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan transformasional merupakan upaya merubah

kesadaran membangkitkan semangat bawahannya untuk selalu mengeluarkan

usaha yang lebih ekstra dalam menggapai tujuan, tanpa adanya perasaan yang

tertekan ataupun ditekan. Kepala madrasah sebagai seorang pimpinan yang

menjadi subjek dapat melakukan transformasi kepemimpinan melalui


pemberian bimbingan, tuntunan kepada yang dipimpinnya agar tujuannya

tercapai secara optimal. Pemimpin yang transformasional akan sanggup untuk

mengubah secara optimal sumber daya dalam rangka mencapai tujuan sesuai

dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya. Bawahan dari seorang

pemimpin yang transformasional merasa ada kekaguman, kepercayaan,

kesetiaan dan rasa hormat kepada para pemimpinnya sehingga berdampak

pada kualitas pendidikan yang lebih baik.

Kepemimpinan transormasional terdiri dari kata kepemimpinan dan

transdormasional. Kepemimpinan merupakan salah satu proses kegiatan

seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau

mengendalikan pikiran, perasaan atau tingkah laku seseorang. Sedangkan

transformasional merupakan kemampuan pemimpin untuk mengubah sesuatu

menajdi berbeda dari sebelumnya. Selanjutnya robbins (2017:261)

menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional dapat menyadarkan dan

membantu para pengikut atas permasalahan mereka dengan melihat pada

permasalahan lama dengan cara yang baru, dan membangkitkan semangat

dan menginspirasi para pengikut untuk seterusnya demi mencapai tujuan dari

suatu kelompok. Untuk menjadi seorang pemimpin transformasional harus

merasakan kepercayaan dan rasa hormat dari bawahanya dengan memotivasi

mereka atau menyadari pentignya hasil suatu pekerjaan.

Kepemimpinan transformasional sebagai seorang pemimpin yang

mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi bawahan dengan cara tertentu.

Dengan penerapan kepemimpinan transformasional maka bawahan akan

merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya.


Kepemimpinan transformasional memberikan dampak yang signifikan

terhadap keefektifitasan suatu organisasi.

Pemimpin yang transformasional dapat meningkatkan kinerja guru

karena dalam pelaksananya pemimpin transdormasional sangat inovativ dan

kreatif dalam berfikir menemukan ide-ide yang baru untuk kemajuan suatu

organisasi. Berkenaan dengan hal tersebut Robbins dan Judge (2008:91)

mengemukakan ciri-ciri kepemimpinan transformasional, yaitu :

a. Stimulasi Intelektual

Adalah perilaku kepemimpinan yang mampu meningkatkan

kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreatifitas dan invoasi

mereka, meningkatkan reasionalitas dan pemecahan masalah

secara cermat

b. Konsiderasi Invidual

Adalah perilaku pemimpin yang memberikan perhatian pribadi,

dan melati memberikan saran serta mendampingi mereka,

memonitor dan menumbuhkan peluang

c. Motivasi Inspirasional

Adalah perilaku pemimpin yang mampu mengkomunikasikan

harapan yang tinggim menyampaikan visi bersama secara

menarik dan menginspirasi bawahan untuk mencarapi tujuan yang

menghasilkan kemjuan organisasi

d. Pengaruh Idealis

Adalah perilaku pemimpin yang memberikan visi dan misi serta

menumbuhkan rasa bangga dan mendapat respect serta rasa

percaya dari bawahanya.


Selain itu, posisi guru atau tenaga pendidik juga tak kalah penting

dalam lembaga sekolah, karena guru juga merupakan salah satu faktor

penentu pengembangan dan peningkatan mutu sekolah dan pendidikan

sekolah. Dalam Undang-Undang no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal

39, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembibingan dan pelatihan, sertan meakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sebagai

pendidik, guru dituntut untuk selalu melaksanakan tugasnya dengan penuh

dedikasi dan motivasi dari dirinya sendiri, bertanggung jawab serta memiliki

kedisiplinan yang tinggi. Hal tersebut dilakukan agar guru memiliki kinerja

yang baik.

Guru merupakan tenaga profesional yang mentransfer ilmu tetapi

sekaligus menjadi pembimbing yang mengarahkan siswa dalam belajar dan

mengantarkan peserta didiknya agar menjadi individu yang cerdas dan

berkembang. Guru adalah pihak yang paling banyak bertemu dan

berkomunikasi langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau

pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, Kepala Sekolah sangat perlu

melaksanakan pembinaan kepada seluruh tenaga pendidik atau guru di

sekolah yang dipimpinnya, dikarenakan faktor human (guru) adalah salah

satu faktor yang menentukan aktifitas dan pergerakan sekolah sebagai wadah

pendidikan. Dalam peningkatan kinerja guru, seorang Kepala Sekolah

tentunya memiliki kemampuan dalam mempengaruhi partisipasi para guru

agar melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan bekerja sesuai dengan

konteks pekerjaan masing-masing guru sehingga guru mampu meningkatkan


kinerjanya dengan diarahkan dan dipandu oleh Kepala Sekolah.Dalam hal

tersebut, Kepala Sekolah diharapkan menjadi pemimpin yang memiliki

kemampuan memimpin serta mampu membaca keadaan para guru, membaca

situasi sekolah dan situasi pekerjaan yang akan dilakukan oleh guru.

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus mengupayakan peningkatan

kinerja guru, baik dengan mengkomunikasikan gambaran tujuan lembaga

sekolah yang dipimpinnya atau melakukan program pembinaan peningkatan

kemampuan guru atau tenaga kependidikan.

Apabila peran kepala sekolah sebagai pemimpin tersebut dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan dukungan profesionalitas

yang tinggi serta iklim organisasi sekolah yang kondusif, maka diharapkan

akan terwujud peningkatan kinerja guru, fasilitas yang dibutuhkan tersedia

secara lengkap dan layak pakai, iklim organisasi sekolah yang kondusif dan

mendukung keberhasilan proses belajar mengajar, serta siswa dapat belajar

dengan tenang, tekun, penuh kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab.

Apabila gambaran tersebut terjadi, maka akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan. Sikap ini merupakan salah

satu modal penting bagi seseorang dalam mencapai suatu kesuksesan, baik

secara individu maupun kelompok atau organisasi.

Terdapat 54 SMA di Kabupaten Banyumas yang terbagi menjadi dua

dengan 29 sekolah swasta dan 25 sekolah negeri. Salah satu sekolah yang

menjadi objek penelitian ini adalah SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah

Purwokerto yang berada di Jalan Prof. Dr.Suharso Kecamatan Purwokerto

Timur Kabupaten Banyumas. SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto


adalah sebuah lembaga pendidikan formal swasta di bawah naungan Yayasan

Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto.

Yayasan Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto yang berdiri pada 6

September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Perhimpunan Al Irsyad mempunyai

sifat khusus, yaitu perhimpunan yang berkaidah Islamiyah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pendidikan, pengajaran,

serta social dan dakwah bertingkat nasional. (AD, ps. 1 ayat 2), Al-Irsyad

merupakan sekolah swasta yang berada di Purwokerto yang terdiri dari

tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Boarding yang berlokasi di Jalan. Prof. Dr.

