Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEPRIBADIAN GURU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan
pada semester genap tahun akademik 2014/2015
dengan dosen pembimbing Ani Nur Aeni M.Pd & Dety Amelia Karlina,S.S.,M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok : 10
Kelas : 2C
Ketua : Fahmi Fauzi (1304781) 10
Anggota :
1. Cindi Octaviani P (1304185) 01
2. Siti Patimah (1305623) 40
3. Fauziatun Nazilah(1305723) 44

PGSD PRODI KELAS


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kepribadian Guru”. Adapun makalah ini kami susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah sosiologi pendidikan.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari adanya berbagai
hambatan, namun demikian berkat adanya bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat teratasi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, jika ada kritik
dan saran yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya makalah ini dapat
kami terima dengan senang hati. Semoga dengan adanya makalah ini, kami
mengharapkan banyak manfaat yang dapat diambil khususnya bagi kami selaku
penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

Sumedang, Mei 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang masalah.............................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II KEPRIBADIAN GURU......................................................................3

A. Pribadi Guru..............................................................................................3
B. Perkembangan Pribadi Guru......................................................................4
C. Ciri-Ciri Stereotip Guru.............................................................................5
D. Memilih Jabatan Guru...............................................................................7
E. Ketegangan dalam Profesi Keguruan........................................................8
F. Gangguan Fisik & Mental Guru................................................................10
G. Profesionalisme Guru................................................................................11

BAB III SIMPULAN & SARAN.....................................................................15

A. Simpulan....................................................................................................15
B. Saran .........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA 1

ii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Print out power point untuk presentasi........................................................18


2. Scan cover buku yang dipakai.....................................................................20
3. Laporan kinerja kelompok........................................................................... 22

iii
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru merupakan prioritas pertama dalam progam pembangunan
pendidikan. Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang
sangat penting dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Seorang
guru mengemban tugas-tugas sosial kultural, yang berfungsi menyiapkan
generasi muda sesuai harapan dan cita-cita bangsa. Salah satu faktor utama
yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda
terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru yang
berhadapan langsung dengan para siswa di kelas melalui proses belajar
mengajar.
Di tangan gurulah akan dihasilkan siswa yang berkualitas, baik secara
akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual.
Sehingga, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan
tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok seorang guru yang
mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam
menjalankan tugas profesionalnya. Guru adalah jabatan profesional yang harus
memenuhi kriteria profesional yaitu meliputi syarat-syarat secara fisik, mental,
pengetahuan, dan keterampilan.
Karakteristik kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru ditinjau dari
berbagai segi yaitu tanggung jawab guru meliputi tanggung jawab moral,
tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, tanggung jawab dalam
bidang kemasyarakatan, dan dalam bidang keilmuan. Kompetensi profesional
guru meliputi unsur kepribadian, keilmuan dan keterampilan. Maka fungsi dan
peranan guru adalah sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota
masyarakat, sebagai pemimpin dan pelaksana administrasi ringan.
Seperti sebuah pepatah mengatakan, bahwa jika seorang dokter salah
dalam memberikan obat, maka hanya satu nyawa yang mati. Tetapi jika
seorang guru salah dalam mengajar maka satu bangsa yang akan hancur. Oleh
2

karena itu, guru memiliki peranan yang besar bagi bangsa ini, selain dituntut
memiliki kemampuan intelektual juga harus memiliki kepribadian atau
tauladan yang baik untuk ditiru dan diikuti khususnya oleh peserta didik
maupun masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pribadi guru?
2. Bagaimana perkembangan pribadi guru?
3. Apa saja ciri-ciri stereotip guru?
4. Bagaimana memilih jabatan guru?
5. Bagaimana ketegangan dalam profesi keguruan?
6. Bagaimana gangguan fisik & mental guru?
7. Apa yang dimaksud profesionalisme guru?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pribadi guru.
2. Untuk mengetahui perkembangan pribadi guru.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri stereotip guru.
4. Untuk mengetahui memilih jabatan guru.
5. Untuk mengetahui ketegangan dalam profesi keguruan.
6. Untuk mengetahui gangguan fisik & mental guru.
7. Untuk mengetahui profesionalisme guru.
4

