DI SUSUN OLEH
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “MATERI KEBIJAKAN GURU
DI INDONESIA” Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ETIKA
DAN PROFESI GURU.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................2
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN..............................................................4
B. SARAN..........................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja Undang Undang tentang guru dan dosen di Indonesia
Peran guru maupun dosen mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan, hal ini dikarenakan guru/dosen merupakan salah satu komponen dari sitem
pendidikan yang bersentuhan dan berinteraksi secara langsung dengan peserta didik.
Sejalan dengan hal ini Mulyasa mengatakan bahwa “guru sangat menentukan
keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.
Guru memiliki peranan yang amat besar dalam pendidikan, sehingga keberadaan
guru menjadi suatu pertimbangan yang amat dipertimbangkan, guru hendaklah seseorang
yang memiliki kecakapan yang memadai, dan tidak boleh asal-asalan agar tidak terjadi
hal ini, Uzer mengatakan bahwa “Peran guru yang demikian penting memang
menuntut kecakapan yang memadai. Sehingga tidak berlebihan jika para ahli pendidikan,
pada umumnya memasukkan guru sebagai pekerja professional, yaitu pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, serta memiliki
sejumlah kompetensi tertentu, bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Profesionalitas seorang guru menjadi hal yang
sangat penting, namun masih banyak kasus di masyarakat bahwa belum seluruh guru
Indonesia memang masih dianggap rendah. Indikasi yang bisa dijumpai berkaitan dengan
hal tersebut diantaranya adalah rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran,
pembelajaran, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi sehingga masih banyak guru
yang tidak menekuni profesinya secara utuh, rendahnya motivasi untuk meningkatkan
kualitas diri.
Untuk itulah perlu disusun UU Guru dan Dosen sebagai bentuk perhatian khusus
yang ditujukan bagi guru guna mendongkrak kinerja dan profesionalitas guru. Undang-
undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memuat berbagai aspek yang
berkenaan dengan guru, mulai dari syarat yang harus dipenuhi untuk menunjang profesi
guru meliputi kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi, sampai pada berbagai kemaslahatan
yang berhak diterima guru dan kode etik yang harus dijaga. Berbagai syarat harus dimiliki
oleh seorang guru professional. Hal inilah yang pertama kali menentukan keberhasilan
proses pendidikan.
Undang – undang yang mengatur tentang guru dan dosen ini diantaranya adalah :
profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru Dan dosen, serta tunjangan kehormatan
professor.
Dari sekian peraturan dan perundang-undangan yang menjadi acuan utama dalam
perundang-undangan guru dan dosen adalah UU no 14 tahun 2005, sehingga dalam bahasan
dilakukan batasan analisa pada UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Secara keseluruhan Undang Undang no 14 tahun 2005 ini dapat disimpulkan bahwa UU
Guru dan Dosen terdiri dari 84 pasal. Secara garis besar, isi dari UU ini dapat dibagi dalam
beberapa bagian
1. Pasal - pasal yang membahas tentang penjelasan umum (7 pasal) yang terdiri dari:
2. Pasal - pasal yang membahas tentang guru (37 pasal) yang terdiri dari
(f) Penghargaan,
(g) Perlindungan,
3. Pasal-pasal yang membahas tentang dosen (32 pasal) yang terdiri dari
(q) Cuti.
5. Bagian akhir yang terdiri dari Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup (5 Pasal).
Dari seluruh pasal tersebut diatas pada umumnya mengacu pada penciptaan Guru dan
Dosen Profesional dengan kesejahteraan yang lebih baik tanpa melupakan hak dan
kewajibannya.
