Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEBIJAKAN GURU DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH

NAMA : APRILIA TERESIA TILAAR


NIM : 19 507 028
PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI
KELAS : B
MK : ETIKA DAN PROFESI GURU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “MATERI KEBIJAKAN GURU
DI INDONESIA” Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ETIKA
DAN PROFESI GURU.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada pembuatan makalah


ini. Oleh sebab itu saya mengundang pembaca untuk memberi saran serta kritik
yang dapat membangun .Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Tondano,21 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................2
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN..............................................................4
B. SARAN..........................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Bukan lagi sebuah hal yang diragukan jika keberhasilan suatu bangsa dapat dilihat dari
kualitas pendidikan yang ada di Negara tersebut. Dan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
faktor pendidik yang secara langsung berperan dalam penentu mutu pendidikan. Pendidik adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah dimuka bumi juga sebagai makhluk
social dan sebagai makhluk individu yang sanggup berdiri sendiri (Hamdani Ihsan, dkk,
2007:93).
Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar,
manajer, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Tugas guru dalam bidang
kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik
simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru
hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang
menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Demikian tugas guru sangat kompleks, pada umumnya maklum bahwa tugas kewajiban
guru adalah mengajar, akan tetapi guru juga sebagai manajer. Tugas dan tanggung jawab jawab
guru sebagai manajer adalah menguasai program pengajaran, menyusun program kegiatan
mengajar, menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu, dan melaksanakna tata usaha
kelas, antara lain pencatatan data murid. (Suryobroto, 2004: 170) 
Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memenuhi standarisasi seorang guru seperti
kualifikasinya dan kompetensinya secara tepat yang sesuai dangan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk menjadi guru yang profesional. Dalam meningkatkan kemampuan pendidik
atau guru dan tenaga kependidikan yang lain, pemerintah Indonesia telah menunjukkan good
will, dengan memperhatikan kesejahteraan melalui beberapa langkah antara lain, tunjangan
fungsional dan subsidi tunjangan fungsional, peningkatan keprofessionalan dengan diadakan
sertifikasi guru, dan kedudukan yang cukup tinggi untuk memperkuat peran mereka di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa isi penting UU Guru dan dosen di Indonesia

2. Apa isi penting PP tentang Guru di Indonesia

3. Apa saja program sertifikasi dan pendidikan profesi guru

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja Undang Undang tentang guru dan dosen di Indonesia

2. Untuk mengetahui Peraturan tentang guru di Indonesia


A. Undang-Undang Guru dan Dosen di Indonesia

Peran guru maupun dosen mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia

pendidikan, hal ini dikarenakan guru/dosen merupakan salah satu komponen dari sitem

pendidikan yang bersentuhan dan berinteraksi secara langsung dengan peserta didik.

Sejalan dengan hal ini Mulyasa mengatakan bahwa “guru sangat menentukan

keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.

Sehingga guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya

proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Guru memiliki peranan yang amat besar dalam pendidikan, sehingga keberadaan

guru menjadi suatu pertimbangan yang amat dipertimbangkan, guru hendaklah seseorang

yang memiliki kecakapan yang memadai, dan tidak boleh asal-asalan agar tidak terjadi

malpraktek dalam pendidikan.

hal ini, Uzer mengatakan bahwa “Peran guru yang demikian penting memang

menuntut kecakapan yang memadai. Sehingga tidak berlebihan jika para ahli pendidikan,

pada umumnya memasukkan guru sebagai pekerja professional, yaitu pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, serta memiliki

sejumlah kompetensi tertentu, bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena

tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Profesionalitas seorang guru menjadi hal yang

sangat penting, namun masih banyak kasus di masyarakat bahwa belum seluruh guru

memiliki profesionalitas yang memadai, banyak diantaranya belum pahaman terhadap

strategy pengajaran, metode maupun teknik dalam pengajaran.

Mulyasa mengatakan dalam bukunya bahwa “Selama ini, kualitas guru di

Indonesia memang masih dianggap rendah. Indikasi yang bisa dijumpai berkaitan dengan
hal tersebut diantaranya adalah rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran,

kurangnya kemahiran dalam pengelolaan kelas, pemanfaatan alat dan sumber

pembelajaran, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi sehingga masih banyak guru

yang tidak menekuni profesinya secara utuh, rendahnya motivasi untuk meningkatkan

kualitas diri.

