Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN STRATEGI PROFESI GURU BIOLOGI

“PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DI BENUA EROPA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas:


Mata Kuliah : Manajemen Strategi Profesi Guru Biologi
DosenPengampu : Dr.Wan Syafi’i, M.Si

Disusun Oleh:
Nadila Husnah 2110246733
Revina Sri Utami
Silvia Agustina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan kasih-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Ada pun makalah ini disusun, untuk dapat memenuhi tugas kuliah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Strategi Profesi Guru Biologi dengan Judul “Program
Pendidikan Profesi Guru di Benua Eropa” serta dapat membandingkannya dengan
program pendidikan profesi guru di Indonesia. Penulis berharap dengan disusunnya
makalah ini dapat bermanfaat dalam pengetahuan kepada kita semua.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kritik dan
saran membangun yang sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Pekanbaru, 29 November 2022

Kelompok III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. Sebagai pendidik, guru memiliki jabatan sebagai tenaga fungsional. Jabatan
fungsional guru menunjukkan tugas, tanggung jawab dan hak guru dalam suatu
satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan
ketrampilan tertentu secara mandiri. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah
merancang sutu progam yang bernama sertfikasi guru.

Sertifikat pendidik diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi
persyaratan. Untuk mendapatkan sertifikasi guru dapat dilakukan dengan mengikuti
uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau
meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan
standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat
kompetensi pendidik. National Commision on Education Services (NCES)
memberikan pengertian sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru
merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan
izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga
pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi
negeri maupun swasta.

Sertifikasi merupakan sebuah kebijakan pemerintah Indonesia yang ditujukan


untuk menjadikan guru profesional. Bahkan undang-undang pun mengatur dalam
pasal 8 UU Nomor 14 yang isinya guru wajib memiliki kualifikasi akademik, sehat
jasmani dan rohani, kompetensi, dan sertifikat pendidik, serta memiliki kemampuan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Syarat dari sertifikasi guru sendiri ialah
berisi kompetensi yang diajukan dan disesuaikan kurikulum. Guru yang bersertifikat
memiliki nilai lebih dari berbagai sudut baik dari metode pembelajaran, pengetahuan,
bahkan secara ekonomi mereka memiliki gaji dan tunjangan yang lebih dari pada
yang belum bersertifikat. Menurut kompas dari total guru 2.925.676 pada tahu 2011,
sekitar 746.727 (25,5 persen) telah bersertifikat, dan dari yang telah bersertifikat
sebanyak 731.002 guru (97,9 persen) telah menerima tunjangan profesi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun rumusan masalah makalah ini


adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sertifikasi profesi guru di Indonesia?


2. Bagaimana sertifikasi profesi guru di negara Finladian?
3. bagaimana sertifikasi profesi guru di negara Jerman?
4. Bagaimana perbandingan sertifikasi profesi guru di Negara Indonesia
dengan Negara Finladian dan Negara Jerman?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sertifikasi profesi guru di Indonesia


2. Untuk mengetahui sertifikasi profesi guru di negara Finladian
3. Untuk mengetahui sertifikasi profesi guru di negara Jerman.
4. Untuk mengetahui perbandingan sertifikasi profesi guru di Negara
Indonesia dengan Negara Finladian dan Negara Jerman.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Profesi Guru di Indonesia

Pendidikan Profesi merupakan program pendidikan tinggi yang dilaksanakan


setelah program sarjana dan mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Program Pendidikan Profesi Guru sendiri
merupakan program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan
S1 Kependidikan dan S1/DIV non-kependidikan yang memiliki bakat dan minat
menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar
nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan menengah.

Program PPG didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


RI No 87 tahun 2013. Dalam pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013 dipaparkan
tujuan Program PPG adalah (a). untuk menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; (b).
menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan
peserta didik; dan (c). mampu melakukan penelitian dan mengembangkan
profesionalitas secara berkelanjutan.

Struktur kurikulum program PPG berisi lokakarya pengembangan perangkat


pembelajaran, latihan mengajar melalui pembelajaran mikro, pembelajaran pada
teman sejawat, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL), serta program pengayaan
bidang studi dan pedagogik. Sistem pembelajaran pada program PPG mencakup
lokakarya pengembangan perangkat pembelajaran dan program pengalaman lapangan
yang diselenggarakan dengan pemantauan langsung secara intensif oleh dosen
pembimbing dan guru pamong yang ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut.
Lokakarya pengembangan perangkat pembelajaran dan program pengalaman
lapangan dilaksanakan dengan berorientasi pada pencapaian kompetensi
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
menindaklanjuti hasil penilaian, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan.

