Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin didasari hingga kini bahwa pendidikan memegang pernan
penting dalam meningkatkan derajat kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara, maka dari itu usaha pembangunanpendidikan yang mengarah pada
pebentukan manusia seutuhnya menuju kesejahteraan lahir batin individual
menjadi suatu hal yang mesti diupayakan perwujudnya
Pendidikan adalah sebuah pranata yang sangat penting bagi kehidupan
manusia.karena pendidikan orang menjadi maju.dengan bekal ilmu dan
teknologi orang mampu mengelola alam yang dikaruniakan oleh allah SWT.
Kehidupan manusia akan lebih apabila manusia menguasai ilimu. Manusia
akan mendaptakan ilmu apabila manusia pelajar dan didik.
Penyelenggaraan pendidikan pada satu daerah di Indonesia pada
dasarnya terdiri dari pendidikan formal, non-formal, dan informal. Khusus
pada pendidikan formal baik pada jenjang pendidikan dasar maupun
menengah di dalamnya ada kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, guru,
konselor, tenaga kependidikan, siswa dan lainya sebagai bagian dari
organisasi sekolah. Sekolah pada semua jenjang dan jenisnya mempunyai
ciri dan karakteristiknya masing-masing. Meskipun mempunyai ciri yang
berbeda hal yang penting dijaga secara konsisten oleh kepala sekolah
adalah kemampuan dan keterampilan guru mendesain pembelajaran yang
dapat membelajarkan peserta didik melalui sejumlah pengalaman belajar dan
penerapan berbagai model dan strategi pembelajaran sesuai dengan mata
pelajaran yang diterima oleh peserta didik dengan penuh kedisiplinan.
Pendidikan mempunyai untuk mata rantai dengan beberapa factor
pengembangan suatu bangsa dan Negara.hal ini selaras dengan tujaun
pendidikan nasional, dimana pendidikan bertujan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kyualitas manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia serta menguasai ilimu dan teknologi, dan seni

1
dalam mewujudkan masyarakat dan maju,adil,makmur,dan beradap
berdasarkan pansila dan undang-undang tahun 1945.
Pendidikan adalah satu proses pegembangan diri individu dan
kepribadian seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh
dengan tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan
dan sikap serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaiakan diri dengan
tanggung jawabnya.
Lembaga pendidikan sebagai sebuah oraganisasi diharapakan dapat
melakukan adopsi terhadap teori-teori baru oraganisasi sehingga
organisasinya menjadi inovatif.hal ini diperlukan karena konteks
organisasi terutama sesudah memasuki era modert ini .
Sebuah organisasi adalah sistem dari aktivitas atau kekuatan yang
dikoordinasikan secara sadar oleh dua orang atau beberapa orang Dasar
didirikannya sebuah organisasi adalah untuk mencapai tujuan yang efektif
dan efisien,“Effectiveness must be distinguished form efficiency. Efficiency is
3
meanly concerd with goal attainment.”
Pendidikan Merupakan proses yang sangat menentukan untuk
perkembangan individual dan masyarakat, Kemajuan suatu Masyarakat dapat
dilihat dari perkembangan pendidikannya dengan adanya perkembangan yang
semakin maju di era masa saat ini,
Menurut Purwanto, bahwa kepemimpinan itu adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian termasuk di dalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
melaksanakan tugas-tugas yang di bebankan kepadanya dengan rela, penuh
semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Berkaitan dengan kepemimpinan kependidikan, Soetopo dan Soetomo
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinator dan menggerakan orang-
orang lain yang ada hubungan pengembangan dengan ilmu pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar supaya kegiatan-kegiatan
yang

2
diajarkan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Pemimpin adalah orang yang memiliki kecakapan tertentu yang
dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama kearah
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, jelas bahwa
pemimpin dapat memiliki berbagai kelebihan dari segi kecakapan
dibandingkan dengan anggota lainya. Dengan kelebihan yang
dimilikinya pemimpin dapat memiliki kewibawaan sehingga dipatuhioleh
para pengikutnya. Kelebihan tersebut beragam diantaranya ialah keleb ihan
moral, semangat kerja, keterampilan, kecerdasan, keuletan dan sebagainya.
Sebagai Pemimpin yaitu memberikan motivasi, kedisiplinan, dan etika
dalam melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab akan
meningkatkan kedisiplinan guru.
Selanjutnya di dalam pengamatan awal di lapangan, di ketahui
bahwasanya masih ada beberapa hal terkait terhadap kepemimpinan yang
belum terleksana dengan baik, sisi pengawasa(controlling) dari kepala
seorang kepala sekolah yg masih lemah, sehingga kegiatan yg berjalan di
sekolah belum terefaluasi dengan baik,
Oleh karenanya perlu adanya keseriusan kepala sekolah dalam
kompenti guru, hal ini lah yang kemudian memotivasi penelitian untuk
mengkaji lebih dalam terkait masalah ini.

3
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
pokok permasalahan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah. Di MA Raudlatul Jannah
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan kepala
sekolah di MA Raudlatul Jannah
3. Apa upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pendagogik dan profesional guru di MA Raudlatul Jannah
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah disusun di atas,
maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui kepemimpinan kepala sekolah di Sekolah MA Raudlatul
Jannah
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi pendagogik dan profesional
guru di Sekolah MA Raudlatul Jannah.
3. Mengetahui upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pendagogik dan profesional guru di Sekolah MA Raudlatul
Jannah

4
BAB II KAJIAN

TEORI

A. Kajian Teori
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala madrasah merupakan orang terpenting disuatu madrasah.dan
penelitian-penelitian maupun pengamatan tidak formal diketahui memang
kepala madrasah merupakn kunci bagi pengembangan dan peningkatan
suatu madrasah. Indicator dari keberhasilan madrasah adalah jika
madrasah tersebut berfungsi dengan baik terutama jika prestasi belajar
murid-murid dapat mencapai maksimal
Menurut soekarto indrafachrudi,kepemimpinan adalah:
“berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar iya
menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu mecapai sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.
Istilah kepemimpinan atau leadership: “Berasal dari kata “pemimpin”
atau “leader”. Berbagai teori dan pendapat para ahli mengenai
kepemimpinan diantaranya: Miftah Toha, menjelaskan bahwa
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas sebuah
kelompok yang diorganisir untuk mencapai tujuan.”
Winardi, dalam teori path goal theory of leadership atau teori
kepemimpinan jalur tujuan, mengulas tentang gaya kepemimpinan yang
berorientasi kepada tugas dan hubungan. Teori ini mengemukakan empat
tipe atau gaya kepemimpinan meliputi:
A. Kepemimpinan yang memberikan pengarahan. Ciri kepemimpinan ini
yaitu memberiotahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari
mereka dan menjelaskan bagaimana menghadapi dan melaksanakan
tugas.

5
B. Kepemimpinan yang bersifat membantu. Ciri kepemimpinan ini yaitu
memberikan perhatian terhadap kebutuhan bawahan, dan berusaha
agar pekerjaan lebih menyenangkan serta bersikap bersahat dan
mudah di ajak berbicara.
C. Kepemimpinan partisan. Ciri atau cara kepemimpinan yaitu pemimpin
aktif melakukan kolsultasi dan memberikan saran saran dan pendapat
kepada bawahannya.
D. Kepemimpinan yang berorentasi kepada hasil. Ciri atau gaya
kepemimpinan ini yaitu pempinan menitik perankan keunggulan
dalam kenirja dan yakinbahwa bawahannya akan bersikap penuh
tanggung jawab dan berupa untuk mencapai tujuan yang bersiofat
menantang sementara itu, menurut khatib pahlawan kayo, tipe
kepemimpinan di antaranya.
1. Kepemimipinan tradisonal
Kepemimipinan tradisional dapat diartikan sebagai suatu
kepemimipinan yang lahir ditengah-tengah masyarakat primitive
atau masyarakat yang baru tumbuh. Corak kepemimpinan ini
adalah bentuk fiodal, karena siapa yang mempunyai keberanian
akan tampil kedepan,dan sekali merebut akn tetap
mempertahankan bahakan mewariskan kepada keturunanya.
2. Kepemimipinan kharismatik
Pimpinan seperti ini lahir karena pimpinan tersebut
mempunyai kelebihan yang bersifat psikis dan mental,serta
kemampuan tertentu, sehingga apa yang diperintahkannya akan
dituruti oleh bawahannya, dan kedangkalan tanpa
memperhatikan rasionalitas dari perintah tersebut.jika dilihat
jauh seakan-akan antara pimpinan dengan bawahannya seperti
ada daya tarik yang bersifat magic
3. Pemimpin rasionalitas
Salah satu ciri kepemimpinan rasionalitas adalah
keseimbangan perasaan perasaan (emotional stability) dalam

6
interaksi dan pergaulan antara pimpinan yang bebas dari
perasangka yang jauh dari sifat dengki. Sebab jika pemimpin
cepat emosional melihat tingkah laku bawahannya yang tidak
berkena di hatinya,maka nili kepemimpinannya akan menurun.
4. Kepemimpinan otoriter
Kepemimpinan otoriter di dominasi oleh kekuasaan yang
di bungkus oleh nilai- nilai kebohongan yang membuat
bawahannya merasa ketakutan. Kepemimpinan seperti ini ,
komunikasinya hanya berlangsung satu arah, sehingga
bawahannya tak bisa berinisiatif apa lagi mengebangkan
kreatifitasnya.
5. Kepemimipinan demokrasi
Kepemimipinan demokrasi adalah tipe yang tepat dan
ideal untuk dikembangkan dalam organisasi yang modert.karena
sesuai dengan fitrah manusia dan mudah diterapkan dalam
semua lapisan,baik masyarakat desa maupun masyarakat
kota.dilihat dari segi ajaran islam kepemimipinan demokratis itu
mendapat tempat yang luas,sehingga tumhuh dan berkembang.
6. Tipe Kepemimpinan Kolektif
Kepemimpinan kolektif diwarnai oleh nilai-nilai
kolektivitas yang berbasis rasa keikhlasan dalam bertanggung
jawab untuk melaksanakan amanah. Dalam kepemimpinan ini
tidak ditemukan adanya watak dan karakter yang keras dan
kasar apalagi yang tidak bertanggung jawab. Selain itu
Kepala Sekolah adalah orang yang menentukan fokus dan
suasana sekolah”. Oleh karena itu, dikatakan pula bahwa
keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin
yang berhasil. Pemimpin sekolah adalah mereka yang
dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi terhadap
guru dan para peserta didik. Pemimpin sekolah adalah mereka
yang banyak mengetahui tentang tugas-tugasnya dan

7
menentukan suasana sekolah. Kepala Sekolah adalah pemimpin
tertinggi di sekolah pola kepemimpinannya akan sangat
berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan
sekolah. kehadiran Kepala Sekolah sangat penting karena
merupakan motor penggerak bagi sumber daya yang ada di
sekolah terutama guru.
Menurut Daryanto “Kepala Sekolah merupakan personil
sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-
kegiatan sekolah. Kepala Sekolah mempunyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan
dalam lingkungan sekolah yang di pimpinnya dengan dasar
Pancasila dan bertujuan untuk :
1) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
2) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
3) Mempertinggi budi pekerti
4) Memperkuat kepribadian
5) Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Kepala Sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya sekolah secara teknisi akademisi saja, akan
tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan dengan kondisi dan
situasinya serta hubungan dengan masyarakat di sekitarnya
dengan merupakan tanggung jawabnya pula. Kepala Sekolah
adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa di isi oleh orang
orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
siapapun yang akan diangkat menjadi Kepala Sekolah harus
ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tentu
seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat
dan integritas.
Oleh karena itu kepala sekolah pada hakikatnya
adalahpejabat formal sebab pengangkatannya melalui proses
dari proseduryang didasarkan atas peraturan yang berlaku.

8
Secara system jabatan kepala sekolah sebagai pejabat atau
pemimpin formaldapat diuraikan melalui berbagai pendekatan:
pengangkatan, pembinaan, dan tanggung jawab.
Menurut wahyusumidjo kepala sekolah yang berasil adalah
sebagai berikut:
“apabila mereka memahami keberadaan sekolah secara
sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang
di beri tanggung jawab untuk memimpin sekolah.”