Untuk itulah perlu disusun UU Guru dan Dosen sebagai bentuk perhatian khusus

yang ditujukan bagi guru guna mendongkrak kinerja dan profesionalitas guru. Undang-

undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memuat berbagai aspek yang

berkenaan dengan guru, mulai dari syarat yang harus dipenuhi untuk menunjang profesi

guru meliputi kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi, sampai pada berbagai kemaslahatan

yang berhak diterima guru dan kode etik yang harus dijaga. Berbagai syarat harus dimiliki

oleh seorang guru professional. Hal inilah yang pertama kali menentukan keberhasilan

proses pendidikan.

Undang – undang yang mengatur tentang guru dan dosen ini diantaranya adalah :

1.              UU No.2 Thn 1989 - Sistem Pendidikan Nasional

2.              UU 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3.              Peraturan Presiden No. 37 Tahun 2009 tentang Dosen

4.             Peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009Tentang Tunjangan

profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru Dan dosen, serta tunjangan kehormatan

professor.

Dari sekian peraturan dan perundang-undangan yang menjadi acuan utama dalam

perundang-undangan guru dan dosen adalah UU no 14 tahun 2005, sehingga dalam bahasan

dilakukan batasan analisa pada UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Secara keseluruhan Undang Undang no 14 tahun 2005 ini dapat disimpulkan bahwa UU

Guru dan Dosen terdiri dari 84 pasal. Secara garis besar, isi dari UU ini dapat dibagi dalam

beberapa bagian

1.        Pasal - pasal yang membahas tentang penjelasan umum (7 pasal) yang terdiri dari:

(a)           Ketentuan Umum,

(b)           Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan, dan

(c)           Prinsip Profesionalitas.

2.         Pasal - pasal yang membahas tentang guru (37 pasal) yang terdiri dari

(a)           Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi,

(b)           Hak dan Kewajiban,

(c)           Wajib Kerja dan Ikatan Dinas,

(d)          Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian,

(e)           Pembinaan dan Pengembangan,

(f)            Penghargaan,

(g)           Perlindungan,

(h)           Cuti, dan

(i)             Organisasi Profesi.

3.         Pasal-pasal yang membahas tentang dosen (32 pasal) yang terdiri dari

(j)             Kualifikasi, Kompetensi, Sertifikasi, dan Jabatan Akademik,

(k)           Hak dan Kewajiban Dosen,

(l)             Wajib Kerja dan Ikatan Dinas,

(m)         Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian,

(n)           Pembinaan dan Pengembangan,


(o)           Penghargaan,

(p)           Perlindungan, dan

(q)           Cuti.

4.         Pasal-pasal yang membahas tentang sanksi (3 pasal).

5.        Bagian akhir yang terdiri dari Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup (5 Pasal).

Dari seluruh pasal tersebut diatas pada umumnya mengacu pada penciptaan Guru dan

Dosen Profesional dengan kesejahteraan yang lebih baik tanpa melupakan hak dan

kewajibannya.

Dalam pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang ini juga disebutkan bahwa kompetensi yang

harus dimiliki oleh guru mencakup empat hal, yaitu kompetensi profesional, kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Sejalan dengan pasal Undang Undang ini, Oemar Hamalik mengatakan bahwa guru

professional harus memiliki persyaratan yang meliputi :memiliki bakat sebagai guru, memiliki

keahlian sebagai guru, memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, memiliki mental yang sehat,

berban dan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, guru adalah manusia berjiwa

pancasila, dan seorang warga Negara yang baik.