Suharso, Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten

Banyumas, Jawa Tengah. Al Irsyad mempunyai visi terwujudnya masyarakat

yang berdaya melalui pelayanan, pembelaan dan pemberdayaan yang berbasis

pada sistem yang berkeadilan dan misi membangun lembaga berkelas

nasional dan pelayanan, pembelaan dan pemberdayaan. Keunggulan dari

Yayasan Al Irsyad yaitu untuk memperdayakan masyarakat dhuafa berbasis

pendidikan, dakwah, kesehatan, dan sosial kemanusiaan. Di Al Irsyad sendiri

mempunyai sumber daya manusia yang terdiri dari guru, tata usaha, office

boy, dan satpam. Penelitian ini mengambil sumber daya manusia yang terdiri

dari tingkat SMA sebanyak 60 SDM, tingkat SMP sebanyak 67 SDM, dan

tingkat SD sebanyak 93 SDM.

Kepala sekolah SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto,

memberikan dorongan, arahan, motivasi, dan pembinaan kepada guru dalam

meningkatkan kinerjanya agar para guru memiliki perangkat pembelajaran

yang lengkap sehingga pembelajaran di kelas dapat berjalan sesuai prosedur

pelaksanaanya. Disamping itu untuk meningkatkan prodesional guru dalam


menjalankan tugasnya kepala sekolah mengikutsertakan para guru dalam

kegiatan pelatihan sesuai dengan kompetensi keilmuan guru yang

berkontribusi terhadap peningkatan kinerjanya dalam memberikan pendidikan

dan pembelajaran di kelas

SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto merupakan sekolah

yang berprestasi, baik bidang akademin maupun non akademik. Prestasi

tersebut dirasih dari berbagai event yang diikuti baik di tingkat provinsi

bahkan di tingkat nasional. Salah satu prestasi yang diraih oleh SMA IT Al

Irsyad Al Islamiyyah adalah menduduki urutan teratas daftar 10 sma terbaik

di Kabupaten Banyumas dengan mendapatkan nilai total rata-rata nilai UTBK

2022 : 570,089. Ranking ini berdasarkan nilai rata-rata tertinggi UTBK dan

pemilahan dari dafar 1000 sekolah terbaik 2022 di Indonesia yang

dikeluarkan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Tak

hanya itu, peningkatan poin ini juga menempatkan SMA IT Al Irsyad Al

Islamiyyah Purwokerto menjadi pemilik rangking 18 provinsi dan peringkat

133 di tingkat nasional. Prestasi siswa juga menonjol. Nilai rerata tertinggi

UTBK diraih oleh Nisrina Azmi dengan skor 783. Nisrina saat ini telah

diterima di Kedokteran Unsoed. Selain itu nilai tertinggi Mata Pelajaran

Kimia untuk tes TKA diraih oleh Syahrani Putri dengan skor 964.66.

Syahrani saat ini telah diterima di Teknik Pertambangan dan Perminyakan

ITB. Lalu nilai tertinggi matematika dengan skor 822 diperoleh Muhammad

Al Farizi yang kini diterima di Teknik Industry ITB.

“Peningkatan rangking nasional cukup fantastis, dari rangking 353

pada tahun lalu menjadi peringkat 133 pada tahun ini,” terang Fahmi

Abdul Karim Altway, Ketua LPP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto.


https://alirsyadpwt.or.id/sma-it-al-irsyad-rangking-1-kabupaten-dan-rangking-18-

provinsi/

Ustadz Fahmi menyampaikan, ‘’nilai UTBK akan mempengaruhi nilai

indeks sekolah. Kemudian, indeks sekolah akan mempengaruhi

peluang untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

dengan undangan tanpa tes. SMA IT Al Irsyad dengan akreditasi A

mendapatkan kuota SNMPTN 40% dari jumlah siswa per jurusan.

Prestasi ini menjadi tantangan dan memicu motivasi adik kelas untuk

dapat memberikan peringkat terbaik mereka di UTBK tahun 2023’’

https://serayunews.com/sma-it-al-irsyad-raih-predikat-terbaik-se-eks- karesidenan-

banyumas/

Kondisi tersebut menandakan bahwa proses pembelajaran di SMA IT

Al Irysad Al Islamiyyah Purwokerto dapat berjalan dengan efektif dan efisien

dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dikelas, hal

tersebut karena adanya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto.

Melalu uraian yang telah dikemukakan diatas bahwa kepemimpinan

transformasional kepala sekolah dapat ditentukan oleh pendayaan sumber daya

manusia (SDM). Maka dari itu kepala sekolah sebagai pemimpin sebaiknya

menyadari dan tanggap untuk dapat meningkatkan kinerja para guru dengan

memberikan dorongan agar guru dapat melaksanakan tugas mereka sesuai

dengan ketentuan yang sudah diberikan. Dari penjelasan tersebut menarik

perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “ Kepemimpinan


Transformasional Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMA

IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelirian ini yaitu :

Bagaimana Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan

Kinerja Guru di SMA IT Al Irysad Al Islamiyyah Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Kepemimpinan Transformasional Dalam

Meningkatkan Kinerja Guru di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan informasi

perkembengan ilmu sosial, serta Ilmu Administrasi Publik terutama berkaitan dengan

manajemen sumber daya manusia.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap pihak

terkait dengan upaya untuk peningkatan kinerja furu untuk mendukung pencapaian

tujuan dari SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Keterkaitan Kepemimpinan dengan Administrasi Publik

Administrasi publik atau administrasi negara dewasa ini telah

diberikan arti lebih dari sekedar pengertian yang sederhana yaitu “ilmu urusan

negara” administrasipublik memiliki peranan yang sangat besar dalam

mencakup keseluruhan aspek dari lingkungan sosial, politik, budaya dan

hukum yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dari lembaga negara.

Administrasi publik mempelajari banyak studi antara lain yaitu tentang

kebijakan publik, manajemen publik serta pembangunan.

Suatu organisasi baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi

swasta, untuk mencapai suatu tujuan perlu adanya unsur-unsur yang

mendukung jalanya operasional organisasi. Salah satu unsur yang menunjang

berhasilnya tujuan tersebut adalah manusiayang merupakan sumber daya paling

berharga dan penting yang ada dalam lingkungan organisasi. Di dalam

organisasi sangat dibutuhkan adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan

mengarahkan alur organisasi untuk mencapai tujuanya. Upaya seseorang untuk

bertanggung jawab dalam menjalankan suatu organisasi dan pemanfaatan

sumberdaya (orang dan mesin) guna mencapai tujuan organisasi disebut dengan

manajemen publik.

Kaitan judul penelitian saya dengan manajemen publik yaitu karena

dalanm melakukan tanggungjawab untuk menjalankan suatu organisasi

diperlukan adanya seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahanya supaya


mengikuti arahan sehingga tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai.

Karena kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan

yang melibatkan perubahan dalam organisasi.

2. Kepemimpinan Transformasional

a. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal, setiap

manusia adalah pemimpin, minimal untuk memimpin atau mengendalikan

semua tindakan yang dilakukannya. Didalam organisasi kepemimpinan adalah

unsur penting dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan berkenaan

dengan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha

untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Freeman, dan Gilbert,

menyatakan: “leadership is the process of directing and influencing the task

related activities of group members”. Kepemimpinan adalah proses dalam

memberikan bimbingan dan mempengaruhi para anggota dalam berbagai

aktivitas yang harus dilakukan

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari katadasar pimpin yang

artinya menuntun, menunjukan jalan dan membimbing dalam perkataan ini

dapat disamakan pengertianya dengan mengetahui, mengepalai, memandi dan

melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat pengerjakan secara

mandiri. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupn non

fisik terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin.