Dalam pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang ini juga disebutkan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru mencakup empat hal, yaitu kompetensi profesional, kompetensi
Sejalan dengan pasal Undang Undang ini, Oemar Hamalik mengatakan bahwa guru
professional harus memiliki persyaratan yang meliputi :memiliki bakat sebagai guru, memiliki
keahlian sebagai guru, memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, memiliki mental yang sehat,
berban dan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, guru adalah manusia berjiwa
Pasa l9: Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasa l8 diperoleh melalui
Pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasa l8 meliputi kompetensi
mempunyai tugas:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,
ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai
pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius.Hal ini penting, karena pendidikan di
Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat. Proses pembelajaran di sekolah
nampak sebagai proses mekanis yang kering aspek pedagogis atau yang biasa disebut sebagai
pendidikan gaya bank. Dengan model pendidikan tersebut, peserta didik menjadi kerdil, pasif,
dan tidak dapat berkembang secara optimal karena pilihan-pilihannya cenderung dipaksakan oleh
guru (berpusat pada guru). Padahal sebagai agen pembelajaran, guru tidak hanya bertugas dalam
transformasi ilmu pengetahuan saja, tetapi ia juga harus berperan sebagai fasilitator, motivator,
menetapkan diwajibkannya guru mengikuti proses sertifikasi dan uji kompetensi. Pasal 8
menyebutkan : ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Untuk menjamin dilaksanakannya sertifikasi maka pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah
wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik bagi semua
guru, baik guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Guru yang telah memenuhi syarat tersebut maka ia akan lebih mudah menjalankan
Jika seluruh syarat dan kewajiban telah terpenuhi maka guru berhak mendapatkan berbagai
fasilitas gaji, tunjangan, dan bentuk kemaslahatan lainnya.Hal ini secara panjang lebar dimuat
dalam 11 item sebagai bentuk penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap guru (pasal 14-
19).Di samping itu guru juga diberi jaminan perlindungan ketika menjalankan tugasnya, serta
(PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang ditandangani oleh Presiden Republik Indonesia
per tanggal 01 Desember 2008. Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68 Pasal. Berikut ini disajikan beberapa
hal-hal yang dianggap penting tenatang isi peraturan ini.
Bab I Ketentuan Umum. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Bab II Kompetensi dan Sertifikasi. Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi,
Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi
Bab III Hak. Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat satu tunjangan profesi. Guru
yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi Guru
apabila yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik
Bab IV Beban Kerja. Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: (a) merencanakan
pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran; (c) menilai hasil pembelajaran; (d)
membimbing dan melatih peserta didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat
pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat
memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya
yang memenuhi Kualifikasi Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru
di Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon Guru untuk memenuhi
kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah.
Bab VII Sanksi. Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi Akademik, kompetensi, dan
Sertifikat Pendidik kehilangan hak untuk mendapat tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan
fungsional, dan maslahat tambahan. Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban
melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan tidak mendapat
pengecualian dari Menteri dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan
fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.
Bab VIII Ketentuan Peralihan. Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki Sertifikat Pendidik
memperoleh tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional dan maslahat
tambahan. Pengawas satuan pendidikan selain Guru yang diangkat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan dalam waktu 5 (lima) tahun
untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
iMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. (Mulyasa,2007: 33). Menurut Suyatno
(2008:2) “Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi standar profesi guru”.Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat
berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui
pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat
kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi. (Mulyasa, 2007: 39) Untuk memahami sertifikasi guru Muslich,( 2007: 2) mengutip
beberapa pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
Dan Dosen yaitu: 1) Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru dan dosen. 2) Pasal 8: guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi,serifikat pendidik,sehat jas. 3) mani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 4) Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidik sebagaimana
dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. 5) Pasal 16: guru yang
memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri
maupun swasta dibayar pemerintah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sertifikasi guru
adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan yang layak.
Secara yuridis dasar hukum kewajiban sertifikasi bagi guru adalah Undang- Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang disyahkan pada tanggal 30 Desember 2005. Pasal 8
menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Pasal 11 ayat (1) menyatakan sertifikat pendidik hanya diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan untuk memperoleh sertifikat pendidikan menurut
pasal 9 adalah guru tersebut harus memiliki kualifikasi pendidikan tinggi minimal program Strata
Satu (S-1) atau program Diploma Empat (D-4). Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan yang
ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Pasal yang mengatakannya adalah pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dalam jabatan, dan (2) sertifikasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh
guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik Strata Satu (S-1) atau Diploma
Empat (D-4). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pedoman Penetapan Peserta
Sertifikasi Guru 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang
Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Keputusan
Mendiknas Nomor 076/P/2011 tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
Keputusan Mendiknas Nomor 075/P/2011 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan. (Saniyah, 2008).
