Anda di halaman 1dari 23

KEPEMIMPINAN MAHASISWA

Pentingnya Kepemimpinan Bagi Mahasiswa Universitas Sebelas April

DISUSUN OLEH
Fajar Agusti Hamid

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
saya dapat menyusun makalah tentang "pentingnya kepemimpinan bagi
mahasiswa universitas sebelas april " dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah untuk tugas ringkasan materi
tentang “peran mahasiswa dalam pencegahan dan penanggulangan intoleransi,
radikalisme, dan terorisme” saya harap dari mkalah yang saya buat dapat
mengedukasi dan menambah wawasan pada pembaca.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini
sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan
ganjaran yang berlimpah.
Meski saya telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi
keilmuan pembaca.

Sumedang, Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar BelakangRumusan masalahTujuan
BAB II PEMBAHASAN
Definisi
Jenis
BAB III PENERAPANPemanfaatan
BAB IV PENUTUP KesimpulanSaran
Daftar Pustaka Lampiran

BAB I

3
PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai


tujuan ersama. Kepemimpinan merupakan kompetensi penting bagi
mahasiswa, karena akan membantu mereka dalam mencapai kesuksesan di
masa depan. Mahasiswa yang memiliki kepemimpinan yang baik akan lebih
mampu mengatasi tantangan, mengambil keputusan yang tepat, dan
menjadi pemimpin yang efektif di organisasi atau komunitas.

Selain itu, kepemimpinan juga penting dalam membentuk karakter


mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kepemimpinan yang baik akan
menjadi pribadi yang berwibawa, berintegritas, dan memiliki sikap yang
positif. Kepemimpinan juga akan membantu mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi, negosiasi, dan kerja sama yang
baik.

Mahasiswa dapat belajar kepemimpinan melalui berbagai cara, seperti


mengikuti kegiatan keorganisasian, mengikuti pelatihan kepemimpinan, atau
mengikuti program pengembangan diri.

Kepemimpinan dapat dikembangkan selama masa studi, dan dapat


digunakan sebagai bekal untuk masa depan. Secara keseluruhan,
kepemimpinan merupakan kompetensi penting bagi mahasiswa yang akan
membantu mereka dalam mencapai kesuksesan di masa depan dan
membentuk karakter yang baik.

Latar belakang dari pentingnya kepemimpinan pada mahasiswa adalah


peran yang penting dari mahasiswa dalam masyarakat. Mahasiswa
diharapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang akan memainkan
peran yang penting dalam pembangunan masyarakat. Oleh karena itu,
penting bagi

4
mahasiswa untuk memiliki kepemimpinan yang baik agar dapat menjadi
pemimpin yang efektif di masa depan.

Selain itu, dunia kerja saat ini juga menuntut individu yang memiliki
kepemimpinan yang baik. Mahasiswa yang memiliki kepemimpinan yang
baik akan lebih mudah untuk diterima bekerja di perusahaan atau organisasi
yang diinginkan. Kepemimpinan juga akan membantu mahasiswa dalam
mengembangkan karir yang baik di masa depan.

Latar belakang lainnya adalah, kepemimpinan juga dapat membantu


mahasiswa dalam belajar untuk menjadi pribadi yang berwibawa,
berintegritas, dan memiliki sikap yang positif. Kepemimpinan juga dapat
membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi,
negosiasi, dan kerja sama yang baik yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.

Secara keseluruhan, latar belakang pentingnya kepemimpinan pada


mahasiswa adalah untuk menyiapkan mahasiswa menjadi pemimpin masa
depan yang efektif, membantu dalam pengembangan karir dan membentuk
karakter yang baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eddie Blast (2007) menunjukkan bahwa
sebagian besar pengembangan kepemimpinan saat ini masih berkutat pada

