Oleh :
BAB 1 PENDAHULUAN
Mengamati perilaku anak berkebutuhan khusus tidak dapat di lakukan secara sepintas
dan juga sulit untuk dibuat generalisasi dari satu kasus dengan kasus lainnya. Ciri – ciri
perilaku anak autis merentang dalam tiga simpton dengan sejumlah ciri – ciri berprilaku,
yaitu: (1) rentang perhatian yang kurang, gerakan yang kacau, cepat lupa , mudah bingung,
kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas – tugas atau kegiatan bermain (2)
impulsivitas yang berlebihan, dan (3) adanya hiperaktivitas (emosi gelisah, mengalami
kesulitan bermain dengan tenang , mengganggu anak lain, dan selalu bergerak) (Baihaqi &
sugiarmin, 2006:8).
A. Model Rasional
1. Kerangka Pikir Pengembangan Model Rasional
Secara kontekstual, dapat dijelaskan bahwa penggunaan tehnik bermain
peran untuk mengembangkan keterampilan sosial pada anak high functioning
autism di sekolah dasar inklusif, memiliki dua nilai relevansi. Pertama, konteks
sekolah dasar inklusif memberikan peluang yang luas bagi guru/konselor dalam
menggunakan kelompok campuran (mix partisipan) antara anak High Functioning
Autism dengan peserta didik reguler sebagai media kegiatan konseling kelompok
dengan sasaran konseling adalah anak High Functioning Autism. Kegiatan
bermain peran dalam kelompok campuran memberikan nilai fungsional bagi
konselor untuk menjadikan kegiatan kelompok sebagai upaya penataan
lingkungan yang kondusif bagi proses melatih dan mengembangkan keterampilan
sosial anak High Functioning Autis. Kedua, konteks sekolah dasar inklusif masih
relevan untuk mengajak peserta didik melakukan pemeranan, karena karakteristik
peserta didik di jenjang sekolah dasar masih memungkinkan untuk melakukan
aktivitas bermain secara terstruktur.
Berdasarkan paparan diatas, maka penggunaan model konseling kelompok
dengan tehnik bermain peran untuk mengembangkan keterampilan sosial anak
High Functioning Autism di sekolah dasar inklusif yang dikembangkan dalam
penelitian ini, memiliki kekuatan konseptual, kontekstual, dan teknikal untuk di
laksanakan.
2. Tujuan
Tujuan dari pengembangan model konseling kelompok dengan tehnik bermain
peran untuk mengembangkan keterampilan sosial pada anak High Functioning
Autism di sekolah dasar inklusif, yang dirumuskan ini sebagai berikut.
a. Memberikan landasan pengetahuan bagi guru-guru di sekolah dasar inklusif
tentang kerangka pikir, prinsip, dan langkah-langkah penggunaan tehnik
bermain peran dalam kegiatan konseling kelompok.
b. Memberikan panduan bagi guru-guru di sekolah dasar inklusif dalam
mengimplementasikan program konseling kelompok dengan tehnik bermain
peran untuk mengembangkan keterampialn sosial bagi anak High Functioning
Autism.
c. Memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial bagi anak High Functioning
Autism melalui tehnik penggunaan bermain peran dalam kegiatan konseling
kelompok di sekolah dasar inklusif.
3. Asumsi Model
Pelaksanaan konseling kelompok dengan tehnik bermain untuk
mengembangkan keterampilan sosial pada anak High Functioning Autism di
sekolah dasar inklusif, didasarkan pada asumsi sebagai berikut.
a. Penyusunan materi dan pemeranan dalam konseling kelompok ini di
dasarkan pada hasil asesmen (penilaian awal) tentang perilaku anak
High Functioning Autism, yang dalam hal ini asesmen tentang profil
keterampilan sosial anak High Functioning Autism.
b. Pelaksanaan konseling kelompok dengan tehnik bermain peran di
sekolah dasar inklusif, akan lebih efektif di laksanakan dalam
kelompok campuran (mix partisipant) anak High Functioning Autism
dengan peserta didik reguler.
c. Pelaksanaan konseling kelompok dengan tehnik bermain peran di
sekolah dasar inklusif, akan lebih efektif apabila didukung oleh
konselor atau guru yang memiliki pemahaman filosofis, konseptual,
dan tehnik operasional.
d. Penyelenggaraan konseling kelompok merupakan bagian integral dari
proses pembelajaran, sehingga sebaiknya guru memanfaatkan temuan-
temuan kontekstual dalam pembelajaran yang memerlukan layanan
konseling kelompok.