Keberhasilan kepala sekolah menunjukan bahwa kepala


sekolah adalah seorang yang menentukan. Pusat dan irama suatu
sekolah, bahkan lebih jauh tersebut menyimpulkan keberhasilan
kepala sekolah adalah keberhasilan sekolah. Beberapa diantara
kepala sekoalah di lukisi sebagai orang yang sebagai orangyang
memmiliki harapan tinggi bagi para staf dan par siswa, kepala
aadah mereka yang mengetahui tugas-tugaas meraka dan mereka
yang menentukan irama bagi sekolah meraka.peran kepala
sekolah antara lain:
1) Kepala sekolah sebagai rdukator (pendidik) upaya upaya
yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kinirjanya sebagai edikator, hususnya dalam peningkatan
kinirja tenaga kependidikan dan prestasi pendidikan peserta
didik dapat di deskripsikan sebagai berikut:
a. Meningut sertakan guru guru dalam penata penataan
b. Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan evaluasi
hasil bbelajar peserta didik untuk lebih giat belajar
c. Menggunakan waktu belajar secara evektif di sekolah.
2) Kepala sekolah sebagai menejer
Menurut gaspersz adalah orang yang melakukan
sesuatu secara benar. Kepala sekolah sebagai administrator

9
3) Kepala sekolah sebagai supervisor
Selaku kepala sekolah selaku pimpinan dalam suatu
pendidikan, maka mempunyai hak dan kewajiban untuk
melalukan supervise serta pembibinaan guru guru sebagai
bawahannya. Kepala sekolah berperan di tunjuk serta
pengarahan pada setiap guru di sekolah yang dia pimpin
Supervisi merupakan menurut mulyasa suatu proses
yang di rangcang secarahusus untuk membantu para guru dan
supervisor dalam mempelajari tugas sehari hari di sekolah.
4) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin/ Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu
memberikan petuntuk dan pengawasan, meningkatkan
kemauan tenaga kependidikan membuka komunikasi dua
arah, dan mendelegasikan tugas. Seperti yang dikutip oleh
Mulyasa dalam bukunya Wahjosumidjo mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagaia leader harus memiliki
karakter khusus yang mencangkup kepribadian, keahlian
dasar, pengalaman, pengetahuan profesional, pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
5) Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Kepala menurut Mulyasa sekolah sebagei inovator
akan tercermin dari cara–cara ia melakukan pekerjaanya,
secara konstruktif, kreatif, delegatif, intregatif, rasional, dan
objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan
fleksibel.
6) Kepala sekolah sebagai motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para
tenaga pendidik daan kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinga. Motivasi ini menurut Mulyasa
dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,

1
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara
efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan Pusat.
2. Kompetensi Guru
Kopenti berasal dari bahasa inggris yaitu kopetence.maknanya sam
dengan baing kopetent, sedangkan kompetent sama artinya dengan hafing
ability, power, authority, skil, knowledge, attitude dan sebagainya dengan
demikian kopensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan
pengetahuan seseorang di bidang tertebntu. Jadi, kata kpensi di artikan
sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan sesuatu tugas atau suatu
keterampilan dan kecakapan yangdi syaratkan. Menurut undang undang
republic Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat
(10) di sebutkan
“kopensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan ,dan perilaku yang
harus di miliki, di hayati, dan di kuasai oleh guru dan dosen dalam
melaksanakan tugas ke profosionalannya”
Menurut segala (2009,hlm.23). rumusan kopensi di atas mengandung
tiga aspek yaitu:
1) kemampuan , pengetahuan, kecakapan,sikap, sifat, pemahaman ,
apresiasi dan harapan yang menjadi ciri dan krateristik seseorang dalam
menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada kopensi sebagai gambaran
subtansi/materi ideal yang seharusnya di kuasai atau di persyaratkan
untuk di kuasi oleh guru dalam menja;lnkan pekerjaannya.
2) Ciri dan krateristik koppensi yang di gambar kan dalam aspek pertama
yaitu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan ujuk
kerjanya. Aspek ini merujuk pada kopetensi sebagai gambaran unjuk
kerja nyata yng tampak dalam kualitas dalam pola piker, sikap dan
tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai.
3) Hasil unjuk kerjanya ini memenuhi suatu kreteria standat kualitas
tertentu. Aspek ini merujuk pada kopensi sebagai hasil (output dan
outcome) dari ujuk kerja.

1
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (purwadarmita) kompetensi
berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan
sesuatu hal. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. The state of legally competent or qualified Mc Leon (dalam
Uzer, 1995). Wijaya dalam Nengah dan Kusmaningtiyas (2013, hlm. 96)
mengatakan bahwa kemampuan atau kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan proses dimana
seorang guru diharuskan memiliki kompetensi guna dijadikan modal
utama untuk mengajar dan memberikan pembelajaran kepada peserta
didik. Guru dituntut memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
baik dalam melaksanakan tugas profesinya. Proporsi antara pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki setiap profesi sangatlah berbeda-
beda, misalnya seorang guru dan dokter yang menuntut ketiga aspek
tersebut haruslah seimbang, berbeda dengan tukang kayu yang
memerlukan porsi keterampilan fisik lebih besar daripada
pengetahuan dan sikap sebagai kompetensi. Kompetensi sangat
kontekstual dan tidak universal untuk semua jenis pekerjaan.
Menurut Lefrancois (dalam Asmani, 2009, hlm. 37) menyatakan
bahwa kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang
dihasilkan dari proses belajar, selama proses belajar belajar, stimulus
akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan
kapasitas untuk melakukan sesuatu. Rusman (dalam Komang,
2013, hlm. 3) mendefinisikan kompetensi merupakan perilaku rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
dipersyaratkan. Dengan kata lain, kompetensi dapat dipahami sebagai
kecakapan atau kemampuan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan tugas

