Disusun Oleh:
Nadila Husnah 2110246733
Revina Sri Utami
Silvia Agustina
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan kasih-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Ada pun makalah ini disusun, untuk dapat memenuhi tugas kuliah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Strategi Profesi Guru Biologi dengan Judul “Program
Pendidikan Profesi Guru di Benua Eropa” serta dapat membandingkannya dengan
program pendidikan profesi guru di Indonesia. Penulis berharap dengan disusunnya
makalah ini dapat bermanfaat dalam pengetahuan kepada kita semua.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kritik dan
saran membangun yang sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi
persyaratan. Untuk mendapatkan sertifikasi guru dapat dilakukan dengan mengikuti
uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau
meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan
standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat
kompetensi pendidik. National Commision on Education Services (NCES)
memberikan pengertian sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru
merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan
izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga
pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi
negeri maupun swasta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan program PPG harus ada pembinaan oleh dosen secara
terintegrasi dan pelaksanaan program berbasis lokakarya. Sistem pembelajaran
program PPG meliputi workshop, praktek pengalaman lapangan (PPL) dan uji
kompetensi. Prosentase yang ditetapkan untuk masing-masing unit adalalah :
Secara tradisional, orang tua telah percaya bahwa guru merupakan profesional
yang tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka. Oleh karena itu guru memiliki
kemandirian yang cukup di dalam kelas dalam hal memilih metode pedagogis yang
sesuai. Sehingga, sekolah dasar khususnya cukup independen dalam merancang
kurikulum mereka, pengaturan proses pembelajaran, dan penggunaan dana publik. Ini
berarti bahwa pekerjaan guru dianggap independen, profesi status tinggi yang
menarik beberapa lulusan sekolah menengah terbaik.
Bagi guru, in-service training saja tidak akan cukup untuk memastikan
keberhasilan pelaksanaan reformasi sekolah secara komprehensif. Sekolah-sekolah
memerlukan guru yang terlatih baik sehingga tingkat pelatihan guru harus
diperbanyak. Pelatihan bagi guru harus mempromosikan kesetaraan antara kelompok
guru yang berbeda dan mendorong kerja sama dalam keterampilan bangunan serta
peningkatan peluang untuk pengembangan profesional berkelanjutan. Yang termasuk
meningkatkan interaksi antara guru di sekolah-sekolah umum dan kejuruan.
Akhirnya, sistem pendidikan terpadu diperlukan kesempatan yang lebih luas bagi
guru untuk maju secara profesional.
Reformasi pendidikan Finlandia berjalan cepat. Pada tahun 1968, guru kelas
memulai program pelatihan tiga-tahun berdasarkan Ujian Matrikulasi. Guru sekolah
dasar berusia diberi kesempatan untuk belajar untuk mendapatkan gelar sarjana dan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pedagogis mereka.
Reformasi lebih lanjut melibatkan isi pelatihan guru berkembang pada 1974-
1975 universitas umum. Berdasarkan rekomendasi dari pemerintah yang ditunjuk
oleh komite pendidikan nasional dan gelar Master of Science menjadi dasar untuk
dapat menjadi guru tetap. Pelatihan mencakup sejumlah program pendidikan dan
pelatihan bagi guru kelas, guru mata pelajaran, dan pakar pendidikan. Untuk
mendapatkan gelar tersebut guru harus mengambil 160 kredit (SKS), dengan satu
kredit sebesar 40 jam (satu minggu) studi. Reformasi Gelar dibuat akhir tahun 1978,
dan pelatihan sesuai dengan rencana baru dimulai pada tahun 1979. Sejak
pertengahan 1980-an, pendidikan umum Finlandia telah didukung oleh guru yang
sangat terlatih dan mendapatkan pendidikan akademik yang ketat.
Semua guru sekolah dasar harus memiliki gelar master pendidikan dari salah
satu universitas di Finlandia (atau Eropa) agar dapat menjadi guru secara permanen.
Ini berarti pendidikan guru sekolah dasar dikonversi dari program tiga tahun di
perguruan tinggi guru menjadi lima tahun di akhir 1970-an. Kebanyakan guru SD
saat ini memiliki gelar master pendidikan. Semua guru sekolah pasca pendidikan
dasar wajib memiliki baik gelar sarjana atau master. Sebagian besar guru di sekolah
dasar merupakan individu yang sangat terdidik dan terus memperbarui pengetahuan
dan keterampilan profesional mereka. Reformasi kurikulum telah membuat sekolah
dasar menjadi tempat bermain dan belajar yang dikombinasikan dengan pendekatan
pedagogik alternatif untuk membantu anak-anak menguasai pengetahuan akademik
dan keterampilan dasar. Oleh karena itu banyak sekolah dasar telah menjadi
pembelajaran bekerjasama dengan masyarakat yang peduli daripada sekedar lembaga
pembelajaran semata yang mempersiapkan siswa untuk tingkat berikutnya sekolah.
Hanya sekitar 10 persen dari sekitar 5.000 pelamar yang diterima setiap tahun
untuk Fakultas Pendidikan di universitas Finlandia. Ini berarti bahwa universitas
departemen pendidikan guru dapat memilih dari beberapa siswa terbaik di negara itu
pada saat ujian masuk. Seperti disebutkan di atas, semua guru di Finlandia perlu gelar
master untuk memenuhi syarat untuk pekerjaan mengajar permanen. Sesekali terjadi
argumen tentang apakah guru SD perlu gelar master atau tidak. Namun demikian,
meskipun tekanan untuk mengurangi waktu belajar dan meningkatkan efisiensi
internal pendidikan pasca-sekolah menengah, persiapan guru tetap di universitas.