Proses rekruitmen program PPG dapat diikuti oleh lulusan sarjana


kependidikan dan non kependidikan. LPTK sebagai lembaga penyelenggara PPG
mensyaratkan adanya tes masuk bagi calon mahasiswa baru. Bagi lulusan S1
kependidikan yang telah lolos tes dapat langsung mengikuti program PPG tanpa
melalui program matrikulasi. Sementara itu, untuk lulusan dari non kependidikan
mereka diwajibkan untuk mengikuti matrikulasi sebelum mengikuti program PPG.

Dalam pelaksanaan program PPG harus ada pembinaan oleh dosen secara
terintegrasi dan pelaksanaan program berbasis lokakarya. Sistem pembelajaran
program PPG meliputi workshop, praktek pengalaman lapangan (PPL) dan uji
kompetensi. Prosentase yang ditetapkan untuk masing-masing unit adalalah :

1. Workshop: merupakan pembelajaran berbentuk lokakarya yang bertujuan


untuk menyiapkan peserta program PPG agar mampu mengemas materi
untuk pembelajaran bidang studi, sehingga peserta PPG siap
melaksanakan PPL kependidikan. Adapun produk workshop meliputi
pembuatan: silabus dan RPP, lembar kerja siswa, bahan ajar, media
pembelajaran, perangkat penilaian (kisi-kisi, instrument, rubric dan kunci
jawaban), dan proposal penelitian tindakan kelas (PTK).
2. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL): merupakan kegiatan praktik belajar
mengajar di kelas dengan pemantauan langsung secara intensif oleh dosen
yang ditugaskan khusus dan dinilai secara objektif dan transparan.
Adapaun kegiatan PPL ini meliputi tahap pengenalan lapangan, mikro dan
makro teaching, latihan mengajar terbimbing dan latihan mengajar
mandiri.
3. Uji Kompetensi

Tuntutan kualitas LPTK semakin diperkuat dengan adanya program profesi


guru (PPG). LPTK memiliki peran sentral dalam peningkatan kualitas guru. LPTK
dituntut untuk memahami pengembangan profesi guru sebagai upaya pembinaan guru
dalam konteks pembekalan kompetensi sosial dan kepribadian. Pengembangan
profesi, kompetensi dan sertifikasi merupakan mata rantai dalam upaya peningkatan
kualitas guru sudah diamanatkan dalam UU no. 14 tahun 2005. Berikut ini
merupakan lulusan PPG :

1. Kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam


yang memungkinkan membimbing peserta didik mencapai standar
kompetensi
2. Menguasai ilmu pendidikan, perkembangan dan membimbing peserta
didik
3. Menguasai pembelajaran bidang studi: belajar dan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, perencanaan pembelajaran, media pembelajaran, penelitian
bagi peningkatan pembelajaran bidang studi.
4. Mampu melaksanakan praktek pembelajaran bidang studi
5. Memiliki integritas kepribadian yang meliputi aspek fisik-motorik,
intelektual, sosial, konatif dan afektif
6. Kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam menjalin hubungan
sosial secara langsung maupun menggunakan media di sekolah dan luar
sekolah
B. Pendidikan Profesi Guru di Finlandia
1) Sistem Pendidikan di Finlandia

Calon guru di Finlandia harus menjadi mahasiswa di perguruan tinggi.


Beberapa Universitas yang dapat mengeluarkan calon pendidik di Negara Finlandia
yaitu University of Helsinki, Aalto University, University of Turku, University of
Jyvaskyla, University of Eastern Finland dan University of Tempere. Universitas-
universitas tersebut menyiapkan calon guru sebagaimana yang dituangkan dalam
program pendidikannya. Karena itu, tujuan utama dari kebijakan pendidikan
Finlandia adalah semua warga mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal
menerima pendidikan, tanpa memperhitungkan usia, tempat tinggal, situasi keuangan,
jenis kelamin atau orang tua. Jenjang Pendidikan di Finlandia meliputi : Pra
pendidikan dasar, Pendidikan dasar dan menengah, Tertiary pendidikan, Pendidikan
tinggi, dan Pendidikan dewasa (Niemi, H :2015).

Setiap guru di Finlandia minimal harus bergelar master (S2). Hanya


universitas unggul yang memiliki program pendidikan guru, jadi memudahkan dalam
mengontrol kualitas dan standar konsistensi program pendidikan. Guru di Finlandia
harus memiliki gelar master dan mengajar dengan menggunakan berbagai metode
pembelajaran kooperatif. Finlandia sangat menghargai hasil kerja para guru, sehingga
gaji guru di Finlandia lebih dari 40 juta per-bulan dan pendidikan di Finlandia jarang
mengganti kurikulum pendidikannya (Bautty, 2016), (Hansén, Forsman, Aspfors, &
Bendtsen, 2012).

2) Otonomis Pedagogis Guru di Finlandia

Guru dapat memutuskan sendiri model, strategi, metode pembelajaran serta


buku pelajaran dan media pembelajaran yang tepat bagi siswa. Jaminan kualitas
didasarkan pada kemudi yaitu guru dan dosen bukannya dinas pendidikan (Anggoro,
2017). Di Finlandia fungsi pengawasan sekolah dihapuskan di awal 1990-an.
Pengawasan pada masa lalu adalah untuk kepentingan informasi, pendukung dan
pendanaan. Kegiatan institusi pendidikan dipandu oleh tujuan yang ditetapkan dalam
undang-undang serta kurikulum inti dan kualifikasi persyaratan nasional. Sistem ini
bergantung pada kemampuan guru dan tenaga administrasi. Evaluasi diri sekolah dan
institusi pendidikan mendapatkan perhatian penting dalam evaluasi pendidikan.
Evaluasi nasional hasil belajar yang dilakukan secara teratur, sehingga ada tes setiap
tahun baik dalam bahasa ibu dan sastra atau matematika.
Di samping itu, mata pelajaran lain dievaluasi sesuai dengan rencana evaluasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tidak hanya mata pelajaran akademis
dievaluasi tetapi juga subyek seperti seni dan kerajinan dan tema lintas-kurikuler.
Dari perspektif sekolah, evaluasi tidak bisa dilakukan dengan baik karena hanya
berbasis sampel. Institusi pendidikan menerima hasil evaluasi diri untuk kepentingan
mereka menentukan tujuan pembangunan institusinya,.Tujuan utama dari evaluasi
hasil belajar tingkat nasional melihat ketercapaian sebagaimana dalam kurikulum dan
kualifikasi persyaratan inti. Hasil belajar tidak digunakan untuk menentukan
peringkat sekolah.

Secara tradisional, orang tua telah percaya bahwa guru merupakan profesional
yang tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka. Oleh karena itu guru memiliki
kemandirian yang cukup di dalam kelas dalam hal memilih metode pedagogis yang
sesuai. Sehingga, sekolah dasar khususnya cukup independen dalam merancang
kurikulum mereka, pengaturan proses pembelajaran, dan penggunaan dana publik. Ini
berarti bahwa pekerjaan guru dianggap independen, profesi status tinggi yang
menarik beberapa lulusan sekolah menengah terbaik.

Guru SD dan kepala sekolah menyadari kebutuhan untuk pendidikan guru


yang lebih luas, bahkan sebelum reformasi sekolah komprehensif berlangsung pada
tahun 1967. Sejak tahun 1967, guru bisa mengambil kursus pedagogi pada musim
panas di sekolah komprehensif, termasuk reformasi dan tantangan serta implikasi
sosial dari hasil kursus yang diikuti. Kursus pembelajaran matematika dan bahasa
asing terbukti sangat populer, tapi keikutsertaan mereka bersifat sukarela.

Ketika reformasi pendidikan dimulai pada tahun 1972, guru telah


menyepakati dalam kontrak kerja akan melakukan pelatihan selama tiga hari setiap
tahun. Undang-undang Pendidikan mengamanatkan guru mendapatkan dua hari
pelatihan setiap tahun dalam tiga tahun pertama mengajar. Dengan demikian, selama
tiga tahun masa kerja pertama pada sekolah komprehensif, guru wajib pelatihan
mengikuti pelatihan lima hari setiap tahun. Sebuah lembaga instruktur di tingkat
nasional dibentuk untuk mengelola pelatihan tersebut, dipimpin oleh seorang
instruktur tingkat nasional, yang diberikan kewenangan untuk mengelola pelatihan
ini. Setiap provinsi memiliki kelompok instruktur pedagogik sendiri, dan sekolah
memiliki mentor untuk membantu guru untuk beradaptasi dengan budaya baru
sekolah.

