Makalah Ini Dibuat Sebagai Bahan Diskusi Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu:
Ditulis Oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan kita selaku umatnya
semoga mendapatkan syafa’at al-uzhma di hari akhir kelak.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan?
2. Apa fungsi kepemimpinan pendidikan?
3. Apa saja keterampilan dan tipe kepemimpinan pendidikan?
4. Bagaimana pendekatan kepemimpinan pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan.
2. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan pendidikan.
3. Untuk mengetahui keterampilan dan tipe kepemimpinan pendidikan.
4. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan kepemimpinan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Baharuddin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002), cet. I, hlm. 47.
2
Ibid.
pendidikan untuk meraih prestasi dari sasaran pendidikan yang telah
ditentukan. Sementara menurut Husna Asmara (1985: 18), kepemimpinan
pendidikan adalah segenap kegiatan dalam usaha memengaruhi personal di
lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja
sama, mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.3
B. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena hal tersebut harus
diwujudkan dalam interaksi antarindividu di dalam situasi sosial suatu
kelompok, lembaga, atau organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua
dimensi, yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan
mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Kedua,
dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok
atau organisasi, (Rivai, 2005: 53).
Fungsi Kepemimpinan Pendidikan Berkaitan dengan kepemimpinan
kepala sekolah, A. Tabrani Rusyan (2000) menyatakan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas
kerja tenaga pendidik dan hasil belajar peserta didik. Sedangkan menurut
Mulyasa (2009:90), kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor
yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan
sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap.
Secara operasional, fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima
fungsi pokok, yaitu:4
a. Fungsi Instruksi.
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana
perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
3
Imam Machali & Ara Hidayat, The Handbook of education Management (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), cet. ke-1, hlm. 85.
4
Ibid., hlm. 94-95
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan
dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultasi.
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan
pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya yang dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya
konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan
setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback)
untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan. dinilai mempunyai berbagai bahan informasi
yang diperlukan
c. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-
orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakukan
semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama
dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan
bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi.
Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercaya-
an. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi pengendalian.
Fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses (efektif) mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
5
Ibid., hlm. 85.
mengelola pengembangan staf, serta melibatkan dukungan stakeholder
(masyarakat) dalam pengembangannya.
C. Keterampilan dan Tipe Kepemimpinan Dalam Pendidikan
Kepemimpinan khususnya di lembaga pendidikan memiliki ukuran atau
standar pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan
tertinggi. Menurut Mulyasa (2009:98) disampaikan bahwa seorang kepala
sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan
fungsi:6
a) Sebagai educator (pendidik)
Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk
membimbing pendidik, membimbing tenaga kependidikan non pendidik,
membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan,
mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh dalam proses
pembelajaran.
b) Sebagai manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, pemimpin
lembaga pendidikan harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif,
memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c) Sebagai administrator
Secara spesifik, pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi
personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
d) Sebagai supervisor
Kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Keberhasilan kepala sekolah
sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1) Meningkatnya
6
Nurochim, Administrasi Pendidikan (Bekasi: Gramata Publishing, 2016), hlm. 83-87.
kesadaran pendidik untuk meningkatkan kinerjanya, dan (2) Meningkatnya
keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya. Pemimpin dalam lembaga
pendidikan juga harus berupaya menjadikan sekolah sebagai sarana belajar
yang lebih efektif.
e) Sebagai leader (pemimpin)
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat
jujur, percaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil risiko dan
keputusan, berjiwa besar, memiliki emosi yang stabil, dan dapat diteladani.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin
dalam kemampuannya dalam: (1) Memahami kondisi tenaga kependidikan
(guru dan non guru), (2) Memahami kondisi dan karakteristik peserta didik,
(3) Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, (4) Menerima
masukan, saran, dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan
kepemimpinannya.
f) Sebagai inovator
Pemimpin sebagai inovator akan tercermin cara-cara dalam melakukan
pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional,
pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel. Pemimpin
lembaga pendidikan sebagai inovator dituntut untuk mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan pembaharuan di sekolah. Gagasan baru
tersebut misalnya moving class, program akselerasi, dan program lainnya.
g) Sebagai motivator
Sebagai motivator, pemimpin lembaga pendidikan ditunutu untuk
memiliki dan menerapkan strategi yang tepat untuk memberikan motivasi
kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan
fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan lewat pengaturan lingkungan
fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara
efektivitas, dan penyediaan sebagai sumber belajar melalui pengembangan
pusat sumber belajar.
7
Ibid., hlm. 87.
8
Ibid., hlm. 87-88.
Secara teoritis tipe kepemimpinan dapat dibedakan menjadi empat bentuk,
yaitu:
9
Edeng Suryana, Administrasi Pendidikan Dalam Pembelajaran (Yogyakarta:
Deepublish, 2019), hlm. 86.
