Anda di halaman 1dari 4

RESUME

BIMBINGAN DAN KONSELING

“Eksistensi dan Kedudukan BK di Sekolah Berdasarkan Landasan Yuridis Formal dan


Yuridis Informal”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Daharnis, M.Pd., Kons

Lisa Putriani, M.Pd., Kons.

Oleh :

Nurul Ainy Jovanda (22129195)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
Eksistensi dan Kedudukan BK di Sekolah Berdasarkan Landasan Yuridis Formal dan
Yuridis Informal

A. Eksistensi dan Kedudukan Bk di Sekolah


Bimbingan konseling adalah sebuah layanan yang diperuntukan bagi siswa-
siswi disekolah sebagai wadah perkembangan siswa kearah yang lebih baik dan juga
sebagai layanan apabila siswa bermasalah. Lantas di layanan bimbingan konseling
pasti ada guru bimbingan konseling, yang mana beliau harus dituntut professional dan
juga bertanggung jawab atas segala tugasnya. Dibalik eksistensi tersebut sekarang ini
juga sudah adanya landasan yuridis formal (Undang-undang No. 20 Tahun 2003,
Permendikbud No 111 Tahun 2014) dan informal yang berisikan untuk meningkatkan
sistem BK tersebut.
Ditinjau dari segi psikologis, sebenarnya peserta didik adalah pribadi yang
sedang berkembang menuju ke masa kedewasaannya. Proses perkembangan itu jelas
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam
dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika kedua faktor
tersebut saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal
harus ada asuhan yang terarah. Asuhan yang terarah dalam proses belajar sering
disebut dengan pengajaran.
B. Ladasan Yuridis Formal (Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Permendikbud
No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling)
Pada tanggal 8 Oktober 2014 ditandatangani Permendikbud No. 111 tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud ini menjadi
rujukan penting, khususnya bagi para guru Bk/ konselor dalam menyelenggarakan
dan mengadministrasikan layanan Bimbingan BK di sekolah. Hal yang dianggap baru
dari kehadiran Peraturan Menteri ini yaitu secara resmi mulai diterapkannya pola
Bimbingan dan Konseling Komprehensif, sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6
ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan Konseling
memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan
peminatan dan perencanaan individual; (c) layanan responsif; dan (d) layanan
dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014).
Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram
berdasarkan asesmen kebutuhan (need assesment) yang dianggap penting (skala
prioritas) dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta
didik harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara terencana, teratur,
dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas selama 2 ( dua ) jam
pembelajaran per minggu setiap kelas secara rutin terjadwal.

C. Landasan Yuridis Informal (Psikologis, Sosial, IPTEK, dan Globalisasi)

1. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan. Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai
oleh konselor adalah tentang : (a) Motif dan motivasi; (b) Pembawaan dan
lingkungan, (c) Perkembangan individu; (d) Belajar; dan (e) Kepribadian.
2. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu
pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.
Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-
pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya.
Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis
dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
4. Landasan Globalisasi
Landasan ini berhubungan dengan eksistansi guru BK untuk menjadikan anak
didiknya sebgai anak didik yang berlandasan dan mengikuti globalisasi. Namun
landasan globalisasi ini juga dapat menghambat atau memantau siswa agar tidak
terbawa akan arus globalisasi yang isfatnya dapat merusak peserta didiknya.
Karena peserta didik yang masih duduk dikalangan sekolah dapat dengan mudah
terpengaruh dengan perkembangan globalisasi.

KESIMPULAN

Guru BK merupakan ujung tombak dalam menerapkan penguatan pendidikan


karakter lebih dalam, guru BK semestinya dapat memberikan masukan bagaimana
seharusnya pendidikan karakter itu dapat diterapkan. Pelayanan BK yang
diberikan dapat mengantarkan peserta didik agar sukses, serta dengan strategi
layanan BK yang diberikan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.
Layanan BK di sekolah kini telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal
yang lebih kokoh, yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan per
tanggal 8 Oktober 2014.
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat
diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan
dan konseling perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1)
landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4)
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai