Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik pengalaman Lapangan (PPL) merupakan media bagi mahasiswa

untuk mengaplikasikan dasar profesi. Dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP), Praktik Pengalaman Lapangan diaplikasikan dalam bentuk

praktik mengajar dan kegiatan edukasional lainnya di lembaga sekolah.

Berdasarkan cetusan undang-undang profesi yang disahkan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) tanggal 6 Desember 2005, guru ditetapkan sebagai

profesi. Dengan demikian pekerjaan guru selain harus mempunyai nilai tawar

yang tinggi seperti profesi dokter dan professional lainnya, guru harus

mempunyai kompetensi yang dapat diandalkan.

Praktik Pengalaman Lapangan yang dilakukan mahasiswa merupakan

salah satu agar mahasiswa mendapatkan pengalaman profesi yang dapat

diandalkan. Dalam PPL mahasiswa akan dihadapkan pada kondisi riil aplikasi

bidang keilmuan, seperti kemampuan mengajar, kemampuan bersosialisasi dan

bernegosiasi, dan kemampuan manajerial kependidikan lainnya.

Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan,

PPL tidak hanya kegiatan mengajar yang harus ditempuh oleh mahasiswa, tetapi

juga menyangkut berpartisipasi, membangun, atau mengembangkan potensi

pendidikan di mana ia berlatih. Partisipasi tersebut dapat berupa keterlibatan

mahasiswa dalam kegiatan ekstra seperti pembuatan atau pengembangan majalah

sekolah, teater, penulisan kreatif, kelompok diskusi dan sebagainya.

1
Mengingat pentingnya kegiatan PPL, perlu adanya rambu-rambu yang

mengatur pelaksanaannya. Rambu–rambu tersebut Berdasarkan cetusan undang-

undang profesi yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tanggal 6

Desember2005, guru ditetapkan sebagai profesi. Dengan demikian pekerjaan guru

harus selain harus mempunyai nilai tawar yang tinggi seperti profesi dokter dan

professional lainnya, guru harus mempunyai kompetensi yang dapat diandalkan.

Rambu-rambu ini dibuat bukan untuk membatasi kegiatan PPL, tetapi

sebagai pedoman agar tujuan PPL benar-benar dapat dicapai dan tepat sasaran

agar mahasiswa dapat medapatkan pengalaman profesi yang dapat diandalkan

sesuai bidang dan keahliannya Bidang Keilmuan, seperti kemampuan mengajar,

kemampuan bersosialisasi, dan bernegosiasi, serta kemampuan manajerial

kependidikan lainnya. Sehingga seorang guru menjadi harapan kedepannya untuk

menentukan masa depan bangsa melalui pendidikan dan pengabdiannya.

Pada dasarnya Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bersifat terpadu dan

melatih antara pengetahuan, teori, praktek, yang berasal dari disiplin ilmu, selain

itu PPL juga dapat menumbuhkan, mengembangkan, dan membina kemampuan

diri sebagai calon guru pembimbing. Sebelum melaksanakan PPL, mahasiswa

melakukan kegiatan observasi yang merupakan langkah awal agar pelaksanaan

selanjutnya dapat berjalan dengan lancar.

B. Pengertian

Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari suatu program

institusional yang disajikan di lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan

sekolah tertentu. Bila diperhatikan faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya

2
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau lembaga pendidikan, maka

nampaknya kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya merupakan

keharusan, tetapi juga menuntut suatu lembaga dan tenaga profesional dalam

pengelolaannya.

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai

salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong

belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003

pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor memiliki

keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan

kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir

yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.

Dalam Permendiknas No. 27/2008 ditegaskan bahwa:

Kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan

bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah

melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam

Konteks otentik pendidikan profesi konselor yang berorientasi pada pengalaman

dan kemampuan praktik lapangan.

Pengalaman yang dimaksudkan adalah mulai dari observasi dalam rangka

pengenalan lapangan, latihan keterampilan dasar penyelenggaraan konseling,

latihan terbimbing (supervised practice) yang kemudian terus meningkat menjadi

latihan melalui penugasan terstruktur (self managed practice) sampai dengan

latihan mandiri (self initiated practice) dalam program pemagangan. Semua proses

itu berlangsung dibawah pengawasan dosen pembimbing dan konselor pamong.

3
Salah satu upaya penting untuk menajamkan kompetensi calon konselor

adalah pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konselor

(PPLBK). Melalui PPLBK mahasiswa akan mendapatkan pengalaman

tersupervisi bagi mahasiswa calon konselor untuk menerapkan kecakapan,

pengetahuan, keterampilan, yang diperoleh di bangku kuliah pada latar dan situasi

nyata di sekolah agar mereka dapat berkembang menjadi konselor yang efektif.

Kegiatan PPLBK merupakan ajang proses pembelajaran dalam menerapkan

wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap melalui berbagai kegiatan

pelayanan professional konseling yang disesuaikan dengan tuntutan

perkembangan dan permasalahan peserta didik dalam kehidupan di sekolah.

Penyelenggaraan PPLBK di sekolah ini di dasari beberapa pertimbangan

yakni: Pertama, Sejalan dengan dua konsep pendidikan yang berkembang dewasa

ini, yaitu pendidikan sepanjang hayat dan pendidikan untuk semua, Direktorat

Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional, dalam buku Dasar Standarisasi Profesi

Konseling, menegaskan bahwa pelayanan bimbingan konseling sebagai bagian

integral pendidikan dituntut untuk melakukan reorientasi pelayanan menjadi

konseling sepanjang hayat dan konseling untuk semua. Dengan demikian,

pelayanan bimbingan dan konseling akan mencakup pelayanan, baik di latar

sekolah maupun di luar sekolah. Kedua, Kompetensi dasar kelulusan yang

menjadi tujuan institusional dan tercakup dalam kurikulum Jurusan Bimbingan

dan Konseling, mencakup kemampuan melaksanakan pelayanan bimbingan

konseling pada bidang-bidang problem pribadi, pembelajaran, kehidupan sosial,

4
perencanaan karir, kehidupan keluarga, dan perilaku keberagaman. Kompetensi-

kompetensi tersebut juga dibutuhkan dan dapat ditransfer untuk diterapkan pada

pelayanan peserta didik atau konseli di latar luar sekolah.

Program studi Bimbingan dan Konseling mempunyai tugas menyiapkan

dan menghasilkan guru pembimbing yang memiliki nilai dan sikap serta

pengetahuan dan keterampilan yang profesional. Dengan kemampuan tersebut

diharapkan alumni program studi bimbingan dan konseling dapat melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya kelak sebagai guru pembimbing dalam rangka

membantu tercapainya tujuan pendidikan.

Sebelum melaksanakan program BK, mahasiswa diwajibkan

mempersiapkan bahan/materi yang sudah diberikan dan yang akan disampaikan

dengan cara berkonsultasi terlebih dahulu pada guru pembimbing dan ada materi

atau buku yang sudah dipersiapkan oleh pihak sekolah yang sudah memiliki

silabus dan kurikulum yang sudah diterapkan disekolah mengenai BK, dan

disamping itu juga untuk menyelaraskan antara program BK dengan program

yang akan disampaikan mahasiswa PPL kepada peserta didik.

C. Tujuan Kegiatan PPL-BK

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penyelenggaraan PPL-BK adalah memberi pengalaman

belajar langsung dan nyata secara tersupervisi kepada mahasiswa untuk dapat

menerapkan dan mengembangkan kompetensi profesional dalam melaksanakan

pelayanan bimbingan konseling di sekolah sesuai Standar Prosedur Operasional

(SPO) profesi konseling. Melalui rangkaian kegiatan pengalaman dan tugas

5
belajar selama pelaksanaan PPLBK, mahasiswa diharapkan dapat lebih menguasai

berbagai keterampilan dan kompetensi profesional dengan calon konselor.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penyelenggaraan PPLBK adalah agar mahasiswa dapat

menunjukkan kemampuan dan keterampilan dalam:

a. Mengenal secara cermat lingkungan fisik, administrasi, akademik, dan social

psikologis sekolah.

b. Melakukan assessment kebutuhan (need assessment) dalam rangka

penyusunan program kerja bimbingan dan konseling disekolah.

c. Menyusun program bimbingan dan konseling yang komprehensif sesuai

dengan kebutuhan, tugas perkembangan dan permasalahan peserta didik atau

konseli disekolah.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL).

e. Menyiapkan dan mengembangkan dukungan sistem bagi kelancaran

pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.

f. Melaksanakan berbagai jenis atau bentuk layanan bimbingan dan konseling

baik individual, kelompok, maupun kalsikal.

g. Mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan bimbingan dan

konseling yaitu meliputi penilaian segera, penilaian jangka pendek, dan

penilaian jangka panjang.

h. Menyusun laporan akhir pelaksanaan program layanan bimbingan dan

konseling.

