Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur mata kuliah Kapita Selekta yang berjudul Gaya Kepemimpinan. Keberhasilan dan kegagalan dalam suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan, oleh karena itu gaya kepimpinan yang baik maka akan menghantarkan suatu organisasi menjadi lebih baik bahkan dapat mencetak keberhasilan dalam berorganisasi. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas selama mengikuti mata kuliah Kapita Selekta. Penulisan laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu di kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir. Muhhamad Buswari, MS yang telah membimbing dan memberi masukan serta arahan selama penyusunan tugas terstruktur ini. 2. Teman-teman kelompok 1 atas kerjasama yang baik selama mengerjakan tugas terstruktu ini. 3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan dukungannya. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kapita Selekta pada khususnya dan mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian pada umumnya.

Malang, 9 Maret 2011

Penulis

BAB I GAMBARAN UMUM

1.1.

Latar belakang

Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik untuk dibahas. Literaturliteratur tentang kepemimpinan senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin yang baik. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahkan suatu ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Dalam memimpin suatu organisasi seorang pemimpin mempunyai gaya kepempinan sendirisendiri. Gaya kempimpinan ini secara langsung atau tidak mempengaruhi jalannya suatu organisasi. Hal ini dikarenakan luasnya efek yang timbulkan dari gaya kepempinan seorang pemimpin. Mendalami masalah kepemimpinan sebenarnya ada dua pendapat yang saling tarik menarik. Yaitu antara apakah pemimpin itu dilahirkan atau pemimpin itu dibentuk dan ditempa. Pandangan pertama, berkisar pada pendapat bahwa seorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Sedangkan pandangan kedua, berkisar pada pendapat yang mengatakan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Mengingat besarnya tanggung jawab seorang pemimpin dan pengaruhnya yang sangat luas bagi kelangsungan organisasi serta terdorong keingintahuan juga untuk memenuhi tugas Kapita Selekta ini, maka kami akan membahas tentang gaya kepempinan termasuk jenis-jenisnya, bagaimana gaya kepimpinan yang efektif, disertai studi kasus dan lain-lain. 1.2. Pengertian Kepemimpinan

Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu organisasi, apakah perusahaan, lembaga pemerintah, rumah sakit, ataupun organisasi sosial lainnya, akan selalu dikaitkan dengan pemimpin dari organisasi dimaksud. Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan efektivitas maupun tingkat produktifitas suatu organisasi. Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli, beberapa diantarnya dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:49) Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2. George R. Terry (dalam Kartini Kartono, 1994:49)

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. 3. K. Hemphill (dalam M. Thoha, 1996:227) Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertidak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. 4. Prof. Kimball Young (dalam Kartini Kartono, 1994:50) Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain unuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggeakkan, dan mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasi tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut diatas unsur-unsur yang ada pada kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (1995:15) adalah: 1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin. 2. Adanya oang lain yang dipimpin. 3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya. 4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sitematis maupun bersifat sukarela. 5. Berlangsung berupa proses didalam kelompok atau organisasi, baik besar maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang dipimpin. Untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain, pemimpin membutuhkan kemampuan dan ketarampilan serta sifat-sifat yang memadai untuk melaksanakan kegiatnnya. Sehubungan dengan hal tersebut Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:38) mengemukakan kemampuan dan sifat pemimpin sebagai berikut: 1. Energi jasmani dan mental, yaitu pemimpin mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa. Demikian juga didukung dengan semangat juang, motivasi kerja, disiplin, dan kesabaran. 2. Kesadaran akan tujuan dan arah, yaitu pemimpin memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan pemimpin tahu persis kemana arah yang akan ditujunya dan memberi manfaat bagi dirinya dan kelompok.