Sedangkan kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau melakukan tindakan

apapun demi suatu tujuan tertentu. Kepemimpinan merupakan suatu bentuk

dominasi yang didasari oleh kapabilitas / kemampuan pribadi, yaitu mampu


mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai

tujuan bersama. Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan

kepemimpinan, Solekhan (2012:59).

Anoraga dalam Sutrisno (2009:214) juga mengemukakan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui

komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud

untuk menggerakan orang-orang dengan penuh pengertian, kesadara, dan

senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin itu. Sedangkan menurut

Salam (2002:90) ada tiga variable penting dalam kepemimpinan yaitu :

a. Pemimpin sebagai orang yang menjalankan fungsi kepemimpinan

b. Pengikut sebagai sekelompok orang yang berkedudukan sebagai pemimpin

c. Situasi sebagai kondisi atau keadaan yang melingkupi kepemimpinan

Setiap kepemimpinan akan selalu menggunakan power atau kekuatan.

Kekuatan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi orang lain. Kemampuan seorang kepemimpinanadalah untuk

membina hubungan yang baik, komunikasi dan interaksi dengan para

bawahanya dan selruh elemen organisasi tersebut. Kemampuan adalah

persyaratan mutlak bagi seorang pemimpin dalam membina komunikasi untuk

menjalankan suatu organisasi sehingga akan terjadi satu kesatuan dalam

pemahaman, dengan kemampuan kepemimpinan juga akan memungkinkan

seseotang pemimpin untuk memberikan pengaruh bagi para bawahanya agar

mereka mau menjalankan tugasnya dan betanggungjawab denga jujur,

amanah, ikhlas, dan profesional.

Tanpa kepemimpinan yang memiliki kemampuan maka

memungkinkan terjadinya kesalahan makin besar dan kemungkinan berhasil


dengan sendirinya akan kecil. Menurut Kotter Tujuan utama kepemimpinan

adalah menghasilkan perubahan yang perlu, khususnya perubahan yang

signifikan. Pemimpin merupakan orang yang memiliki wewenang untuk

membuat keputusan. Organisasi tanpa pemimpin akan melahirkan sekumpulan

orang-orang yang tidak punya arah dan tujuan yang jelas. Sebaliknya, seorang

pemimpin tanpa pengikut akan melahirkan organisasi yang stagnan tanpa

hasil. Pemimpin dan pengikut harus saling bekerjasama untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Sebagaimana menurut Sadler, “the good

leader tends to share decision making and share responsibility.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang

pemimpin dalam mempengaruhi suatu kelompok atau masyarakat agar mau

melakukan kegiatan atau tindakan yang telah direncanakan guna mencapai

tujuan tertentu.

b. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata yaitu

kepemimpinan dan transformasional. Kepemimpinan yang setiap tindakan

yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk mengoordinasikan,

mengarahkan dan mempengaruhi orang lain dalam memilih, dan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Transformasi bermakna mentransformasikan

atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya

mentransformasikan visi menjadi realita atau mengubah sesuatu potensial

menjadi aktual.

Gaya kepemimpinan transformasional akan mampu membawa para

pengikut dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal,


kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional dan cita-cita bersama.

Pemimpin dengan kepemimpinan tranformasional adalah kepemimpinan yang

memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan

serta mempu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi,

memelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada

individu-individu karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun

teamwork yang solid, membawa pembaharuan dalam etos kerja dan kinerja

manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin dan mengendalikan

organisasi. Untuk menjadi pemimpin transofrmasional ia harus melaksanakan

tugasnya dengan cara :

a. Membangun kesadaran pengikutnya akan pentingnya semua pihak

mengembangkan nilai organisasi dan perlunya semua pihak mengembangkan kerja

keras untuk meningkatkan produktivitas organisasi

b. Membangun komitmen berorganisasi dengan mengembangkan kesadaran ikut

memiliki organisasi (sense of belonging) dan kesadaran untuk ikut bertanggung jawab

menjaga keutuhan dan keidupan organisasi, serta berusaha memelihara dan

memajukan organisasi (sense of responsibility)

Kepemimpinan transformasional menurut Susanto (2016:61) adalah

kemampuan seorang pemimpin dalam melaksanakan pekerjaan dengan

melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal seluruh sumber

daya dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan target capaian yang sudah

ditetapkan. Menurut Komariah dan Triatna (2005:78) kepemimpinan

tranformasional adalah agen perubahan dan seorang pemimpin yang bertindak

sebagai katalisator yaitu seorang yang memiliki peran untuk mengubah sistem

ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan segala sumber daya manusia
yang bekerja, serta seorang pemimpin yang tampl sebagai pelopor dan

membawa perubahan bagi anggotanya ke arah yang lebih baik.

Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood dd

menulis “transformational leadership, I see to be sensitive to organization

building, developing shared vision, distributing leadership an building school

culture necessary to current restructuing effort in schools”. Kutipan ini

mengartikan bahwa kepemimpinan transformasional mengiring sumber daya

manusia (SDM) yang dipimpin kearah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan

pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, kewenangan

kepemimpinan dan membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi

keharusan dalam skema renstrukturisasi sekolah itu.

Merujuk pada penjelasan di atas dapat dipaparkan bahwa seorang

pemimpin transformasional berusaha mentransofrmasi dan memotivasi para

pengikutnya dengan cara membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya

hasil-hasil dari suatu pekerjaan yang meminta invidu memntingkan

kepentingan tim diatas kepentingan pribadi dan mengubah tingkat kebutuhan

para bawahanya atau dapat memperluas kebutuhan para bawahanya.

Pemimpin transformasional mendapatkan komitmen yang lebih besar dari para

bawahan dan juga mendorong bawahan untuk mendahulukan kepentingan

organisasi diatas kepentingan pribadi bukan saja dengan kharismanya tapi juga

dengan berperan sebagai pembimbing, guru atau mentor kepada semua guru

atau karyawan dalam sebuah organisasi.

Ada tiga proses dalam kepemimpinan transformasional untuk

mencapai hasil tersebut, yaitu :


1. Pemimpin transformasional meningkatkan kesadaran bawahanya tentang nilai

urgenitas dan sasaran yang telah ditetapkan dan sarana untuk mencapainya.

2. Pemimpin transformasional mendorong bawahanya untuk mencapai melampaui

kepentingan diri mereka demi kebaikan kelompok dan tujuan

3. Pemimpin transformasional memenuhi tingkat tinggi bawahanya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin

transformasional harus mampu mentransformasikan secara optimal tentang

sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai

dengan target yang telah ditentukan. Seperti : sumber daya manusia, fasilitas,

dana dan faktor eksternal. Sedangkan dalam indikatornya dengan cara

memberikan pembaharuan, memberi teladan, mendorong kinerja bawahan,

mengharmoniskan lingkungan kerja, memberdayakan bawahan, bertindak atas

sistem nilai, serta meningkatkan kemampuan dan mampu menghadapi dalam

situasi yang rumit.

c. Dimensi Kepemimpinan Transformasional

Avolio mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi kepemimpinan

transformasional yang dikenal juga dengan konsep 4I. Kemudian Bass

menyarakankan kepada pemimpin transformasional agar dapat menggalang

suatu kepercayaan, hormat dan kekaguman dari pada pengikutnya. Berikut ini

adalah dimensi 4I dan indikator teori kepemimpinan transofmasional menurut

Avolio, yaitu :

1. Idealized influence (Perilaku idealisme)

Permimpin transformasional dengan perilaku idealized influence akan

terus berusaha membawa pengikutnya ke arah suatu idealisme yangg tidak

hanya sekedear sebagai jalan, akan tetapi mampu atau dapat meyakinkan
pengikutnya bahwa yang di cita-citakan tersebut pasti tercapai. Idealitas sosok

pemimpin transformasional pada sisi yang lain perlu dibentengi dengan

adanya komitmen yang tinggi, akan tetapi komitmen yang tinggi sosok

pemimpin ini terhadap organisasi pendidikan tidak cukup untuk

menumbuhkembangkan organisasi tanpa ada usaha peningkatan komitmen

yang tinggi pula dari komponen organisasi pendidikan terhadap visi dan misi

organisasi. Artinya langkah pemimpin transformasional dalam organisasi

pendidikan perlu mendapat pertimbangan dari seluruh komponrn termask

dalam konteks ini adalah pilar pilar penyangga organisasi pendidikan seperti

stakeholders organisasi.

Dengan demikian bisa dipasstikan bahwa kepemimpinan seperti ini

akan mampu membawa kesadaran pengikutnya dengan memunculkan ide ide

yang produktif, bertanggung jawab dan nilai-nilai moral. Pengaruh idelaisme

mengandung makna bahwa kepala sekolah dan staf saling berbagi resike

melalui pertimbangan kebutuhan priadi dan perilkau moral secara etis. Oleh

sebab itu masa depan ideal lembaga pendidikan sebenarnya sangat ditentukan

oleh eksistensi pemimpinnya. Pemimpin lembaga pendidikan memiliki

otoritas dan bertanggung jawab penuh sesuai jenjang manajerialnya terhadap

efektifitas pengelolaan lembaga sekolah. Pemimpin memiliki peran

pengambilan keputusan (decision role) yang sangat kuat dan perlu

menjalankannya secara benar dan tepat sasaran, dengan peran ini dapat

dipastikan perubahan dan perkembangan masa depan pendidikan menjadi jauh

lebih baik. Pada hakekatnya kondisi inilah yang menjadi harapan masyarakat

sebagai user output lembaga pendidikan dan sudah seharusnya menjadi

paradigma berpikir pelaku institusi pendidikan.


2. Inspirastional Motivation (Motivasi Inspirasi)

Inspirational motivation adalah salah satu dari karakteristik pemimpin

transformasioal yang menjadi inspirasi, memotivasi dan memodifikasi

karakteristik anggota organisasi pendidikan untuk mewujudkan hal-hal yang

mungkin namun tidak terbayangkan, mengajak anggota organisasi pendidikan

memandang ancaman/tekanan sebagai peluang untuk sarana belajar dan

berprestasi. Dengan demikian, pemimpin transformasional berusaha

mengidentifikasi berbagai faktor yang ada dalam organisasi pendidikan

dengan tubuh, pikiran, dan emosi yang luas. Perilaku ini diimplikasikan pada

seluruh anggota organisasi pendidikan dengan cara yang bersifat inspirasional

dengan ide-ide atau gagasan yang tinggi sebagai motivasi. Kemudian seorang

pemimpin transformasional juga harus menunjukkan atau mendemonstrasikan

komitmen terhadap sasaran organisasi sekolah melalui perilaku yang dapat

diobservasikan para stafnya.

Salah satu perilaku yang muncul dari salah satu sifat pemimpin

transformasional tersebut adalah pada aspek mengispirasikan anggota

organisasi pendidikan. Artinya, ia bisa mengispirasi kemungkinan-

kemingkinan yang bisa diraih oleh anggotanya, seorang pemimpin juga

menunjukan potensi yang mereka miliki yang selama ini tidak pernah mereka

sadari, bahkan ia juga bedah strateginya sedemikian rupa sehingga siapapub

yang melihat strategi itu akan yakin target tersebit amatlah mungkin tercapai.

Dalam memberikan motivasi kepada para bawahanya, pemimpin

transformasional dituntut mengolah kata yang bisa memacu spirit dan inspirasi

seluruh anggota organisasi pendidikan. Kata-kata yang penuh antusias akan


mengorbankan semangat anggota organisasi untuk menciptakan dan

membangun motivasi kerja dalam sistem nilai dan moral yang tinggi.

3. Intellectual stimulation

Merupakan salah satu bentuk perilaku dari kepemimpinan

transformasional yang berupa upaya meningkatkankesadaran para pengikut

terhadap masalah diridan organisasi serta upaya mempengaruhi untuk

memandang masalah tersebut dari perspektif yang baru untuk mencapai

sasaran organisasi, meningkatkan intelegensim rasionalitas dan pemecahan

masalah secara seksama. Dimensi ini juga mengandung makna bahwa seorang

pemimpin transformasional perlu mampu berperan sebagai

penumbuhkembang ide-ide yang kreatif sehingga dapat melahirkan inovasi,

maupun sebagai pemecahan masalah (problem solver) yang kreatif, sehingga

dapat melahirkan solusi terhadap berbagai permasalahan yang muncur dalam

organisasi pendidikan.

Mennurut Bass dan Avolio (2017:129) sebagai seseorang yang

intelektual, pemimpin senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif

dari guru serta selalu memberi dorongan kepada guru untuk mempelajari dan

mempratikan berbagai pendekatan baru dalam melaksanakan pekerjaan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang transformasional dalam dimensi

intellectual stimulation senantiasa menciptakan rancangan dan berpikir

inovatif bagi guru melalui berbagai pertanyaan, merancang kembali suatu

masalah, menggunakan pendekatan lama melalui cara yang baru. Perilaku

kepala sekolah yang semacam ini dapat membuat guru merasa tertantang dan

dipercaya. Hal ini akan berdampak pada berkembangnya kreativitas guru yang

dapat mengakibatkan tercapainya kinerja guru yang lebih baik dalam


menjalankan tugasnya dan bahkan bisa melampaui dari apa yang diharapkan.

Jadi, stimulasi intelektual, artinya menghargai kecerdasan, rasionalitas, dan

pemecahan masalah secara hati-hati.

4. Individual Consideration

Seorang pemimpin transformasional senantiasa memperhatikan

bawahanya agar bawahanya bisa mencapai kemajuan serta mengembangkan

diri. Perilaku ini juga bentuk dari kepemimpinan transformasional yang

dimana ia merenung, berpikir, dan terus mengidentifikasi kebutuhan

anggotanya, mengenali kemampuan anggotanya, mendelegasikan

wewenangnya, memberikan perhatian, membina, membimbing dan melatih

para pengikut secara khusus agar mencapai sasaran organisasi, memberikan

dukungan, membesarkan hati dan memberikan pengalaman-pengalaman

tentang pengembangan kepada pengikut.