BAB II
KEPRIBADIAN GURU

A. Pribadi Guru
Guru adalah orang yang digugu dan ditiru. Secara sempit guru adalah
orang yang mengajarkan pelajaran di sekolah, namun secara luas guru dapat
diartikan semua orang yang mengajarkan segala hal di sekolah dan masing-
masing kita adalah guru. Guru bagi bangsanya, guru bagi masyarakatnya, guru
bagi keluarganya, guru bagi anak-anaknya, dan guru bagi dirinya sendiri.
Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi siswa-siswanya,
namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang
pandai yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Seorang guru harus menjadi
orang yang sempurna di hadapan anak didiknya. Bukan sesuatu yang mustahil
bila seseorang akan mengikuti atau meniru apa yang dilakukan gurunya.
Seorang guru harus selalu memperhatikan dan menjaga dirinya dari hal-hal
yang dapat merusak citranya sebagai seorang guru, karena guru tidak hanya
dilihat dari segi keilmuannya saja, tapi mencakup segala aspek kehidupannya,
pola pikirnya, dan tingkah lakunya.
Seorang guru harus menyadari, bahwa mengajar memiliki sifat yang
sangat kompleks karena melibatkan aspek psikologis, pedagogis, dan didaktis
secara bersamaan, namun guru bukanlah nabi ataupun malaikat, akan tetapi dia
layaknya manusia biasa yang tak sempurna dan memiliki kehidupan pribadi
dengan segudang permasalahan. Meski begitu, ia harus selalu tampil prima dan
baik di hadapan semua orang (anak didik) mengingat guru merupakan seorang
panutan.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi
Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata
pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia. Mencakup menghargai peserta didik tanpa
5

membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan


gender.
2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang
berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang
beragam.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat. Mencakup : berperilaku jujur, tegas,
dan manusiawi, berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak
mulia, berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
4. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa. Mencakup : menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
dan stabil, menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan
berwibawa.
5. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri. Mencakup : menunjukkan etos kerja dan
tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru dan percaya pada diri
sendiri, bekerja mandiri secara profesional.
6. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Mencakup : memahami kode
etik profesi guru, menerapkan kode etik profesi guru, berperilaku sesuai
dengan kode etik guru.

B. Perkembangan Pribadi Guru


Pengembangan pribadi adalah usaha individu agar memahami dirinya
sendiri, yaitu minat-minatnya, kemampuan-kemampuannya, hasrat-hasratnya,
dan rencana-rencananya dalam menghadapi masa depannya. Kepribadian guru
terbentuk atas dasar pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh
masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya
menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak
sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman. Sebaliknya kelakuan yang
6

sesuai akan dimantapkan dan norma-norma kelakuan akan diinternalisasikan


dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Pada saat di sekolah guru menghadapi sejumlah siswa yang harus
dipandangnya sebagai “anaknya”. Sebaliknya siswa-siswa akan
memperlakukan sebagai bapak guru dan ibu guru. Orang tua siswa akan
memandang guru sebagai partner yang setara kedudukannya dan
mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh guru.
Dalam menjalankan peranannya sebagai guru ia lambat laun membentuk
kepribadiannya. Diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia
akan beraksi sebagai guru pula, sehingga ia menjadi guru karena diperlakukan
sebagai guru dan berlaku sebagai guru. Caranya berbicara, senyum, berjalan,
duduk, berpakaian, akan disesuaikannya dengan peranannya yang lambat laun
menjadi ciri kepribadiannya yang mungkin akan melekat pada dirinya
sepanjang hidupnya walaupun ia telah meninggalkan jabatannya.
Kedudukannya sebagai guru akan membatasi kebebasannya dan dapat pula
membatasi pergaulannya. Ia tidak akan diajak melakukan kegiatan yang
rasanya kurang layak bagi guru, ia akn mencari pergaulannya terutama dari
kalangan guru yang sependirian dengan dia.

C. Ciri-Ciri Stereotip Guru


Kata stereotip berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu stereos yang
berarti padat-kaku dan typos yang bermakna model. Stereotip adalah penilaian
terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok, dimana
orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotip juga merupakan jalan pintas
pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan
hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara
cepat. Namun, stereotip dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan
kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif.
Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotip negatif.
Peranan guru mempengaruhi tingkah laku dari guru itu sendiri. Tuntutan
dan harapan masyarakat dari guru banyak persamaannya, maka ciri-ciri
7

kepribadian guru juga banyak menunjukkan persamaan. Menurut suatu


penelitian pada umumnya terdapat ciri-ciri yang berikut pada guru:
1. Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel.
Guru cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankan
pendiriannya tersebut. Guru juga cenderung kurang terbuka bagi
pendirian lain yang berbeda. Guru memiliki sifat-sifat tersebut yang
mengakibatkan guru tersebut tidak suka diberi pertanyaan oleh siswa,
apalagi menerima jawaban yang berbeda dengan guru.
2. Guru pandai menahan diri.
Guru cenderung berhati-hati dalam bergaul dengan orang lain, sehingga
guru tidak dapat memberikan partisipasi penuh dalam kegiatan sosial.
3. Guru cenderung menjauhkan diri.
Guru menjauhkan diri dari pergaulan karena guru mempunyai hambatan
batin untuk bergaul secara akrab dengan orang lain sehingga orang lain
juga sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4. Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya
pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
Guru sudah seharusnya mentaati pada norma-norma yang berlaku yang
berkenaan dengan kedudukannya sebagai guru karena guru itu orang
terhormat dan guru harus berkelakuan sesuai dengan kedudukan itu.
5. Guru cenderung untuk bersikap otoriter dan ingin menggurui dalam
diskusi.
Guru adalah orang yang serba tahu di dalam kelas dan guru juga akan
memperlihatkan sikap yang sama di luar kelas. Oleh karena itu guru
cenderung bersikap otoriter di dalam kelas karena dia merasa benar dan
guru juga cenderung menggurui ketika dalam diskusi.
6. Guru cenderung bersikap konservatif baik dalam pendiriannya maupun
dalam hal-hal lahiriah.
Sebagai seorang guru ia bertugas untuk meyampaikan kebudayaan nenek
moyang kepada generasi muda dan dengan demikan turut
mempertahankan kebudayaan tersebut.
7. Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk
menjadi guru.
8