1
profesinya.kemampuan seorang tersebut dapat mencirikan tindakan atau
prilaku keprofisionalannya menjalankan tugas untuk menhasilkan tindakan
kerja yang efektif dan efisien.hasilnya merupakn produk dari kompentis
seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.sehingga orang dapat
menilai seseorang tersebut apakah menjalankan tugas dan pekerjaanya
berkompetendan profisional atu tidak.
3. Kompetensi Pedadogik
Istilah pedagogik (bahasa Belanda: paedagogiek, bahasa Inggris:
pedagogy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos
yang berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing atau
memimpin. Dari dua kata tersebut terbentuk beberapa istilah yang masing-
masing memiliki arti tertentu. Istilah-istilah yang dimaksud yakni
paedagogos, pedagogos (paedagoog atau pedagogue), paedagogia,
pedagogi (paedagogie), dan pedangogik (paedagogiek).
Dari kata paedos dan agogos terbentuk istilah paedagogos yang
berarti seorang pelayan atau pembentu pada zaman Yunani kuno yang
tugasnya mengantar dan menjemput anak majikannya ke sekolah, selain
juga bertugas untuk selalu membimbing atau memimpin anak-anak
majikannya. Selanjutnya terjadi perubahan istilah, yang dulunya sebagainya
pelayanan atau pembantu menjadi pedagog yang memiliki arti sebagai
ahli didik atau pendidik.
Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli
ilmu pendidikan menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu
mendidik. Berdasarkan perspektif pengertian pendidikan secara “luas”
maka tujuan itu tidak terbatas, tujuan pendidikan sama dengan tujuan
hidup (Mudyaharjo, dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Oleh karena
itu, pendidikan dapat berlangsung pada tahapan anak usia dini, anak,
dewasa dan bahkan tahapan usia lanjut. Mengacu pada asumsi ini, maka
terdapat beberapa cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan oleh
para ahli, yaitu pedagogik, andragogi, dan gerogogi.

1
Berdasarkan definisi tesebut diatas, maka dapat disimpulkan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang
guru dalam memahami peserta didiknya dan kemampuan dalam
melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hendayana, ett all (2007, hlm. 6) menyatakan
bahwa kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
yang meliputi:
1) pemahaman terhadap peserta didik,
2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
3) evaluasi pembelajaran,
4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Lebih lanjut Hendayana ett all (2007, hlm. 6-7) menjelaskan secara
rinci, kompetensi pedagogik meliputi:
1) memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual,
2) memahami latar belakang keluarga, masyarakat, peserta didik
dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya,
3) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik,
4) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik,
5) menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang
mendidik,
6) mengembangkan kurikulum yang melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran,
7) merancang pembelajaran yang mendidik,
8) melaksanakan pembelajaran yang mendidik,
9) mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Kompetensi pedagogik guru yang berkaitan dengan memahami
karakter peserta didik adalah unsur yang penting dalam proses
pembelajaran, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan dan
karakter yang berbeda. Karakteristik peserta didik adalah aspek atau

1
kualitas perseorangan peserta didik yang terdiri dari minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang
dimiliki (Hamzah. B Uno, 2007).
4. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional adalah mutu yang menunjukkan suatu
keahlian dan kepandaian khusus. Secara mendetil dijabarkan pula.
“kopetensi profisional adalah sifat dari profisi, profisi menurut
sikun pribadi adalah profisi itu bpada hakikatnya, dan merupakan
suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seorang
akan mengabdikan diri dari suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
bisa, karna orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan itu” Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan
dalam perspektif
Islam menyatakan bahwa kompetensi profesional adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang
profesional.
“kompeetensi fropesional menunjuk kepada komitmen pada anggota
suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus menerus mengembnagkan strategi-srategi yang di gunkan
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesianya.”
Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru
untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan
pelaksanaan proses belajar-mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak
dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Para pakar dan ahli pendidikan mengemukakan bahwa kompetensi guru
merupakan salah satu syarat yang pokok dalam pelaksanaan tugas guru
dalam jenjang apapun.
Adapun kompetensi profesional yang dikembangkan oleh proyek
pembina pendidikan guru adalah sebagaimana yang telah dikemukakan
oleh Nana Sujdana sebagai berikut:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar mengajar.

1
c. Mengelola kelas.
d. Mengunakan media atau sumber belajar.
e. Menguasai landasan pendidikan.
f. Mengelola interaksi belajar- mengajar.
g. Menilai prestasi belajar-mengajar.
h. Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan.
i. Mengenal dan meyelenggarakan admistrasi sekolah.
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan
pengajaran
Dari kompetensi tersebut jika ditelaah secara mendalam maka hanya
mencakup dua bidang kompetensi yang pokok bagi guru, yaitu
kompetensi kognitif (pengetahuan) dan kompetensi afektif (perilaku).
Untuk analisis guru sebagai pengajar maka kemampuan guru atau
kompetensi guru yang banyak hubunganya dengan usaha
meningkatkan proses dan hasil belajar dapat digolongkan kedalam empat
kemampuan, yaitu:
a. Merencanakan program belajar-mengajar.
b. Melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar-
mengajar. c. Menilai kemajuan proses belajar-mengajar.
d. Menguasai bahan pelajaran yaitu bidang studi atau mata pelajaran
yang dipegangnya.
Sedangkan dalam Permen (Peraturan Pemerintah) No.16 Th. 2007
tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru dalam aspek
kompetensi profesional meliputi:
a. Menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standart kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang di ampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang di ampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dan
melakukan tindakan yang efektif.

1
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Pekerjaan yang profesional bukan hanya mengandung makna
kegiatan untuk mencari nafkah atau mata pencaharian, tetapi juga
tercakup calling profession, yakni: “Panggilan terhadap pernyataan janji
yang di ucapkan di muka umum untuk ikut berkhidmad guna
merealisasikan terwujudnya nilai mulia yang di amanatkan oleh tuhan
dalam masyarakat melalui usaha kerja keras dan cerdas.”
Pengembangan kompetensi profesional guru PAI sebagaimana
yang di uraikan pada pendahuluan bahwa banyak pakar yang mengamati
indikasi kompetensi profesional guru di Indonesia yang masih sakit
keras. baik pada aspek input, distribusi, mutu akademik, aktivitas ilmiah
maupun kelayakan atau penguasaan di bidangnya.
Dilihat dari aspek kemampuan profesional guru, terdapat
bermacam-macam tipe guru, yaitu:
“(1) guru yang pintar ilmu dan pintar mengajar; (2) guru yang tidak pintar
ilmu tapi pintar mengajar; (3) guru yang tidak pintar ilmu tetapi pintar
mengajar; (4) guru yang tidak pintar ilmu dan tidak pintar mengajar.
Dilihat dari semangat kerja, kemampuan profesional guru juga terdapat
bermacam-macam tipe,yaitu: (1) guru yang mempunyai semangat kerja
yang tinggi dan kemampuan profesional yang tinggi; (2) guru yang
mempunyai semangat yang tinggi, tetapi kemampuan profesioanalnya
rendah; (3) guru yang mempunyai semangat kerja yang rendah, tetapi
mempunyai profesional yang tinggi; (4) guru yang mempunyai semangat
kerja yang rendah dan profesional yang juga rendah.”
Berdasrkan uraian teori di atsa, gurusebagai profesi perlu diiringi
dengan peberlakuan aturan frofesi keguruan, sehingga ajan ada guru, antara
lain: Indonesia memerlukan guru yang bukan hanya di sebut guru.
Melainkan guru yang professional terhadap profesinya sebagai guru aturan
profesi kegurruan berasal dari dua kata dasar profesi dan bidang spesifik
guru/keguruan. Secara logic, setiap usahapengembangan profesi