5
bagian kepemimpinan yang terlihat, dapat diverifikasi, dan eksplisit.
Pengetahuan dan pengalaman (tacit knowledge) para pemimpin yang
merupakan kemampuan inti yang tidak tampak, seringkali cenderung
diabaikan, padahal kemampuan ini seharusnya menjadi hal penting dalam
sebuah program pengembangan kepemimpinan. Saat ini telah terjadi
pergeseran paradigma dalam program kepemimpinan dan manajemen yang
lebih menyasar kepada sisi manusianya dengan fokus kepada individu dari
pada proses manajemennya sendiri.
Tantangan kepemimpinan ini harus mampu dijawab oleh institusi/ lembaga
pendidikan dan pelatihan yang bergerak dalam pengembangan
kepemimpinan. Program pengembangan kepemimpinan yang tepat dianggap
sebagai komponen kunci dalam membentuk para pemimpin yang mampu
menjawab tantangan global saat ini. Melalui pengembangan kapasitas
kepemimpinan, sebuah lembaga/institusi pemerintah diharapkan mampu
mencapai tujuan mereka secara efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan asumsi bahwa ketepatan dalam merancang sebuah program
pengembangan kepemimpinan akan sangat dipengaruhi oleh ketepatan
dalam penentuan kurikulum/silabus, materi, metode, dan sistem evaluasi
pembelajaran yang akan dilakukan. Pendekatan penelitian yang dilakukan
mengacu pada keberadaan program Diklat Kepemimpinan yang ada di
Indonesia saat ini dan dampaknya terhadap peningkatan kapasitas
kepemimpinan pejabat publik saat ini.

1.3 TUJUAN

6
Tujuan makalah ini di buat untuk meningkatkan kesadaran akan
pentingnya rasa kepemimpinan pada mahasiswa untuk menjadi pemimpin
masa depan yang efektif, membantu dalam pengembangan karir dan
membentuk karakter yang baik.

Perilaku, Motif dan Tujuan seorang pemimpin menentukan menjadi


pemimpin seperti apa mereka nantinya. Semakin jelas tujuan yang dimiliki,
semakin tajam fokusnya, demikian sebaliknya. Perilaku kepemimpinan
seseorang menghadapi kelompok secara keseluruhan harus berbeda beda
dengan menghadapi individu anggota kelompok, demikian pula perilaku
kepemimpinan manajer dalam menghadapi tiap- tiap individu harus berbeda
- beda tergantung kematangannya. Masing- masing punya perbedaan
tingkat kematangan. Menurut teori ini pemimpin haruslah situasional, setiap
keputusan yang dibuat didasarkan pada tingkat kematangan anak buah,
berarti keberhasilan seorang pemimpin adalah apabila mereka
menyesuaiakan gaya kepemimpinanya dengan tingkat kedewasaan atau
kematangan anak buah. Tingkat kedewasaan atau kematangan anak buah
dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu: 1. Gaya Telling ( Pemberitahu )
Gaya Pemberitahu adalah gaya pemimpin yang selalu memberikan instruksi
yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan dari jarak dekat.
Gaya Pemberitahu membantu untuk memastikan pekerja yang baru untuk
menghasilkan kinerja yang maksimal, dan akan menyediakan fundasi solid
bagi kepuasan dan kesuksesan mereka di masa datang. 2. Gaya Selling
( Penjual ) Gaya Penjual adalah gaya pemimpin yang menyediakan
pengarahan, mengupayakan komunikasi dua-arah, dan membantu
membangun motivasi dan rasa percaya diri pekerja. Gaya ini muncul tatkala
kesiapan pengikut dalam melakukan pekerjaan meningkat, sehingga
pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat pekerja belum
siap mengambil 13 tanggung jawab penuh atas pekerjaan. Sebab itu,
pemimpin perlu mulai menunjukkan perilaku dukungan guna memancing
rasa percaya diri pekerja sambil terus memelihara antusiasme mereka. 3.

7
Gaya Participating ( Partisipatif ) Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin
yang mendorong pekerja untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus
memfasilitasi pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka tunjukkan.
Mereka mau membantu pada bawahan. Gaya ini muncul tatkala pengikut
merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin
tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara
komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk
lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. 4.
Gaya Delegating ( Pendelegasi ) Gaya Pendelegasi adalah gaya pemimpin
yang cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala pekerja ada pada
tingkat kesiapan tertinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif
karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk
mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya.