Seseorang ketika memasuki lembaga pendidikan guru, sering karena


pilihan lain tertutup. Sebagian orang menganggap bahwa untuk
memasuki lembaga pendidikan guru cukup sulit karena dibutuhkan suatu
keahlian khusus karena seorang guru harus bisa segala hal.
8. Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai
kemajuan.
Guru hanya menjalankan kewajibannya sebagai pengajar tanpa memiliki
ambisi untuk mencapai kemajuan khususnya dalam dunia pendidikan,
padahal guru adalah seseorang yang diharapkan bisa memajukan
pendidikan.
9. Guru lebih cenderung untuk mengikuti pimpinan daripada memberi
pimpinan.
Guru cenderung diam dan hanya menunggu intruksi dari pimpinan, tidak
berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang mungkin bisa ia pimpin
sendiri. Seharusnya guru tidak terpaku kepada intruksi dari pimpinan
karena sebenarnya seorang itu adalah pemimpin.
10. Guru dipandang kurang agresif dalam menghadapi berbagai masalah.
Guru cenderung mengabaikan berbagai masalah yang terjadi tanpa adanya
tindakan cepat dan tepat dalam menangani masalah tersebut. Tentunya
tindakan ini tidak sejalan dengan peran guru sebagai pemecah masalah.
11. Guru cenderung memandang guru-guru sebagai kelompok yang berbeda
dari golongan pekerja lainnya.
Guru memiliki fasilitas yang lebih baik dibanding pekerja lainnya,
misalnya status PNS, mendapatkan tunjangan setelah pensiun, dan
kesejahteraan lain yang dijamin oleh pemerintah. Hal tersebut yang
membuat guru membeda-bedakan guru dengan golongan pekerja lainnya.
12. Guru menunjukkan kesediaan untuk berbakti dan berjasa.
Hal ini dapat terlihat dari banyaknya guru yang mengabdi dimanapun ia
berada, tanpa mengharapkan bahwa pengabdiannya dapat dibalas oleh
materi. Guru hanya manjalankan kewajibannya sebagai pendidik terlepas
dari dibayar atau tidaknya jasa tersebut. Oleh karena itu guru sering
disebut pahlawan tanpa tanda jasa.

D. Memilih Jabatan Guru


9

Sukar memperoleh data yang obyektif tentang pribadi calon guru dan
alasan untuk memilih pekerjaan sebagai guru. Bila calon-calon guru ditanya
tentang alasan mereka memilih pekerjaan guru, biasanya mereka menjawab
bahwa pilihan itu sesuai dengan cita-cita untuk berbakti kepada nusa dan
bangsa dengan mendidik generasi muda. Memilih jabatan sering tidak
dilakukan secara rasional. Dalam penelitian tentang latar belakang sosial
mereka yang memilih profesi guru ternyata bahwa kebanyakan berasal dari
golongan rendah atau menengah-rendah seperti anak petani, pegawai rendah,
walaupun demikian tidak berarti bahwa semua anak-anak golongan ini akan
memilih jabatan sebagai guru.
Profesi keguruan, khususnya pada tingkat SD, makin lama makin banyak
dipegang oleh kaum wanita. Dalam kenyataan dilihat bahwa guru-guru
menunjukkan kepribadian tertentu sesuai dengan jabatannya. Apakah mereka
memiliki kepribadian itu sebelum memasuki lembaga pendidikan guru, jadi
memilih jabatan sesuai dengan bakatnya ataukah kepribadian guru itu
terbentuk selama menjalani pendidikan atau setelah mereka bekerja sebagai
guru dan menyesuaikan diri dengan norma kelakuan seperti yang diharapkan
oleh masyarakat.