6
A. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan PPLBK

Adapun Tempat dan Waktu Pelaksanaan PPLBK Universitas Borneo

Tarakan :

Tempat : SMP Negeri 7 Tarakan

Waktu Pelaksanaan : November 2016 s/d Februari 2017

7
BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Profil Sekolah

1. Sejarah Sekolah

SMP Negeri 7 Tarakan awalnya merupakan Sekolah Teknik, tepatnya

bernama Sekolah Teknik Negeri Tarakan (STN). Sekolah Teknik Negeri

Tarakan awal gedungnya ditempati oleh SGB (Sekolah Guru B ) atau

setingkat SMP, SGB pada waktu itu tidak dimanfaatkan maka akhir tahun

1969 awal 1970 pemerintah memanfaatkan gedung SGB menjadi STN

Tarakan. Sekolah STN Tarakan bermula dari pemberian atau hibah tanah

sebagai lokasi sekolah dari pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan pada

tanggal 25 Agustus 1956. STN Tarakan langsung dibuka oleh pemerintah

Provinsi Kalimantan Timur. Pada saat itu pemerintah langsung menunjuk

Bapak Badri Asmowidjojo sebagai kepala sekolah STN Tarakan, kemudian

yang menjadi wakil kepala sekolah adalah bapak Marjuki, Bapak Soeseno

sebagai Kepala Tata Usaha. Ketiga Bapak inilah yang termasuk pendiri dari

STN Tarakan karena beliaulah yang pertama kali mengembangkan STN

Tarakan.

Pada bulan Januari 1970 dimulai tahun ajaran baru yang pertama.

Awal bulan Januari 1970 mulai menerima siswa baru. Salah satu siswanya

bernama Djumadi dan Saiman. Kepala sekolah saat itu adalah Bapak Badri

Asmowidjojo. Beliau merupakan kepala sekolah yang pertama kali

memimpin disekolahan ini. Tahun pembelajaran dimulai pada bulan Januari

8
dan berakhir pada bulan Desember. Waktu pembelajaran dibagi dalam tiga

catur wulan. Satu catur wulan terdiri atas empat bulan.Catur wulan pertama

berawal bulan Januari sampai dengan bulan April. Catur wulan dua dimulai

bulan Mei sampai dengan bulan Agustus. Catur wulan tiga dimulai pada

bulan September sampai bulan Desember.

STN Tarakan pada awalnya membuka tiga jurusan keterampilan yaitu

Mesin Umum, Disel dan Bangunan Gedung. Selain itu, juga ada mata

pelajaran umum seperti Aljabar, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Agama, Civic (PPKN), Ilmu gaya (IPA).

Bapak Badri Asmowidjojo menjabat menjadi kepala sekolah selama

delapan tahun. Tepatnya mulai dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1978.

Awal berdirinya STN Tarakan siswanya dalam satu kelas sebanyak 32 siswa.

Pada tahun 1978 dilakukan pergantian kepala sekolah dari Bapak Badri

Asmowidjojo kepada Bapak Soekardi Tjandra Wibowo, B.Sc.

Pada tahun 1990 terjadi perubahan nama sekolah dari STN Tarakan

berubah nama menjadi SMP Keterampilan. Pada saat itu yang menjadi kepala

sekolah atas nama Bapak Darat. Beliau menjabat sebagai kepala sekolah

sampai tahun 1999. Pada tahun 1992 mengalami perubahan nama dari SMP

Keterampilan berubah menjadi SLTP Keterampilan. Pada saat berstatus

SLTP Keterampilan hanya dalam waktu yang tidak lama, saat itu yang

menjadi kepala sekolah masih dipimpin oleh Bapak Darat.

Pada tahun 1992 terjadi lagi perubahan nama sekolah melalui Surat

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0241/0/1992 tanggal

9
15 Mei 1992, maka 76 Sekolah Teknik (ST) bersama 32 Sekolah

Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP) berubah menjadi Sekolah

Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP). Perubahan ini berlaku bagi siswa

kelas satu sejak tahun pelajaran 1992/1993, Sedangkan bagi kelas dua dan

kelas tiga tetap berstatus sebagai siswa STN sampai dengan tahun pelajaran

1993/1994. Bagi siswa kelas dua menamatkan program STN Tarakan sampai

dengan tahun pelajaran 1994/1995. Maka sejak tahun pelajaran 1995/1996

sudah tidak diberlakukannya Sekolah Teknik Negeri (STN).

Setelah berubah dari STN, maka diberi nama SMP Negeri 7 Tarakan.

Tahun pembelajaran masih menggunakan catur wulan. Jumlah jam pelajaran

selama seminggu sebanyak 50 jam. Jenis dan nama mata pelajaran selayaknya

SMP pada umumnya. Jumlah mata pelajaran sebanyak sepuluh mata

pelajaran. Ada sembilan mata pelajaran umum dan tiga program

keterampilan.

Pada tahun 2000 Bapak Darat digantikan oleh Bapak Drs. Ikhsanuddin

Noor. Status sekolah masih tetap, SMP Negeri 7 Tarakan. Program

pembelajaran belum mengalami perubahan. Perubahan terjadi dalam jumlah

personal sekolah. Pada tahun 2001 personal sekolah berjumlah 64 orang.