4. Target Intervensi
Secara umum target dari model konseling kelompok dengan bermain peran
ini adalah meningkatnya keterampilan sosial pada anak High Functioning Autism
di sekolah dasar inklusif.
Ada lima target behavior yang menjadi tolak ukur keterampilan sosial pada
anak High Functioning Autism dalam konseling kelompok ini, yaitu sebagai
berikut.
a. Meningkatkan kemampuan peer acceptance yang di tunjukan dengan
perilaku kemauan untuk memberikan salam dan menyala
b. Meningkatnya keterampilan berkomunikasi yang ditunjukan dengan
perilaku kemauan untuk memberikan perhatian dalam pembicaraan
c. Meningkatnya kemauan perilaku interpersonal yang ditunjukan dengan
perilaku kemauan untuk memberikan bantuan
d. Meningkatnya kemampuan perilaku personal yang ditunjukan dengan
perilaku kemauan untuk menghadapi kendala/kesulitan
e. Meningkatnya kamampuan perilaku yang berkaitan dengan tugas
akademis yang ditunjukan dengan perilaku kamauan untuk
mendengarkan materi pelajaran
5. Komponen Model
Model komponen kelompok dengan tehnik bermain yang dirumuskan dalam
penelitian ini, terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
a. Komponen Lnadasan
Model komponen kelompok dengan menggunakan tehnik bermain
peran yang dirumuskan ini memiliki landasan empirik, konseptual, filosofis
yang kuat sebagai sebuah model konseling kelompok yang dapat digunakan
untuk mengembangkan keterampilan sosial pada anak high functioning autism
di sekolah dasar inklusif.
b. Komponen Program
Program layanan konseling kelompok dengan tehnik bermain peran ini
dalam mengimplementasinya melibatkan guru kelas sebagai mitra peneliti,
yang kemudian di konseptualisasikan dalam strategi kolaborasi. Hal ini di
lakukan dengan pertimbangan supaya guru kelas dapat memahami tahapan
pelaksanaan konseling kelompok dengan menggunakan tehnik bermain peran
dalam upaya mengembangkan keterampilan sosial anak high functioning
autism.
c. Langkah-langkah Model
Implementasi model konseling kelompok dengan tehnik bermain peran
ini dilaksanakan dalam langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tahap kesatu; asesmen keterampilan sosial pada anak high
functioning autism
2) Tahap kedua; identifikasi permasalahan, potensi, dan pemeranan
3) Tahap ketiga; pelaksanaan tehnik bermain peran
d. Kompetensi Konselor
Kompetensi konselor dalam melaksanakan konseling kelompok
dengan tehnik bermain peran untuk mengembangkan keterampilan sosial pada
anak high functioning autism, di sekolah dasar inklusif meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1) Mampu menyusun pedoman pengamatan untuk mengungkap perilaku awal
dari peserta didik yang dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial
pada anak high functioning autism di sekolah dasar inklusif
2) Mampu melaksanakan pengamatan dengan menggunakan pedoman
pengamatan yang telah disusun untuk mengungkap perilaku awal peserta
didik yang dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial pada anak high
functioning autism di sekolah dasar inklusif.
3) Mampu melaksanakan konseling kelompok dengan menggunakan tehnik
bermain peran, dengan sub kompetensi
e. Evaluasi Indikator Keberhasilan
Indikator dari keterampilan sosial pada anak high functioning autism
yang dikembangkan melalui penggunaan model konseling kelompok dengan
tehnik bermain peran ini, meliputi lima indikator sebagai berikut.
1) Meningkatnya kemampuan perilaku yang berkaitan dengan peer
acceptance yang ditunjukan dengan perilaku kamauan untuk
memberikan salam dan menyapa
2) Meningkatnya kamampuan perilaku yang berkaitan dengan
keterampilan komunikasi yang ditunjukan dengan perilaku
kemauan untuk memberikan perhatian dalam pembicaraan
3) Meningkatnya kemampuan perilaku interpersonal yang ditunjukan
dengan perilaku kemauan untuk memberikan bantuan
4) Meningkatnya kemampuan perilaku personal yang ditunjukan
dengan perilaku kemauan untuk menghadapi kendala/kesulitan
5) Meningkatnya kemampuan perilaku yang berkaitan dengan tugas-
tugas akademis yang ditunjukan dengan perilaku kemauan untuk
mendengarkan materi pelajaran
f. Pengembangan Staf
Pengembangan staf yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi
para guru kelas tentang pemahaman filosofis, konseptual, dan tehnik
operasional tentang konseling kelompok dengan tehnik bermain peran pada
sasaran anak high functioning autism, dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut.
1) In House Training
2) Workshop
3) Praktik Konseling Kelompok Terbimbing