E. Ketegangan dalam Profesi Guru


Tiap pekerjaan tiap profesi pasti ada saja aspek yang dapat menimbulkan
suatu ketegangan. Apapun profesinya dari yang terbesar/tertinggi hingga yang
terkecil/terrendah. Ketegangan selalu mengiringi profesi tersebut dan sifat
ketegangan bergantung pada apa yang diingini oleh seseorang dalam
pekerjaannya atau keterlibatannya dalam profesi/pekerjaan tersebut. Namun
ketegangan tidak hanya ditentukan oleh sifatnya, akan tetapi juga bergantung
pada orang yang melakukannya. Ketegangan timbul ketika seseorang
mengalami hambatan dalam proses/hasil mencari kepuasan dalam
pekerjaannya. Sedangkan kepuasan dari masing-masing individu itu pasti
berbeda, pekerjaan yang memberi kepuasan kepada individu satu belum tentu
memberi kepuasan juga pada individu lain.
Jabatan guru sendiri tidak dapat dikatakan sebagai jabatan idaman atau
suatu panggilan bagi para generasi muda, terlepas dari mulianya tugas seorang
10

guru, jabatan ini sama saja seperti profesi-profesi yang lainnya, tidak selalu
dapat memberikan kepuasan kepada setiap orang. Lalu, apa yang bisa
diharapkan dalam jabatan menjadi seorang guru ini?
1. Keuntungan ekonomi. Gaji yang tinggi memberikan kesempatan untuk
menabung dan lain sebagainya, pendapatan yang cukup memebirak rasa
aman untuk masa depan dirinya dan keluarganya.
2. Status/Kedudukan. Kedudukan yang terhormat dalam masyarakat,
penghargaan yang mempertinggi harga diri di hadapan orang lain.
3. Otoritas. Wibawa, kuasa atas orang lain dan mengatur serta memerintah
orang lain (dalam hal ini siswa).
4. Profesionalitas. Merasa diri memiliki kesanggupan yang khas yang
diperoleh berkat pendidikan yang tidak dimiliki orang lain.

Dari hal-ha di atas didapat beberapa sumber ketegangan itu sendiri yang
dapat dijelaskan dibawah ini.

1. Aspek finansial. Guru-guru pada umumnya tidak terlalu terlibat atau


melibatkan diri dalam hal mencari uang, namun lebih menginginkan
adanya jaminan ekonomi agar dapat menutupi biaya kehidupan sehari-
hari sesuai keperluannya. Untuk mendapatkan jaminan itu biasanya guru
atau anggota keluarga lainnya mencari sumber-sumber finansial yang
lain.

2. Status guru. Pada sebuah penelitian, seorang peneliti meminta menilai


status guru dari daftar yang berisi 90 macam pekerjaan. Dan waktu itu
guru menempati posisi ke-36. Jadi status guru tidak ditempatkan orang
pada posisi yang tinggi maupun yang rendah. Dari pandangan guru
sendiri, bila ia beranggapan bahwa guru yang melakukan tugas yang
begitu mulia itu mempunyai kedudukan yang tinggi, mungkin ia akan
mengalami ketegangan dan frustasi melihat kenyataan bahwa guru itu
memang dihormati tetapi tidak diberikan status yang tinggi
dibandingkan dengan jabatan lain. Masyarakat banyak lebih memandang
status dari kedudukan finansialnya. Guru banyak berasal dari golongan
rendah atau menengah-rendah dan memandang jabatan menjadi guru
11

sebagai jalan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status guru
yang tidak jelas ini dapat menjadi sumber ketegangan bagi orang yang
mencari kenaikan statusnya melalui jabatannya.

3. Otoritas guru. Sumber ketegangan lain bagi guru adalah otoritas guru
untuk menghukum atau memberi penghargaan kepada siswanya.
Pendapat masyarakat dan orang tua tidak selalu sama dalam hal mana
yang pantas diberi penghargaan atau hukuman. Meskipun setiap orang
tua menginginkan agar anaknya disiplin, namun ada yang ketika
anaknya diberi hukuman karena terlambat kemudian tidak menyetujui,
ada juga yang menginnginkan agar anaknya dihukum ketika melanggar
aturan sekolah. Guru berada pada titik silang dari berbagai harapan dan
tuntutan. Baik dari pihak atasan dalam hal ini kepala sekolah dan staf
yang lebih tinggi, maupun dari masyarakat atau orang tua.

4. Keprofesian guru. Ketegangan juga dapat ditimbulkan dari persoalan


apakah pekerjaan guru dapat diakui sebagai profesi. Karena sebelum
adanya akta IV, setiap orang tanpa melalui pendidikan keguruan bisa
menjadi guru, sangat berbeda dengan profesi kedokteran atau hukum.
Akta IV ada sebagai bentuk pengakuan atas perlunya pendidikan khusus
keguruan agar dapat mengajar/mendidik dengan penuh tanggung jawab.

5. Pengelolaan kelas. Sumber ketegangan juga terletak dalam pekerjaan


guru di dalam kelas. Di situ diuji kemampuannya dalam profesinya,
kesanggupannya untuk mengatur proses belajar mengajar agar berhasil
baik sehingga memuaskan bagi setiap siswa. Gangguan disiplin,
kenakalan, kemalasan, ketidakmampuan, atau kebodohan anak dapat
menjadi sumber ketegangan dan frustasi guru yang benar-benar
melibatkan diri dalam proses itu.

