Anda di halaman 1dari 13

Kepemimpinan Dalam Pembelajaran Dan Mengembangkan Potensi Kepemipinan

Pada Mahasiswa

Di susun oleh :

Di Susun Oleh :

Kelompok V

1. Wa Lini
2. Estin Saputri
3. Indrawan

Institut Agama Islam Negeri Kendari

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Pendidikan Agama Islam

Tahun Ajaran 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa. yang telah
berkenan memberi petunjuk sehingga makalah “Kepemimpinan Dalam Pembelajaran
Dan Mengembangkan Potensi Kepemipinan Pada Maha Siswa” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang saya
dapatkan dari berbagai sumber, yang bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan dalam belajar. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini,
masih terdapat banyak kekurangan. Kami harapkan saran dan kritik dari pembaca
sekaligus agar dapat meningkatkan dan memperbaiki penyajian makalah yang lebih
baik dari sebelumnya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Kendari, 9 April 2019

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Pembelajaran Dan Mengembangkan Potensi


Kepemipinan Pada Maha Siswa
B. Tahapan Pengembangan Kepemimpinan
C. Mengembangkan Kepemimpinan Dalam Diri Pemimpin

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) terhadap peningkatan


hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli pendidikan telah
melakukan penelitian tentang kepemimpinan pembelajaran terhadap peningkatan
hasil belajar. Mereka menyimpulkan bahwa: peningkatan hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran. Artinya, jika hasil belajar siswa ingin
dinaikkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran harus
diterapkan. Untuk lebih jelasnya, berikut dibahas tentang arti, tujuan, pentingnya
kepemimpinan pembelajaran, butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran, dan
kontribusi kepemimpinan pembelajaran terhadap hasil belajar.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah. Membentuk mahasiswa yang tidak
hanya cerdas, namun bermoral dan Mempunyai jiwa kepemimpinan. Membentuk
kepribadian mahasiswa yang mempunyai karakter yang kuat dan berani dalam
memimpin sebuah organisasi masyarakat, perusahaan, Ataupun sekolah.

1. Prestasi Belajarnya
2. Keingintahuanya
3. Kreativitasnya
4. Kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni senantiasa berkembang dengan pesat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Pembelajaran Dan Mengembangkan Potensi


Kepemipinan Pada Maha Siswa

Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang lebih


memfokuskan / menekankan pada pembelajaran. Tujuan utama kepemimpinan
pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka
mampu mengembangkan potensinya. Kepemimpinan pembelajaran sangat penting
dan signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Butir-butir penting
kepemimpinan pembelajaran menyarankan bahwa kepemimpinan pembelajaran akan
berjalan dengan baik apabila didukung oleh :

a. Figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai
pemimpin pembelajaran,
b. Kultur pembelajaran yang dikembangkan melalui pembangunan komunitas
belajar di sekolah, dan
c. Sistem/struktur yang utuh dan benar.

Adapaun yang dimaksud membangun Jiwa Kepemimpinan yang Berintegritas


pada Mahasiswa adalah peran mahasiswa sebagai penerus, pembangun, dan calon
pemimpin masa depan yang akan menjadi ujung tombak mengelola bangsa ini.
Artinya, mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan merupakan bagian dari
perubahan segi akademis dan juga pembangun bangsa untuk lebih maju kedepannya.

Saat ini karakter mahasiswa yang dibutuhkan adalah bukan sekedar


mahasiswa yang pintar dalam akademisnya saja, tetapi juga yang pandai berbicara,
profesional dalam kehidupan, kemudian senantiasa kontrbutif terhadap lingkungan
sekitarnya. Untuk menggapai karakter yang di atas tidaklah mudah. Mahasiswa
memerlukan konsep dan tindakan nyata untuk membangun sikap demi mencapai itu
semua. Beberapa diantaranya yaitu :
1. Membangun jiwa kepemimpinan;
2. Menjadi orang yang berintegritas; dan
3. Membangun integritas kepemimpinan.

Dengan menggunakan ketiga konsep tersebut, mahasiswa diharapkan mampu


menjalankan perannya sebagai penerus, pembangun, dan calon pemimpin masa depan
yang baik.

1. Membangun Jiwa Kepemimpinan

Didefinisikan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995), Kepemimpinan adalah


proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal berbagai
aktivitas yang harus dilakukan. Pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang
memiliki kemampuan untuk memengarui perilaku orang lain tanpa menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok
yang layak memimpin mereka.

Kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang utuh, konsisten, komitmen


dari seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan tindakannya, memiliki
kemampuan dan sistem nilai yang dianutnya, yang ditampakkan dalam sikap
hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada dan dengan siapapun, terutama dalam
tugas dan fungsinya sebagai pimpinan.

Kepemimpinan itu dikembangkan, bukan ditemukan. Orang yang terlahir


sebagai pimpinan sejati akan selalu menonjol, tetapi untuk tetap konsisten,
karakteristik kepemimpinan alamiah haruslah dikembangkan. Menurut John Maxwell
dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan bahwa : “Kepemimpinan optimal
adalah hasil pelatihan, bukan dilahirkan. Harus diraih , bukan diberikan.

Dijelaskan oleh Ngalim Purwanto bahwa : “Kepemimpinan sebagai


sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat kepribadian yang dijadikan
sebagai sarana untuk meyakinkan orang lain agar mau melaksanakan tugas secara
sukarela”. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan dipandang sebagai suatu kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan yang
sudah ditentukan.
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya tidaklah dilahirkan. Bakat tersebut
muncul melalui keterampilan yang terus-menerus diasah dan dikembangkan. Semua
didapat melalui latihan-latihan yang memakan waktu cukup lama. Banyak cara yang
bisa dilakukan untuk mengembangkan dan melatih jiwa kepemimpinan kita.
Misalnya, mengikuti organisasi kampus atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).
Dengan mengikuti organisasi, kita bisa mengasah kemampuan berkomunikasi,
berdiskusi, dan berinteraksi. Selain itu kita juga dapat membentuk pola pikir yang
lebih baik. Namun rasa malas juga mempengaruhi banyak mahasiswa untuk tidak
berorganisasi, beberapa diantara mereka mengatakan berorganisasi hanya banyak
menguras tenaga, bahkan ada yang berpendapat bahwa berorganisasi hanya
membuang-buang waktu saja.

Semua tergantung pada pribadi masing-masing. Mau dilihat dari segi


positifnya kah atau negatifnya. Padahal jika rasakan, organisasi banyak memberikan
nilai-nilai yang positif dibandingkan negatifnya. Contohnya, berorganisasi sangat
membantu mahasiswa dalam membangun soft skill seperti jiwa kepemimpinan untuk
persiapan dunia pasca sarjana.

2. Menjadi Orang yang Berintegritas

Salah satu kualitas dan karakteristik yang diperlukan dalam kepemimpinan


adalah Integritas. Intergritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan
sebagai mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan potensi yang utuh
sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Definisi
integritas sendiri, menurut para ahli adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Menurut
Sthepen R. Covey, ”Integritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan karena
hal tersebut benar dan bukan karena sedang digandrungi orang atau sesuai dengan
tata krama. Gaya hidup, yang tidak tunduk kepada godaan yang memikat dari sikap
moral yang mudah, akan selalu menang.

Integritas juga bisa memiliki arti lebih umum dalam percakapan sehari-hari.
Kita menggunakannya untuk menggambarkan kualitas yang berhubungan dengan
kebenaran dan moralitas. Integritas mengandung arti bahwa kita adalah orang yang
‘lurus’, jujur dan tulus. Kita bisa dipercayai karena adanya konsistensi kata, sifat dan
tindakan. Inilah wujud luar dari integritas yang tertanam dalam batin. Mahasiswa
yang berintegritas berarti berkarakter, berprinsip serta konsisten di dalam
menjalankan kehidupan. Akan tetapi, masih banyak ditemukan sikap inkonsistensi
yang ditunjukkan oleh mahasiswa itu sendiri. Seperti contoh berikut; bentuk
inkonsistensi yang paling sering ditemukan adalah menunda-nunda atau malas untuk
membuat tugas kuliah.

Bagi sebagian mahasiswa, melakukan rutinitas perkuliahan kadangkala terasa


membosankan. Selama mahasiswa menganggap kuliah sebagai beban. Maka kuliah
akan terasa berat dijalani. Sehingga pada akhirnya mahasiswa akan bermalas-malasan
dalam menjalankan aktivitasnya. Untuk itu perlu adanya niat dan konsistensi pada
seorang mahasiswa agar supaya dapat menjadi mahasiswa yang berprinsip dan
terhindar dari sikap inkonsistensi.