1
(professionalization) harus bertolak dari konstruk profesi. Untuk kemudian
bergerak kea rah subtansispesifip bidangnya. Diletakkan dalam konteks
konstruk profesi haru di ikuti dengan penemukenalan muatan spesifik
bidang keguruan. Lebih khusus lagi. Penemukenalan muatan didasarka pada
khalayak sasaran profesi tersebut.
5. Indikator Penilaian Kompetensi Guru
Indikator penilaian kinerja guru mengacu pada Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yaitu terdiri
dari:
1) Perencanaan proses pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran dapat diartikan
sebagai:
“suatu proses kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa yang ingin
dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang digunakan
untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang
akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan bahan serta
media atau alat apa yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
pembelajaran tersebut.”

Karena keberhasilan dari suatu kegiatan sangat ditentukan oleh


perencanaannya maka perencanaan pembelajaran dapat berperan sebagai:
(1) acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar
Slebih terarah dan berjalan efien dan efektif, dan (2) sebagai landasan
pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan
indikator yang ditetapkan

6. Pelaksanaan proses pembelajaran


Pelaksanaan proses pembelajaran adalah segala upaya bersama
antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan
harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan
menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya
perubahan perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan
yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi

1
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah
proses

1
pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir
kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran merupakan indikator


pelaksanaan kurikulum yang telah dibuat oleh lembaga bimbingan
belajar, sehingga dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
dan mendorong siswa untuk mengembangkan segala kreatifitasnya dengan
bantuan guru. Peranan guru di sini sangatlah penting, yaitu guru harus
menyiapkan materi dan metode pembelajaran, serta guru juga harus
mengetahui dan memahami keadaan siswanya demi kelancaran
pembelajaran.

Adapun komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu proses


pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa
komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya yaitu: guru, siswa, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

a) Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh pada


proses pembelajaran, karena guru memegang peranan yang sangat
penting antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta
mengatur semua kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajaran.
b) Siswa Siswa adalah peserta didik dengan pribadi unik yang menjadi
subjek pendidikan. Keunikan siswa tampak dari perkembangan
emosional, moral, intelektual dan sosial harus diakui dalam proses
pendidikan. Karena itu, siswa adalah subjek aktif, bukan objek
pendidikan.
c) Materi pembelajaran Materi pembelajaran merupakan salah satu
komponen pembelajaran yang sangat penting dan sangat dibutuhkan
dalam kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat

2
tercapai. Materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi pembelajaran
yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaiankompetensi dasar
dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang
disusun berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi.
d) Metode pembelajaran Metode pembelajaran merupakan komponen
yang diperlukan oleh guru setelah menentukan materi pembelajaran.
Berbagai macam metode dapat digunakan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan pembelajaran itu. Metode adalah cara yang digunakan
pada saat berlangsungnya pengajaran dengan mengatur sebaik- baiknya
materi yang disampaikan agar memperoleh pembelajaran yang
terencana untuk mencapai tujuan.
e) Media pembelajaran Suatu proses pembelajaran tidak akan berjalan
dengan maksimal apabila tidak didukung oleh media sebagai sarana
untuk memudahkan seorang guru untuk berinteraksi dengan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Media merupakan seperangkat alat
bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam
rangka berkomunikasi dengan siswa.
f) Evaluasi pembelajaran Komponen yang terakhir pada bagian proses
pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi merupakan barometer untuk
mengukur tercapainya proses interaksi, dengan mengadakan evaluasi
dapat mengontrol hasil belajar siswa dan mengontrol ketepatan suatu
metode yang digunakan oleh guru sehingga pencapaian tujuan
pembelajaran dapat dioptimalkan. Oleh Karen itu, evaluasi sangat
berpengaruh pada kemajuan kemampuan siswa untuk bisa meningkat
lebih baik lagi

2
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian sangat diperlukan agar dapat mencapai tujuan
penelitian. Secara umum, pendekatan penelitian ini adalah berparadigma
penelitian kualitatif.
“Metode penelitian kualitatif ini sering disebut pula dengan
pendekatan naturalistik karena penelitianya dilakukan pada kondisi
yang alamiah Disebut juga penelitian etnografi karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian
bidang antropologi budaya yang analisisnya lebih bersifat
kualitatif.”
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, sehingga
metode penelitian ini sering disebut sebagai metode natarulistik. Objek
dalam penelitian kualitatif adalah objek yang apa adanya tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi saat peneliti memasuki objek,
dan setelah berada di objek dan bahkan setelah keluar pun objek relatif
tidak berubah. Metode kualitatif ini diterapkan dalam tesis ini dengan
pertimbangan metode ini berguna untuk mendapatkan data yang
mendalam, yaitu suatu makna yang mengandung makna. Lebih Jauh
Malik mengatakan: “Pengamatan secara natural, metode analisis
kualitatif dengan menggantungkan diri pada teori yang dipergunakan

Makna adalah data yang sebenarnya. Data yang merupakan nilai


dibalik data yang Nampak

2
“Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan lapangan (Field
Research), dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
suatu penulisan yang dilakukan untuk menginterpretasi objek
sesuai dengan apa adanya.

Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan lapangan secara


langsung pada setiap kegiatan kepala sekolah yang dilakukan dengan
meningkatkan potensi kinerja guru dalam proses mengajar. Faktor utama
dalam penelitian ini juga menjadi acuan untuk menemukan langkah-
langkah yang benar-benar inovatif untuk mendukung titik temu
antara kondisi, minat, dan budaya hidup peserta didik dengan bentuk-
bentuk pembelajaran yang difokuskan peningkatan kompetensi kinerja
guru dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik, baik
melalui kegiatan formal yang dilaksanakan di sekolah maupun
informal dalam lingkungan keluarga serta kegiatan non formal yang
diatur diluar jam sekolah.

Dasar inilah yang menjadi alasan penulis memilih pendekatan


penelitian kualitatif, dikarenakan penelitian kualitatif merupakan tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahannya, baik secara pribadi maupun hubungannya dengan
konteksnya.Penelitian kualitatif juga berupaya mengungkapkan gejala
secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual)
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian semacam ini bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Ciri-ciri peneltian kualitatif tersebut mewarnai sifat dan bentuk
laporan.

2
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian

1. Situasi Sosial Penelitian

Situasi sosial atau setting adalah suatu keadaan atau tempat


dimana subjek berdomisili yang mempengaruhi kegiatan, keadaan, dan
yang berhubungan dengan subjek. Setting penelitian ini adalah di Sekolah
Menengah Pertama (Terdepan, Tertinggal dan Terpencil). Alasan
pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil penjajakan lapangan, sekaligus
memadukan dengan informasi-informasi faktual sebelumnya, sehingga
kondisi sosial, geografis, dan situasi internal dilokasi penelitian, penulis
sudah mendapat gambaran tentang kesesuaian masalah yang diteliti dengan
kenyataan di lokasi. Hal ini penulis hubungkan dengan pendapat
Bogdan yang membagi model pentahapan sebuah penelitian kualitatif
kepada tiga hal yaitu; Pra-lapangan, Kegiatan lapangan, dan Analisis
intensif.

Tenaga pendidiknya mayoritas beragama Islam dan dalam


kehidupan sehari-hari dalam budaya berpakaian dalam kelas pada hari
jumat para siswa dan majelis guru mengenakan pakaian muslim. Di
samping itu, kebersihan dan kerapian sekolah juga tampak dari luar,
meskipun sekolah tersebut berada di pinggir jalan utama, sehingga
memang terkena polusi suara

2. Subjek Penelitian

Penemuan subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan


teknik purposive sampling, yaitu: “tehnik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu.”Subjek penelitian terdiri dari Kepala
Sekolah, Majelis Guru, dan Siswa.

1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh lansung dari objek
penelitian lapangan. Penulis secara lansung mengadakan pengamatan

2
(observasi) sekaligus mengumpulkan sejumlah data dari kepala
sekolah dan guru Sekolah Menengah Pertama
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan. Penulis berusaha memperoleh data dengan
menggunakan sumber dari beberapa literatur, majalah dan membaca
buku-buku yang berhubungan dengan masalah masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini. Data penelitian meliputi hal atau bahan-
bahan yang direkam atau diamati secara objektif oleh peneliti, seperti
transkripsi hasil wawancara atau berupa tuturan dan catatan lapangan
hasil observasi atau hasil perekaman.
2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi kepada sumber


data primer dan sumber data sekunder. Sumber data dalam penelitian
ini tidak melalui sampling, melainkan purposive. “Artinya peneliti
memilah sumber data yang dianggap representatif dan dapat memenuhi
tujuan penelitian. Informasi data dalam penelitian diperoleh melalui
dua sumber, yakni lapangan dan dokumen. Pertama, sumber
lapangan sebagai sumber pokok dalam upaya memperoleh dan
penggalian data dan yang kedua, sumber dokumenter, yakni sumber-
70
sumber berupa dokumen-dokumen, di mana dalam hal ini berupa
koran, majalah, buku, baliho, surat-surat, dan lain sebagainya yang
masih dalam konteks dokumen. Inilah yang peneliti maksudkan
sebagai sumber data dokumenter. Adapun sumber data lapangan
adalah sebahagian tenaga pendidik dan majelis guru dan sejumlah staff,
serta peserta didik di lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar


untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara
metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin

2
dipecahkan. Oleh karenanya dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan beberapa teknik antara lain, observasi, wawancara
(interview), dokumentasi;

1. Observasi

Metode observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua


7
objek dengan menggunakan seluruh indera. Jenis observasi yang
diaplikasikan dalam penelitian ini adalah: “Observasi berstruktur,
dimana dalam melakukan pengamatanya, peneliti menggunakan
instrumen yang sudah baku dengan mempedomani rambu-rambu
pengamatan

peneliti menggunakan teknik observasi tersetruktur adalah dengan


pertimbangan karena penelitian ini berkaitan erat dengan tenaga
pendidik di lapangan yang sangat beragam kondisi latar belakang
psikologisnya, maka peneliti memilih teknik observasi tersetruktur
sehingga dengan demikian pengamatan akan berjalan fleksibel dan
tidak terlalu kaku karena mengacu kepada pedoman catatan atau
sejumlah list pengamatan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jadi,
dengan teknik ini, peneliti akan lebih leluasa mengamati segala yang
gejala yang tampak, untuk kemudian direduksi diferivikasi, dan
disajikan dalam bentuk laporan penelitian. Artinya pengamatan terjadi
berawal dari fenomena yang ada di lapangan, bukan berawal dari
catatan pengamatan. Karena kalau bertitik pangkal dari catatan
pengamatan, acapkali tidak korelatif dalam situasi real-nya. Sehingga
secara psikologis membuat peneliti sedikit banyaknya menjadi tidak
kreatif dan tidak berusaha mengamati lebih jauh lagi, karena terpaku
dengan catatan pengamatan yang dibuat saja.

Observasi yang diterapkan dalam penelitian ini juga merupakan


observasi terus terang dan tersamar. Secara teknisnya, peneliti
dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada

2
sumber data (informan) bahwa aktivitas ini bertujuan untuk suatu
penelitian. Sehinga dengan demikian, mereka yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

Tetapi pada satu saat, peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
dalam observasi hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau
dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan
untuk melakukan observasi

“Observasi adalah metode yang metode yang dilakukan dengan


pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-
fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog dua arah yang dilaksanakan oleh


pewawancara dalam situasi dan keadaan tertentu untuk memperoleh
75
informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan dengan para
tenaga pendidik yang berada di wilayah posek. Wawancara
dilakukan dengan dua bentuk yakni wawancara secara formal dengan
pertanyaan terstruktur, maupun wawancara informal dengan
pertanyaan yang tidak terstruktur dan lebih bersifat obrolan dalam
suasana yang wajar dan kondusif. Data yang diperoleh melalui
wawancara peneliti jadikan sebagai data primer.