Dalam bentuk lain individual consideration merupakan perilaku

kepemimpinan yang mendekatkan diri kepada karyawan dengan emosional.

Artinya pada aspek ini ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan

tingkat gaya kematangan anggota terutama pada kekuasaan hubungan dengan

bersumber pada hubungan yang telahdijalin pimpinan dengan orang penting

dan berpengaruh baik di luar atau dalam organisasi.

Menurut Bass dan Avolio (2016:64) dalam dimensi Individual

consideration ini, kepala sekolah memposisikan dirinya sebagai orang yang

penuh perhatian dalam mendengarkan dan menindak lanjuti keluhan, ide,

berbagai harapan dan segala masukan maupun saran yang diberikan oleh

gurum dengan melalui pemberian bantuan sebagai pemimpin, memberikan

pelayanan sebagai mentor, mencari tahu kebutuhan individu untuk dapat


meningkatkan perkembangan dan keberhasilan, memberikan penghargaan

terhadap pekerja yangberhasil dilaksanakan, memberikan kritikan terhadap

kelemahan guru secara kondusif, menggunakan bakat khusus yang dimiliki

oleh guru dan memberikan kesempatan guru untuk belajar.

D. Ciri Kepemimpinan Transformasional

Menurut Suparno dan Sudarman Danim, menjelaskan bahwa ciri-ciri

pemimpin transformasional pada dasarnya memiliki totalitas perhatian dan

selalu berusaha membantu dan mendukung keberhasilan dari para

pengikutnya. Tentu saja semua perhatian dan totalitas yang diberikan dari

seorang pemimpin transformasional tidak akan berarti tanpa adanya komitmen

bersama dari masing-masing pribadi para pengikut atau bawahanya.

Kepemimpinan transformasional secara khusu hubungan dengan ide

perbaikan. Kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang

pemimpin itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan untuk dapat memberikan rangsangan semangat para

kolega dan pengikutnya melihat semua pekerjaan mereka dari ebebrapa sudut

dan prespektif yang baru.

2. Memiliki kemampuan untuk menurunkan visi dan misi kepada tim dan

organisasinya.

3. Mempu mengenbangkan, memotivasi semua kolega dan pengikutnya untuk

melihat pada kepentinganya masing-masing, sehinga dapat membawa manfaat

bagi kepentingan organisasinya

Adapun ciri-ciri kepemimpinan menurut Bass adalah sebagai berikut:


1. Kharismatik, yaotu memberi visi dan misi organisasi dengan jelas, menanamkan

kebanggan, memperoleh reflek, didukung dan kepercayaan dari bawahan atau rekan

kerjanya.

2. Inspiratif, yaitu mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang-

lambang untuk memfokuskan upaya mengungkapkan maksud-maksud penting dengan

cara sederhana

3. Memiliki rangsangan intelektual yaitu menggalakkan perilaku yang cerdas,

membangun organisasi belajar, rasionalitas dan memberikan pemecahan masalah

yang ada.

4. Pertimbangan yang di individualkan, yaitu memberikan perhadian pribadi,

memperlakukan setiap karyawan, staff dan guru secara individual, melatih dan

menisahati.

Tingkat sejauh mana seorang pemimpin dapat dikatakan

transformasional terutama apabila dapat diukur dengan dalam hubunganya

dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya. Para pengikut

seorang pemimpin transoformasional dapat merasakan adanya kepercayaan,

kekaguman, kesetiaan dan hormat kepada pemimpin tersebut dan mereka

memotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan

terhadap mereka.

Kepemimpinan transformasional yang diterapkan oleh kepala sekolah

akan merangasang para pendidik dan tenaga kependidikan saling berinteraksi

untuk mencapai pencapaian tertinggi dari moralitas dan mentalitas sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya. Kepala sekolah membagi kekuasaan dan

memberdayakan guru dalan menjalankan tugasnya, hal ini berbeda dengan

kepemimpinan transaksional yang bersifat tradisional dan juga birokratis.


Gaya kepemimpinan transformasional menekankan pada aspek hubungan,

nilai-nilai, kepercayaan, perasaan dan sikap. Kepemimpinan transformasional

kepala memberi pengaruh yang leih signifikan terhadap kondisi siswa dalam

belajar dan lembaga pendidikan secara keseluruhan sehingga dapat

memotivasi guru menjadi lebih giat dalam bekerja.

3. Kinerja Guru

a. Definisi Kinerja Guru

Kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari kerja seseorang yang dapat

terlihat secara kuantitas dan kualitas ketika seseorang melaksanakan tugas-

tugasnya sesuai dengan tanggungjawabnya. Ungkapan kemajuan yang disadari

oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta motivasi untuk menghasilkan

suatu adalah kinerja. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang gutu dalam menjalankan tugasnyasesuai dengan

tanggungjawab yang diberikanya.

Kinerja erat kaitanya dengan prestasi yang dicapai seseorang atau

lembaga dalam melaksanakan tugasnya. Maka dari itu, kinerja ada

hubunganya dengan pencapaian tujuan organisasi. Apabila tujuan organisasi

tercapai dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa kinerja dari organisasi itu

berhasil, sebaliknya jika tujuan dari organisasi tidak tercapai dengan baik,

maka kinerja organisasi tersebut kurang optimal.

Keberhasilan peserta didik ditentukan oleh seorang guru, terutama

dalam hubunganya dengan pembelajaran dan berpengaruh terhadap

terciptanya proses hasil belajar yang berkualitas. Untuk itu pendidik perlu

mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual, membangun sikap


positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, serta menciptakan

kondisi untuk sukses dalam belajar, ini sangat penting diterapkan oleh guru.

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayah 1) dinyatakan

bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Dengan demikian menciptakan

iklim kinerja profesional kepada guru adalah upaya mengoperasionalkan

strategi yang mengakomodasi tugas utama guru dalam undang-undang

tersebut secara optimal sehingga tercapai penciptaan nilai profesional dalam

kinerja tim internal secara terintegrasi. Meletakan sumber daya manusia

sekolah/madrasah terutama guru dengan paradigma pelayanan prima

pendidikan, etos kerja profesional, membekali para guru dengan kompetensi,

pengetahuan, ketrampilan dan perilaku secara individual, individual skill

maupun sinergi dalam integritas program pelayanan prima sekolah/madrasah

adalah upaya membangun “brand” sekolah/madrasah bersangkutan sekaligus

citra pendidikan secara nasional.

Pada dasarnya kinerja dilakukan guru dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat

menggambarkan mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan semua itu,

dan hal tersebut jelas bahwa pekerjaan sebagai guru tidak mudah dan tidak

dapat dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki keahlian dan

kualifikasi tertentu sebagai guru. Kinerja guru dalam melaksanakan semua

peran dan tugasnya di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran dalam

konteks sekarang ini memerlukan pengembangan dan perubahan kearah yang


lebih inovatif, kinerja inovatif guru menjadi hal yang sangat penting bagi

berhasilnya implementasi inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan atau pembelajaran

Jadi kinerja guru merupakan perilaku yang berhubungan dengan kerja

seseorang, dimana kerja merupakan aktifitas yang menjadi kebutuhan

seseorang yang dapat berkembang dan dapat berubah-ubah, bahkan keadaan

tersebut sering tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada

sesuatu yang ingin diraihnya dan orang tersebut berharap dengan melakukan

aktifitas atau pekerjaan tersebut akanmembawanya pada keadaan yang lebih

baik dan lebih memuaskan, yang mendasari perilaku bekerja. Oleh karena itu

kinerja juga memiliki makna positif seperti meningkatkan kualitas kerjam,

disiplin, jujur, giat dan produktif.