Undang-undang guru dan dosen (uugd) menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari
peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. di samping itu, guru yang memiliki
sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif
tunjangan profesi yang dijanjikan oleh uugd adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap
bulannya. Dengan adanya peningkatan kesejahteraan guru diharapkan akan terjadi peningkatan
mutu pendidikan nasional dari segi proses yang berupa layanan dan hasil yang berupa luaran
pendidikan. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan secara
eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan. pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional. Sertifikasi bertujuan untuk: 1. Mencetak calon pendidik
qualified dalam melaksanakan tugas pokok fungsi pendidik untuk meningkatkan kualitas
sekolah. 2. Menentukan tingkat kelayakan pendidik dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan. 3. Memperoleh gambaran tentang kompetensi pendidik yang dapat digunakan
sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan adanya
sertifikasi pendidik, diharapkan kompetensi guru sebagai pengajar akan meningkat sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar minimal dan
kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
dapat meningkat. Oleh karena itu, diharapkan akan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa.
Sebagaimana lazim dipahami di kalangan pendidikan guru,
1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani; 2. Menguasai bidang ilmu
sumber bahan ajaran, baik dari segi substansi dan metodologi bidang ilmu (disciplinary content
knowledge), maupun pengemasan bidang ilmu yang menjadi bahan ajar dalam kurikulum
(pedagogical content knowledge); 3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang
mencakup perancangan program pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional,
implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan (midourse) berdasarkan
on going transactional decision berhubungan dengan adjustments dan reaksi unik (idiosyncratic
response) dari peserta didik terhadap tindakan guru, mengakses proses
dan hasil pembelajaran, dan menggunakan hasil asesmen terhadap proses dan hasil
pembelajaran secara berkelanjutan; 4. Mengembangkan kemampuan professional secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, “rujukan dasar” yang digunakan dalam penyelenggaraan
sertifikasi guru adalah sosok utuh kompetensi professional guru tersebut. Peningkatan mutu
guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya
adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan
kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus, maka kegiatan belajar-mengajar pun menjadi
bagus. Kegiatan belajar-mengajar yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang
bermutu. Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi. Menurut muslich
manfaat sertifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan
pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. 2.
Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang
akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia
di negeri ini. 3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(lptk) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi
pengguna layanan pendidikan. 4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan
internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Sedangkan implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan.
keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi,
tindakan atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi sesuatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara sungguh sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi
implementasi adalah suatu operasionalisasi dari ide, konsep, maupun kebijakan dalam bentuk
praktis yang terencana dan dilakukan secara sungguh sungguh berdasar acuan tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan. Berdasarkan pengertian tersebut, implementasi sertifikasi guru dapat
diartikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan dan inovasi baru dengan
pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sehingga
diharapkan akan muncul dampak atau perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan
sikap yang menyatakan guru tersebut profesional. Dalam implementasi sertifikasi guru untuk
melihat profesional guru dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran. Implementasi kegiatan pembelajaran harus menggunakan acuan implementasi
pembelajaran yang dipakai dalam kurikulum yang saat ini berlaku yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ). Menurut Mulyasa (2005) dalam Kunandar, 2007: 234 agar
kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, maka guru harus: 1) Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan
hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik. 2) Menyukai apa yang diajarkannya dan
menyukai mengajar sebagai profesi. 3) Memahami peserta didik. 4) Menggunakan metode yang
bervariasi dalam mengajar. 5) Mengikuti perkembangan mutakhir. 6) Menyiapkan proses
pembelajaran 7) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan
dikembangkan
B.Profesional Guru
Guru profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai dengan persyaratan yang
dituntut oleh profesi keguruan. Guru profesional senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa
mengembangkan kemampuan secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya
maupun pengalamannya. Sedangkan Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk
melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Guru yang profesional menjadi harapan
kita semua, karena dengan adanya peningkatan kemampuan guru sehingga menjadi guru yang
profesional diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan. Peserta didik
perlu dididik dan dibina oleh guru-guru yang profesional sehingga kualitas/mutu yang
dihasilkan akan lebih maksimal. Guru profesional hendaknya memiliki empat kompetensi guru
yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Oleh karena
itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan
dapat bersosialisasi dengan baik. Kitapun tentunya ingin menjadi guru profesional, akan tetapi
banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi guru yang profesional
1.Mempunyai akhlak dan budi pekerti yang luhur sehingga mampu memberikan contoh yang
baik pada anak didik.
2.Mempunyai kemampuan untuk mendidik dan mengajar anak didik dengan baik.
3.Menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar
4.Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugas.
5.Menguasai berbagai adminitrasi kependidikan ( RPP, Silabus, Kurikulum, KKM, dan
sebagainya )
6.Mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki pada
peserta didik.
7.Tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya.
8.Mengikuti diklat dan pelatihan untuk menambah wawasan dan pengalaman.
9.Aktif, kreatif, dan inovatif untuk mengembangkan pembelajaran dan selalu up to date terhadap
informasi atau masalah yang terjadi di sekitar.
10.Menguasai IPTEK (komputer, internet, blog, facebook, website, dsb).
11.Gemar membaca sebagai upaya untuk menggali dan menambah wawasan.
12.Tidak pernah berhenti untuk berkarya (membuat PTK, bahan ajar, artikel, dsb)
13.Mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orangtua murid, teman sejawat dan lingkungan
sekitar dengan baik.
14.Aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi kependidikan (KKG, PGRI, Pramuka)
15.Mempunyai sikap cinta kasih, tulus dan ikhlas dalam mengajar
16.Berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru telah ditempuh oleh pemerintah,
instansi pendidikan dan para guru tentunya.
2.Upaya untuk meningkatkan guru profesioanal adalah sebagai berikut:
1. Menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sesuai kualifikasi akademik
2.Melalui Program Sertifikasi Guru 3.
3.Memberikan Diklat dan pelatihan bagi guru 4.
4.Gerakan Guru Membaca ( G2M ) 5.
5. Melalui organisasi KKG (Kelompok Kerja Guru) 6.
6. Senantiasa produktif dalam menghasilkan karya-karya di bidang pendidikan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan paradigma pendidikan Negara Indonesia dalam bidang pendidikan bersifat
ditentukan. Perubahan yang signifikan juga terdapat pada perundang-undangan tentang guru dan
Guru dan Dosen merupakan ujung tombak utama dalam pendidikan, karena Guru maupun
dosen merupakan komponen utama dalam pendidikan yang bersentuhan dan berinteraksi
langsung dengan peserta didik yang nantinya akan menjadi penerus bangsa.
Hadirnya UU tentang Guru dan Dosen ini diharapkan mampu menghadirkan suatu
payung hukum tersendiri yang memberikan perlindungan hukum dan hak Guru dan agar dapat
lebih bersungguh-sungguh dan meningkatkan kinerja nya untuk mencapai tujuan pendidikan
bangsa. Terutama dengan diakuinya status guru sebagai profesi diharapkan mampu memotivasi
guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pendidikan dan memotivasi guru untuk terus
mengembangkan diri.
Berdasarkan analisa secara keseluruhan pada Undang Undang Guru dan Dosen dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kesejahteraan profesi guru, diakuinya guru dan Dosen sebagai
profesi yang sejajar dengan profesi lain, dan memotivasi guru untuk meningkatkan
profesionalitas. Disamping itu kelemahan dari UU ini masih minimnya anggaran untuk
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Peningkatan kualifikasi guru disamping untuk
Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen, kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi oleh
karena itu guru jangan hanya disibukkan dengan mengajar saja agar profesional harus dituntut
B. Saran
keseluruh daerah agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat
diminimalisilir beberapa kekurangan yang telah dipaparkan di atas, diantaranya adalah UU Guru
dan Dosen lemah implementasiannya, masih banyak Guru-Dosen tak tahu esensi UU No 14
2005, terjadinya diskriminatif, banyak aturan yang menyebabkan sebagian guru tidak
memperoleh haknya karena aturan tersebut hanya mengatur guru-guru dalam jabatan struktural
maksimal sehingga pendidikan di Indonesia mampu bersaing di kancang global. Sebagai seorang
Guru maka kita harusnya merealisasikan apa yang dikehendaki oleh Undang-Undang tersebut
sehingga kita bias menjalankan tufoksi dan kewajiban kita dengan baik sesuai dengan apa yang
di kehendaki oleh Undang-Undang Guru dan Dosen tersebut. Akhirnya moga dan semoga apa
yang saya kritisi dan apa yang saya sarankan bias berguna bagi saya peribadi dan hal layak yang
_ Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal
_ Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
_ Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005
Fatah, Nanang., Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda karaya, 2012
Kunandar, Guru professional Implementasi Tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: rajawali Press. 2007.
Mulyasa, E., Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Tilaar, H. dan Nugroho, R., Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk Memahami Kebijakan
Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1997.
Kunandar, Guru professional Implementasi Tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. (Jakarta: rajawali Press. 2007),
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005