Pasa l9: Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasa l8 diperoleh melalui

pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasa l8 meliputi kompetensi

pedagogic ,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi professional yang


diperoleh melalui pendidikan profesi. Kemudian dalam tugas ke profesionalannya, guru

mempunyai tugas:

a.    Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai

dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b.    Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c.    Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,

ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta

didik dalam pembelajaran;

d.   Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai

agama dan etika; dan

e.    Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Penjelasan pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa kompetensi pedagogic adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik.Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola

pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius.Hal ini penting, karena pendidikan di

Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat. Proses pembelajaran di sekolah

nampak sebagai proses mekanis yang kering aspek pedagogis atau yang biasa disebut sebagai

pendidikan gaya bank. Dengan model pendidikan tersebut, peserta didik menjadi kerdil, pasif,

dan tidak dapat berkembang secara optimal karena pilihan-pilihannya cenderung dipaksakan oleh

guru (berpusat pada guru). Padahal sebagai agen pembelajaran, guru tidak hanya bertugas dalam

transformasi ilmu pengetahuan saja, tetapi ia juga harus berperan sebagai fasilitator, motivator,

pemacu, dan inspirator bagi peserta didik.


Karena sedemikian banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sehingga pemerintah

menetapkan diwajibkannya guru mengikuti proses sertifikasi dan uji kompetensi. Pasal 8

menyebutkan : ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Untuk menjamin dilaksanakannya sertifikasi maka pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah

wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik bagi semua

guru, baik guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun oleh masyarakat (Pasal 13).

Guru yang telah memenuhi syarat tersebut maka ia akan lebih mudah menjalankan

kewajiban-kewajibannya sebagaimana tertera dalam pasal 20 yaitu berkenaan dengan

perencanaan sampai evaluasi pembelajaran, meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya seiring

perkembangan zaman, dan menjaga obyektivitasnya terhadap peserta didik.

Jika seluruh syarat dan kewajiban telah terpenuhi maka guru berhak mendapatkan berbagai

fasilitas gaji, tunjangan, dan bentuk kemaslahatan lainnya.Hal ini secara panjang lebar dimuat

dalam 11 item sebagai bentuk penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap guru (pasal 14-

19).Di samping itu guru juga diberi jaminan perlindungan ketika menjalankan tugasnya, serta

kesempatan membina dan mengembangkan kompetensinya dengan anggaran dari pemerintah

B.Peraturan Pemerintah tentang Guru di Indonesia

(PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang ditandangani oleh Presiden Republik Indonesia
per tanggal 01 Desember 2008. Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68 Pasal. Berikut ini disajikan beberapa
hal-hal yang dianggap penting tenatang isi peraturan  ini.
Bab I Ketentuan Umum. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Bab II Kompetensi dan Sertifikasi. Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi,
Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.  Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi

Bab III Hak. Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat satu tunjangan profesi. Guru
yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi Guru
apabila yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik

Bab IV Beban Kerja. Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: (a) merencanakan
pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran; (c) menilai hasil pembelajaran; (d)
membimbing dan melatih peserta didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat
pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.

Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat
memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya
yang memenuhi Kualifikasi Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru
di Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon Guru untuk memenuhi
kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah.

Bab VI Pengangkatan, Penempatan, dan Pemindahan. Pengangkatan dan penempatan Guru


yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural   kehilangan
haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
maslahat tambahan.

Bab VII Sanksi. Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi Akademik, kompetensi, dan
Sertifikat Pendidik kehilangan hak untuk mendapat tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan
fungsional, dan maslahat tambahan.  Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban
melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan tidak mendapat
pengecualian  dari Menteri dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan
fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.

Bab VIII Ketentuan Peralihan. Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki Sertifikat Pendidik
memperoleh tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional dan maslahat
tambahan.  Pengawas satuan pendidikan selain Guru yang diangkat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan dalam waktu 5 (lima) tahun
untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.

Bab IV Ketentuan Penutup, dan Penjelasan.


C.Program Sertifikasi dan pendidikan Profesi Guru

1.Definisi sertifikasi guru

iMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. (Mulyasa,2007: 33). Menurut Suyatno
(2008:2) “Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi standar profesi guru”.Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat
berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui
pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat
kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi. (Mulyasa, 2007: 39) Untuk memahami sertifikasi guru Muslich,( 2007: 2) mengutip
beberapa pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
Dan Dosen yaitu: 1) Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru dan dosen. 2) Pasal 8: guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi,serifikat pendidik,sehat jas. 3) mani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 4) Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidik sebagaimana
dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. 5) Pasal 16: guru yang
memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri
maupun swasta dibayar pemerintah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sertifikasi guru
adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan yang layak.