Bagi guru, in-service training saja tidak akan cukup untuk memastikan
keberhasilan pelaksanaan reformasi sekolah secara komprehensif. Sekolah-sekolah
memerlukan guru yang terlatih baik sehingga tingkat pelatihan guru harus
diperbanyak. Pelatihan bagi guru harus mempromosikan kesetaraan antara kelompok
guru yang berbeda dan mendorong kerja sama dalam keterampilan bangunan serta
peningkatan peluang untuk pengembangan profesional berkelanjutan. Yang termasuk
meningkatkan interaksi antara guru di sekolah-sekolah umum dan kejuruan.
Akhirnya, sistem pendidikan terpadu diperlukan kesempatan yang lebih luas bagi
guru untuk maju secara profesional.

Pada tahun 1965, Departemen Pendidikan membentuk komisi untuk


memetakan reformasi pendidikan guru. Pedoman diusulkan oleh sebuah komite ahli
yang membentuk dasar untuk sistem pelatihan yang berkembang setelah beberapa
tahun kemudian. Di antara rekomendasi komite tersebut antara lain:

1) Semua pendidikan guru harus didasarkan pada pemeriksaan Matriculation


Examination, ujian akhir nasional sekolah menengah atas umum.
2) Pelatihan bagi semua guru harus berlangsung setidaknya tiga tahun dan
menghasilkan minimal gelar sarjana.
3) Guru Kelas dan guru mata pelajaran harus diberikan pelatihan pedagogis
di lembaga pendidikan yang sama.
4) Status seorang guru tidak harus ditentukan oleh tingkat kelas mereka
mengajar, dengan usia murid mereka atau dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
5) Gaji didasarkan gelar mereka dan bukan institusi tempat bekerja.
6) Guru lebih berperan sebagai penasihat dan pemandu belajar daripada
seorang penyampai informasi seperti dosen.
7) Kualitas dan kuantitas pelatihan guru di sekolah harus ditingkatkan.
8) Kesesuaian Seorang guru dengan profesi perlu diperiksa.
9) Pendidikan Guru harus mencakup studi umum, studi subjek, penelitian
pedagogi, dan pelatihan di sekolah. Studi subjek kelas guru dibagi menjadi
tingkat umum dan khusus.

Reformasi pendidikan Finlandia berjalan cepat. Pada tahun 1968, guru kelas
memulai program pelatihan tiga-tahun berdasarkan Ujian Matrikulasi. Guru sekolah
dasar berusia diberi kesempatan untuk belajar untuk mendapatkan gelar sarjana dan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pedagogis mereka.

Tahap reformasi pendidikan berikutnya menentukan langkah perubahan


terhadap pendidikan akademik dan pelatihan guru. Pada tahun 1971, Undang-undang
Pendidikan membentuk organisasi baru untuk pelatihan guru. Tujuh universitas
meluncurkan unit pelatihan guru. Unit kedelapan didirikan di universitas berbahasa
Swedia, sementara empat universitas lain memiliki afiliasi pelatihan guru.
Ketersediaan pelatihan guru di 12 lokasi mencerminkan kebijakan regional yang kuat
dari tahun 1970 yang bertujuan untuk memastikan pasokan guru di wilayah pedesaan
bagian timur dan utara Finlandia. Departemen Pendidikan ditugaskan untuk
mengawasi pelatihan guru. Universitas mempertahankan otonomi mereka tetapi
memberikan masukan kepada Dewan Nasional Pendidikan Umum, yang bertanggung
jawab untuk merancang dan melaksanakan program pendidikan baru bagi guru.

Reformasi lebih lanjut melibatkan isi pelatihan guru berkembang pada 1974-
1975 universitas umum. Berdasarkan rekomendasi dari pemerintah yang ditunjuk
oleh komite pendidikan nasional dan gelar Master of Science menjadi dasar untuk
dapat menjadi guru tetap. Pelatihan mencakup sejumlah program pendidikan dan
pelatihan bagi guru kelas, guru mata pelajaran, dan pakar pendidikan. Untuk
mendapatkan gelar tersebut guru harus mengambil 160 kredit (SKS), dengan satu
kredit sebesar 40 jam (satu minggu) studi. Reformasi Gelar dibuat akhir tahun 1978,
dan pelatihan sesuai dengan rencana baru dimulai pada tahun 1979. Sejak
pertengahan 1980-an, pendidikan umum Finlandia telah didukung oleh guru yang
sangat terlatih dan mendapatkan pendidikan akademik yang ketat.