3. Membangun integritas kepemimpinan

Membangun integritas kepemimpinan merupakan bentuk konsisten


menumbuhkan dan menunjukkan keteladanan dalam mempengaruhi orang lain berarti
memberikan daya dorong untuk memotivasi dirinya dalam membangun integritas,
yang secara tak langsung mendorong orang lain untuk memahami secara mendalam
prinsip dalam menumbuh kembangkan integritas yang kita sebut dengan sikap
berprinsip.

Pemimpin dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian


utuh dalam kata dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah
kenyataan kehidupannya. Sebagai seorang pemimpin, ia selalu melakukan apa yang
dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya. Integritas adalah modal utama
seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki oleh
pemimpin. Integritas ialah keadaan dimana sesuatu sama dan lengkap dalam suatu
kesatuan. Artinya : “Kata-kata saya sesuai dengan perbuatan saya, kapanpun dan
dimanapun saya berada”. Orang yang berintegritas ialah orang yang punya prinsip,
orang yang memiliki kepribadian yang teguh dan mempertahankannya dengan
konsisten.

Integritas berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan


upaya untuk mencapai satu tujuan. Integritas ini yang menjaga seseorang supaya
tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu. Seorang pemimpin yang
berintegritas, tidak akan mudah korupsi atau memperkaya diri dengan
menyalahgunakan wewenang
Menurut Dwight Eisenhower : “Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus
memiliki pengikut. Dan untuk memiliki pengikut, seseorang harus memiliki rasa
percaya. Tetapi syarat terutama bagi seorang pemimpin adalah integritas”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang integritas, maka dapat


disimpulkan bahwa: Integritas dalam kepemimpinan adalah Suatu perilaku yang utuh,
konsisten, komitmen dari seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan
tindakannya, memiliki kemampuan dan sistem nilai yang dianutnya, yang
ditampakkan dalam sikap hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada dan dengan
siapapun terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai pimpinan.

Untuk dapat mengembangkan integritas kepemimpinan berikut adalah strategi


atau langkah-langkah untuk mencapainya :

1) Hargai kolega atau orang-orang disekeliling. Bangun kepercayaan antar


individu dan ciptakan keharmonisan.
2) Perkuat nilai-nilai bersama. Ciptakan komunikasi yang memiliki kebanggaan
tertentu dan temukan dasar-dasar pijakan bersama.
3) Kembangkan kemampuan atau keterampilan seorang pemimpin. Berdayakan
orang lain sampai kepuncak karir dan kembangkan kepemimpinan setiap
orang.

B. Tahapan Pengembangan Kepemimpinan

Dalam pengembangan kepemimpinan terdapat beberapa tahap atau tingkat


kepemimpinan. Menurut John C. Maxwell, membagi tingkat kepemimpinan menjadi
lima tahap atau tingkat, yaitu :

1. Tingkat 1, Kedudukan/Hak

Ini adalah tingkat kepemimpinan awal yang mendasar. Satu-satunya pengaruh


yang dimiliki adalah yang dibawa oleh jabatan. Orang yang berada pada tingkat ini
memasuki peta hak wilayah, protokol, tradisi, organisasi, dan mungkin dia punya
wewenang. Tetapi kepemimpinan yang sesungguhnya lebih dari hanya memiliki
wewenang. Kepemimpinan yang sesungguhnya adalah menjadi orang yang dikuti
orang lain dengan senang hati dan penuh keyakinan.
Ciri khas seorang pemimpin kedudukan:

a. Rasa aman berdasarkan jabatan, bukan bakat


b. Tingkat ini sering diperoleh dengan pengangkatan.
c. Orang mengikuti karena mereka harus mengikuti.
d. Orang tidak mengikuti pemimpin kedudukan melampaui wewenang yang
dinyatakan.
e. Pemimpin kedudukan punya lebih banyak kesulitan kerja dengan
sukarelawan, dan orang muda.

2. Tingkat 2: Izin/Hubungan

Orang yang berada pada tingkat “izin/hubungan” ini akan memimpin dengan
saling berhubungan. Kepemimpinan tumbuh subur dengan hubungan yang berarti,
bukan peraturan lebih baik. Orang mengikuti karena mereka berkeinginan mengikuti.
Orang akan mengikuti melampaui wewenang yang dinyatakan. Tingkat ini
memungkinkan pekerjaan bisa menyenangkan.

3. Tingkat 3: Produksi/Hasil

Pada tingkat ini segala hal yang baik mulai terjadi. Keuntungan meningkat,
moral tinggi, kebutuhan terpenuhi, dan tujuan direalisasi. Disinilah sukses dirasakan
oleh kebanyakan orang Memimpin dan mempengaruhi orang lain menyenangkan.
Masalah terpecahkan dengan usaha minimum, karena adanya momentum. Orang
mengikuti karena apa yang telah pemimpin lakukan untuk organisasinya.