Macam-macam hal dapat menjadi sumber ketegangan dalam profesi


keguruan. Ada tidaknya ketegangan bergantung pada kepuasanyang dicari
seorang guru dari profesinya. Bagi guru yang menjunjung tinggi profesinya,
keberhasilan dia dalam membimbing dan membantu siswa dalam pelajarannya
12

akan memberikan kepuasan baginya dan kurang menghiraukan penghargaan


finansial dari pekerjaan yang ditekuninya.

F. Gangguan Fisik & Mental Guru


Menentukan hubungan antara penyakit guru dengan pekerjaannya tidak
mudah. Demikian juga halnya dengan gangguan mental pada guru. Ada
kemungkinan, menurut pendapat sejumlah peneliti bahwa tidak adanya hidup
kekeluargaan yang normal dan frustasi dalam hubungan seks yang normal turut
menambah gangguan mental guru-guru wanita yang tidak kawin. Guru pria
dianggap mempunyai mental yang lebih stabil bila mereka mempunyai
kekeluargaan yang normal.
Hasil penelitian tidak menunjukkan secara mutlak bahwa gangguan
mental lebih banyak terdapat dikalangan guru dibandingkan dengan profesi
lain. Juga tidak diketahui apakah gangguan mental itu telah ada pada calon
guru, nyata atau laten, sebelum guru melakukan profesinya atau gangguan
mental itu timbul sebagai akibat pekerjaannya sebagai guru. Jika memang
seandainya ternyata lebih banyak terdapat gangguan mental pada guru,
kemungkinan penyebabnya yaitu:
1. Mereka yang terganggu jiwanya atau cenderung mempunyai gangguan
jiwa lebih banyak memasuki profesi guru daripada memilih pekerjaan
lain.
2. Guru yang berasal dari populasi normal memperoleh gangguan mental
dalam presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan profesi lain.
Ketegangan tidak selalu mempunyai pengaruh negatif, akan tetapi dapat
justru meningkatkan kemauan, kegiatan, dan usaha untuk menghadapi
kesulitan-kesulitan dengan semangat yang lebih tinggi, yang akan memberikan
kepuasan yang lebih besar jika berhasil.
Guru yang terganggu mentalnya, apalagi sakit jiwanya tentu dapat
merusak peserta didik. Akan tetapi taraf yang demikian merusak, jarang
terdapat dan mungkin sebelumnya sudah dapat disinyalir dan dicegah. Pada
umumnya sekalipun terdapat gangguan mental pada guru tidak ada bukti-bukti
yang nyata tentang adanya kerusakan yang ditimbulkan pada anak. Bahkan ada
kemungkinan adanya gangguan keseimbangan dapat menambah efektivitas
guru. Biasanya orang akan tidak senang mengalami keadaan terganggu dan
13

akan berusaha untuk melenyapkan atau menghilangkan antaralain dengan


usaha yang lebih giat untuk mencapai kepuasaan.
Dengan kemungkinan mengalami frustasi, gangguan, ketidak-
seimbangan, guru masih dapat mengembangkan kepribadian yang normal,
sehat, gembira, penuh kepercayaan akan diri sendiri, dan menghadapi masa
depan dengan penuh optimisme serta penuh harapan. Pekerjaan guru banyak
mengandung keindahan, tantangan yang sehat, dan kebahagian bagi mereka
yang melakukannya dengan penuh cinta dan dedikasi.
Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi siswa-siswanya tetapi
bila guru mengalami ganguan kesehatan maka kegiatan belajar mengajar dapat
terganggu. Sebuah artikel menyebutkan dalam sebuah penelitian, guru
dinyatakan sangat rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan radang
tenggorokan sampai sariawan. Hal ini dikarenakan intensitas mengajar yang
tinggi tanpa ditopang dengan asupan vitamin yang memadai, akhirnya yang
terjadi system immune ( sistem kekebalan ) menurun dan ia menjadi gampang
terserang berbagai macam penyakit, terutama dua penyakit di atas.
Ada beberapa penyakit yang sering dialami oleh guru, yaitu:
1. Penyakit pernafasan
Penyakit pernafasan ini adalah penyakit yang menyerang sistem
pernafasan tubuh manusia (dalam hal ini guru) baik sistem pernafasan
luar (respirasi luar) maupun sistem pernafasan dalam (respirasi dalam).
Ada beberapa kategori penyakit sistem pernafasan ini, yaitu:
a. Asbestosis
Adalah suatu penyakit sistem pernafasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, di mana pada paru-paru terbentuk
jaringan parut yang luas.
Penyebab:
1) Seseorang yang terpapar debu asbes dalam jangka panjang
rentan terhadap asbestosis.
2) Sebagian serat asbes dapat bersarang di dalam alveoli atau
kantung-kantung kecil di dalam paru-paru di mana oksigen
ditukar dengan karbon dioksida.
3) Serat asbes akan mengiritasi dan menimbulkan jaringan parut di
paru-paru sehingga mengganggu kemampuannya untuk
memberikan oksigen ke darah dan seluruh tubuh.
14

4) Seiring asbestosis bertambah parah, semakin banyak terbentuk


jaringan parut pada paru-paru yang membuat organ ini
kehilangan fleksibilitas dan kemampuan kontraksinya.
5) Merokok diduga meningkatkan retensi serat asbes di paru-paru
dan berpotensi mempercapat memburuknya asbestosis.