Semua guru sekolah dasar harus memiliki gelar master pendidikan dari salah
satu universitas di Finlandia (atau Eropa) agar dapat menjadi guru secara permanen.
Ini berarti pendidikan guru sekolah dasar dikonversi dari program tiga tahun di
perguruan tinggi guru menjadi lima tahun di akhir 1970-an. Kebanyakan guru SD
saat ini memiliki gelar master pendidikan. Semua guru sekolah pasca pendidikan
dasar wajib memiliki baik gelar sarjana atau master. Sebagian besar guru di sekolah
dasar merupakan individu yang sangat terdidik dan terus memperbarui pengetahuan
dan keterampilan profesional mereka. Reformasi kurikulum telah membuat sekolah
dasar menjadi tempat bermain dan belajar yang dikombinasikan dengan pendekatan
pedagogik alternatif untuk membantu anak-anak menguasai pengetahuan akademik
dan keterampilan dasar. Oleh karena itu banyak sekolah dasar telah menjadi
pembelajaran bekerjasama dengan masyarakat yang peduli daripada sekedar lembaga
pembelajaran semata yang mempersiapkan siswa untuk tingkat berikutnya sekolah.

Hanya sekitar 10 persen dari sekitar 5.000 pelamar yang diterima setiap tahun
untuk Fakultas Pendidikan di universitas Finlandia. Ini berarti bahwa universitas
departemen pendidikan guru dapat memilih dari beberapa siswa terbaik di negara itu
pada saat ujian masuk. Seperti disebutkan di atas, semua guru di Finlandia perlu gelar
master untuk memenuhi syarat untuk pekerjaan mengajar permanen. Sesekali terjadi
argumen tentang apakah guru SD perlu gelar master atau tidak. Namun demikian,
meskipun tekanan untuk mengurangi waktu belajar dan meningkatkan efisiensi
internal pendidikan pasca-sekolah menengah, persiapan guru tetap di universitas.

Untuk sekolah dasar, keputusan ini telah memiliki beberapa konsekuensi


positif baik bagi guru dan masyarakat pada umumnya. Salah satu faktor penting
adalah bahwa gelar master dalam pendidikan tidak hanya memenuhi syarat seseorang
untuk mengajar sekolah tetapi membuka pintu untuk pekerjaan di administrasi publik
atau di sektor swasta. Memang, lulusan muda dengan gelar master dalam mengajar
sekolah dasar yang banyak dicari oleh departemen sumber daya manusia dalam bisnis
dan industri. Yang paling penting, bagaimanapun, jaminan gelar master akses ke studi
pascasarjana yang telah dibuat tersedia secara luas di sebagian besar universitas
Finlandia saat ini. Guru sekolah dasar yang bergabung dengan pasar tenaga kerja
setelah lulus tidak merasa bahwa karir profesionalnya terbatas hanya untuk pekerjaan
sekolah dasar. Banyak guru, terutama di sekolah dasar, merebut kesempatan untuk
melanjutkan studi akademis mereka. Selama dekade terakhir, terjadi kenaikan jumlah
kepala sekolah dan guru yang memperoleh gelar Ph.D. dalam pendidikan.

C. Pendidikan Profesi Guru di Jerman

Pada bagian pendidikan guru di Jerman sejak tahun 1980 siswa yang ingin
melanjutkan keperguruan tinggi dengan memilih pendidikan guru/pelatihan guru
meningkat 20 persen dari yang melanjutkan pendidikan tinggi. Awalnya tidak ada
persyaratan khusus untuk masuk dalam program pelatihan guru di universitas di
Jerman. Namun, karena tingginya pendaftaran, beberapa negara telah berusaha
membatasi jumlah siswa yang memasuki program pelatihan guru di universitas.
Misalnya, di Nordrhein-Westfalen, calon siswa harus mendaftar ke agen pusat
Zentralstelle fur die Vergabe von Studienplätzen (ZVS).

Pelatihan guru di Jerman adalah tanggung jawab masing-masing negara


bagian (Länder), beroperasi di bawah pedoman yang ditetapkan oleh Konferensi
Tetap Menteri Pendidikan dan Dinas Kebudayaan/the Standing Conference of the
Ministers of Education and Cultural Affairs yang disingkat KMK. KMK
mengoordinasikan pekerjaan kementerian pendidikan di masing-masing 16 negara.
Namun di setiap negara bagian, pelatihan atau pendidikan guru terdiri dari dua fase
yaitu university study dan student teaching. Di Indonesia sering dikenal dengan
program kuliah teori dikampus dan mengajar siswa secara realitas tapi masih dalam
tahap magang bila diuji maka layak untuk menjadi guru.
Pada fase pertama, university study (Lehramtstudium), fase ini calon guru
belajar ilmu-ilmu akademik terkait ilmu/matapelajaran yang akan mereka ajarkan.
Mereka juga belajar metode/pelatihan didaktik serta ilmu sosial serta latihan
praktikum terbatas. Ini bertujuan untuk menerapkan pengetahuan teoritis. Lama
kuliah/studi tergantung pada tingkat sekolah yang akan diajar. Studi di universitas
untuk sekolah dasar dan menengah membutuhkan setidaknya 3,5 tahun, sementara
studi untuk Gymnasium atau sekolah kejuruan membutuhkan setidaknya 4,5 tahun.
Setelah itu baru diadakan ujian komprehensif untuk memperoleh gelar serjana dan
sebagai prasyarat masuk pada fase kedua yakni, student teaching. KMK
mengembangkan konten Ujian Negara Pertama, dewan ujian negara (Staatliches
Prüfungsamt) bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan. Sebagai aturan, isi
Ujian Negara Pertama adalah sebagai berikut (KMK 1992):

1) Tesis tertulis (Staatsarbeit) dari satu mata pelajaran utama yang akan akan
diajarkan nanti ( Erziehungswissenschaft ), lamanya bisa 4-6 bulan;
2) Ujian tertulis dan lisan di semua matakulaih utama, termasuk pedagogi
atau pendidikan umum;
3) Pemeriksaan lisan pada beberapa subjek; dan
4) Ujian praktis, yang terdiri dari kinerja untuk mahasiswa yang
berkonsentrasi dalam bidang seni, musik, pendidikan jasmani, atau bidang
teknis lainnya.

Fase kedua, student teaching. Pada fase kedua ini merupakan pelatihan
guru/magang dalam istilah Jerman yaitu Vorbereitungsdienst atau Referendarzeit
berlangsung selama 1,5-2 tahun, selama fase ini calon guru berada dibawah bantuan
mentor dari jenjang sekolah tempat mengajar kelak. Pada fase ini calon guru akan
melakukan ujian negara kedua atau Zweites Staatsexamen.

Untuk bisa masuk pada fase kedua Seorang calon guru yang lulus Ujian
Negara Bagian Pertama di sebuah universitas dapat mendaftar di kantor distrik
pendidikan lokal (Regierungspräsidium) untuk mulai mengajar siswa. Jika diterima
akan diberitahu oleh jadwal mengajar. Calon guru akan didampingi oleh mentor
terkait kegiatan proses belajar mengajar. Baik materinya, evaluasi, kurikulum dan
melibatkan dalam kegiat-kegiatan seminar. calon guru melakukan mengajar
terbimbing dengan bantuan mentor selama dua tahun. Mentor akan memberikan
pengalaman langsung untuk mengajar dalam empat fase yaitu :

1) Fase pengantar dengan durasi 3 bulan (total 10 jam per minggu): observasi
atau pengajaran yang dibantu;
2) Fase diferensiasi dengan durasi 6 bulan (total 12 jam per minggu):
termasuk observasi dan 48 jam seminggu mengajar dengan atau tanpa
bantuan;
3) Fase intensif dengan durasi 12 bulan (12-14 jam per minggu), termasuk 4
jam pengamatan seminggu dan atau pengajaran berbantuan, dan 8-10 jam
seminggu mengajar tanpa bantuan; dan
4) Persiapan untuk Ujian Negara Kedua, berlangsung 3 bulan (10 jam per
minggu): termasuk observasi, pengajaran berbantuan, dan pengajaran
tanpa bantuan.

Ujian negara fase kedua dilakukan oleh komite pemeriksaan yang berjumlah
enam orang dari pimpinan sekolah tempat mengajar dan dari kementrian pendidikan
(dikenal sebagai Oberschulrat atau Schulrat). Pemeriksaan evaluasi akhir komite
didasarkan pada empat hal berikut :