2.Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi

Secara yuridis dasar hukum kewajiban sertifikasi bagi guru adalah Undang- Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang disyahkan pada tanggal 30 Desember 2005. Pasal 8
menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Pasal 11 ayat (1) menyatakan sertifikat pendidik hanya diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan untuk memperoleh sertifikat pendidikan menurut
pasal 9 adalah guru tersebut harus memiliki kualifikasi pendidikan tinggi minimal program Strata
Satu (S-1) atau program Diploma Empat (D-4). Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan yang
ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Pasal yang mengatakannya adalah pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dalam jabatan, dan (2) sertifikasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh
guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik Strata Satu (S-1) atau Diploma
Empat (D-4). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pedoman Penetapan Peserta
Sertifikasi Guru 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang
Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Keputusan
Mendiknas Nomor 076/P/2011 tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
Keputusan Mendiknas Nomor 075/P/2011 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan. (Saniyah, 2008).

3.Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Undang-undang guru dan dosen (uugd) menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari
peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. di samping itu, guru yang memiliki
sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif
tunjangan profesi yang dijanjikan oleh uugd adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap
bulannya. Dengan adanya peningkatan kesejahteraan guru diharapkan akan terjadi peningkatan
mutu pendidikan nasional dari segi proses yang berupa layanan dan hasil yang berupa luaran
pendidikan. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan secara
eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan. pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional. Sertifikasi bertujuan untuk: 1. Mencetak calon pendidik
qualified dalam melaksanakan tugas pokok fungsi pendidik untuk meningkatkan kualitas
sekolah. 2. Menentukan tingkat kelayakan pendidik dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan. 3. Memperoleh gambaran tentang kompetensi pendidik yang dapat digunakan
sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan adanya
sertifikasi pendidik, diharapkan kompetensi guru sebagai pengajar akan meningkat sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar minimal dan
kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
dapat meningkat. Oleh karena itu, diharapkan akan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa.
Sebagaimana lazim dipahami di kalangan pendidikan guru,

“sosok utuh” kompetensi profesional guru terdiri atas kemampuan:

1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani; 2. Menguasai bidang ilmu
sumber bahan ajaran, baik dari segi substansi dan metodologi bidang ilmu (disciplinary content
knowledge), maupun pengemasan bidang ilmu yang menjadi bahan ajar dalam kurikulum
(pedagogical content knowledge); 3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang
mencakup perancangan program pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional,
implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan (midourse) berdasarkan
on going transactional decision berhubungan dengan adjustments dan reaksi unik (idiosyncratic
response) dari peserta didik terhadap tindakan guru, mengakses proses

dan hasil pembelajaran, dan menggunakan hasil asesmen terhadap proses dan hasil
pembelajaran secara berkelanjutan; 4. Mengembangkan kemampuan professional secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, “rujukan dasar” yang digunakan dalam penyelenggaraan
sertifikasi guru adalah sosok utuh kompetensi professional guru tersebut. Peningkatan mutu
guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya
adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan
kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus, maka kegiatan belajar-mengajar pun menjadi
bagus. Kegiatan belajar-mengajar yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang
bermutu. Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi. Menurut muslich
manfaat sertifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan
pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. 2.
Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang
akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia
di negeri ini. 3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(lptk) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi
pengguna layanan pendidikan. 4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan
internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

4.Implementasi Sertifikasi Guru

Sedangkan implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan.
keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi,
tindakan atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi sesuatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara sungguh sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi
implementasi adalah suatu operasionalisasi dari ide, konsep, maupun kebijakan dalam bentuk
praktis yang terencana dan dilakukan secara sungguh sungguh berdasar acuan tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan. Berdasarkan pengertian tersebut, implementasi sertifikasi guru dapat
diartikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan dan inovasi baru dengan
pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sehingga
diharapkan akan muncul dampak atau perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan
sikap yang menyatakan guru tersebut profesional. Dalam implementasi sertifikasi guru untuk
melihat profesional guru dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran. Implementasi kegiatan pembelajaran harus menggunakan acuan implementasi
pembelajaran yang dipakai dalam kurikulum yang saat ini berlaku yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ). Menurut Mulyasa (2005) dalam Kunandar, 2007: 234 agar
kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, maka guru harus: 1) Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan
hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik. 2) Menyukai apa yang diajarkannya dan
menyukai mengajar sebagai profesi. 3) Memahami peserta didik. 4) Menggunakan metode yang
bervariasi dalam mengajar. 5) Mengikuti perkembangan mutakhir. 6) Menyiapkan proses
pembelajaran 7) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan
dikembangkan
B.Profesional Guru

1.Definisi guru profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai dengan persyaratan yang
dituntut oleh profesi keguruan. Guru profesional senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa
mengembangkan kemampuan secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya
maupun pengalamannya. Sedangkan Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk
melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Guru yang profesional menjadi harapan
kita semua, karena dengan adanya peningkatan kemampuan guru sehingga menjadi guru yang
profesional diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan. Peserta didik
perlu dididik dan dibina oleh guru-guru yang profesional sehingga kualitas/mutu yang
dihasilkan akan lebih maksimal. Guru profesional hendaknya memiliki empat kompetensi guru
yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Oleh karena
itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan
dapat bersosialisasi dengan baik. Kitapun tentunya ingin menjadi guru profesional, akan tetapi
banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi guru yang profesional

Adapun kriteria kriteria:

 
1.Mempunyai akhlak dan budi pekerti yang luhur sehingga mampu memberikan contoh yang
baik pada anak didik.
2.Mempunyai kemampuan untuk mendidik dan mengajar anak didik dengan baik.
3.Menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar
4.Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai  bidang tugas.
5.Menguasai berbagai adminitrasi kependidikan ( RPP, Silabus, Kurikulum, KKM, dan
sebagainya )
6.Mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki pada
peserta didik.
7.Tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya.
8.Mengikuti diklat dan pelatihan untuk menambah wawasan dan  pengalaman.
9.Aktif, kreatif, dan inovatif untuk mengembangkan pembelajaran dan selalu up to date terhadap
informasi atau masalah yang terjadi di sekitar.
10.Menguasai IPTEK (komputer, internet, blog, facebook, website, dsb).
11.Gemar membaca sebagai upaya untuk menggali dan menambah wawasan.
12.Tidak pernah berhenti untuk berkarya (membuat PTK, bahan ajar, artikel, dsb)
13.Mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orangtua murid, teman sejawat dan lingkungan
sekitar dengan baik.
14.Aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi kependidikan (KKG, PGRI, Pramuka)
15.Mempunyai sikap cinta kasih, tulus dan ikhlas dalam mengajar
 
16.Berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru telah ditempuh oleh pemerintah,
instansi pendidikan dan para guru tentunya.
2.Upaya untuk meningkatkan guru profesioanal adalah sebagai berikut:

1. Menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sesuai kualifikasi akademik
2.Melalui Program Sertifikasi Guru 3.
 3.Memberikan Diklat dan pelatihan bagi guru 4.
 4.Gerakan Guru Membaca ( G2M ) 5.
 5. Melalui organisasi KKG (Kelompok Kerja Guru) 6.
 6. Senantiasa produktif dalam menghasilkan karya-karya di bidang  pendidikan.

C.Peluang dan Tantangan dalam Pengembangan Profesi Guru

1.Guru Indonesia dalam tantangan Abad 21


Abad 21 merupakan abad dengan era globalisasi. Kehidupan  bermasyarakat berubah dengan
begitu cepat diakibatkan dunia yang di topang dengan kemajuan teknologi informasi yang tiada
batas. Ini sekaligus mengakibatkan masyarakat sudah tidak memiliki batas-batas sehingga
kehidupan masyarakat dan negara mulai memudar. Masyarakat sebagai konsumen tentunya akan
menuntut kualitas yang tinggi dan harus terus menerus diperbaiki dalam menghadapi tantangan
abad 21.Termasuk didalamnya adalah kualitas profesi seorang guru. Tantangan yang harus di
hadapi oleh guru pada saat sekaang ini adalah  bagaimana kemampuan adaptasi dengan era
global. Guru kita hari ini kebanyakan hidup dimasa lampau yang kemajuan teknologi
informasinya masih kurang jika dibandingkan dengan hari ini. Tentunya jika sudah seperti ini
profesi guru di tuntut untuk keprofesionalismeannya. Guru yang profesional  bukan hanya
sekedar alat untuk transmisi kebudayaan tetapi
 