Pada bagian pendidikan guru di Jerman sejak tahun 1980 siswa yang ingin
melanjutkan keperguruan tinggi dengan memilih pendidikan guru/pelatihan guru
meningkat 20 persen dari yang melanjutkan pendidikan tinggi. Awalnya tidak ada
persyaratan khusus untuk masuk dalam program pelatihan guru di universitas di
Jerman. Namun, karena tingginya pendaftaran, beberapa negara telah berusaha
membatasi jumlah siswa yang memasuki program pelatihan guru di universitas.
Misalnya, di Nordrhein-Westfalen, calon siswa harus mendaftar ke agen pusat
Zentralstelle fur die Vergabe von Studienplätzen (ZVS).
1) Tesis tertulis (Staatsarbeit) dari satu mata pelajaran utama yang akan akan
diajarkan nanti ( Erziehungswissenschaft ), lamanya bisa 4-6 bulan;
2) Ujian tertulis dan lisan di semua matakulaih utama, termasuk pedagogi
atau pendidikan umum;
3) Pemeriksaan lisan pada beberapa subjek; dan
4) Ujian praktis, yang terdiri dari kinerja untuk mahasiswa yang
berkonsentrasi dalam bidang seni, musik, pendidikan jasmani, atau bidang
teknis lainnya.
Fase kedua, student teaching. Pada fase kedua ini merupakan pelatihan
guru/magang dalam istilah Jerman yaitu Vorbereitungsdienst atau Referendarzeit
berlangsung selama 1,5-2 tahun, selama fase ini calon guru berada dibawah bantuan
mentor dari jenjang sekolah tempat mengajar kelak. Pada fase ini calon guru akan
melakukan ujian negara kedua atau Zweites Staatsexamen.
Untuk bisa masuk pada fase kedua Seorang calon guru yang lulus Ujian
Negara Bagian Pertama di sebuah universitas dapat mendaftar di kantor distrik
pendidikan lokal (Regierungspräsidium) untuk mulai mengajar siswa. Jika diterima
akan diberitahu oleh jadwal mengajar. Calon guru akan didampingi oleh mentor
terkait kegiatan proses belajar mengajar. Baik materinya, evaluasi, kurikulum dan
melibatkan dalam kegiat-kegiatan seminar. calon guru melakukan mengajar
terbimbing dengan bantuan mentor selama dua tahun. Mentor akan memberikan
pengalaman langsung untuk mengajar dalam empat fase yaitu :
1) Fase pengantar dengan durasi 3 bulan (total 10 jam per minggu): observasi
atau pengajaran yang dibantu;
2) Fase diferensiasi dengan durasi 6 bulan (total 12 jam per minggu):
termasuk observasi dan 48 jam seminggu mengajar dengan atau tanpa
bantuan;
3) Fase intensif dengan durasi 12 bulan (12-14 jam per minggu), termasuk 4
jam pengamatan seminggu dan atau pengajaran berbantuan, dan 8-10 jam
seminggu mengajar tanpa bantuan; dan
4) Persiapan untuk Ujian Negara Kedua, berlangsung 3 bulan (10 jam per
minggu): termasuk observasi, pengajaran berbantuan, dan pengajaran
tanpa bantuan.
Ujian negara fase kedua dilakukan oleh komite pemeriksaan yang berjumlah
enam orang dari pimpinan sekolah tempat mengajar dan dari kementrian pendidikan
(dikenal sebagai Oberschulrat atau Schulrat). Pemeriksaan evaluasi akhir komite
didasarkan pada empat hal berikut :
Di Jerman ada pendidikan khusus guru untuk jenjang sekolah tertentu dan
sertifikasi. Jenis program pelatihan guru dan persyaratan untuk sertifikasi guru di
negara dipengaruhi oleh sejarah politik dan iklim negara. Dalam hal ini negara diberi
wewenang untuk memberikan sertifikat mengajar kelas 1-10. Kategori-kategori
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tipe 1: Guru dilatih untuk sekolah dasar (Grundschule) atau sekolah dasar
level (kelas 1-4);
2) Tipe 2: Guru dilatih untuk semua sekolah (Hauptschule, Realschule , dan
Gym- nasium ) di tingkat menengah bawah (kelas 5-10);
3) Tipe 3: Guru dilatih untuk mata pelajaran akademik tertentu di tingkat
atau tingkat dary di Gymnasien dan Gesamtschulen (kelas 11-13);
4) Tipe 4: Guru dilatih untuk mata pelajaran kejuruan khusus di tingkat atas
sekolah kejuruan ( Berufsschulen , kelas 11-13); dan
5) Tipe 5: Guru dilatih untuk pendidikan khusus di semua tingkatan dalam
pendidikan khusus sekolah tion ( Sonderschulen ).
Di universitas penyelenggara pendidikan guru fase satu (university study atau
Lehramtstudium) dibagi menjadi beberapa penyelengara pendidikan guru berdasarkan
jenjangnya. Penyelenggaraan berdasarkan jenjangnya dapat dilihat dibawah ini :
3) Guru Gimnasium
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hansén, S.-E., Forsman, L., Aspfors, J., & Bendtsen, M. (2012). Visions for Teacher
Education – Experiences from Finland [VISIONS 2011: Teacher Education].
Acta Didactica Norge, 6(1), 9.
Isri, S. (2015). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan
Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan Indonesia . Jurnal Pendidikan Islam.
IV(1), (25-46)
Fasli Jalal. (2007). Artikel: Sertifikasi Guru untuk Mewujudkan Pendidikan yang
Bermutu. Universitas Negeri Medan