Perincian personal sekolah sebagai berikut :

Jumlah rombongan belajar sebanyak 17 kelas dengan perincian kelas

satu empat kelas, kelas dua tujuh kelas, kelas tiga enam kelas dengan jumlah

siswa 697 siswa. Bapak Drs. Ikhsanuddin Noor menjadi kepala sekolah

10
selama dua tahun, tepatnya sampai dengan tahun 2002, dan digantikan oleh

Bapak Suharyono,SE.

Pada masa kepemimpinan Bapak Suharyono,SE status SMP Negeri 7

Tarakan maupun program pembelajaran tidak mengalami perubahan. Tiga

program keterampilan yaitu ketataniagaan, bangunan maupun pengelolaan

logam tetap diberikan kepada siswa. Jumlah kelas menjadi 16 rombongan

belajar dengan jumlah siswa sebanyak 633 siswa. Bapak Suharyono, SE

menjadi kepala sekolah SMP Negeri 7 Tarakan selama dua tahun, tepatnya

tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 Beliau digantikan

oleh Bapak Akhmad Yani, S.Pd.

Bapak Akhmad Yani, S.Pd menjadi kepala sekolah SMP Negeri 7

Tarakan hanya selama satu tahun. Beliau menjadi kepala sekolah SMP Negeri

7 Tarakan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2005. Masa jabatan kepala

sekolah di SMP Negeri 7 Tarakan yang paling singkat. Pada tahun 2005

Bapak Akhmad Yani, S.Pd digantikan oleh Bapak Drs. Mohammad Yusuf.

Selama kepemimpinan Bapak Drs. Muhammad Yusuf sebagai kepala

sekolah SMP Negeri 7 Tarakan program pembelajaran keterampilan

bangunan sudah tidak diberlakukan sejak tahun 2006. Pada tahun 2011 mata

pelajaran keterampilan logam juga tidak diberlakukan, hanya pembelajaran

keterampilan tata niaga saja yang masih diberlakukan sampai saat ini.

Pada awal bulan Februari 2011 bangunan SMP Negeri 7 Tarakan telah

dipugar sebagian saja tidak secara keseluruhan hanya bertahap. Bangunan ini

diresmikan pada tanggal 14 Desember 2013.Gedung baru digunakan sebagai

11
ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang BP,

ruang LAB Bahasa Indonesia, dan ruang wakil. Jumlah rombongan belajar

sebanyak 20 kelas dengan jumlah siswa 710 siswa sampai bulan maret 2014.

Bapak Drs. Muhammad Yusuf menjabat kepala sekolah selama sembilan

tahun, tepatnya sejak tahun 2005 sampai tahun 2014.

Pada tahun 2014 Bapak Drs. Muhammad Yusuf sebagai kepala

sekolah SMP Negeri 7 Tarakan digantikan oleh Bapak Drs. Sutomo. Tepat

pada hari sabtu tanggal 8 Februari 2014 dilakukan pelantikan kepala sekolah

SMP Negeri 7 Tarakan yang baru, yaitu Bapak Drs. Sutomo. Pelantikan

dilaksanakan di kantor Dinas Pendidikan. Bapak Drs. Sutomo merupakan

kepala SMP Negeri 7 Tarakan pertama yang perekrutannya dilakukan oleh

Dinas Pendidikan Kota Tarakan bekerja sama dengan LP2KS dengan NUKS.

13023L0011662131005929.

2. Observasi Lapangan

Hasil pengamatan selama berjalannya Praktik Pengalaman Lapangan :

1. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Tarakan

b. Alamat Sekolah : Jalan P. Diponegoro RT.01,

Kelurahan Pamusian, Kecamatan

Tarakan Tengah, Kota Tarakan,

Propinsi Kalimantan Utara, Telepon

21508,

Website:www.smpn7tarakan.com,

12
E-Mail:

smpnegeri7tarakan@gmail.com

c. Nomor Identitas Sekolah : Negeri

d. Nomor Pokok Sekolah Nasional : 30401706

e. Nomor Statistik Sekolah : 201160502012

f. Surat Keputusan Penegerian Dari : Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan pada tanggal 15 Mei 1992 Nomor: 0241/0/1992 Terhitung

Tanggal 15 Mei 1992.

g. Kepala Sekolah : Drs. Sutomo, M.Pd

2. Keadaan Fisik / Bangunan Sekolah

:13.000 m2
2
: 47.533 m

6. Ukuran Ruang Kelas : 63 m2

7. Bangunan lain yang :


2
ada : 144 m
a. Laboratorium.................................. Luasnya
2
b. Aula................................................ Luasnya : 240 m
2
c. Perpustakaan.................................. Luasnya : 88 m
2
d. Musholla........................................ Luasnya : 88 m
2
e. UKS................................................ Luasnya : 24 m
2
f. Ruang Kepala Sekolah+ WC........ Luasnya : 36 m