mentranformasikan kebudayaan itu kearah budaya yang dinamis yang menuntut penguasaan ilmu
pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas karya yang dapat bersaing. Dengan begitu
guru bukan lagi menjadi robot  pendidikan bagi peserta didik melainkan merupakan dinamisator
yang mengantar potensi-potensi peserta didik kepada kreativitasnya.

2.Tantangan Dalam Pengembangan Profesi Guru


1.Guru di Tengah Masyarakat Modern Secara formal profesi guru dalam pandangan masyarakat
budaya Indonesia masih menempati kedudukan yang terhormat., namun secara material  profesi
guru mengalami kemerosotan yang bisa mengkhawatirkan. Ini disebabkan karena profesi guru
merupakan sederetan profesi yng lahir dalam kehidupan moderen. Akibatnya mau tidak mau-
mau profesi guru harus mampu mempertahankan legitimasinya jikalau tidak mau di kucilkan
dengan profesi lainnya. Nanmun kenytaan yang timbul pada masyarakat modern hari ini adalah
guru hanya di pandang dengan sebelah mata yakni, orang yang berpakaian sangat formal dengan
kacamata besar dan sepeda butut zaman pra sejarah. Guru kita belum mampu untuk menghadapi
kerasnya tantangan global masyarakat modern. Keadaan hari ini adalah guru tidak memliki
kedudukanseperti dulu yang sangat di hormati, malahan yang terjadi adalah guru menjadi bahan
olokan dan candaan bagi peserta didiknya. Jika sudah seperti ini lalu wajar jika negara kita ini
akan mimpi menjadinegara yang di hormati oleh negara lain karena menghormati guru mereka
saja tidak bisa. Memilih guru sebagaiprofesi memang bisa menjadi cita-cita ataupun  juga bisa
terpaksa karena pandangan orang desa khususnya hal yang paling bisa dilakukan untuk menjadi
PNS hanya mengbdi menjadi guru. Bahkan orang di desa akan membanggakan anaknya jika
menjadi guru PNS, lalu sebenarnya apa yang salah dalam sistem pendidikan kita sampai guru
kita picik berfikir seperti
 
ini? bukan kemudian berfikir bahwa bagaimana peserta didiknya untuk menjadi orang yang
berguna bagi bangsa? Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh para guru kita di Indonesia.
Banyak rumor yang berkembang terkait dengan citra guru Indonesia dewasa ini. Begitu banyak
hal negatif yang selalu di lemparkan kepada guru-guru kita, tetapi ada satu hal yang membuat
negara ini bisa seperti ini yakni tidak pernah menghargai seorang guru. Lantas kemudian kita
mau banggakan apa di negara kita, toh hal sekecil ini pun kita tidak pernah bisa melakukannya.

3.Peluang Pengembangan Keprofesian Guru


Profesi sebagai guru mengemban amanah yang berat. Amanah itu antara lain adalah
mencerdaskan anak-anak didiknya sehingga mereka kelak di kemudian hari mampu menjalani
kehidupannya dengan bekal pendidikan yang diberikan gurunya. Sejalan dengan hal itu, Trimo
(2008) mengemukakan  bahwa pekerjaan sebagai guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut
peningkatan kemampuan anak didiknya sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi.
Oleh karena itu, guru perlu bahkan harus terus mengembangkan dirinya. Usman (2004)
menegaskan bahwa guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan atau pembaharuan,
terutama perubahan atau  pembaharuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang terus
berkembang begitu pesatnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan, diikuti, atau dikembangkan
dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru melalui kegiatan
pengembangan diri adalah sebagai berikut. A.
 