Gejala:

1) Gejala utama asbestosis adalah sesak napas. Awalnya, sesak


napas terjadi saat melakukan aktivitas fisik. Namun seiring
waktu, dalam keadaan tidak beraktivitas sekalipun penderitanya
bisa mengalami sesak napas.
2) Gejala lain asbestosis adalah batuk kering yang tidak kunjung
sembuh yang disertai nyeri dada.
3) Gaejala tingkat lanjut asbestosis terkadang mengakibatkan
deformitas jari yang disebut clubbing. Clubbing adalah kondisi
dimana ujung jari tampak melebar dan membulat.
b. Asma
Adalah penyakit sistem pernafasan yang disebabkan karena keadaan
saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu.
Gejala:

1) Kesulitan bernafas sehingga tubuh terlihat sedikit membiru

2) Sering merasa seperti tersedak

3) Merasa tegang, gugup dan ketakutan

4) Merasa capai

5) Bersin-bersin, hidung berair atau mampet

6) Susah tidur

7) Bawah mata terdapat lingkaran berwarna hitam


15

8) Mual dan ingin muntah

9) Mengalami demam ringan dan kening berkeringat

10) Gatal pada tenggorokan biasanya mengalami batuk-batuk

11) Untuk mempermudah bernafas perderita selalu mencoba untuk


duduk tegak lurus.

12) Sesak bagian dada dan tersengal-sengal.

13) Nafas berat biasanya mengeluarkan bunyi (mengi).

14) Sulit untuk konsentrasi dan berbicara.

c. Bronkitis

Adalah penyakit sistem pernafasan karena suatu peradangan pada


cabang tenggorok (bronchus : saluran udara ke paru-paru). Penyakit
ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia
lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Gejala:

1) Batuk-batuk disertai lendir berwarna kuning keabu-abuan atau


hijau

2) Sakit pada tenggorokan

3) Sesak napas

4) Hidung beringus atau tersumbat

5) Sakit atau rasa tidak nyaman pada dada


16

6) Kelelahan

2. Penyakit infeksi oral


Guru juga dapat mengalami gangguan penyakit infeksi oral, antara lain:
a. Gingivitis
b. Thrush (kandidiasis: moniliasis)
c. Herpes simplek virus
d. Stomatitis apthosa/sariawan
3. Masalah mulut dan gigi
Macam-macam penyakit mengenai mulut dan gigi antara lain:
a. Bau mulut
Bau mulut dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
konsumsi makanan yang berbau tajam, atau disebabkan oleh adanya
plak, karang gigi, gigi berlubang, infeksi pada gigi, atau penyakit
umum lainnya.
b. Plak gigi
Sisa-sisa makanan yang bercampur dengan air ludah akan
membentuk lapisan tipis sebagai tempat menempelnya bakteri. Bila
dibiarkan, bakteri akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi
sehingga membentuk plak. Plak yang dibiarkan tanpa dibersihkan
dengan sikat gigi dapat mengakibatkan gigi berlubang.
c. Radang gusi
Masih berhubungan dengan plak gigi, antara lain disebabkan
penumpukan plak gigi yang mengandung banyak bakteri dan
menyebar ke daerah gusi dan mengakibatkan peradangan. Faktor
lainnya yang dapat menyebabkan radang gusi antara lain adanya
karang gigi dan faktor-faktor kesehatan umum lainnya.
d. Gigi berlubang
Terjadi akibat aktivitas bakteri yang melunakkan jaringan keras gigi
sehingga membentuk rongga. Jenis-jenis gigi berlubang: gigi
berlubang yang hanya kena pada lapisan gigi luar, gigi berlubang
yang sudah kena lapisan dentin, dan gigi berlubang yang sudah kena
jaringan pulpa.
e. Gusi bengkak
Antara lain disebabkan abses karena adanya infeksi bakteri yang
mampu membentuk nanah.
f. Gigi ompong
17

Suatu keadaan dimana gigi tidak terdapat lagi atau terlepas dari
tulang rahang, misalnya setelah pencabutan gigi.
g. Gigi bungsu
Adalah gigi yang tumbuh pada usia dewasa, dan pertumbuhan yang
terhambat dapat menimbulkan rasa sakit. Gigi impaksi adalah suatu
keadaan dimana gigi mengalami kesulitan dalam pemunculannya.
Muncul sebagian saja pada permukaan gusi dan terkadang posisinya
terhalang oleh gigi lain dan/atau jaringan lunak.