10
Ibid., hlm. 87.
11
Ibid.
12
Ibid., hlm. 88.
Pemimpin justru membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin
sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjan
bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian
mudah terjadi konflik. Tingkat keberhasilan kelompok semata-mata disebabkan
karena kesadaran dan dedikasi anggota kelompok, bukan dari pengaruh
seorang pemimpin.13
D. Pendekatan Kepemimpinan
Pendekatan-pendekatan kepemimpinan muncul guna menjawab
pertanyaan mendasar terkait dengan studi kepemimpinan. Paling tidak ada
empat pendekatan kepemimpinan yang menjadi tinjauan utama, antara lain:14
1. Pendekatan Sifat (Trait Approach)
Pendekatan ini secara global melihat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat personal, di samping
keterampilan dan kecakapan yang harus dimiliki. Ciri-ciri pribadi ini dapat
menjadi garansi dalam keberhasilan pola kepemimpinan seseorang. Tanpa
adanya kualitas individu pemimpin yang baik, maka kepemimpinan tidak
akan berjalan secara optimal.
2. Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)
Dari sudut pandang pendekatan perilaku, akan dilihat perilaku yang dapat
diamati oleh seorang pemimpin melalui kecenderungan sifat-sifat pribadi
dan kewenangan yang dimiliki. Tentunya pendekatan ini lebih
mempergunakan acuan trait approach dan power approach. Kecenderungan
perilaku pemimpin akan dilihat dari aktivitas kerja dan pola manajerial yang
dikembangkan dalam sebuah organisasi.
3. Pendekatan Pengaruh Kekuasaan (Power Influence Approach)
Pendekatan ini memandang bahwa keberhasilan pemimpin dalam
mempengaruhi orang lain disebabkan adanya kekuasaan dari pemimpin
tersebut. Karena memiliki kekuasaan, orang lain bersedia berbuat sesuai
13
Nurochim, Op. Cit., hlm. 89-90.
14
Abdul Haris, Kepemimpinan Pendidikan (Surabaya: Islamic Development Bank, 2013),
hlm. 22-24
dengan apa yang diharapkan seorang pemimpin. Hal ini sering disebut
dengan istilah wewenang.
Terdapat lima sumber munculnya power (kekuasaan) dari seorang
pemimpin, yaitu:
a. Legitimate Power
Kekuasaan muncul karena pemimpin memiliki wewenang yang bersifat
sah (formal). Biasanya wewenang ini diperoleh melalui jalan kesepakatan
formal atau konstitusional.
b. Expert Power
Kekuasaan/ kewenangan yang muncul pada seseorang karena ia memiliki
keahlian dalam bidang tertentu. Biasanya power/ kewenangan ini muncul
karena orang lain tidak memiliki keahlian tersebut.
c. Coersive Power
Seseorang dapat tunduk dan patuh kepada orang lain (pemimpin) karena
paksaan, intimidasi atau hegemoni. Kewenangan dengan coercive power
ini biasanya tidak langgeng, sebab tidak ada komitmen yang kuat dari
bawahan.
d. Referent Power
Dapat dikatakan sebagai kekuasaan kharisma, sebab dengan kharisma
yang dimiliki seorang pemimpin, ia dapat menggerakkan dan
mengendalikan orang lain.
e. Reward Power
Pemimpin memiliki kekuasaannya karena ia sering memberikan imbalan/
hadiah kepada bawahan. Dengan imbalan yang diberikan, orang lain akan
tunduk dan patuh pada perintahnya.
4. Pendekatan Situasional (Situational Approach)
Pendekatan situasional pada dasarnya memiliki beberapa pandangan dasar.
Pertama, pemimpin dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor
situasional, seperti: jenis pekerjaan, iklim organisasi, karakter individu.
Kedua, keefektifan perilaku pemimpin dilihat dari kemampuannya dalam
menyesuaikan diri dengan kondisi bawahan. Ketiga, perilaku kepemimpinan
dari seorang pemimpin cenderung berbeda-beda antar situasi. Melalui
pendekatan situasional, pemimpin pendidikan harus bisa mengerti dan
memahami kondisi anggota. Guru dan staff sekolah yang masih memiliki
motivasi dan kemampuan kerja rendah, harus senantiasa didorong dan
diarahkan. Sehingga pola kepemimpinan dalam menggerakkan dan
mengkoordinasikan stakeholders pendidikan harus disesuaikan dengan
kesadaran, motivasi serta kemampuan anggota.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Imam Machali & Ara Hidayat. The Handbook of education Management. Jakarta.
Prenadamedia Group. 2016.