3. Antusiasme, yaitu pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai membangkitkan, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun anggota kelompok. 4. Keramahan dan kecintaan, yaitu kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan pengaruh pemimpin dalam mencapai tujuan. 5. Integritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia patuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya. 6. Penguasaan teknis, yaitu pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. 7. Ketegasan dalam mengambil keputusan, yaitu mengambil keputusan secara tepat, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. 8. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemimpin untuk melihat dan mematuhi dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial, dan cepat menemukan cara-cara penyelesaiannya dalam waktu yang singkat. 9. Keterampilan mengajar, yaitu pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya atau anggotanya untuk berbuat sesuatu. 10.Kepercayaan, yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif dan diarhkan pada sasaran-sasaran yang benar.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Kepemimpinan Banyak pemikiran melatarbelakangi teori kepemimpinan, bahkan teori ini masih terus berkembang sampai sekarang, berikut adalah perkembangannya mulai dari Great Man Theories sampai dengan kepemimpinan transformasional menurut Bolden et al. (2003): 1. Great Man Theories; berdasarkan pemikiran bahwa pemimpin adalah orang-orang yang luar biasa, lahir dengan kualitas kepemimpinan, ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. 2. Trait Theories; teori ini membuat daftar kata-kata sifat yang menggambarkan kualitas seorang pemimpin dan kata-kata tersebut terus bertambah, semua bersifat atribut positif. 3. Behaviourist Theories; teori ini lebih fokus pada apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin daripada kualitasnya. Beberapa pola perilaku berbeda diobservasi dan dikategorikan sebagai tipe kepemimpinan. Teori ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari para manajer. 4. Situational Leadership; pendekatan teori ini melihat kepemimpinan sebagai sesuatu yang spesifik terhadap suatu situasi yang sedang dihadapi. Misalnya ada situasi yang membutuhkan tipe kepemimpinan otokratik dan ada yang membutuhkan pendekatan partisipatif. Teori ini juga menyatakan bahwa ada beberapa tipe kepemimpinan yang berbeda yang dibutuhkan dari setiap level di suatu organisasi yang sama. 5. Contingency Theory; teori ini memperbaiki pendekatan situasional, dan fokus pada identifikasi variabel-variabel situasional kepemimpinan yang efektif yang diperkirakan paling tepat atau efektif untuk menghadapi situasi tertentu. 6. Transactional Theory; pendekatan ini menekankan pada pentingnya hubungan antara pemimpin dan pengikutnya, focus pada keuntungan yang mutual buat kedua belah pihak dan berasal dari semacam kontrak diantara mereka, dimana pemimpin akan memberikan penghargaan atau pengakuan atas komitmen atau loyalitas para pengikutnya 7. Transformational Theory; konsep utamanya adalah tentang perubahan dan peran pemimpin yang menetapkan dan mengarahkan visi dan memastikan bahwa kinerja organisasi berubah. Pendekatan traits theories, mengajukan banyak daftar kualitas seorang pemimpin, berdasarkan penelitian Stogdil, 1974 dalam Bolden et al., 2003; berikut adalah daftar dari Skills and Traits yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin: Traits - Adaptable to situations Skills - Clever (intelligent)

- Alert to social environment

- Conceptually skilled

- Ambitious and achievement-orientated - Creative - Assertive - Cooperative - Decisive - Dependable - Dominant (desire to influence others) - Energetic (high activity level) - Persistent - Self-confident - Tolerant of stress - Willing to assume responsibility Transformational theory sebagai pendekatan yang paling terakhir berkembang, dimulai oleh James MacGregor Burns dengan bukunya Leadership. Menurut Burns, kepemimpinan transformasional adalah suatu hubungan yang bersifat mutual dan menuju kearah peningkatan yang bisa merubah pengikut menjadi pemimpin dan dapat merubah pemimpin menjadi agen moral. Lebih lanjut Burns menyatakan kepemimpinan transformasional terjadi ketika satu orang atau lebih saling berinteraksi dimana mereka saling mempengaruhi sehingga baik si pemimpin dan sang pengikut mencapai tingkat motivasi dan moral yang lebih tinggi. Pengembangan lebih lanjut oleh Stephen Covey (1992) dalam bukunya Principle-Centred Leadershipmenyatakan perbedaan antara pemimpin transaksional dan pemimpin transformasional sebagai berikut: Kepemimpinan Transaksional

- Diplomatic and tactful - Fluent in speaking - Knowledgeable about group task - Organised (administrative ability) - Persuasive - Socially skilled

Kepemimpinan Transformasional Berdasarkan kebutuhan seseorang untuk suatu arti Dimulai dengan tujuan dan nilai-nilai, moral dan etika

Berdasarkan keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan Dimulai dengan kekuatan, posisi dan politik Berdasarkan kejadian sehari-hari

Lebih dari (diatas) kejadian sehari-hari Pencapaian tujuan jangka pendek dan orientasi Pencapaian tujuan jangka panjang tanpa pada data yang nyata mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip

Fokus pada masalah taktis Mengandalkan hubungan yang baik untuk interaksi antar sesame

Fokus pada misi dan strategi Mengarahkan potensi; identifikasi dan pengembangan sumber daya

Memenuhi peran yang diharapkan melalui kerja Mendesain dan me-re-desain pekerjaan supaya yang efektif sesuai dengan sistem menjadi lebih berarti dan menantang Mendukung sistem dan struktur yang Menyesuaikan struktur dan sistem internal menghasilkan dan memaksimalkan efisiensi dan untuk pencapaian nilai dan tujuan menjamin keuntungan dalam jangka pendek Covey menyatakan bahwa kedua tipe kepemimpinan diatas dibutuhkan. Kepemimpinan transaksional diperlukan sebagai model bagi banyak orang dan untuk organisasi yang stabil dan tidak memerlukan perubahan; sedangkan kepemimpinan transformasional diperlukan untuk menghadapi dan memfasilitasi perubahan (Bolden et al., 2003). Pada 1994, Bass dan avolio menyatakan bahwa pemimpin transformasional menunjukkan perilaku-perilaku yang berasosiasi dengan 5 gaya transformasi berikut: Gaya Transformasional Perilaku Pemimpin

1. Perilaku Ideal: berpegang Menekankan pada nilai dan kepercayaan mereka yang teguh pada idealismenya terpenting

Mempunyai tujuan yang kuat Menimbang konsekuensi moral dan etika dari keputusankeputusannya Memimpin hal-hal baru Membicarakan tentang pentingnya untuk saling mempercayai Optimis akan masa depan Antusias tentang apa yang harus dicapai Menggambarkan masa depan Percaya diri penuh bahwa tujuan akan tercapai Memberikan bayangan yang menarik tentang apa yang wajib dipertimbangkan Menentukan dengan jelas berada diposisi mana bila menghadapi masalah yang kontroversi Menimbang ketepatan asumsi-asumsi penting Mencari pandangan yang berbeda untuk penyelesaian masalah

2. Inspirational Motivation: menginspirasi orang lain


3. Intellectual Stimulation: stimulating others

Meminta semua pihak untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang Mengusulkan cara baru untuk penyelesaian masalah Mendorong pemikiran baru untuk menghadapi masalah sehari-hari Mendorong timbulnya ide-ide baru Banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar dan melatih Memperlakukan orang lain sebagai individu, bukan hanya sebagai anggota kelompok Menyadari bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan, kemampuan dan aspirasi yang berbeda Membantu mengembangkan kekuatan/kelebihan orang lain Mendengarkan dengan sungguh-sungguh terhadap kekhawatiran orang lain Mendukung self development Mengembangkan rasa bangga menjadi anggota kelompok Meletakkan kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi Melakukan tindakan-tindakan yang membangun rasa hormat orang lain Menunjukkan kemampuan dan kekuatannya Mengorbankan kepentingan pribadi untuk orang lain Meyakinkan orang lain bahwa rintangan dapat diatasi

4. Individualized Consideration: Coaching and Development


5. Idealized Attributes; Respect, trust and faith

Kepemimpinan transformasional bersifat proaktif dalam berbagai macam dan caranya yang unik. Para pemimpin ini berusaha untuk mengoptimasikan pengembangan dan tidak hanya fokus pada kinerja saja, mereka juga mendorong rekan-rekannya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi termasuk juga pada peningkatan standar moral dan etika. Melalui pengembangan rekan-rekannya mereka yakin organisasinya juga akan otomatis berkembang. 2.2 Gaya Kepemimpinan Tipologi Kepemimpinan Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan di antaranya adalah sebagian berikut :

1.

Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai

berikut: -Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; -Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; -Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; -Tidak mau menerima kritik,saran dan pendapat; -Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

2.Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : -Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; -Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; -Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; -Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; -Sukar menerima kritikan dari bawahannya; -Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3.Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : -menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;

-bersikap terlalu melindungi (overly protective); -jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; -jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; -jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; -sering bersikap maha tahu.

4.Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng.

5.Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : -dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; -selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; -senang menerima saran, pendapat,dan bahkan kritik dari bawahannya; -selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; i

-khlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; -selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; -berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis. 2.3 Studi Kasus SRI MULYANI INDRAWATI Sri Mulyani Indrawati lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum menjabat Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat diperbincangan berkaitan dengan kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan terhadap Sri Mulyani tiba-tiba saja Bank Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang membawahi 70 lebih negara. (Sumber:Berirama.com, Wikipedia) Pendidikan

Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia Jakarta. (1981 1986) Master of Science of Policy Economics di University of Illinois Urbana Champaign, USA (1988 1990) Ph.D. of Economics di University of Illinois Urbana Champaign, USA (1990-1992) 3.2. KEPEMIMPINAN SRI MULYANI 3.2.1. REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi adalah salah satu hal penting yang dijalankan oleh Sri Mulyani selama masa jabatannya di kementerian keuangan. Saat pelantikan menteri keuangan pengganti SMI, Presiden SBY menyatakan salah satu tugas menteri keuangan yang baru adalah meneruskan reformasi perpajakan dan bea cukai yang telah dimulai oleh SMI (Antara News.com, 20 Mei 2010). Agus Martowarjono, Menteri Keuangan penggantinya menyatakan bahwa Sri Mulyani telah membangun landasan sistem

yang kuat di Kementerian Keuangan dan lingkungannya, dan akan meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Sri Mulyani . SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi dan good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal yang lebih baik di masa depan. SMI juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari pajak selama kepemimpinannya. Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. SMI juga berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah melalui desentralisasi fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran. Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK. (Blog Detik.com, 17 Agustus 2009) Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian keuangan yang dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional. Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-negara maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam forum G-20. Ada beberapa forum dalam lingkup G-20 yang merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa Sri Mulyani, seperti forum Bali Dialogue of Climate Change. Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya keputusan menyelamatkan Bank Century (Vivanews, 5 Mei 2010). Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis. Di dalam pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikatorindikator yang mudah dilihat maupun yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi, kata Sri Mulyani. Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian Keuangan, tambahnya lagi. Menurut Bisnis.com, 5 Mei 2010, kalangan ekonom menilai pengunduran diri SMI sebagai Menteri Keuangan menyusul posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia merupakan solusi terbaik di tengah tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras SMI didukung oleh para pegawainya seperti yang mereka nyatakan dalam website Dirjen Perbendaharaan (21 Mei 2010), ingin tetap melanjutkan reformasi keuanganyang telah dimulai SMI. Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakantindakan yang tidak baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah banyak reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran, pengelolaannya dan juga reportingnya.

Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN. SMI juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses reformasi birokrasi (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen keuangan tetapi menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong setiap daerah agar menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang sangat membanggakan bangsa Indonesia. Belakangan kasus besar lainnya yang terungkap setelah kepergian SMI adalah tentang mafia pajak dan peradilan melalui kasus Gayus Tambunan. Kembali SMI dikaitkan dengan pertanyaan seberapa efektifnya reformasi departemen keuangan yang dilakukan dimasa dia memimpin. Kasus Gayus mendapatkan perhatian media yang sangat besar mengingat jumlah uang, perusahaan dan nama-nama besar yang terlibat. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa terlepas dari kasus Gayus ini, dirjen pajak berhasil menambah jumlah WP yang mempunyai NPWP dan jumlah penerimaan penghasilan negara melalui program sunset policy yang juga merupakan salah satu program kerja SMI; dan tidak dapat dipungkiri bahwa diperlukan waktu yang lebih lama dan dukungan dari semua pihak untuk benar-benar memberantas KKN, terlalu absurd bila semua pihak mengharapkan hasil yang instan dari reformasi tersebut, karena semua pihak juga mengakui bahwa KKN sudah terlalu mengakar keseluruh bagian dari republik ini, tidak hanya disistem tetapi yang lebih berat lagi bahkan sudah merasuk ke hampir semua pekerja dipemerintahan, oleh sebab itu, upaya yang digulirkan oleh SMI seharusnya didukung oleh semua pihak, bukan hanya menyetujui apa yang ingin dilakukannya tetapi yang lebih penting adalah turut melakukan aksi nyata untuk mendukung reformasi birokrasi tersebut. Hasil sudah mulai terlihat dengan adanya perbaikan disana sini tetapi perjuangan tersebut masih jauh dari selesai. Tidaklah mengherankan bila kemudian banyak pihak yang terganggu dengan sepak terjang SMI, sehingga ketika ada kesempatan untuk menjungkalnya melalui kasus Bank Century, beberapa pihak dengan bersemangat mempolitisir dan melakukannya. Walaupun disatu sisi hal tersebut menunjukkan bahwa SMI kurang bisa bermanuver dalam politik, tetapi dilain pihak hal tersebut justru menunjukkan bahwa SMI memang mempunyai integritas yang tinggi dan prinsip yang kuat. Hal inilah yang justru menjadikan dia sebagai ikon dari pejabat publik yang berintegritas. SMI menjalankan gaya kepemimpinan yang transaksional dan transformasional pada saat yang bersamaan selama masa kepemimpinannya. Kepemimpinan transaksionalnya terlihat pada saat dia menekankan agar pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan melayani publik dan dia juga memberikan peningkatan remunerasi sebagai imbalannya, sedangkan untuk kepemimpinan transformasionalnya saat dia melakukan pembaharuan dan reformasi birokrasi didepartemendepartemen yang dipimpinnya, dia memberikan contoh tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak buahnya menjadi lebih baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia menginspirasi orang banyak untuk mempertahankan inegritas dan etika yang baik sebagai pejabat publik.