Penyakit yang disebutkan di atas adalah penyakit yang disebabkan oleh


masalah gigi. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan control ke
dokter gigi. Sebagian besar orang akan pergi ke dokter gigi bila sudah
merasakan sakit gigi yang tidak tertahankan. Sebaiknya secara rutin kita
melakukan kontrol gigi minimal 6 bulan sekali agar masalah-masalah
yang terjadi pada gigi kita dapat segera diketahui dan diatasi. Perawatan
gigi yang baik tentu saja memerlukan kerjasama yang baik antara
pasien dan dokter.

4. Gastritis.
Penyakit ini banyak dijumpai di masyarakat tak terlepas guru juga
banyak yang mengalaminya karena pola makan yang tidak teratur, kita
selama ini mengenalnya sebagai sakit maag, dalam dunia kesehatan
dikenal sebagai penyakit lambung atau dyspepsia. Sebagai salah satu
organ saluran pencernaan, lambung berfungsi untuk menyimpan
makanan dan mencerna makanan tersebut menjadi bagian yang lebih
halus untuk diteruskan ke organ cerna lainnya. Gejala yang dirasakan
berupa nyeri di ulu hati, mual, muntah, lambung terasa penuh, kembung,
sering sendawa.
Penyebab:
1) Makanan yang mengandung kadar asam tinggi (makanan bercuka
atau buah-buah-buahan telalu asam).
2) Makanan yang terlalu pedas.
18

3) Efek samping penggunaan obat-obatan pereda rasa sakit, seperti


ibuprofen, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS).

G. Profesionalisme Guru
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata
lain, pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya.
Membedah aspek profesionalisme guru berarti mengkaji kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi dapat diartikan sebagai
pengetahuan keterampilan dan kemampuan dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilkau
kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Aspek atau ranah
yang ada dalam kompetensi yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(understanding), kemampuan (skill), nilai, sikap, dan minat (interest).
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat
dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi: kompetensi intelektual,
kometensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi
spiritual. Standar kompetensi guru meliputi empat komponen, yaitu: 1)
pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan potensi, 3) penguasaan akademik,
4) sikap kepribadian.
19

Berkaitan dengan kompetensi ada sepuluh kompetensi yang harus


dimiliki oleh seorang guru, yaitu: kemampuan menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan, kemampuan mengelola program belajar mengajar, kemampuan
mengelola kelas, kemampuan menggunakan media/sumber belajar,
kemampuan menguasai landasan-landasan pendidikan, kemampuan mengelola
interaksi belajar mengajar, kemampuan menilai prestasi siswa untuk
kependidikan pengajaran, kemampuan mengenal fungsi dan program
pelayanan bimbingan dan penyuluhan, kemampuan mengenal dan
menyelenggarakan administrasi pendidikan, kemampuan memahami prinsip-
prinsip dan menerapkan hasil-hasil penelitian guna keperluan mengajar.
Sujanto (2007: 90-91) dalam bukunya “Guru Indonesia dan Perubahan
Kurikulum” menyebutkan bahwa guru disebut profesional apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. Guru selalu membuat perencanaan mengajar yang konkret dan rinci yang
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini
sebenarnya sudah biasa dilakukan guru karena sekalipun format berubah-
ubah, pada prinsipnya persiapan mengajar guru sudah diwajibkan sejak
lama.
2. Guru berusaha menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan
guru sebagai pelayan, fasilitator, dan mitra siswa agar siswa dapat
mengalami proses belajar bermakna.
3. Guru dapat bersikap kritis, teguh dalam membela kebenaran dan bersikap
inovatif.
4. Guru juga bersikap dinamis dalam mengubah pola pembelajaran (peran
siswa, peran guru dan gaya mengajarnya).
5. Guru juga berani meyakinkan pihak lain baik itu kepala sekolah, orangtua
dan masyarakat tentang rancangan inovasi yang akan dilakukan, dengan
argumentasi logis-kritis.
6. Guru harus kreatif membangun dan menghasilkan karya pendidikan
seperti: tulisan ilmiah, pembuatan alat bantu belajar, menganalisis bahan
ajar, organisasi kelas dan sebagainya.
Jika dilihat dari karakteristik guru profesional di atas, dapat disimpulkan
bahwa untuk menjadi guru profesional, guru harus memiliki kompetensi yang
memadai. Guru harus pintar, cerdas, kritis, kreatif dan inovatif. Untuk
20

mencapai itu semua, guru meskipun sudah menyandang gelar sebagai “Guru”
tetaplah harus belajar sebagaimana istilah lama mengatakan “Belajar dari
buaian hingga ke liang lahat” atau bisa dikenal juga dengan konsep belajar
seumur hidup. Dengan belajar, guru dapat mencapai dan memenuhi
karakteristik-karakteristik guru profesional yang telah dijabarkan di atas.
Seiring dengan tuntutan mutu pendidikan, maka pemerintah dewasa ini
membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kualifikasi,
kompetensi, dan sertifikasi guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, serifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidian nasional.
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
program diploma empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Sedangkan, sertifikasi profesi guru
adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi
standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya
peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru
sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu
pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
Guru dalam jabatan adalah guru PNS dan Non PNS yang sudah mengajar
pada satuan pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun masyarakat, dan sudah mempunyai perajanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama. Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan
melalui uji kompetensi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan uji kompetensi
tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Guru yang lulus dalam
penilaian portofolio akan mendapatkan sertifikat pendidik. Sedangkan guru
yang belum lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru diberi kesempatan
untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus.
21
16