Alasan peneliti menggunakan dua buah teknik wawancara yaitu


wawancara terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur adalah; karena
wawancara terstruktur akan peneliti gunakan untuk mewancarai
informan (terwawancara) terkait data-data tentang latar belakang
kehidupan, pandangan, dan alasan–alasan pribadi. Intinya, teknik
wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti untuk menggali data

2
yang bersifat normatif dan netral. Sehinga obrolan lebih terarah dan
teratur serta terkesan formal.

Teknik wawancara tidak terstruktur juga peneliti gunakan dengan


pertimbangan, karena isu dalam penelitian ini bersifat sensitif, maka
perlu satu teknik wawancara yang lebih santai, lebih berupa tanya
jawab yang informal, sehingga pembicaraan antara peneliti dan
informan terjadi dalam nuansa keakraban, bahkan membuat informan
tidak mengetahui bahwa peneliti sedang mengejar satu data penting
yang sensitif tersebut pada dirinya (informan/subjek penelitian). Untuk
kepentingan inilah, maka tidak ada teknik yang bisa diandalkan
kecuali teknik wawancara tidak terstruktur tersebut.

Peneliti menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam melakukan


wawancara. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan supaya hasil
wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti
telah melakukan wawancara kepada informan. Secara rinci alat-
alat yang peneliti maksudkan adalah sebagai berikut:

a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan


dengan sumber data. Unruk kepentingan ini, peneliti juga
menggunakan buku agenda, atau juga note book
b. Tape recorder (alat perekam) yang berfungsi untuk merekam
semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan alat perekam
dalam wawancara perlu memberitahu informan terlebih dahulu.
c. Kamera yang digunakan untuk memotret kalau peneliti
sedang melakukan pembicaraan dengan informan. Dengan adanya
foto ini maka dapat meningkatkan keabsahan dan penelitian akan
lebih terjamin karena foto ini dapat menjadi bukti bahwa peneliti
betul-betul melakukan pengumpulan data di lapangan.

2
d. Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara
lisan untuk dijawab secara lisan pula
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah proses penyusunan sekumpulan
informasi tersusun ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga
menjadi lebih selektif dan sederhana, serta dapat dipahami maknanya.
Penyajian data dimaksudkan untuk memperoleh pola-pola yang
bermakna, serta memberikan kemungkina adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam
penelitian menggunakan uraian naratif, untuk menggambarkan secara
keseluruhan temuan penelitian yang berkaitan kepemimpinan kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi kinerja guru pada Sekolah

2
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Struktur MA Raudlatul Jannah


No Jabatan Nama Jabatan di Madrasah

1. Pengarah/ Penasehat KH. Slamet Raharjo Pengasuh

2. Penanggung Jawab Hoirul Anam, S.Pd.I Kepala Madrasah

3. Ketua Danafiyah Sudrajat, S.Pd Waka Kesiswaan

4. Sekretaris Imam Buhari Musleh Tata Usaha

5. Bendahara Bushernadi, S.Pd Bendahara Madrasah

6. Seksi :

Irsyad, S.Pd.I Guru / Yayasan


a. Humas
b. Seleksi Machfud, M.Pd Guru / Yayasan
Administrasi
Ongki Nugroho, S.Pd Guru / Yayasan
c. Sarana Prasarana
d. Hubungan Antar Wahendra, S.Pd Guru / Yayasan
Lembaga
7 Anggota-Anggota
Angota 1 Vivin Hermawati, S.Pd.I Guru / Yayasan

Angota 2 Muhammad Hozaemi, S.Pd Guru / Yayasan

Muhammad Abdul Basir,


Angota 3 Guru / Yayasan
S.Pd

1. Gambaran Kepemimpinan Kepala Sekolah


Berdasarkan pengamatan dan proses pengumpulan data di lapangan,
diperoleh beberapa informasi terkait dengan kepemimpinan kepala sekolah
tersebut dalam kaitannya dengan peningkatan kompetensi guru di sana.
Adapun beberapa informasi tersebut dijelaskan dalam paragraf di bawah ini:
a. Kepala Sekolah Memiliki Corak Kepemimpinan Demokratis

3
Salah seorang informan menyatakan;

“Kepemimpinan kepala sekolah, dikatakan ya lumayan bagus menerima


keluhan dari gurunya, adapun terkadang yang tidak sesuai dengan apa
yang dikeluhan gurunya tapi setidaknya welcome lah.’’

Kemudian ditambahkan pula:

“Hubungan dengan kepala sekolah cukup baik juga dalam arti kita tidak
pernah ada konflik apalagi yang bersifat pribadi jadi dengan kami tu baik
baik saja terus , tentang instruksi kepala sekolah guru dan kepala sekolah
juga bisa bersinergi dengan cukup baiklah.”

Kepala sekolah merupakan profil sentral sebagai pemimpin


dalam dunia pendidikan. Kepala Sekolah tidak hanya sekedar sebagai
kepala yang selalu berhak menonjolkan kekuasannya saja, akan tetapi
lebih ditanamkan fungsinya sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan
senantiasa mendambakan profil pemimpin yang ideal dan dapat
dijadikan contoh bagi kelompok yang dipimpinnya, karena dunia yang
dipimpinnya adalah dunia pendidikan.maka Kepala Sekolah harus
mampu menjadi contoh bagi para Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang ada di Sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh
di lapangan, Kepemimpinan yang terjadi adalah Kepemimpinan yang
Demokratis. Sebagaimana hasil wawancara dengan Guru Senior di
Sekolah.