SMI juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai kualitas-kualitas dan cirri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak lagi kualitas lainnya. Dari segi kompetensi inti atau skill, SMI memiliki intelektualitas dan pengalaman dibidang perekonomian dan dunia internasional yang sangat baik bahkan diakui oleh pihak internasional serta memiliki kemampuan konseptual yang baik.

KESIMPULAN Teori tentang kepemimpinan terus berkembang dan berevolusi sesuai dengan perkembangan jaman. Teori kepemimpinan dimulai dari the Great Man theory dan berevolusi sampai dengan teori kepemimpinan transformasional. Mulai dari pembahasan tentang sifat-sifat atau karakteristik khas seorang pemimpin sampai dengan situasi-situasi yang dihadapi oleh pemimpin. Kepemimpinanan yang efektif secara umum mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat dikelompokkan dan diidentifikasikan, dan pada umumnya pembahasan tentang kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif adalah dua kutub yang berbeda dan saling bertolak belakang. Pembahasan studi kasus mengambil contoh terkini (kejadian tahun 2010) dan pemimpin publik (dari Indonesia) yang mempunyai skill dan pengetahuan yang tinggi dan tidak diragukan dalam bidangnya untuk mengemban tugasnya serta menerima banyak penghargaan internasional atas prestasi-prestasinya; Sri Mulyani Indrawati. Dia juga mempunyai kualitas-kualitas kepemimpinan yang efektif dan telah menerapkan tipe kepemimpinan yang bersifat transaksional dan transformasional pada saat yang bersamaan. Pada kenyataannya, dia akhirnya harus menyerah dan tidak dapat meneruskan kepemimpinannya karena besarnya dorongan untuk menurunkan suhu politik yang memanas; dan kelemahannya yang dapat diidentifikasi adalah kurang berhasil usaha sinerginya dengan pihak-pihak lain atau departemen-departemen terkait bahkan sampai ke pihak politikus; dan dapat juga disimpulkan bahwa SMI berada pada situasi dan waktu yang kurang tepat sehingga dia harus mengundurkan diri dari posisinya yang sangat strategis tersebut. Integritas yang tinggi dan etika publik yang baik yang dimilikinya menjadi kekuatan utama SMI, sehingga dukungan terhadapnya tetap tinggi bahkan telah beredar wacana untuk mengajukannya sebagai Capres tahun 2014.

Pendapat kelompok Pengembangan lebih lanjut dari teori kepemimpinan transformasional adalah oleh Hooper dan Potter (1997) yang mengidentifikasi 7 kompetensi inti dari transcendent leaders; yaitu pemimpin yang mampu mengikat dukungan emosi dari para pengikutnya dan mampu dengan efektif melakukan perubahan yang transenden (Bolden et al., 2003): Menentukan tujuan, Memberikan contoh, Komunikasi, Melakukan harmonisasi, Mengeluarkan kemampuan terbaik dari pengikutnya, Menjadi agen perubahan, Memberikan keputusan di saat kritis dan kebingungan CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF Hamlin (2002) dalam Bolden et al,. 2003 mengajukan model generik untuk manajer dan kepemimpinan yang efektif berdasarkan analisa meta dari perilaku kepemimpinan dan manajemen di 4 organisasi sector publik di UK; yang dibedakan menjadi indikator-indikator positif dan negatif:

Indikator Positif: Kemampuan berorganisasi yang efektif dan manajemen perencanaan/proaktif Kepemimpinan yang partisipatif dan supportif, kepemimpinan tim yang proaktif Empowerment dan delegasi Memperhatikan keadaan anggotanya dan kebutuhan serta perkembangan stafnya Manajemen pendekatan terbuka dan personal/ pengambilan keputusan bersama Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan semua pihak / selalu menginformasikan keadaan ke segala pihak

Indikator Negatif: Tidak memperhatikan pendapat sekitar / gaya manajemen otokratik yang tidak efektif Tidak memperhatikan orang lain, tidak melayani, berperilaku mengintimidasi Mentolerir kinerja yang buruk dan standar yang rendah / mengacuhkan dan menghindari Menyerahkan peran dan tanggungjawabnya ke orang lain Menolak ide-ide baru

DAFTAR PSUTAKA Antaranews. Com. 7 Mei 2010. Sri Mulyani jadi tokoh alternative Capres 2014. Jakarta.http://www.antaranews.com/berita/1273228561/srimulyani-jadi-tokoh-alternatif-capres-2014 (diakses 25 November 2010) Antaranews.com. 20 Mei 2010. Sri Mulyani Optimis Agus Martowardojo Lanjutkan Reformasi. Jakarta.http://www.antaranews.com/berita/1274350755/sri-mulyani-optimistis-agus-martowardojo-lanjutkan-reformasi (diakses 30 November 2010) Berirama.com. 5 September 2010. Biografi Sri Mulyani. http://berirama.com/general/biografi-sri-mulyani.html (diakses 25 November 2010) Bisnis.com. 5 Mei 2010. Pengunduran Sri Mulyani jadi Solusi Terbaik. http://web.bisnis.com/keuangan/ekonomimakro/1id179339.html (diakses 30 November 2010) Blog Detik.com. 17 Agustus 2009. Tentang Bea Cukai, Impor dan Ekspor Indonesia.http://beacukai.blogdetik.com/2009/08/17/peloporreformasi-birokrasi/ (diakses 30 November 2010) Bolden, R., Gosling, J., Marturano, A. and Dennison, P. 2003. A Review of Leadership Theory and Competency Frameworks. Centre for Leadership Studies, University of Exeter. UK. DirJen Perbendaharaan. 21 Mei 2010. Sri Mulyani: Pegawai Kemenkeu Ingin Reformasi Jalan Terus. Jakarta. http://www.perbendaharaan.go.id/new/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=2390(diakses 30 November 2010) Hamlin, R. 2007. Developing effective leadership behaviours: the value of evidence based management. Business Leadership Review IV:IV October 2007, UK Kompas.com. 7 Mei 2010. Kepemimpinan SM Diakui Dunia Internasional. Jakarta.http://properti.kompas.com/read/2010/05/07/19341282/Kepemimpinan.SM.Diakui.Internasional(diakses 30 november 2010) Kompas.com. 30 September 2010. Situs www.srimulyani.net diluncurkan. Jakarta.http://nasional.kompas.com/read/2010/09/30/17593838/Situs.www.srimulyani.net.Diluncurkan. (diakses 30 November 2010) MetroTV News.com. 26 November 2010. Sri Mulyani: Etika dan Integritas jangan Dikompromikan. Jakarta. http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2010/11/26/35149/Sri-Mulyani-Etika-dan-Integritas-JanganDikompromikan (diakses 30 November 2010) Okezone.com. 27 November 2010. Pendukung SMI bikin Buku Mengapa Sri Mulyani. Jakarta.http://economy.okezone.com/read/2010/11/27/209/397645/pendukung-smi-bikin-buku-mengapa-sri-mulyani (diakses 30 November 2010) Republika.co.id. 1 Oktober 2010. PPP beri sinyal dukung Sri Mulyani Capres 2014. Jakarta. http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/politik/10/10/01/137741-ppp-beri-sinyal-dukung-sri-mulyani-capres-2014 (diakses 30 November 2010) Topix.com. 2 September 2008. Sri Mulyani Kalahkan Hillary Clinton. http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TJI74UUCHCH26RAVE (diakses 30 November 2010) Vivanews.com. 5 Mei 2010. Irjen: Sri Mulyani Unik, Berani ambil Resiko.http://bisnis.vivanews.com/news/read/148946sri_mulyani_ke_bank_dunia__irjen_depkeu_kaget (diakses 30 November 2010) Wikipedia. Biografi Sri Mulyani Indrawati. http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Mulyani_Indrawati(diakses 25 November 2010

Anda mungkin juga menyukai