BAB II

8
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Kepemimpinan adalah suatu upaya mempengaruhi kegiatan pengikut


melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi ini
menunjukan bahwa kepemimpinan melibatkan penggunaan pengaruh dan
karena nya semua hubungan dapat merupakan upaya kepemimpinan. Unsur
kedua dari definisi itu menyangkut pentingnya proses komunikasi. Kejelasan
dan ketetapan komunikasi mempengaruhi perilaku dan prestasi pengikut.
Unsur lain dari definisi tersebut berfokus pada pencapaian tujuan. Pemimpin
yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu, kelompok, dan
organisasi. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang ukuran tingkat
pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut. Individu mungkin
memandang seorang pemimpin sebagai efektif atau tidak efektif dari sudut
kepuasan yang mereka peroleh selama pengalaman kerja secara meyeluruh.
Sebenarnya, penerimaan perintah atau permintaan seorang pemimpin
sebagian besar terletak pada harapan para pengikut dimana tanggapan yang
menyenangkan akan menimbulkan hasil yang menarik. Kekuasaan
berdasarkan imbalan dan legitimasi terutama ditentukan oleh peranan
individu dalam suatu hirarki. Peranan ini tentunya boleh jadi terdapat dalam
kelompok formal atau informal. Tigkat dan cakupan kekuasaan keahlian dan
kekuasaan referen pemimpin terutama ditentukan oleh ciri-ciri pribadi.
Beberapa pemimpin, karena kesukaran kepribadian dan komunikasi, tidak
dapat mempengaruhi orang lain melalui kekuasaan keahlian atau referen.
Kesimpulannya, bahwa kepemimpinan tidak hanya banyak bergantung
kepada diri si pemimpin itu, tetapi dari pihak yang dipimpin itupun dibentuk
beberapa syarat tertentu agar hubungan antara pimpinan dan bawahan
dalam keadaan yang serasi. Dengan demikian fungsi-fungsi manajemen
dapat dilaksanakan denagn baik dan tujuan organisasi akan tercapai.

Berikut ini terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai pemimpin,
yakni sebagai berikut:

9
1. Menurut Tead; Terry; Hoyt
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.

2. Menurut Young

Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan


pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki
keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

3. Menurut Moejiono

Memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat


pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas
tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori
sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership
sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin.

4. Menurut Menurut George R. Terry


Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Menurut Ordway Tead

Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang


mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

6. Menurut Rauch & Behling

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah


kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

7. Menurut Katz & Kahn

Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan


berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi.

8. Menurut Hemhill & Coon

10
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama
(shared goal).

9. Menurut William G.Scott

Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang


diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan.

10. Menurut Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk


melakukan apa yang kamu inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.

11. Menurut Dr. Thomas Gordon

Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara


seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan
anggota-anggota kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan
peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan
dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh,
pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

12. Menurut Tannenbaum, Weschler & Massarik

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi


tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu
atau beberapa tujuan tertentu.

13. Menurut P. Pigors

Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan


interaksi dari perbedaan perbedaan individu, mengontrol daya manusia
dalam mengejar tujuan bersama.

14. Menurut Kartini Kartono

Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus.
Sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu,
dan mempunyai suatu tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus.
Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari
situasi khusus.

15. Menurut G. U. Cleeton dan C.W Mason

11
Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan
mencapai hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan kekuasaan.

16. Menurut Locke & Associate

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing)


orang-orang lain untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama .

17. Menurut John W. Gardner

Kepimpinan sebagai proses Pemujukan di mana individu-individu meransang


kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan
dikongsi bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.

18. Menurut Theo Haiman & William G.Scott

Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan


dipengaruhi dalam pemilihan dan pencapaian tujuan.

19. Menurut Duben

Kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat


keputusan.

20. Menurut F.A.Nigro

Inti kepemimpinan adalah mempengaruhi kegiatan orang-orang lain.