“Bapak kepala sekolah dalam memimpin selalu berorientasi pada


bawahan/tugas yaitu setiap guru diberikan beban kerja, diberikan
kesejahteraan sesuai dengan kerjanya, diberikan tunjangan dan
honor yang sesuai dan mengacu pada aturan pemerintah.”

kepala sekolah ikut melibatkan diri secara langsung dan membuka


interaksi dengan tenaga pendidikan, serta mengikuti berbagai kegiatan
rapat sekolah. Sehingga apa yang menjadi tugas merupakan hasil

3
keputusan bersama dapat dilaksanakan dengan sbaik-baiknya. Dan juga,
dengan sikap pemimpin kepala sekolah membuka otonomi terhadap guru
yang seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasi siswa. Seirama dengan
pengungkapan ibu guru sebagai berikut:

“Tidak hanya mengatur, Bapak kepala sekolah lebih sering turun


langsung untuk membimbing dan memberi arahan kepada seluruh
guru, sehingga guru mendapatkan aspirasi dan lebih terarah,
seperti rapat sekolah, dan lain sebagainya. Beliau pasti hadir dan
menyampaikan apapun dengan baik tanpa membuat guru-guru
merasa tidak nyaman ataupun tersinggung.”

Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Bapak


guru sebagai berikut:

“Bapak Kepala Sekolah menganggap dirinya sebagai bagian dari


Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan bersama-sama
berusaha bertanggung jawab akan terlaksana tujuan bersama, tapi
gaya kepemimpinannya adalah demokratis dengan membagi tugas
yang sama rata, yaitu mengajak terhadap tugas yang telah dibagi
per individu.

Berdasarkan keterangan wawancara di atas, maka diketahui


bahwasanya kepala sekolah mulai melakukan koordinasi dengan guru.
Cara yang ditempuh antara lain adalah dengan jalan meminta majelis
guru memberikan saran-saran, lalu kemudian kepala sekolah mengambil
tindakan atas potensi-potensi yang ada pada SDM di sekolah tersebut.

b. Kepala Sekolah Memiliki Corak Keteladanan


Kepemiumpinan kepala sekolah sudah cukup baik, kepala sekolah
mau berjuang untuk kekurangan guru disekolah ini dsb.jadi secara
umum kepemimpinan kepala sekolah disini sudah cukup baik.
Berikut ini penulis akan menjelaskan kepemimpinan kepala
sekolah di akan tetapi sebelum membahas lebih dalam mengenai

3
kepemimpinan kepala sekolah, berikut sedikit penjelasan
mengenai kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah adalah faktor penting yang dapat
memberi makna dan kesatuan tujuan antara pemimpin, staf, siswa, orang
tua siswa serta masyarakat keseluruhan. Kepala sekolah adalah seorang
panutan bagi bawahannya, jika kepemimpinan kepala sekolah di lingkup
pendidikan tidak mencakup standarisasi maka sekolah tidak akan
meningkat dan berkembang. Kepala sekolah selaku pemimpin secara
langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya.
Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap bawahan, akan
berbeda dengan kepemimpinan yang acuh tak acuh, kurang
komunikasi apalagi arogan dengan komunitas sekolah.
Dari hasil penelitian di Sekolah penulis dapat menyimpulkan dari
setiap hasil wawancara mengenai analisis kepemimpinan kepala sekolah
terhadap pengelolaan sarana dan prasarana bahwa kepemimpinan kepala
sekolah di sudah memenuhi standarlisasi dan telah memenuhi syarat
untuk menjadi pemimpin, karena kepala sekolah di Sekolah telah
memperlihatkan sikap tegas dan kebijaksanaannya beliau juga mampu
menjadi panutan dan motivator bagi bawahannya.
Kepemimpinan kepala sekolah di Sekolah harus dapat mendorong
kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh
pertimbangan terhadap guru. Perilaku kepala sekolah yang positif
dapat mendorong, mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah
untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi misi, dan tujuan sekolah.
Dalam kaitannya dengan fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan
prestasi, kepala sekolah bertanggung jawab mengarahkan tenaga
pendidik dengan baik.
c. Kepala Sekolah Memiliki Corak Pemimpin yang Tegas
Integritas kepribadian kepala sekolah sangat kuat dalam hal ini
dilihat dengan konsisten dalam berfikir, berkomitmen, tegas, juga di
siplin dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah, beliau juga

3
berkeinginan untuk mengembangkan diri hal ini dapat dilihat dengan
rasa keingintahuannya yang tinggi terhadap kebijakan, teori, dan praktek
baru. Selanjutkan beliau terbuka dalam menjalankan tugasnya sebagai
kepala sekolah, karena menginformasikan secara transparan mengenai
rencana,proses pelaksanaan dan efektifitas program.
a. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung Kepala Sekolah di dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru di
1. Adanya Komunikasi yang Baik antara Kepala Sekolah-Guru
2. Adanya Komitmen yang Penuh dari Kepala
Sekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Guru
3. Adanya Pengalaman dalam Mengemban Amanah sebagai
Kepala Sekolah
b. Faktor Penghambat
1. Jumlah Guru yang Tidak Proporsional
2. Sarana dan Prasarana yang Masih Terbatas
3. Kompetensi Sebagaian Guru
4. Masih Lemahnya Aspek Controling Kepala Sekolah

3
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut:
1. Adapun gambaran kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah yaitu
ditemukan beberapa hal diantaranya adalah:
a. Kepala sekolah memiliki corak kepemimpinan demokratis,
b. kepala sekolah membangun sikap keteladanan untuk staff dan
bawahannya di sekolah,
c. dan kepala sekolah mencerminkan corak kepemimpinan
yang tegas.
2. Faktor Pendukung Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kompetensi Pendagogik dan Profesional Guru di
Sekolah adalah sebagai berikut:
a. Adanya komunikasi yang baik dan intens antar kepala sekolah-
guru.
b. Adanya komitmen yang penuh dari sosok kepala sekolah untuk
meningkatkan kompetensi guru
c. Adanya pengalaman kepala sekolah dalam mengemban amanah
sebagai kepala sekolah.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah:
a. Jumlah guru yang tidak proporsional
b. Kondisi sarana dan prasarana yang masih terbatas
c. Masih ditemukan rendahnya kompetensi sebagian majelis guru.
d. Masih lemahnya aspek controlling dari kepala sekolah.
3. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi
Pendagogik dan Profesional Guru di Sekolah adalah dengan cara
sebagai berikut.
a) Kepala sekolah melakukan inovasi

3
b) Kepala sekolah memberikan arahan kepada majelis guru.
c) Kepala sekolah memantau kinerja guru
d) Kepala sekolah memfasilitasi program-program pelatihan bagi
majelis guru.
e) Menjalin kerjasama dengan stakeholder.
f) Kepala sekolah berusaha untuk menyediakan dan mengelola
sarana dan prasaran di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai