Landasan Yuridis Formal (Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Permendikbud No. 111 tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling)
Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya layanan BK di sekolah kini telah memperoleh
dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang
ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014. Permendikbud
ini menjadi rujukan penting, khususnya bagi para Guru BK/ Konselor dalam menyelenggarakan dan
mengadministrasikan layanan Bimbingan BK di sekolah. Hal yang dianggap baru dari kehadiran
Peraturan Menteri ini yaitu secara resmi mulai diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling
Komprehensif, sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
“Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a)
layanan dasar; (b) layanan peminatan dan perencanaan individual; (c) layanan responsif; dan (d)
layanan dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014) Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan
secara terprogram berdasarkan asesmen kebutuhan (need assesment) yang dianggap penting (skala
prioritas) dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta didik harus
mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara terencana, teratur, dan sistematis serta sesuai
dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk
kelas selama 2 ( dua ) jam pembelajaran per minggu setiap kelas secara rutin terjadwal.
KESIMPULAN
Guru BK merupakan ujung tombak dalam menerapkan penguatan pendidikan karakter lebih
dalam, guru BK semestinya dapat memberikan masukan bagaimana seharusnya pendidikan karakter itu
dapst diterapkan. Pelayanan BK yang diberikan dapat mengantarkan peserta didik agar sukses, serta
dengan strategi layanan BK yang diberikan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.
Layanan BK di sekolah kini telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh,
yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014.
Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan
memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas
landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan
sosial-budaya, dan (4) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.