12
2.2 JENIS KEPEMIMPINAN

1. Gaya demokratis
Gaya demokratis berarti mencari kolaborasi dan konsensus. Anggota tim
adalah bagian dari proses pengambilan keputusan. Arus komunikasi naik,
turun, dan melintasi bagan organisasi. Gaya demokratis itu kolaboratif.
Penulis dan pembicara motivasi Simon Sinek adalah contoh dari seorang
pemimpin yang tampaknya memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis

2. Gaya otokratis
Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif.
Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa
berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau
karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut. Mereka menentukan apa
yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya.
Kritik yang muncul adalah bahwa pendekatan ini tidak akan efektif dalam
jangka panjang.

3. Gaya transformasional
Pemimpin transformasional mendorong perubahan. Mereka masuk ke
organisasi untuk membalikkan keadaan, mengembalikan keuntungan, atau
meningkatkan budaya. Sebagai alternatif, pemimpin transformasional
mungkin memiliki visi untuk apa yang mungkin dibutuhkan pelanggan,
pemangku kepentingan, atau konstituen di masa depan dan bekerja untuk
mencapai tujuan tersebut. Mereka adalah agen perubahan yang berfokus
pada masa depan. Contoh pemimpin transformasional adalah Oprah dan
Robert C. Smith, miliarder yang telah menawarkan untuk melunasi hutang
pinjaman mahasiswa dari seluruh kelas kelulusan 2019 di Morehouse
College.

4. Gaya transaksional
Pemimpin transaksional melanjutkan agenda langsung. Mereka khawatir
tentang menyelesaikan tugas dan melakukan apa yang mereka katakan telah
mereka lakukan. Mereka kurang tertarik untuk mengubah status quo dan
lebih fokus untuk memastikan bahwa orang melakukan tugas khusus yang
harus mereka lakukan. Gaya kepemimpinan transaksional berpusat pada
perencanaan jangka pendek. Gaya ini dapat menahan kreativitas dan
membuat karyawan terjebak dalam peran mereka saat ini.

13
5. Gaya delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin
memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk
melakukan tujuan dan cara mereka masing-masing. Pemimpin cenderung
membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga
terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah.
Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum
cukup matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki
motivasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun sebaliknya dapat menjadi
boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak belakang
dari pernyataan sebelumnya.

6. Gaya partisipatif
Kepemimpinan partisipatif juga dikenal dengan istilah kepemimpinan
terbuka, bebas atau nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini
hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia
hanya menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan
kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan
pemecahannya. Disini tugas pemimpin adalah mengarahkan tim kepada
tercapainya consensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini
adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggungjawab
terhadap solusi, tujuan, dan strategi di mana mereka diberdayakan untuk
mengembangkannya.

7. Gaya visioner
Gaya kepemimpinan selanjutnya adalah visioner. Dalam hal ini, seorang
pemimpin perlu menjadi individu yang visioner, dimana dirinya mampu
untuk merancang tujuan dan visi misi yang jelas, serta meyakinkan seluruh
anggotanya bahwa mereka sedang menuju jalan keberhasilan. Selain itu,
mereka juga mampu untuk mempertimbangkan dan mengintegrasikan
berbagai perspektif orang lain dengan pemikiran original yang mereka miliki.
Tidak hanya itu, sebagai pemimpin yang visioner, mereka mampu bekerja
dengan baik dalam tim dan membimbing anggotanya untuk menuju visi misi
yang diharapkan.

8. Kepemimpinan ala Arsitek


Untuk jenis ini, para pemimpin ahli dalam merancang masa depan,
mendesain organisasi menjadi sebuah sistem yang transparan dan canggih.
Selain itu, para pemimpin juga diharapkan secara berkala memeriksa desain
inti dari dasar organisasi tersebut. Misalnya, mengecek kembali tentang
bagaimana produk-produk organisasi dapat diproduksi secara efisien,

14
bagaimana jumlah penjualan dapat ditingkatkan, bagaimana cara
meningkatkan produktivitas dan motivasi karyawan, dan lain-lain.