13
2
g. Ruang Administrasi /TU+WC.... Luasnya : 48 m
2
h. Ruang Guru +WC......................... Luasnya : 240 m
2
i. Ruang BP/BK................................. Luasnya : 24 m
2
j. Ruang Belajar/Teori....................... Luasnya : 63 m
2
k. Ruang Komputer............................ Luasnya : 120 m
2
l. Ruang Keterampilan...................... Luasnya : 240 m
2
m. Ruang Kesenian............................. Luasnya : 32 m
2
n. Koperasi.......................................... Luasnya : 88 m
2
o. Kantin............................................ Luasnya : 40 m
.
2
p. Ruang Piket/Pos jaga...................... Luasnya : 12 m
2
q. Kamar Mandi Murid....................... Luasnya : 15 m
2
r. Gudang.......................................... Luasnya : 18 m

14
3. Keadaan Lingkungan Sekolah

a. Jenis Bangunan yang Mengelilingi Sekolah

SMP Negeri 1 Tarakan, SMK Negeri 1 Tarakan, beberapa

pemukiman penduduk, dan hutan lindung.

b. Kondisi Lingkungan Sekolah

1) Kondisi dan suasana kegiatan belajar mengajar jauh dari

kebisingan masyarakat.

2) Terciptanya suasana komunikasi yang harmonis antara orang tua

siswa dan guru serta siswa disekolah.

3) Suasana sekolah yang strategis dalam pelaksanaan kegiatan

proses belajar mengajar, jauh dari pemukiman penduduk.

4) Suasana alam yang asri, hutan lindung dan taman sekolah yang

rindang sehingga tercipta suasana yang nyaman.

4. Fasilitas Sekolah

a. Ruang Kepala Sekolah : 1 buah (baik)

b. Ruang Tata Usaha : 1 buah (baik)

c. Ruang Guru : 1 buah (baik)

d. Perpustakaan : 1 buah (baik)

e. Laboraturium : 3 buah (baik)

f. Ruang BP : 1 buah (baik)

g. Ruang Kelas : 22 buah (baik)

h. Mushollah : 1 buah (baik)

i. UKS : 1 buah (baik)

15
j. Ruang Serbaguna : 1 buah (baik)

k. Ruang Tata Usaha : 1 buah (baik)

l. Ruang Keterampilan : 3 buah (baik)

m. Ruang OSIS : 1 buah (baik)

n. Lapangan Olahraga : 1 buah (renovasi)

o. Kantin : 1 buah (baik)

5. Penggunaan Sekolah

a. Jumlah sekolah yang menggunakan bangunan ini : 1 Sekolah

b. Jumlah “Shift” tiap hari : 2 Shift

Pagi

 Hari Senin–Sabtu (kecuali hari Jum’at) pukul 07.30 – 11.55

 Hari Jum’at pukul 07.30 – 11.30

Siang

 Hari Senin–Sabtu (kecuali hari Jum’at) pukul 12.30 – 17.00

 Hari Jum’at pukul 14.00-17.00

6. Guru dan siswa

a. Jumlah Guru : 40

b. Jumlah kelas : 12

c. Jumlah Siswa per kelas

 Kelas VII : ± 37 siswa perkelas

 Kelas VIII : ± 35 siswa perkelas

 Kelas IX : ± 36 siswa perkelas

16
7. Interaksi Sosial

a. Hubungan guru-guru:

Hubungan guru dengan guru terjalin silaturahmi yang

sangat baik dan erat layaknya seperti saudara, saling menghormati,

saling menghargai satu sama lain, saling tolong menolong, dan suka

bercanda bersama.

b. Hubungan guru-siswa:

Baik, namun terdapat beberapa siswa yang bersikap kurang

sopan terhadap gurunya atau bercanda dengan berlebihan. Akan tetapi,

hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk mendidik siswa menjadi

lebih baik lagi.

c. Hubungan siswa-siswa:

Baik, namun terdapat beberapa siswa yang memiliki

masalah dengan temannya dikarenakan mudah tersinggung antarsatu

sama lain.

d. Hubungan guru-pegawai Tata Usaha:

Hubungan sosial antar guru dan pegawai Tata Usaha terjalin

baik, karena adanya rasa saling menghargai dan saling menghormati

antara satu sama lain.

e. Hubungan sosial secara keseluruhan:

Hubungan sosial secara keseluruhan sangat harmonis

layaknya sebagai sebuah keluarga besar. Saling menghargai, tolong-

17
menolong, kekeluargaan dan tidak membedakan antara satu dengan

yang lain.