Pengembanga Diri

1.Penyelenggaraan diklat fungsional secara mandiri


2.Penyelenggaraan kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
guru secara mandiri
BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan
Perubahan paradigma pendidikan Negara Indonesia dalam bidang pendidikan bersifat

sentralisasi menjadi desentralisasi atau memberikan otoritas tiap penyelenggara pendidikan

untuk mengembangkan kurikulum pendidikan masing-masing dengan acuan yang telah

ditentukan. Perubahan yang signifikan juga terdapat pada perundang-undangan tentang guru dan

dosen, yang ditandai dengan di berlakukannya UU tentang guru dan dosen.

Guru dan Dosen merupakan ujung tombak utama dalam pendidikan, karena Guru maupun

dosen merupakan komponen utama dalam pendidikan yang bersentuhan dan berinteraksi

langsung dengan peserta didik yang nantinya akan menjadi penerus bangsa.

 Hadirnya UU tentang Guru dan Dosen ini diharapkan mampu menghadirkan suatu

payung hukum tersendiri yang memberikan perlindungan hukum dan hak Guru dan agar dapat

lebih bersungguh-sungguh dan meningkatkan kinerja nya untuk mencapai tujuan pendidikan

bangsa. Terutama dengan diakuinya status guru sebagai profesi diharapkan mampu memotivasi

guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pendidikan dan memotivasi guru untuk terus

mengembangkan diri.

Berdasarkan analisa secara keseluruhan pada Undang Undang Guru dan Dosen dapat

disimpulkan bahwa peningkatan kesejahteraan profesi guru, diakuinya guru dan Dosen sebagai

profesi yang sejajar dengan profesi lain, dan memotivasi guru untuk meningkatkan

profesionalitas. Disamping itu kelemahan dari UU ini masih minimnya anggaran untuk

sertifikasi yang menyebabkan proses sertifikasi mengalami permasalahan teknis.


Sebagai tenaga profesional guru dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan

nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Peningkatan kualifikasi guru disamping untuk

meningkatkan kompetensinya, sehingga layak untuk menjadi guru yang profesional.

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen, kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi oleh

karena itu guru jangan hanya disibukkan dengan mengajar saja agar profesional harus dituntut

mengembangkan profesinya dengan penelitian (research).

B.     Saran

Pemerintah mensosialisasikan tentang Undang-Undang No. 14 Bagi Guru Dan Dosen

keseluruh daerah agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat

diminimalisilir beberapa kekurangan yang telah dipaparkan di atas, diantaranya adalah UU Guru

dan Dosen lemah implementasiannya, masih banyak Guru-Dosen tak tahu esensi UU No 14

2005, terjadinya diskriminatif, banyak aturan yang menyebabkan sebagian guru tidak

memperoleh haknya karena aturan tersebut hanya mengatur guru-guru dalam jabatan struktural

dan UU No 14 2005 hanya sebagai pepesan kosong belaka.

Mudah-mudahanapa yang di cita-cita UU giru dan Dosen tersebut tercapai dengan

maksimal sehingga pendidikan di Indonesia mampu bersaing di kancang global. Sebagai seorang

Guru maka kita harusnya merealisasikan apa yang dikehendaki oleh Undang-Undang tersebut

sehingga kita bias menjalankan tufoksi dan kewajiban kita dengan baik sesuai dengan apa yang

di kehendaki oleh Undang-Undang Guru dan Dosen tersebut. Akhirnya moga dan semoga apa

yang saya kritisi dan apa yang saya sarankan bias berguna bagi saya peribadi dan hal layak yang

membaca makalah ini. 


DAFTAR PUSTAKA

_ Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal

_  Undang-Undang Dasar Tahun 1945

_ Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

_  Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005

Fatah, Nanang., Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda karaya, 2012

Hamalik, Oemar., Proses BelajarMengajar. Jakarta: BumiAksara, 2001

Kunandar, Guru professional Implementasi Tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: rajawali Press. 2007.

Mulyasa, E., Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.

Musbikin, Imam., Guru yang Menakjubkan. Yogyakarta: Buku Biru, 2010.

Tilaar, H. dan Nugroho, R., Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk Memahami Kebijakan
Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1997.

Yamin, M., Menggugat Pendidian Indonesia, Yogjakarta: Ar-ruz media, 2009.

Kunandar, Guru professional Implementasi Tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. (Jakarta: rajawali Press. 2007), 
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005

Anda mungkin juga menyukai