9. Kepemimpinan sebagai Pelatih


Kepemimpinan dalam organisasi akan terasa tidak lengkap jika pemimpinnya
tidak bertindak sebagai pelatih (coach) bagi para karyawan atau anggota
timnya. Ketika seorang pemimpin berhasil membimbing para anggotanya
untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan, maka secara otomatis
organisasi tersebut akan lebih mudah untuk mencapai kesuksesan. Tidak
hanya itu, para karyawannya juga akan berpikir lebih strategis dan mencoba
mengasah kemampuan mereka untuk bekerja lebih baik dalam kolaborasi
yang harmonis.

10. Kepemimpinan situasional


Gaya kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap(fluid)
atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak
ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam
segala kondisi. Oleh karena itu gaya kepemimpinan situasional akan
menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan pertimbangan atas factor-
faktor sep[erti pemimpin, pengikut, dan situasi( dalam arti struktur tugas,
peta kekuasaan, dan dinamika kelompok ). Hal ini sering dikenal dengan
istilah hukum situasi (law of the situation).

15
BAB III

PENERAPAN

3.1 PEMANFAATAN

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi dianggap memiliki posisi


vital (human capital) karena akan menjadi kekuatan pendorong di balik
pencapaian tujuan sebuah organisasi, baik dalam fungsi operasional,
efektivitas, dan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Oleh
karena itu, penting bahwa para pemimpin dalam sebuah organisasi
kompeten, berintegritas, terinspirasi, dan termotivasi dalam tugas yang
mereka lakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada
semua tingkat manajerial di pemerintahan, pejabat publik harus mampu
melaksanakan fungsi manajerial dan sekaligus memimpin implementasinya.
Dalam hal ini pengembangan kepemimpinan menjadi penting karena adanya
kebutuhan akan pemimpin publik yang berpengetahuan luas dan terlatih di
semua tingkatan manajerial yang bertanggung jawab kepada tugas dan
fungsinya dalam penyediaan layanan publik. Beberapa pembahasan tentang
program pengembangan kepemimpinan yang ditemukan dalam literatur,
terkait dengan struktur dan metode pelatihan serta ranah kompetensi yang
selama ini dikembangkan, meliputi kemampuan kognitif, sosio-emosional
dan perilaku, serta keterampilan dan pengetahuan. Pengembangan
kepemimpinan di dalam institusi, baik sektor bisnis maupun pemerintahan
menjadi hal yang selalu diperdebatkan. Ketidakpuasan terhadap pola
pendekatan program pengembangan kepemimpinan model lama telah
menyebabkan diversifikasi dalam berbagai inisiatif program yang
ditawarkan. Sejumlah trend program pengembangan kepemimpinan
tersebut dapat dilihat melalui beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
para ahli, diantaranya: 1. United States Office of Personnel Management
Kajian ini mencakup matriks kompetensi pengembangan kepemimpinan

16
yang berisi 20 kompetensi kepemimpinan inti dan enam (6) kompetensi
dasar serta metode pembelajaran yang dilakukan.