8. Tata Tertib

a. Untuk Siswa : Ada (terlampir)

b. Untuk Guru : Ada (terlampir)

c. Untuk Pegawai : Ada (terlampir)

9. Kesan Umum

Setelah melakukan pengamatan dan observasi, secara keseluruhan

keadaan di SMP Negeri 7 Tarakan sudah baik. Keadaan sekolah sangat

nyaman, indah, dan bersih. Selain itu ditinjau dari hubungan sosial,

hubungan antar warga sekolah sangat baik, harmonis dan kekeluargaan.

Letak SMP Negeri 7 Tarakan juga strategis karena terletak ditengah kota

dan memiliki kompleks sendiri dengan SMP Negeri 1 Tarakan dan SMK

Negeri 1 Tarakan. Proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik dan tenang. Dari segi sarana dan prasarana pun sangat baik, Fasilitas-

fasilitas sekolah seperti alat-alat atau perlengkapan di ruang Laboratorium,

dan ruang belajar lainnya sudah cukup lengkap dan memadai sehingga

semakin mendukung kegiatan proses belajar mengajar di sekolah ini.

Tidak hanya dari kondisi gedung dan fasilitas sekolah yang menjadi nilai

lebih untuk sekolah ini, kegiatan-kegiatan di SMP Negeri 7 juga memiliki

ciri khusus yang membedakan dengan sekolah-sekolah yang lain yakni

SMP Negeri 7 Tarakan menerapkan tradisi 4S (Senyum, Sapa, Salim dan

Salam).

18
B. Program Kegiatan PPL-BK

1. Orientasi

Pada tahap ini, praktikan merancang program BK dimulai dari studi

kebutuhan atau need assessment, merancang program dan didiskusikan

dengan guru pamong bersama dosen oembimbing (Program BK dan Rencana

Pelaksanaan Layanan terlampir).

Need Assessment adalah proses sistematik untuk memperoleh gambaran

akurat dan menyeluruh mengenai permasalahan siswa, serta kekuatan dan

kelemahan yang ada di sekolah yang akan digunakan untuk merespon

kebutuhan semua siswa melalui layanan bimbingan dan konseling.

Assessment kebutuhan dapat dilakukan secara individu maupun kelompok,

dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari

munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan assessmen dalam

bimbingan dan konseling yaitu mengumpulkan informasi yang

memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami

latar belakang serta situasi yang ada pada peserta didik.

Adapun assessmen yang digunakan yaitu assessmen teknik nontes

Sosiometri dan IKMS (Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa) untuk

kelas VII, dan DCM (Daftar Cek Masalah) untuk kelas IX. Setelah menyebar

tiga assessmen teknik nontes seperti disebutkan sebelumnya, akan didapatkan

data berupa permasalahan dan kebutuhan siswa. Data yang didapatkan

kemudian dicocokkan dengan data lainnya berupa hasil observasi

19
(pengamatan) praktikan dan juga wawancara terhadap guru dan beberapa

guru mata pelajaran.

Kemudian, dengan data yang telah didapatkan dengan bebrbagai metode,

mulailah disusun sejumlah layanan bimbingan dan konseling yang tertuang

dalam Program Tahunan Bimbingan dan Konseling.

2. Praktik Pelayanan dalam Pengamatan

Dalam kegiatan ini mahasiswa PPLBK atau praktikan memberikan

pelayanan berdasarkan best practices selama perkuliahan dikampus yang

mana pelayanan ini didampingi oleh seorang pengamat. Setelah selesai

memberikan layanan, pengamat memberikan masukan atas praktik

mahasiswa PPLBK, dan mahasiswa yang berpraktik memberikan informasi

reflektif atas praktik yang telah dilakukannya.

Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan praktikan ialah berupa layanan

klasikal yang memiliki topik 1) Orientasi Bimbingan dan Konseling, 2)

Pengaruh Pergaulan Remaja dan layanan bimbingan kelompok yang memiliki

topik 1) Perilaku Agresif, 2) Masalah Konsentrasi Dalam Belajar, 3) Masalah

Kesulitan Mengatur Waktu Belajar yang dalam pelaksanaannya praktikan

didampingi seorang pengamat, yaitu guru BK Pamong SMP Negeri 7

Tarakan dan rekan PPL.

3. Praktik Pelayanan Mandiri Tersupervisi

Pelaksanaan layanan ini dilakukan secara individual ataupun kelompok.