1) Nilai pra-ujian. Merupakan nilai kegiatan guru magang selama magang


yang diberikan oleh Kepala seminar, para ahli subjek seminar, kepala
sekolah, dan mentor.
2) Nilai tesis. Guru magang menulis tesis tentang pelajaran dan unit yang
telah dia ajar. Pakar subjek menyarankan siswa tentang pilihan topik dan
masalah terkait; topik dipilih 3 bulan sebelum tesis jatuh tempo. Thesis
dievaluasi oleh dua ahli subjek, dipilih oleh kepala seminar, masing-
masing dari mereka menulis sebuah evaluasi dari karya tertulis calon guru
dan memberi nilai. Jika evaluator tidak setuju atas nilai, perwakilan
resentatif dari kementerian pendidikan bertemu dengan para ahli dan
menentukan grade mana yang sesuai.
3) Nilai ujian lisan. Guru magang harus menjawab pertanyaan tentang
pedagogis, masalah metodologis, dan yang berhubungan dengan subjek,
serta pertanyaan tentang aturan sekolah dan organisasi sekolah. Ujian lisan
membutuhkan 60 menit.
4) Nilai untuk rencana pelajaran dan mengamati pelajaran dalam dua mata
pelajaran. Sebelum hari observasi dan evaluasi calon guru membagikan
saliran rencana pengajaran untuk komite ujian. Setelah mengamati calon
guru mengajar, panitia bertemu dengancalon guru untuk membahas
kinerjanya.

Di Jerman ada pendidikan khusus guru untuk jenjang sekolah tertentu dan
sertifikasi. Jenis program pelatihan guru dan persyaratan untuk sertifikasi guru di
negara dipengaruhi oleh sejarah politik dan iklim negara. Dalam hal ini negara diberi
wewenang untuk memberikan sertifikat mengajar kelas 1-10. Kategori-kategori
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tipe 1: Guru dilatih untuk sekolah dasar (Grundschule) atau sekolah dasar
level (kelas 1-4);
2) Tipe 2: Guru dilatih untuk semua sekolah (Hauptschule, Realschule , dan
Gym- nasium ) di tingkat menengah bawah (kelas 5-10);
3) Tipe 3: Guru dilatih untuk mata pelajaran akademik tertentu di tingkat
atau tingkat dary di Gymnasien dan Gesamtschulen (kelas 11-13);
4) Tipe 4: Guru dilatih untuk mata pelajaran kejuruan khusus di tingkat atas
sekolah kejuruan ( Berufsschulen , kelas 11-13); dan
5) Tipe 5: Guru dilatih untuk pendidikan khusus di semua tingkatan dalam
pendidikan khusus sekolah tion ( Sonderschulen ).
Di universitas penyelenggara pendidikan guru fase satu (university study atau
Lehramtstudium) dibagi menjadi beberapa penyelengara pendidikan guru berdasarkan
jenjangnya. Penyelenggaraan berdasarkan jenjangnya dapat dilihat dibawah ini :

1) Guru Sekolah Dasar

Calon Guru sekolah dasar (Grundschullehrer) atau mahasiswa menghadiri


sebuah universitas selama minimal 3 tahun (enam semester) dan menyelesaikan studi
mereka untuk pemeriksaan fase pertama selama penambahan tahun nasional.
Mahasiswa mengejar program studi dalam pendidikan umum dan memilih
disetidaknya satu subjek untuk berkonsentrasi. Sebagai bagian dari kebutuhan
pendidikan umum Namun, Mahasiswa yang bersiap untuk menjadi guru sekolah
dasar mengambil kursus di filosofi dan sejarah pendidikan, metodologi pengajaran,
didaktik, psikologi pendidikan chologi, dan kursus dasar dalam filsafat, sosiologi,
atau ilmu politik. Selain persyaratan pendidikan umum, beberapa negara bagian
menetapkan persimpangan di mana guru sekolah dasar harus berkonsentrasi.
Misalnya, dalam matematika.

2) Guru Sekolah Menengah Bawah

Guru sekolah menengah pertama (Realschullehrer dan Hauptschullehrer )


mengejar program studi mirip dengan guru sekolah dasar selama 3 atau 4 tahun (6
hingga 8 semester). Lama studi tergantung pada persyaratan masing-masing negara.
Berbeda dengan guru sekolah dasar, guru sekolah menengah memilih dua mata
pelajaran khusus untuk berkonsentrasi sejak awal.

3) Guru Gimnasium

Guru-guru gimnasium belajar minimal delapan semester di sebuah universitas


dan harus berkonsentrasi dalam dua mata pelajaran utama selain pendidikan umum.
Berlawanan dengan tingkat pengajaran lainnya, penekanan untuk guru Gimnasium
adalah pada kondisi akademik bidang studi mereka dan bukan pada teori pedagogis.
4) Guru Sekolah Komprehensif (Gesamtschule)

Mahasiswa yang ingin menjadi guru di Gesamtschule tidak mendaftar secara


khusus program pelatihan untuk jenis sekolah ini. Sebaliknya, mereka dilatih sesuai
dengan tingkat kelas yang mereka rencanakan untuk mengajar (Schulz 1990).