BAB III
SIMPULAN & SARAN

A. Simpulan
Guru adalah orang yang digugu dan ditiru. Secara sempit guru adalah
orang yang mengajarkan pelajaran di sekolah, namun secara luas guru dapat
diartikan semua orang yang mengajarkan segala hal di sekolah dan masing-
masing kita adalah guru. Yaitu Guru bagi bangsanya, guru bagi masyarakat,
guru bagi keluarga, guru bagi anak-anaknya, dan guru bagi dirinya sendiri.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya guru memiliki kepribadian atau etika yang
baik yang dapat dijadikan contoh oleh orang lain, baik peserta didik, keluarga,
dan masyarakatnya sebagi pedoman cara hidup yang baik.
Kepribadian guru terbentuk atas dasar pengaruh kode kelakuan seperti
yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus
menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranannya itu akan mendapat kecaman.
Sebaliknya kelakuan yang sesuai akan dimantapkan dan norma-norma
kelakuan akan diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Setiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan
ketegangan. Ketegangan tersebut tidak hanya ditentukan oleh sifat
pekerjaannya saja, melainkan juga bergantung pada orang yang melakukannya.
Seperti halnya pekerjaan atau jabatan seorang guru tidak dapat dikatakan
menjadi idaman atau panggilan bagi kebanyakan pemuda. Walaupun tugas
mulia, akan tetapi tidak selalu memberikan kepuasan yang dicari orang dalam
jabatannya.
Umumnya yang diharapkan guru dari jabatannya diantaranya keuntungan
ekonomis, imbalan, finansial, gaji atau uang. Status, kedudukan yang terhormat
dalam masyarakat, penghargaan yang mempertinggi harga-diri dihadapan
orang lain. Otoritas, kewibawaan, kekuasaan atas orang lain, mengatur orang
lain, merasa diri “bos”, dapat memerintah orang lain, dalam hal ini adalah
siswa dan status profesional.
Guru disebut profesional apabila memiliki karakteristik yaitu selalu
membuat perencanaan mengajar yang konkret dan rinci, berusaha
menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru fasilitator, dapat
16

bersikap kritis, teguh dalam membela kebenaran dan bersikap inovatif,


bersikap dinamis dalam mengubah pola pembelajaran, berani meyakinkan
pihak lain (kepala sekolah, orangtua dan masyarakat) tentang rancangan
inovasi yang akan dilakukan, kreatif membangun dan menghasilkan karya
pendidikan.

B. Saran
Dengan adanya makalah tentang “Kepribadian Guru” untuk para
pembaca, selain membaca dari apa yang ditulis dalam makalah ini diharapkan
pembaca juga mencari sumber lain untuk menambah dan memperluas
pengetahuan serta wawasannya mengenai materi makalah ini. Kemudian untuk
para mahasiswa khususnya mahasiswa di PGSD sangat diharapkan untuk
membaca tulisan ini guna memperluas pengetahuan dan wawasannya, sehingga
setelah mempunyai bekal mengenai “Kepribadian Guru”, diharapkan dapat
mengimplementasikannya suatu saat di lapangan agar dapat memperbaiki mutu
pendidikan di masa yang akan datang agar lebih baik dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnandar. (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pres.

Nasution. (2011). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sujanto, B. (2007). Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum Mengorek


Kegelisahan Guru. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Nugraha, A. (2011) Ketegangan dalam Profesi Guru. [Online]. Tersedia di:


http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/11/ketegangan-dalam-
profesi-guru.html [Diakses 08 Mei 2015 Pukul 08.33 PM]

17
25

LAMPIRAN

1. Print out power point untuk presentasi


26

2. Scan cover buku yang dipakai


27
28

3. Laporan kinerja kelompok

No Nama Rincian Tugas % Pelaksanaan Tugas


1. Cindi Octaviani Mencari materi bagian 25%
ciri-ciri stereotip guru
29

dan memilih jabatan


guru
2. Fahmi Fauzi Mencari materi bagian 25%
pribadi guru dan
perkembangan guru
3. Fauziatun Nazilah Mencari materi bagian 25%
ketegangan dalam
profesi keguruan dan
gangguan fisik &
mental guru.
4. Siti Patimah Mencari materi bagian 25%
profesionalisme guru,
membuat makalah
Jumlah % 100 %

Anda mungkin juga menyukai