pengembangan kepemimpinan di masa depan, yaitu: 1. Lebih fokus pada


pengembangan vertikal Ada dua tipe pengembangan yang berbeda, yaitu
horisontal dan vertikal. Pengembangan vertikal lebih pada bagaimana untuk
memfungsikan kewenangan pada setiap level yang berbeda. Perkembangan
vertikal akan memberikan keterampilan pribadi untuk mengatasi kondisi
lingkungan pekerjaan yang berubah sesuai dengan kewenangannya. Selama
ini sebagian besar waktu telah dihabiskan untuk pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku (kompetensi teknis) yang baru,
namun hanya sedikit waktu untuk pengembangan kompetensi vertikal
(tahapan pengembangan). Pengembangan horizontal dalam diklat
kepemimpinan sangat berguna saat masalah organisasi dapat didefinisikan
dan dianalisis secara jelas dan ada teknik inovatif yang dikuasai untuk
memecahkannya. Para peserta diklat juga akan belajar terkait pengelolaan
kegiatan yang melibatkan tim kerja dan stakeholder. Pada pengembangan
vertikal, para peserta diklat memasuki tahap pengembangan kompetensi
yang lebih tinggi, menyadari tantangan global yang saat ini dengan cara yang
lebih komplek dan inklusif dan pola berpikir mereka akan lebih berkembang.
Pengembangan kompetensi horisontal bisa diajarkan (dari seorang ahli),
karena ini seperti seperti menuang air ke dalam gelas dengan konten baru
terkait kompetensi kepemimpinan dan manajerial, sedangkan
pengembangan vertikal lebih cenderung kepada tahap kemajuan pemimpin
itu sendiri terkait bagaimana mereka menyadari tantangan yang mereka
hadapi saat ini (kesiapan mental dan spiritual). 2. Merubah pola tanggung
jawab pengembangan kompetensi lebih besar terhadap individu Orang akan
berkembang paling cepat saat mereka merasa bertanggung jawab atas
kemajuan kompetensi mereka sendiri. Model pengembangan 18 kompetensi
pegawai saat ini hanya akan mendorong persepsi bahwa orang/ bagian lain
yang akan bertanggung jawab atas perkembangan mereka, misalnya bagian

17
sumber daya manusia, pimpinan, atau atasan mereka. Kita perlu membantu
agar orang-orang ini dapat keluar dari pandangan yang salah ini dan
menyadari pentingnya pengembangan diri mereka sendiri. Pembelajaran
diklat kepemimpinan saat ini harus memungkinkan para peserta diklat untuk
membuktikan kemampuannya untuk merancang dan mengimplementasikan
suatu perubahan di unit kerjanya. 3. Membentuk pola kepemimpinan
kolektif, bukan individu Pengembangan kepemimpinan saat ini telah menjadi
terlalu fokus pada sosok individunya. Terjadi sebuah transisi dari paradigma
lama dimana pengembangan kompetensi kepemimpinan ada pada diri
(peran seseorang) menuju ke paradigma baru dimana kepemimpinan adalah
sebuah proses kolektif yang menyebar ke semua orang yang terkait.
Pertanyaan akan berubah dari “Siapakah pemimpinnya? menjadi
“bagaimana agar kepemimpinan tersebut dapat mengembangkan
kemampuan individu/ kelompok yang dipimpinnya? Hal ini dapat diajarkan
melalui pembelajaran kepada peserta diklat tentang pentingnya koordinasi
dan kolaborasi serta kemampuan mempengaruhi semua pihak agar
mendukung perubahan yang akan dilakukan. 4. Metode pengembangan
kepemimpinan lebih difokuskan pada inovasi Belum ada model
pengembangan kepemimpinan yang dianggap paling tepat untuk menjawab
tantangan kepemimpinan dalam menghadapi masa depan yang semakin
kompleks. Program pengembangan kepemimpinan model lama telah gagal
untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang dapat membangun
kesadaran terhadap budaya kepemimpinan modern. Praktik inovasi akan
meningkatkan tingkat pengembangan kompetensi kepemimpinan horizontal
para peserta diklat melalui pendekatan yang akan menggabungkan beragam
gagasan baru dan berbagi dengan orang lain. 19 Perubahan konsepsi dan
pendekatan tersebut telah mendorong munculnya sejumlah model
pendidikan manajemen dan kepemimpinan yang ditandai dengan adanya
trend, meliputi modularisasi yang lebih besar, fleksibilitas, dan pembelajaran
berbasis kerja, serta pengembangan yang lebih informal dan personal

18
(Mentoring, Coaching, umpan balik , tugas proyek, dan pembelajaran melalui
implementasi serta fasilitasi tim kerja). Inti dari beberapa tren model
pengembangan kepemimpinan tersebut adalah adanya perubahan cara
pendekatan menjadi lebih fleksibel, berbasis pada pengalaman, lebih
informal, dan disesuaikan dengan kebutuhan individu dan organisasi.

Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan pola baru yang diselenggarakan


sejak tahun 2014 telah mencoba mengadaptasi trend pola pengembangan
kepemimpinan saat ini sehingga diharapkan dapat menyiapkan para
pemimpin perubahan di lingkungan pemerintahan di Indonesia agar siap
menghadapi tantangan global saat ini. Penyelenggaraan program diklat
kepemimpinan pola lama, dianggap sudah tidak sesuai lagi karena terdapat
banyak kelemahan sehingga dibutuhkan sebuah pembaharuan. Kompetensi
yang ingin dibangun pada penyelenggaraan Program Diklat Kepemimpinan
Tingkat IV pola baru di Indonesia, sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara No. 20 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Diklatpim Tingkat IV, yaitu agar memiliki kompetensi kepemimpinan
operasional untuk merencanakan pelaksanaan kegiatan instansi dan
kemampuan mempengaruhi serta memobilisasi bawahan dan pemangku
kepentingan strategisnya dalam melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan dengan diindikasikan oleh kemampuan: 1. Membangun
karakter dan sikap perilaku integritas sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan kemampuan untuk menjunjung tinggi etika publik, taat pada
nilai-nilai, norma, moralitas dan bertanggung jawab dalam memimpin unit
instansinya. 2. Membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan instansi. 3.
Melakukan kolaborasi secara internal dan eksternal dalam mengelola tugas-
tugas organisasi ke arah efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan
instansi. 20 4. Melakukan inovasi sesuai bidang tugasnya guna mewujudkan
pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif dan efisien. 5. Mengoptimalkan
seluruh potensi sumber daya internal dan eksternal organisasi dalam
implementasi kegiatan unit instansinya.

19
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian),
intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau
kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain,
mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari
esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin
maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan, terutama bagi
mahasiswa. Kepemimpinan yang baik dapat membantu mahasiswa untuk
mencapai tujuan dan cita-cita mereka, serta mengembangkan keterampilan
yang diperlukan untuk sukses dalam karir mereka kelak. Mahasiswa yang
memiliki kepemimpinan yang baik juga dapat menjadi contoh yang baik bagi
teman-teman mereka, serta dapat membantu dalam menciptakan
lingkungan yang positif di kampus. Oleh karena itu, penting untuk
mengembangkan kepemimpinan pada mahasiswa sejak dini agar mereka
dapat menjadi pemimpin yang efektif di masa depan.

4.2 SARAN
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penulis, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi,
disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah
dilampirkan pada daftar rujukan.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.web.id/
https://www.scribd.com/
https://www.kompas.com/
https://www.gramedia.com/

_ 2010. "Pengertian kepemimpinan menurut para ahli". (Online).


(Http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-
menurut-para-ahli, diakses 11 November 2011).

_ 2011. "Hakekat dan Teori Kepemimpinan". (Online).


(Http://duniabaca.com/hakekat -dan-teori- kepemimpinan .html, diakses 11
November 2011).

Aynul. 2009. "Leadership: Definisi Pemimpin". (Online). (Http://referensi-


kepemimpinan.blogspot.com /2009/03/definisi-pemimpin.html, diakses 11
November 2011).

Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII


Press.

Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar


[LKID]. Yogyakarta: UII Press.

21
PERMOHONAN IZIN

Yth.Penyelenggara Acara LDKM Universitas Sebelas April, Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama: FAJAR AGUSTI HAMID
NIM:220660121071
Kelas: TI.A
Dengan lampiran ini saya mengajukan permohonan izin atas ketidakikutsertaan
saya dalam “Latihan dasar kepemimpinan mahasiswa Universitas Sebelas April”
pada tanggal 5-8 Januari 2023 dikarenakan kakak saya melalangsungkan
pernikahan di luar kota pada tanggal tersebut dan melibatkan seluruh anggota
keluarga.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, semoga permohonan inidapat
dijadikan pemakluman bagi ketidakhadiran saya.
Atas perhatiannya dan dukungannya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya

FAJAR AGUSTI HAMID

22
23

Anda mungkin juga menyukai