5) Guru Sekolah Kejuruan

Para guru di sekolah kejuruan (Berufsschullehrer) belajar selama 8 hingga 10


semester. Itu panjang dan bentuk pelatihan guru, kombinasi mata pelajaran utama
yang ditawarkan, dan komponen praktis yang diperlukan di sekolah kejuruan semua
bervariasi dari satu negara ke negara. Semua negara bagian mewajibkan guru sekolah
kejuruan menyelesaikan magang di perusahaan selama 12 bulan atau sebelumnya
telah menyelesaikan jenis pelatihan kejuruan (Berufsaus bildung). Selain bidang
pelajaran utama mereka, Mahasiswa harus mengambil kelas dalam pedagogi dan
diminta untuk mempelajari satu mata pelajaran lintas disiplin, seperti biologi, kimia,
bahasa Jerman, Inggris, agama atau matematika. Biasanya, siswa menyelesaikan
belajar dengan Pemeriksaan fase pertama.

6) Guru Pendidikan Khusus

Guru untuk pendidikan khusus (Sonderschullehrer/Förderschullehrer) belajar


untuk 4 hingga 5 orang tahun (8-9 semester). Siswa mengambil kursus pedagogi,
termasuk kursus di psikologi, pendidikan khusus, dan terapi rehabilitasi. Selain itu,
Mahasiswa pilih dua bidang pendidikan khusus dari yang berikut: kesulitan belajar,
cacat mental, gangguan perilaku, dan kesulitan berbicara. Bergantung kepada
persyaratan negara bagian, siswa mempelajari satu atau dua mata pelajaran umum
seperti bahasa Jerman, matematika, atau biologi selain dari sub-bidang pendidikan
khusus merekaject. Para guru yang sudah dilatih untuk sekolah dasar dan menengah
juga memiliki kesempatan untuk belajar pendidikan khusus selama 2 tahun lagi (4
semester) dan dapatkan sertifikasi sebagai guru pendidikan khusus. Guru yang
memilih rute ini tidak diminta untuk menyelesaikan pengajaran siswa lagi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diketahui perbandingan


pendidikan profesi guru di Indonesia dengan negara eropa khusunya negara Finlandia
dan Jerman adalah di Indonesia sertifikat pendidik dapat diberikan kepada pendidik
yang sudah berhasil lulus dalam mengikuti pelatihan pendidikan profesi guru setelah
mendapatkan gelas sarjana pendidikan dan non-pendidikan, hal ini diikuti
sebagaimana peraturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. sedangkan di Finlandia
untuk mendapatkan pekerjaan tetap didunia pendidikan seorang pendidik tentunya
harus bergelar master agar dapat berkecimpung dalam dunia pendidikan dan menetap
sebagai profesi guru di tingkat satuan pendidikan. Pendidikan profesi guru di Jerman
tergantung pada satuan pendidikan mana yang ingin diajarkan untuk mendapatkan
profesi guru. Dengan hal ini pula membuat perbedaan cepat dan lamanya dalam
menjalankan pelatihan tersebut, contohnya unttuk guru pendidikan khusus masa
belajarnya lebih lama yaitu 4-5 tahun dibandingkan dengan guru sekolah dasar yaitu
hanya 3-4 tahun saja untuk mendapatkan sertifikat pendidik dan diakui sebagai
dibidang profesi guru.
DAFTAR PUSTAKA

Hansén, S.-E., Forsman, L., Aspfors, J., & Bendtsen, M. (2012). Visions for Teacher
Education – Experiences from Finland [VISIONS 2011: Teacher Education].
Acta Didactica Norge, 6(1), 9.

Muhtadi, A. (2008). Studi Komparatif Sistem pendidikan Di Jerman dan Korea


Selatan. Dinamika Pendidikan. XV(2). (76-93)

Isri, S. (2015). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan
Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan Indonesia . Jurnal Pendidikan Islam.
IV(1), (25-46)

Niemi, H. (2015). Teacher professional development in Finland: Towards a more


holistic approach. Psychology, Society and Education, 7(3), (279–294).

Anik Gufron. (2010). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Profesi Guru. Diktat:


FIP UNY

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Fasli Jalal. (2007). Artikel: Sertifikasi Guru untuk Mewujudkan Pendidikan yang
Bermutu. Universitas Negeri Medan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen. Diakses dari http://www.dikti.go.id/files/atur/UU14-2005Guru Dosen.
Pada tanggal 30 Nopember 2022.

Anda mungkin juga menyukai