Menurut Priansa (2017:136) kinerja guru merupakan hasil kinerja yang

dicapai oleh seseorang guru di sekolah dalam mencapai tujuan sekolah dengan

melakukan perwujudan kemampuanya dalam bentuk karya nyata. Sedangkan

menurut Susasnto (2016:69) kinerja guru adalah hasil atau prestasi kerja

seseorang atau organisasi dengan melakukan, menggambarkan dan

menghasilkan suatu hal, baik berupa fisik maupun non fisik yang sesuai

dengan petunjuk, fungsi, dan tugasnya yang berdasarkan pada pengetahuan,

sikap, ketrampilan dan motivasi.

Menurut Undang-undang No14 tahun 2015 tentang guru dan dosen

Pasal 10 ayat 1 dikatakan bermutu / memiliki kompetensi yang baik apabila ia

telah menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pendagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi social dan kompetensi profesional. Dengan

penjelasan sebagai berikut :


1. Kompetensi Pendagogik

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan

kompetensi pedagogic adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik

yang meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b.

pemahaman tentang peserta didik; c. pengembangan kurikulum atau silabus; d.

perencanaan pembelajaran; e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis; f. evaluasi hasil belajara; g. pengembangan peserta didik untuk

mengakutalisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang meliputi: a.

berakhlak mulia; b. mantap, stabil dan dewasa; c. arif dan bijaksana; d.

menjadi teladan; e. mengevaluasi keinerja sendiri; f. mengembangkan diri; f.

religious.

3. Kompetensi Sosial

Guru sama seperti manusia lainnya yaitu makhluk sosial yang sehari-hari

berinteraksi dengan orang lain. Guru diharapkan mampu memberikan contoh

baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya

sebagai bagian dari masyarakat. Guru tidak boleh bersikap tertutup dan tak

peduli terhadap lingkungannya, akan tetapi harus sebaliknya yakni memiliki

jiwa sosial yang tinggi, mudah bergaul, suka membantu.

4. Kompetensi Profesional

Kewajiban guru yaitu mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik. Guru

tidak sekedar mengetahui tentang materi yang diajarkannya, akan tetapi juga

memahami secara luas dan mendalam. Oleh karenanya guru harus selalu

belajar memperdalam ilmunya dan meningkatkan pengetahuannya terkait


didang yang ditekuninya. Menurut BSNP, kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru

merupakan proses pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kegiatan

yang ada menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik melalui suatu kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan.

Akan tetapi kinerja guru juga harus tetap dikontrol dan dievaluasi kemudan

dinilai setelah sebelumnya sudah dilaksanakan perencanaan dan

pengorganisasian, agar visi misi dan tujuan dari lembaga pendidikan dapat

tercapai dengan efekteif dan efisien.

b. Penilaian Kinerja Guru

Permenneg PAN dan RB nomor 16 tahun 2009 mendefinisikan

penilaian kinerja guru adalah penilaian dari setiap butir kegiatan tugas utama

guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatanya. Penilaian ini

dilakukan melalui pengamatan dan pemantauan. Pengamatan adalah suatu

proses pengumpulan data kinerja guru yang dilakukan melalui pengamatan

langsung terhadap cara kerja guru pada saat menyampaikan materi

pembelajaran atau pembimbingan di kelas kepada peserta didik. Pengamatan

terdiri dari sebelum pengamatan, selama pengamatan dan setelah pengamatan.

PKG dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas dengan

pembelajaran, pembimbingan atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

sekolah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan,

kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah

kompetensi pendadogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana


ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun

2007. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru

yang harus dapat ditunjukan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan

dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan.

Penilaian kinerja guru sangat penting karena hal ini menajawab

pertanyaan mendasar mereka tentang seberapa baik kualitas pengajaran.

Umpan balik penilaian kinerja akan memberikan beberapa hal antara lain

jaminan bahwa guru sedang memberikan konstribusi dan melakukan hal-hal

yang tepat, kesadaran akan dampak kinerja pengajaran pada hasil-hasil yang

diinginkan, ukuran kinerja (kualitas, kuantitas, kecepatan, dan sebagainya),

pengakuan akan arti penting dan nilai dari kinerja guru.

Menurut John Miner mengemukakan bahwa ada empat dimensi yang

dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja secara umum, yaitu:

1. Kualitas, merupakan tingkat kesalahan, kerusakan dan kecermatan

2. Kuantitas, adalah jumlah pekerjaan yang dihasilkan

3. Penggunaan waktu dalam kerja merupakan tingkat ketidakhadiran, keterlambatan,

waktu kerja efektif atau jam kerja hilang

4. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja

Penilaian kinerja guru merupakan penilaian yang dilakukan terhadap

setiap butir kegiatan tugas utama seorang guru dalam rangka pembinaan karir,

kepangkatan, dan jabatanya yang juga merupakan proses penilaian

penelusuran semuakegiatan pribadi personel pada masa tertentu untuk menilai

hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan guru yang dilakukan sebagai usaha untuk


lebih menjamin obyektivitas dalam pembinaan pegawai berdasarkan pada

sistem karier dan prestasi kerja yang dihasilkan.

B. Penelitian Terdahulu

Untuk Mengetahui tingkat kebaharuan, kesamaan maupun perbedaan

dengan penelitian sebelumnya terkait dengan kepemimpinan transformasional

kepala sekolah dalam meningkatkan kiner guru di SMA IT Al Irsyad Al

Islamiyyah Purwokerto, maka penelitian terdahulu dalam penelitian ini

digunakan seagai pembanding. Penjelasan secara lebih mendalam mengenai

beberapa penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut :

No Nama Penelitian dan Metode Hasil Penelitian

Judul Penelitian Penelitian

1 Dinda Dwi Kartika Kualitatif Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama,

Rahmawati, 2020 “Peran kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi

Kepemimpinan kinerja guru. Kedua, kepala sekolah yang senantiasa

Transformasional Kepala bersikap positif, memberikan penilaian pada kinerja

Sekolah dalam Upaya guru, dan budaya sekolah yang dibentuk secara tidak

Peningkatan Kinerja langsung oleh kepala sekolah melalui kebiasaan atau

Guru” sikap yang ditunjukkan oleh kepala sekolah akan

mendorong motivasi pada diri para guru untuk

senantiasa meningkatkan kinerjanya. Ketiga, kinerja

yang baik pada guru dapat dilihat dari komitmen yang

tinggi untuk mengajar.

2 Septi Nurwarasati 2019 Kualitatif Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa seorang

“kepemimpinan pemimpin di Dinas Karsipan dan Perpustakaan

Transformasional Kepala Kebumen sudah menerapkan kepemimpinan yang


Dinas Kearsipan dan transformasional dengan fokus peneltian mengacu

Perpustakaan Kabupaten pada teori transformasional Bass (2010) yang

Banyumas” mencakup 4 aspek, yaitu idealized influence,

intellectual stimulation, individual consideration, dan

inspirational motivation.