Layanan yang diberikan mencakup layanan klasikal, bimbingan kelompok

dan konseling baik secara individu maupun kelompok. Layanan klasikal dan

20
bimbingan kelompok dilakukan praktikan sebanyak 3 kali, sedangkan

konseling individu dan konseling kelompok masing-masing 3 kasus.

Adapun layanan yang telah dilaksanakan yaitu Layanan Klasikal (RPL

terlampir), Bimbingan Kelompok (RPL terlampir), Konseling Individu

(laporan konseling terlampir), dan Konseling Kelompok (laporan konseling

terlampir).

a) Layanan Klasikal

1) Layanan Klasikal tentang Orientasi BK

2) Layanan Klasikal tentang Pengaruh Pergaulan Remaja

3) Layanan Klasikal dengan topik Non-Tes Sosiometri

4) Layanan Klasikal dengan topik Non-Tes IKMS (Identifikasi

Kebutuhan dan Masalah Siswa)

5) Layanan Klasikal dengan topik Non-Tes DCM (Daftar Cek Masalah)

b) Layanan Bimbingan Kelompok

1) Bimbingan Kelompok tentang Perilaku Agresif

2) Bimbingan Kelompok tentang Masalah Konsentrasi dalam Belajar

3) Bimbingan Kelompok tentang Kesulitan Mengatur Waktu Belajar

c) Layanan Konseling Kelompok

1) Konseling Kelompok untuk siswa dengan kasus membolos

2) Konseling Kelompok untuk siswa dengan kasus merokok

dilingkungan sekolah

3) Konseling Kelompok untuk siswa dengan kasus bersikap tidak sopan

terhadap guru

21
d) Layanan Konseling Individu

Layanan konseling individu merupakan layanan yang diberikan kepada

peserta didik dalam mengentaskan permasalahan yang dihadapinya.

Pelaksanaan layanan ini diberikan kepada seluruh siswa asuh praktikan yang

membutuhkan.

Layanan konseling individual dalam pelaksanaan PPLBK dapat berjalan

dengan baik, terdapat peserta didik yang datang sendiri atas dasar

kemauannya untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapi namun

kebanyakan peserta didik yang datang keruang BK setelah dilakukan

pemanggilan namun tetap memiliki keterbukaan yang baik sehingga proses

konseling dapat berjalan dengan baik.

Berikut ini daftar nama siswa yang melakukan konseling individu :

No Nama Siswa Kelas Masalah

1. Ony Sarinah VIII-6 Berkelahi dengan teman sekelas

2. Yordan VIII-8 Sering keluar pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung

3. Rifaldi VIII-8 Berperilaku tidak sopan

terhadap guru

4. Eva VIII-7 Berkelahi dengan Eka kelas

VIII-6

5. Anugran Sandi IX-1 Keluar dijam pelajaran Bahasa

Indonesia

6. M. Wahyu VII-1 Membolos sekolah

22
4. Dukungan dan Hambatan Pelaksanaan PPLBK

Keberadaan guru BK di sekolah tidak lepas dari tujuan pendidikan yakni

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kebutuhan

peserta didik tidak hanya mencakup kompetensi dalam akademik, melainkan

juga kompetensi dari aspek-aspek perkembangan lainnya. Oleh karena itu,

guru BK perlu melakukan need assessment untuk mengetahui dan memahami

kebutuhan masing-masing peserta didik. Hal ini bertujuan agar nantinya dapat

mempermudah langkah guru BK untuk menyusun program kerja yang akan

dilaksanakan.

Namun dalam pelaksanaan program kerja yang meliputi pelaksanaan

layanan berupa layanan klasikal bimbingan kelompok dan sebagainya akan

selalu diikuti dengan segenap dukungan berikut hambatan dari lingkungan

tempat praktik itu sendiri sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a) Dukungan Pelaksanaan PPLBK

Hal-hal yang mendukung keterlaksanaan PPLBK di SMP Negeri 7

Tarakan antara lain berasal dari tenaga pendidik yang menagajar di SMP

Negeri 7 Tarakan terutama guru Pamong yang selalu memberikan arahan dan

nasehat yang sangat berguna untuk praktikan dalam menyusun dan

melaksanakan layanan. Selain itu juga segenap tenaga kerja yang juga berada

dilingkungan yang sama dengan praktikan turut memberikan dukungan

dengan membantu praktikan ketika berada dalam kesulitan.

23
Rekan-rekan mahasiswa yang juga PPL di SMP Negeri 7 Tarakan yang

tak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada praktikan.

Dukungan lainnya juga yaitu ruangan BK yang terpisah dengan ruangan guru

lainnya sehingga memudahkan praktikan ketika ingin melakukan konseling.

b) Hambatan Pelaksanaan PPLBK

Adapun hambatan dalam pelaksanaan PPLBK di SMP Negeri 7 Tarakan

yaitu kurangnya tenaga guru BK yang mana hanya berjumlah 1 orang.

