Pendidik sangat memegang peranan penting agar proses pendidikan terhadap siswa
di sekolah berjalan maksimal dan optimal. Sebutan pendidik ini, tak hanya guru kelas
dan guru bidang studi, tetapi jugatermasuk didalamnya guru Bimbingan dan Konseling
(BK) atau seringkali disebut konselor. Melihat perjalanan BK di sekolah memang sama-
sama kita akui mengalami jalan yang bisa dikatakan berat. Eksistensi BK pernah juga
dipandang sebelah mata, sehingga bentuk kinerjanya tak diapresiasi oleh beberapa pihak.
Kualifikasi guru BK pun sempat dipertanyakan karena adanya beberapa sekolah sekedar
mengambil guruguru bidang studi yang secara garis besarnya tak pernah memperoleh
wawasan, kepengetahuan, dan keterampilan tentang BK. Malah BK di sekolah pernah
mendapatkan perhitungan tak positif dengan menyebut guru BK sebagai “polisi sekolah”.
Pekerjaan BK yang diidentikkan dengan “menghukumi” siswa-siswa yang diperkirakan
bermasalah menguatkan pernyataan itu. Padahal BK tak hanya berfungsi mengatasi
permasalahan yang dihadapi siswa.
Peran guru BK di sekolah sangat penting. Proses pendidikan di sekolah tentu saja
tak sekadar memberikan materi pelajaran eksata maupun non-eksata dan mengasah
keterampilan, tetapi juga membangun kepribadian siswa dimanapun ia berada. Guru BK
di sekolah dapat memberikan layanan agar siswa memiliki konsep diri yang sangat jelas.
Layanan BK yang diberikan kepada siswa tak hanya menyangkut persoalan belajar dan
sosial. Layanan BK juga menyangkut persoalan pribadi, karir, dan sebagainya. Dengan
adanya BK di sekolah, siswa harapannya dapat mengenal dan memahami dirinya untuk
dapat mengaktualisasikan dirinya demi mencapai kehidupan yang bermakna. Di tengah
tantangan mendidik siswa di sekolah, keberadaan dan layanan BK di sekolah tentu saja
perlu mendapatkan perhatian yang sangat optimal. Optimalisasi untuk layanan BK di
sekolah perlu dilakukan dengan kehadiran guru BK yang mampu menunjukkan unjuk
kerja secara profesional. Bagaimana pun, siswa tak sekadar mendapatkan materi
pelajaran di sekolah. Layanan bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial,
bimbingan karir maupun bimbingan lainnya harapannya bisa berjalan baik.
Selanjutnya di dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa konselor termasuk ke dalam kategori pendidik.
Berdasarkan Undang-Undang di atas secara eksplisit menunjukkan bahwa konselor
adalah pendidik yang tugas utamanya: pertama, mewujudkan suasana belajar, dan kedua,
mewujudkan suasana pembelajaran. Suasana belajar yang dimaksud adalah kondisi yang
terjadi pada diri klien yang menjalani proses konseling. Suasana belajar yang efektif
pada diri klien dapat diwujudkan melalui proses konseling yang efektif.
SK Menpan Nomor 64/1993 (Pasal 3) disebutkan tugas pokok guru adalah: (1)
menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi belajar,
analisis hasil evaluasi belajar, serta menyusun program perbaikan dan pengayaan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. (2) Menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis
hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap
peserta didik yang menjadi tangung jawabnya.
SKB Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan nomor 25 Tahun 1993
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 (4):
Guru Pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta
didik.
Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan dapat dikata bermutu
adalah pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara
efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan
kurikulum, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling) (Samsul dan
Nurihsan, 2005).