3 Frank Endang Sari, dkk Kualitatif Dari hasil penelitian menguraikan bahwa kepala

2021 “Kepemimpinan sekolah SMA Negri 2 Pematang siantar dalam

Transformasional Kepala melaksanakankepemimpinanya telah menerapkan gaya

Sekolah dalam kepemimpinan transformasional. Kepala sekolah SMA

Meningkatkan Kinerja Negeri 2 Pematangsiantar sudah memberikan

Guru (studi kasus di kebebasan pada para guru untuk berinspirasi dan

SMA Negri 2 Pematang berkolaborasi dalam menyampaikan ide-ide baru yang

Siantar) kreatif dan inovatif dalam mentransfer ilmu kepada

para siswa.Kepala sekolah sudah dapat menjadi

pendengar yang baik bagi para guru yang menghadapi

masalah dan emerlukan perhatian dalam pemecahan

masalah. Kepala sekolah sudah memberikan contoh

perilaku yang baik dan menghasilkan rasa hormat serta

menumbuhkan rasa percaya diri para guru. Dan kepala

sekolah dalam bertindak selalu mengutamakan

kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi.

4 Suprihatin 2022 Kualitatif Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya

“Kepemimpinan kepemimpinan transformasional kepala MI Ma’arif

Transformasional Kepala NU Klapa dalam meningkatkan kinerja guru meliputi 4

Madrasah Dalam indikator, (1) Pengaruh idealisme kepercayaan


Meningkatkan Kinerja bawahan dibangun agar kinerja sesuai visi misi,

Guru Di MI Ma’arif NU memberikan tugas sesuai bidangnya, menjadi teladan,

Klapa Desa Klapa membangun komitmen bawahan untuk

Kecamatan Punggelan bertanggungjawab terhadap tugasnya, (2) Motivasi

Kabupaten inspiratif dengan memberikan penghargaan (reward)

Banjarnegara” kepada guru yang berprestasi sebagai bentuk perhatian

dan pemacu motivasi guru untuk meningkatkan

kinerja, (3) Stimulasi intelektual dengan

mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru

dalam meningkatkan kinerja melalui rapat bulanan

rutin, terbuka dengan berbagai masukan dari guru, (4)

Konsiderasi individual dengan bermusyawarah

mencari solusi, guru yang kesulitan dibimbing secara

individu maupun kelompok.

5 Denni Aulia 2020 Kualitatif Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

“Kepemimpinan bahwa:1)Implementasi komponen kepemimpinan

Transformasional Kepala kepala Madrasah dalam peningkatan profesionalisme

Madrasah Dalam guru di MAS Ruhul Islam Anak Bangsa dilaksanakan

Peningkatan dengan memberikan pengaruh, motivasi, bimbingan

Profesionalisme Guru di terhadap guru, 2) Urgensitas kepemimpinan

MAS Ruhul Islam Anak transformasional kepala madrasah dalam peningkatan

Bangsa Aceh Besar” profesionalisme guru di MAS Ruhul Islam Anak

Bangsa adalah dengan melakukan kegiatan pembinaan

untuk meningkatkan profesionalisme guru, 3) Faktor

yang mendukung kepemimpinan transformasional


kepala madrasah dalam peningkatan profesionalisme

guru MAS Ruhul Islam Anak Bangsa adalah dengan

adanya fasilitas yang memadai dan memberikan

penghargaan atau reward kepada guru, 4) Faktor yang

menghambat kepemimpinan transformasional dalam

peningkatan profesionalisme guru adalah masih ada

guru yang tidak meluangkan waktunya untuk

mengikuti pelatihan atau pembinaan guru.

6 Agus Sriyanto and Dian qualitativ The result shot that transformational leadership can

Hidayati 2022 e gradually change habbits and improve teacher

“Transformational preformance at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta,

Leadership in Efforts to with approaches taken by the principal so that teacher

Improve Teacher are motivated to work optimally and even carry out

performance” workloads that exceed what should be.

7 Susilawati, dkk 2022 Qualitativ he results of the study found that:(1) The principal

“Impelementation of e program of SMPN 167 Jakarta in improving

Principal teacher performance refers to the main

Transformational competencies, namely: pedagogic, personality,

Leadership in Improving social, and professional. Meanwhile, the principal

Teacher Performance in of SMPN 234 Jakarta added managerial competence

State Junior High to the program; (2) The transformational leadership

Schools” charisma of principals at SMPN 167 and SMPN

234 Jakarta can be seenfrom the principal who is

able to become a teacher figure, respects others, is


an inspiration and is capable of making teachers

prioritize common interests over personal interests;

(3) The individual sensitivity of the principal can be

seen in terms of being able to observe, appreciate and

motivate teachers, such as some teachers being

able to participate in the driving teacher program.

(4) The principal's intellectual stimulus is found in the

wide space in expressing opinions, updating the way of

making rules and agreements, and modeling an

innovative, hard working and professional attitude;

(5) The principal's inspiration can be found when

expressing the school's vision and mission; (6) In

addition, the obstacles faced by school principals

in improving teacher performance are weak human

resources and inadequate infrastructure. SMPN 167

Jakarta also has obstacles regarding financing, there

are still facilities that are not covered in the RKAS

8 Azam Qualitativ Transformative education is a requirement for modern

Ghorbani,Nooredin e education to achieve qualified graduates and increase

Mohammadi, Zahra the efficiency and quality of the education system.

Rooddehghan, Fatemeh According to the study findings, transformational

Bakhshi & Alireza leadership is one of the most important components for

Nikbakht Nasrabad 2023 shaping the process of transformative education and

“Transformational the core variable. Transformational leadership is the

Leadership in main strategy for the formation of transformational


Development of education, which provides the necessary context and

Transformatice facilities for transformation through appropriate

Education in Nursing: a management and policymaking of the educational

Qualitative Study” system. This leadership approach seeks to develop the

system and staff, achieve goals, and improve

educational outcomes. One of the important factors to

move towards TE is the training and preparation of

transformational leaders in the education system, who

have a vision and attitude toward transformation and

have the necessary knowledge and qualifications to

guide the educational system and manage resources.

Moreover, with the power of inspiration, these leaders

can create the necessary motivation in employees and

colleagues to achieve goals and improve educational

outcomes. In addition, foresight and getting ready to

manage the issues facing the educational system are

also important elements for the formation of TE.

9 Zhuofeng Li 2023 empirical In conclusion, this study reviewed the theory of TL,

“Mechanism of literature then conducted a synthesized literature review on how

Transformational review the 4I’s (e.g., idealized influence) of TL influence the

Leadership on Team different aspects of an education project team.

Performance and Furthermore, it proposed exclusive intervention

Recommended measures to the team according to the empirical

Interventions on AI-Lab evidence regarding the relationships between the

components of TL and TP. The strength of this study is


that it proposed an original theoretical framework

based on the TL theory and relevant literature to direct

the study and link the practical issues with a theoretical

foundation. It is implicated that through the

intervention of TL behaviors, the overall TP of AI-Lab

can be promoted during the drastic migration of its

education business

10 Tuti Alawiyah, Ade Tuty Qualitativ The results of the study revealed that the studied

R. Rosa, Achmad e boarding school had developed four components of

Saferuidjal, and Andriana transformational leadership which consisted of

Gaffar 2023 idealized influence, inspirational motivation,intelectual

“Implementation of stimulation, dan individualized consideration. The

transformational outputs of this implementation are students in

leadership in islamic becoming religious educators in formal and non-

boarding school to formal schools, continuing their Masters studies,

improve the quality of carrying out community service at Islamic boarding

students: a case study in schools, taking part in the community as religious

cirebon and majalengka movers, become speaker at taklim, and being active in

cities” organizations and politics.

Berdasarkan Beberapa Penelitian terhadulu yang terpapar pada tabel

diatas, maka nilai kebaruan atau perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu yang telah dipaparkan diatas terdapat pada lokus dan fokus

penelitian. Pada penelitian ini berfokus pada peranan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru. Penelitian ini dilakukan di SMA IT AL Irsyad Al


Islamiyah Purwokerto yang dimana di dalam penelitian terdahulu belum ada

yang melakukan penelitian dilokasi tersebut. Sedangkan metode penelitian

yang digunakan peneliti yaitu metode penelitian kualitatif. Oleh karna itu

peneliti akan mengkaji ulang mengenai kepemimpinan transformasional

dalam meningkatkan kinerja guru di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah

Purwokerto.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Sasaran Penelitian

Penelitian ini memiliki sasaran kepada pihak-oihak yang terlibat dalam

SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto yang lain di antaranya sebagai

berikut:

a. Kepala Sekolah SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto yang sebagai

aktor pimpinan tertinggi pada lembaga pendidikan.

b. Para guru di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto sebagai orang

yang dipimpin.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah yang dimana

penelitian tersebut dilakukan. Lokasi dalam penelitian ini berada di SMA IT Al

Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto.

3. Fokus Penelitian

Batasan masalah dalam Penelitian kualitatif juga disebut dengan fokus,

yang berisi pokok masalah yang bersifat umum. Menurut Moeloeng (2015:93)

pentingnya fokus penelitian yaitu yang pertama sebagai wahana untuk

membatasi studi, yaitu membatasi peneliti dalam penyelidikan dan yang kedua

berfungsi seagai pemenuhan, kriteria inklusi atau memasukan/ mengeluarkan

informasi yang baru diperoleh di lapangan guna memilih mana yang relevan

dan mana pula yang tidak relevan.

Fokus Penelitian
Fokus Aspek Sub Aspek

Kepemimpinan Idealized Influence (Pengaruh a. Penentuan visi dan misi

Transformasional ideal) b. Kinerja Kepala Sekolah

Kepala Sekolah

Inspirational Motivation (Motivasi a. Kedisiplinan

Inspirasional) b. Dorongan inovasi dan

kreatifitas

Intellectual Stimulation (Stimulasi a. Perhatian khusus

Intelektual) b. Gaya Komunikasi

Individualized Consideration a. Pemberian Motivasi

(Pertimbangan Individual) b. Partisipasi Bawahan

4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,

misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah (Moeloeng 2015:8).

5. Teknik Pemilihan Informan

`````Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik purposive sampling. Menurut Arikunto (2006), purposive sampling

yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah

atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus


pada tujuan tertentu. Teknik purposive sampling menurut Meolong (2015:

224) adalah sampel bertujuan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari

berbagai macam sumber yang tujuannya untuk merinci kekhususan yang ada

dalam konteks yang unik.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh hasil

penelitian yang valid dari sasaran penelitian. Penelitian ini digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Menurut Meolong (2001) wawancara merupakan percakapan yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu antara pihak yang mengajukan pertanyaan dan

pihak yang menjawab atau memberikan informasi dengan maksud tertentu.

Teknik wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

terbuka dan diakukan secara teratur dan longgar, agar dapat menggali dan

menangkap kejujuran informan dalam memberikan informasi yang benar.

b. Observasi

Observasi digunakan saat peneliti menyusun proposal penelitian

sebagai bahan dan dukungan data awal dalam mengemukakan fenomena dan

fakta penelitian, sehingga lebih mudah menyusun desain penelitian, khususnya

yang menjadi latar belakang masalah. Observasi juga dapat digunakan selama

melaksanakan tahapan dan sampai selesai penelitian.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dalam pengambilan

data yang diperoleh melalui dokumen-dokumentasi seperti arsip, buku-buku

serta keterangan kondisi dilapangan. Dokumentasi dilakukan oleh peneliti agar


pada pelaksanaan tahapan penelitian berlangsung dengan dukungan dokumen

yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

7. Sumber Data

1. Informan

Informan adalah individu tententu yang diwawancarai untuk keperluan

informasi, yaitu orang yang dapat memberikan informasi satau keterangan

data yang diperlukan oleh peneliti. Menurut Meolong (2015:157) kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber

dari data utama. Ketika melihat, mendengan, dan bertanya merupakan suatu

kegiatan yang dominan dan banyak dilakukan oleh peneliti dapat menggali

sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan informasi yang ingin diketahui oleh

peneliti.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa yang berkaitan dengan sasatan dan permasalahan

peneitian, sering juga merupakan salah satu sumber data primer yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber data oleh peneliti. Informasi mengenai kondisi

dan lokasi peristiwa atau tempat dimana aktivitas itu dilakukan bisa digali

melalui sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun

lingkunganya.

3. Dokumentasi atau Arsip

Dalam Meolong (2015:159) walau dikatakan bahwa sumber di luar

kata dan tindakan merupakan sumber kedua (sekunder), akan tetapi hal

tersebut tidak bisa diabaikan. Bahan-bahan dari sumber tertulis dapat dibagi

atas sumber buku dan sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen

resmi.
8. Keabsahan Data

Hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian kualitatif adalah

validitas data. Setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat

kepercayaan terhadap hasil penelitianya, maka diperlukan teknik pemeriksaan.

Dalam penelitian kualitatif standat tersebut disebut dengan keabsahan data.

Pengujian pada validitas data pada penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moloeng 2005:330). Ada empat

macam triangulasi yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

peneliti dan teori. Teknik triangulasi yang digunakan adalah dengan

triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif.

9. Metode Analisi Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data interaktif. Proses

analisis inidilakukan secara terus menerus sampai tuntas, dan akan berhenti

ketika data tersebut sudah jenuh. Menurut Miles, Hubberman dan Saldana

(2014 : 31 - 33) dalam model ini komponen analisis meliputi :

a. Pengumpulan Data

Yaitu proses untuk menelaah seluruh data yang masuk dari

berbagai sumber, seperti wawancara, pengamatan yang ditulis

dalam lapangan, dokumentasi, sumber foto dan lain sebagainya.

b. Kondensasi Data
Kondensasidata menunjuk pada proses memilih,

menyederhanakan, dan atau menstranformasikan data yang akan

mendekati keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan serta

tertulis, transkip wawancara, dokumen-dokumen, dan materi

empiris lainnya.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan

informasi yang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian

data membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk

melakukan sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau

mengambil aksi berdasarkan pemahaman.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dimulai dari pengumpulan data. Seorang

peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur

sebab-akibat, dan proposisi. Kesimpulan ini juga diverifikasi

selama penelitian berlangsung dengan maksud menguji kebenaran,

kekokohan, dan kecocokan dengan validitas data.

Anda mungkin juga menyukai