Sedangkan jumlah peserta didik di SMP 7 adalah 790 orang. Idealnya sorang

guru BK mengayomi 150 peserta didik sehingga seharusnya guru BK yang

berada di SMP 7 yaitu sebanyak 5/6 orang.

Hambatan lainnya yaitu tidak adanya jam untuk guru BK memberikan

layanan kepada peserta didik sehingga layanan yang akan diberikan sedikit

terhambat. Di SMP Negeri 7 juga masih memiliki pemahaman yang salah

mengenai guru BK, kebanyakan warga SMP 7 menganggap guru BK adalah

guru yang ditakuti, galak, dan killer. Mereka berpendapat bahwa setiap siswa

yang memasuki ruang BK pastilah siswa yang memiliki masalah.

C. Tugas Tambahan, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

Selama pelaksanaan PPLBK, disamping memberikan layanan kepada peserta

didik praktikan mendapatkan tugas tambahan yang bersifat kokurikuler maupun

ekstrakurikuler. Kokurikuler yaitu praktikan menyusun Program Tahunan dan

Program Semester yang akan dilaksanakan, mengikuti Pelatihan UN/US Berbasis

Komputer, menjadi pengawas Ujian Semester Genap. Sedangkan Ekstrakurikuler

24
yaitu mendampingi Lomba Pramuka Tarakan Tengah dan mendampingi kegiatan

ekstrakurikuler PIK-R Pikachu.

D. Ujian PPLBK

Ujian Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling dipersiapkan

sejak kurang lebih seminggu menjelang ujian akan dilangsungkan. Adapun

persiapan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Mempersiapkan RPL, materi dan media yang akan digunakan pada saaat

ujian.

2. Mempersiapkan kelas yang akan menjadi sasaran dalam pemberian

layanan klasikal pada saat ujian.

3. Mempersiapkan berkas yang dibutuhkan pada saat ujian.

4. Berkoordinasi dengan Dosen Pembimbing dan Guru Pamong terkait

Ujian yang akan dilaksanakan.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK)

merupakan ajang pelatihan bagi mahasiswa calon guru untuk menerapkan

berbagai pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan berlangsung di kampus

sekaligus dapat berfungsi sebagai wadah pembentukan guru yang profesional.

Dengan adanya pelaksanaan PPLBK, mahasiswa dapat mengetahui secara

langsung sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang pengajar atau pendidik,

selain itu juga mahasiswa dapat mengetahui kegiatan yang menunjang proses

kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan PPLBK merupakan sarana pembanding antara yang telah diperoleh

dikampus dengan praktik langsung serta penerapannya dalam dunia pendidikan.

Sehingga dalam pelaksanaan PPLBK mahasiswa harus banyak bertanya dan

menggali pengalaman dari guru-guru yang memiliki banyak penglaman mengajar

dan menerapkan dalam pelaksanaan PPLBK.

B. Saran

Setelah menjalani Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling

(PPLBK) melihat situasi dan kondisi yang berkembang serta mengingat

pentingnya PPLBK bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) khususnya jurusan Bimbingan dan Konseling (BK), maka ada beberapa

hal yang praktikam sampaikan sebagai bahan pertimbangan. Hal ini dimaksudkan

agar pelaksanaan PPLBK yanga akan datang dapat terlaksana dengan baik, yaitu :

26
1. Mahasiswa PPLBK hendaknya menyiapkan pembelajaran secara matang

dengan pembuatan RPL.

2. Interaksi kepada anak didik hendaknya bukan saja dilakukan didalam

ruang kelas, tetapi juga diluar jam pembelajaran. Hal ini untuk

membangun hubungan emosional kepada mereka.

3. Mahasiswa PPL seyogyanya menguasai berbagai metode agar tidak terjadi

kejenuhan dalam proses pembelajaran.

4. Memberikan motivasi positif kepada anak didik agar mereka sadar arti

penting dari pendidikan.

5. Melakukan interaksi dengan guru dan tenaga kerja lainnya yang berada di

SMP Negeri 7 Tarakan.

27
DAFTAR RUJUKAN

Nazuar, Saputra. 2016. Laporan Observasi Laporan Praktik Pengalaman

Lapangan Bimbingan dan Konseling. Tarakan : Universitas Borneo

Tarakan.

Nurul, Azizah. 2015. Laporan Observasi Laporan Praktik Pengalaman Lapangan

Bimbingan dan Konseling. Tarakan : Universitas Borneo Tarakan.

UPT PPL. 2016. Panduan PPL_BK Revisi 2016. FKIP Universitas Borneo

Tarakan

28

Anda mungkin juga menyukai