4. Tingkat 4: Pengembangan Manusia/Reproduksi

Pada tingkat ini pertumbuhan jangka panjang terjadi, Komitmen untuk


mengembangkan pemimpin akan memastikan pertumbuhan yang terus berlangsung
bagi organisasi dan orang. Tanggungjawab utama seorang pemimpin adalah
mengembangkan orang lain untuk melakukan pekerjaan. Orang mengikuti karena apa
diri pemimpin dan apa yang pemimpin lakukan bagi mereka.
5. Tingkat 5 : Kemampuan menguasai pribadi/ rasa hormat

Pada tingkat ini orang mengikuti karena siapa diri pemimpin dan apa yang
pemimpin wakili. Pada tingkat ini dicadangkan bagi pemimpin yang telah
melewatkan waktu bertahun-tahun menumbuhkan orang lain dan organisasi hanya
sedikit yang berhasil ke tingkat ini.

C. Mengembangkan Kepemimpinan Dalam Diri Pemimpin

Proses pengembangan kepemimpinan dalam diri pemimpin adalah usaha


untuk menemukan/ menjadi pemimpin yang sejati. Kepemimpinan adalah sebuah
keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan
sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri
(inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan
dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from
the inside out).

Menurut Joe Reynold ada tujuh karakteristik umum yang dimiliki oleh para
pemimpin yang baik. Tujuh karakteristik ini adalah integritas, kasih sayang,
pemahaman, keberanian, komitmen, keyakinan, dan komunikasi. Sifat-sifat itu
meresap keseluruh budaya pemimpin, atau organisasi. Berikut hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pengembangan kepemimpinan berkaitan dengan empat
karakteristik yang telah dijalaskan, yakni :

1. Integritas: Mencari Kejujuran

Integritas adalah perjuangan yang gigih untuk mencari apa yang benar,
bukannya siapa yang benar. Memiliki integritas berarti bersedia menerima
tanggungjawab, dan dengan rela memberikan pertanggung-jawaban atas
tanggungjawab yang diterimanya tersebut. Integritas adalah menanggalkan semua
topeng yang kita pakai untuk menyembunyikan atau manyangkal ketidaksempurnaan
kita.
2. Kasih Sayang: Sikap yang Bertanggungjawab

Kasih sayang merupakan hasil dari keseimbangan yang produktif dan


bertanggungjawab antara individualisme dan kerjasama tim. Pemimpin
memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan menyelaraskannya dengan kekuatan orang
lain untuk meraih tujuan bersama. Dengan demikian pemimpin mengembangkan
keselarasan produktif untuk kepentingan bersama.

3. Pemahaman: Integrasi Kesadaran dan Pengetahuan

Pemahaman adalah kekuatan persepsi yang arif sehingga membuat seseorang


mampu menggunakan informasi secara efektif. Pemahaman mencakup pengertian
akan masa lalu, kesadaran akan masa sekarang, dan visi tentang masa depan.
Pemahaman merupakan kemampuan untuk mengerti dan menggunakan variable-
variable yang selalu berubah, kompleks, dan tidak jelas dengan cara sesederhana dan
seproduktif mungkin. Jadi pemimpin mampu mengintegrasikan masa sekarang
dengan masa yang akan datang, kemudian memproyeksikannya untuk membentuk
masa yang akan datang.

4. Keberanian: Tulang Punggung untuk Bertindak

Karakteristik yang keempat dari kepemimpinan adalah keberanian, yaitu


keberanian untuk menindaklanjuti keyakinan-keyakinanmu dengan keteguhan untuk
menghadapi tantangan yang terus-menerus; keberanian untuk berkorban dan
mengambil risiko serta tidak mementingkan diri sendiri; keberanian untuk memberi,
menikmati, dan untuk hidup.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa, Kepemimpinan


pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada
pembelajaran agar lebih efektif. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah
memberikan layanan prima kepada semua mahasiswa agar mereka mampu
mengembangkan potensinya. Kepemimpinan pembelajaran sangat penting signifikan
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Umar Tirtarahardja, S. L. La Sulo : Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2012). Cet.
Ke-2.

Daryanto : Pemimpin Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media,


2011), cet. Ke-1.

Agustinus Hermino : Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi,


(Yogyakarta: Pelajar Pustaka, 2014), cet. Ke-1.

Anda mungkin juga menyukai