KATA PENGANTAR
Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang
digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.
TIM PENULIS
Penulis
Ade Dwi Utami, M.Pd
Azizah Muis, M.Pd
Dr. Hapidin, M.Pd
Dra. Nurbiana Dhieni, M.Psi
Dr. Sofia Hartati, M.Si
Sri Indah Pujiastuti, M.Pd
Dra. Winda Gunarti
Dra. Sri Wulan, M.Si
Dr. Asep Supena, M. Psi
Dra. Edwita, M. Pd
Dra. Gusti Yarmi, M. Pd
Dr. Yuliani Nuraini Sudjiono
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTARISI
COVER
ii
TIM PENULIS
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
PERISTILAHAN/GLOSSARY
vii
Bab I Pendahuluan
A.
B.
C.
D.
Deskripsi
Prasyarat
Petunjuk Penggunaan Modul
Tujuan Akhir
Tujuan Antara
Uraian Materi
1. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru
2. Hakikat Guru Profesional
3. Kompetensi Guru
B.
Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran
2. Model Pembelajaran Ekspositori
3. Model Pembelajaran Inkuiri
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
6. Model Pembelajaran Kooperatif
7. Model Pembelajaran Kontekstual
8. Model Pembelajaran PAKEM
9. Lesson Study
Pengembangan Silabus dan RPP
Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
Lembar Assesmen
Lembar Kunci Jawaban
Daftar Pustaka
Lampiran
vi
PERISTILAHAN/GLOSSARY
Afektif
Belajar
klasikal
Kognitif
Kompetensi
Kompetensi
dasar (KD)
Media
: Segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan isi
pelajaran, pembelajaran
memberikan kemudahan proses belajar
siswa.
Paradigma
Pembelajaran : (1) Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas);
vii
Perangkat
: Dokumen yang
pencapaian tujuan pembelajaran
bahan ajar, media pembelajaran,
: Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
yang
disusun
berdasarkan silabus, bersifat operasional, berfungsi sebagai
pedoman pencapaian kompetensi dasar.
Silabus
Sistematik
Sistemik
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta
Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Sebagaimana amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru profesional memiliki
kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan
bersertifikat pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang
diselenggarakan untuk memenuhi guru yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut.
Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi
pengayaan secara substansial maupun pedagogik kepada guru-guru
peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi
guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah
paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu
dapat meingkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap
terkait dengan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2012
telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan
Profesi Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim. Pada babbab berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat
Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III (Kegiatan Pembelajaran I).
Penguasaan dan pemilihan terhadap model-model pembelajaran akan
sangat membantu guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran,
sehingga pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sudah saatnya
siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga paradigma
pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Demikian
pula dengan atau tanpa pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), membuat perangkat pembelajaran (silabus, RPP,
B. Prasyarat
Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara
spesifik. Akan tetapi tidak ada salahnya jika para peserta pelatihan
memahami dengan baik terlebih dahulu dalam kaitannya dengan :
1. Regulasi penyelenggaraan PLPG
2. Teori-teori pembelajaran
3. Metodologi penelitian
4. Teknik penilaian.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat
meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang professional sesuai dengan
tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang
kualifikasi guru,
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. Tujuan Antara
Setelah mempelajari bab ini diharapkan pesrta dapat menganalis
kebijakan-kebijakan terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai guru professional, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya
sesuai dengan hakikat tenga profesi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pembelajaran/ pendidikan
B. Uraian Materi
1. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru
(.......................................)
b. Karakteristik Profesi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, pengertian guru
professional sebagai berikut.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
1) Ciri Profesi
Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan
sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai
berikut:
melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan
karier yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang
lama (sepanjang hayat, tidak mudah berganti).
pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan
keterampilan yang khusus (tertentu), yang tidak semua
orang dapat melakukannya.
menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam
praktik.
membutuhkan pelatihan (pendidikan) khusus dalam waktu
yang panjang.
terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau memiliki
persyaratan khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan
tersebut.
otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup
pekerjaannya.
menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan
yang diambilnya.
memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya
berkaitan dengan layanan yang diberikannya.
menggunakan
administrator
untuk
memudahkan
profesinya, dan relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter
menggunkan tenaga administrasi untuk mengelola data
klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap
pekerjaan dokter).
mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesinya.
Ciri Tambahan
Ciri tambahan adalah ciri yang kehadirannya tidak mutlak
harus ada. Jika ciri-ciri tambahan ini dipenuhi maka akan
semakin memperkokoh kualitas atau eksistensi profesi dari
pekerjaan tersebut. Ada tiga yang termasuk dalam katagori
ciri tambahan, yaitu (1) Adanya proses lisensi atau sertifikat.
Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak selalu perlu
untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki
c. Kompetensi Guru
1) Profil Pendidikan Guru
Luangkanlah waktu anda sejenak saja untuk membayangkan
peran seorang guru di dalam masyarakat. Kita akan melihat
hasil kerja guru melalui orang-orang yang telah dididik oleh
para guru. Mereka mampu menciptakan arsitektur bangunanbangunan menjulang tinggi, memproduksi teknologi canggih,
sebagai contoh nyata. Bukti hasil kerja guru banyak dan begitu
besar. Tentunya, disamping keberhasilan masih banyak pula
masalah yang perlu dibenahi, terutama masalah peran
pendidik dalam membangun mental bangsa yang sehat,
membangun karakter bangsa yang akan membawa kedamaian.
Masalah ini berkaitan dengan pendidikan, merupakan beban
berat yang harus dipanggul oleh para guru. Kekecewaan
terhadap karya guru banyak pula didengar. Perilaku guru
yang tidak senonoh, korupsi yang terjadi di lingkungan
pendidikan, premanisme yang berkembang di sekolah.lantas,
sosok guru seperti apa yang dapat membantu negara mengatasi
masalah yang sangat kompleks dalam rangka menyiapkan
pemimpin masa depan. Diharapkan para guru sendirilah yang
harus memikirkan kembali, bermenung sejenak tentang dirinya
dan profesi yang diembannya.
Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang
dirindukan: Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu
pengetahuan. Ia adalah cahaya yang menerangi kehidupan
manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus
kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan
akhlak.
Begitu mulianya seorang guru dimata Khalifah, guru adalah
orang yang pantas mendapatkan penghormatan. Sungguh,
orang yang mendidik anak-anak dengan kesungguhan berhak
untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan.
Terpujilah engkau guru seperti yang dinyanyi anak-anak kita.
Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output siswa yang baik
jika yang mengajar punya kualiatas kurang?
Profil pendidik guru mewakili gambaran tujuan pendidikan
nasional yang akan dicapai, yakni menyiapkan anak yang
berkembang menjadi dewasa secara utuh, cerdas, beriman,
taqwa dan berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohaninya.
Untuk mencerdaskan anak didiknya guru haruslah
mencerdaskan dirinya dahulu. Cerdas dibidang spiritual, yang
8
Kewajiban
seseorang.
juga tidak
ini adalah
10
11
12
15
19
20
21
23
26
27
Sembilan kode etik guru ini kalau kita simak satu per satu
sudah mengandung nilai bagaimana menjadi guru yang
profesional.
3) Etos Kerja
Etos kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok. Kalau dikaitkan dengan
profesi guru, etos kerja guru adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas guru dalam menjalankan profesinya.
Orang yang bekerja dilingkungan pendidikan, pendidik dan
tenaga kependidikan , seharusnya tidak hanya melihat
pekerjaannya sebagai tempat mencari nafkah. Ia harus
melihatnya sebagai tugas yang mengemban esensi
pendidikan. Menurut Isjoni dan Suarman (2003) pendidikan
itu bukan hanya untuk hari ini dan esok, melainkan
membangun kehidupan jauh kedepan. Esensi pendidikan
dalam hal ini bagaimana mencerdaskan SDM, masyarakat dan
bangsa, sehingga mampu beradaptasi sekaligus melakukan
pembaharuan dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu dikuasai. Yang mampu mengusainya adalah
orang yang cerdas IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ.
Sumber daya manusia yang berkualitas hanya akan didapat
dari guru yang memiliki berbagai kecerdasan tersebut. Guru
yang berkualitas akan terbentuk jika memiliki etos kerja yang
tinggi. Menurut Jansen Sinamo ada delapan etos kerja
unggulan yang perlu dipahami, yang dapat dikembangkan
oleh guru dalam bertugas. Etos kerja tersebut sebagai
berikut:
Kerja itu suci, kerja adalah panggilan ku, aku sanggup
bekerja benar.
Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup
bekerja keras.
Kerja itu rahmat, kerja adalah terima kasihku, aku sanggup
bekerja tulus.
Kerja itu amanah, kerja itu tanggungjawabku, aku sanggup
bekerja tuntas.
Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku
sanggup kerja kreatif.
Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdiaanku, aku sanggup
bekerja serius,
28
30
4) Komitmen
Makna Komitmen
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan dosen, Pasal 7 dinyatakan bahwa salah
satu prinsip profesionalitas butir c adalah guru memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003,
Pasal 40 Ayat (2) butir b, menyatakan pendidik dan tenaga
kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan butir
c memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
Komitmen adalah janji. Komitmen adalah janji pada diri kita
sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan
kita.
31
32
33
34
36
37
38
mulut cemberut
ringisan
mata berbinar-binar
irama suara
alis berkerut
senyum lebar
kelopak mata berat
nada suara melengking
cuping hidung mengembang
39
Artinya
Kepala manggut-manggut
Sangat memahami
Belum mengerti
Mengerutkan dahi
Susah memahami
Anda sukses
berkomunikasi dengan
siswa
Guru harus kreatif jika di kelas yang diajarnya ada siswa yang
ngobrol dengan temannya. Tidak melihat ke depan, atau
kalau ditanya tidak menjawab. Teramati tidak semangat
mengikuti pelajaran. Lakukan interaksi dengan memberi
umpan balik. Guru harus berusaha mencari akar
permasalahannya, jangan hanya fokus menyelesaikan
program pembelajaran hari itu. Sikap empati yang tinggi dari
guru akan mampu mengatasi masalah belajar siswanya.
40
C. Lembar Kerja
1. Baca dan analisis tujuan pendidikan nasional dan buatlah rancangan
profil guru yang akan mampu mewujudkan tujuan tersebut?
2. Lakukan evaluasi diri, apakah anda sebagai guru sudah memiliki
profil pendidik guru yang digambarkan seperti di atas?
3. Rancanglah kegiatan yang harus dilakukan guru untuk satu
minggu sesuai tanggung jawab profesi!
41
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN 1
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan
pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang
dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas
mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Modeldiartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalammelakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu
tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan
untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan
inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
sistematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu sistem yang mungkin
atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agardapat menjelaskan
dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2000:152).
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya,
walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang
sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar
dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan
dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran
bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembeiajaran.
Dalam mengajar, guru dapat mengembangkan model mengajarnya
yang dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik
dalam perilakusiswa, Pengembangan model-model mengajar tersebut
dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya
untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih
bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Salah satu batasan tentang
model mengajar adalah :
Model of teaching can be defined as an instructional design which describes
theprocess of specifying and producing particular environmental situations
penelitian (Ross & Kyle, 1987) model ini sangat efektif untuk
mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anakyang
memiliki kemampuan kurang.
Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan model yang
berpusat pada siswa.
mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk
menerimanya.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk
mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu
selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui
proses belajar mandiri.
c. Prosedur Pelaksanaan Model Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan model ekspositori
terlebihdahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap
guru yang akan menggunakan model ini
1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai
2) Kuasai materi palajaran dengan baik
3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses
penyampampaian
Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
Ada beberapa langkah dalam penerapan mode! ekspositori, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
Persiapan (Preparation)
Penyajian (Presentation)
Korelasi (Correlation)
Menyimpulkan (Generalization)
Mengaplikasikan (Aplication)
c.
c. Karakteristik MPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk nengembangkan
kemampuan berpikir, MPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran melalui MPPKB menekankan kepada proses
mental siswasecara maksimal. MPPKB bukan model pembelajaran
yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat,
tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini
sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya,
bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa
behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap
kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan
stimulus-respon saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental
yang diatur otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka
dalam proses implementasi MPPKB perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara
mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian
utama guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses
pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang
dipelajari, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya.
Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif
siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari secara
metoda apa yangakan digunakan.
Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini
guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat
hubungan antar bagian yang dipelajari.
Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa
manakala
siswa
dapat
mengorganisasikannya
dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru
harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan
bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan
yang telah mereka miliki.
Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari.
Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan
aktivitas secara fisik.
2) MPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab
secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya
jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan
2) Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami
pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau
pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah
guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap
pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang diangap relevan
dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah
selanjutnya guru rnenentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan Tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3) Tahap Kontrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada
tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang
dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan
yang diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja
persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman
siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini guru
harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar
memahami persoalan yang harus dipecahkan. Mengapa demikian?
Sebab, pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk
dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada
tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini.
4) Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MPPKB. Pada tahap
inilah siswa berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri,
siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh
sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam
upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru
harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat
menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya,
memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan
gagasan, dan lain sebagainya
5) Tahap Akomodasi
Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman
lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan
menambah tingkat partisipasi mereka.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang
lain. Perbedaantersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan kepadakerja sama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuanakademik dalam pengertian
penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanyaunsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilahyang menjadi ciri
khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar
melalui kooperatifdapat dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu
perspektif motivasi,perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif,
dan perspektif elaborasikognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepadakelompok memungkinkan setiap
angota kelompok akan saling membantu.
Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah
keberhasilankelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap
anggota kelompok untukmemperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setap siswa akan
salingmembantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua
anggota kelompokmemperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok
dengan mengevaluasikeberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan
iklim yang bagus, di mana setiapanggota kelompok menginginkan
semuanya memperolah keberhasilan.Perspektif perkembangan kognitif
artinya bahwa dengan adanya interaksiantara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikirmengolah berbagai
informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswaakan berusaha
untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model
pembelajarankooperatif adalah :
1)
2)
3)
4)
2)
3)
4)
5)
a) Konstruktivisme
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa
bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan
dan pengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya
akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan
yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Atas dasarasumsi yang mendasar itulah, maka
penerapan asas konstruktivisme dalam pembelajaran CTL, siswa
didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri
melalui pengalaman nyata
b) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya,
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan peneluan
melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasildari rnengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengandemikian dalam proses perencanaan,
guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaranyang memungkinkan siswa
dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya
Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu
saja?Tentu tidak. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat
dilakukanmelalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat
dilakukan melaluibeberapa langkah,yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Merumuskan masalah
Mengajukan hipotesis
Mengumpulkan data
Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
Membuat kesimpulan
c) Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam
proses pembelajaran melalui CTL, guru tidakmenyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswadapat
menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan
LANGKAH KEGIATAN
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini
digambarkan sebagai berikut:
Komponen Pembelajaran
a.
Kegiatan Siswa
b.
c.
a.
Kegiatan Guru
b.
c
.a.
.
b.
c
.a.
Guru
b.
Jenis Pertanyaan
atau Penugasan Yang
Dikerjakan Siswa
Sumber Belajar Yang
Digunakan
Lainnya: .
c
.a.
.
b.
c
a.
b.
.
.
c.
.a.
.
.
b.
c
.
praktik ibadah
berceramah
membuat poster
membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
menata pajangan
menata buku perpustakaan
membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
melakukan wawancara
membuat denah
membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan
membaca kamus
mencari informasi dari ensiklopedi
melakukan musyawarah
mengunjungi dan menemukan alamat situs website
berorganisasi
mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik
membuat cergam
membuat resensi buku
mengkritisi suatu artikel
mengkaji pola tulisan suatu artikel
menulis artikel ilmiah populer
membuat ensiklopedi
(tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir
danmengaplikasikan pengetuan yang sudah dimiliki siswa)
Pengelolaan KBM
Pengelolaan Tempat Belajar
Pengelolaan Siswa
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Pengelolaan Isi Pembelajaran
Pengelolaan Sumber Belajar
Pengelolaan Tempat Belajar
Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran
yang akandicapai
Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa
Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram,
model, benda asli,kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot
sekolah, sumber belajar
Pengelolaan Siswa
Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh
kelas
Hal yang perlu menjadi pertimbangan
jenis kegiatan
tujuan kegiatan
keterlibatan siswa
waktu belajar
ketersediaan sarana/prasarana
karakteristik siswa
Tabel Keberagaman Karakteristik Siswa
Faktor Keberagaman
Isi(bycontent)
Pengelolaan Siswa
Arti
Contoh
Terbuka
Pertanyaanya memiliki
lebih dari satu jawaban
benar
Mengapa ibukota
Indonesia Jakarta?
Tertutup
Pertanyaanya memiliki
hanya satu jawaban
benar
Produktif
Tidak Produktif
Imajinatif dan
interpretatif
Jwb-nya diluar
benda/gambar/kejadia
n yg diamati
Faktual
(Diperlihatkan gb gadis
termenung dipinggir
laut). Diajukan
pertanyaan,Apa yang
sedang dipikirkan gadis
itu?
Apa yang dipakai gadis
itu?
Perilaku Siswa
Menurutmu bagaimana?
Meminta penjelasan,Dptkah
kamu jelaskan, mgp demikian?
Berargumentasi
1.
2.
3.
5.
6.
diskusi
dalam
peserta
untuk
Komponen
Pembelajaran
Percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas.
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
mengembangkan
keterampilan.
Melakukan percobaan,
pengamatan,atauwawancara
Mengumpulkan data/jawaban
danmengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari
rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain
dengan katakata sendiri
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk
mengungkapkan
gagasannya sendiri
secara lisan atau
tulisan.
Guru menyesuaikan
bahan dan kegiatan
belajar dengan
kemampuan siswa.
Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman siswa
sehari-hari.
Menilai pembelajaran
dan kemajuan belajar
siswa secara terus
menerus.
Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan
pemikiran anak sendiri
Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan
tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebutt
Tugas perbaikan atau pengayaan
diberikan
Siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya
sendiri.
Siswa menerapkan hal yang
dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
h. Implikasi PAKEM
Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai
berbagaiimplikasi yang mencakup:
1) Implikasi bagi guru
Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan
guruyang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman
belajar bagi anak,juga dalam memilih kompetensi dari berbagai
mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Sebaliknya
pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun
ciri-ciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah
menggunakan buku paket, jawaban harus sama dengan guru, guru
mendiktekan apa yang harus dilakukan, guru memberi contoh,
temuan
Siswa
Siswa tidak takut bertanya;
Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan
masalah;
Siswa aktif bekerja;
Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
Siswa melakukan kegiatan baca mandiri;
Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana,
menulisbiograpi tokoh).
Kelas
Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa;
Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar;
Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan
siswa,siswa dan siswa;
Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku)
yangdimanfaatkan siswa.
i. Desain Pembelajaran PAKEM
1) Pengantar
Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja
kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran
dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop,
semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku,
maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM.
Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk
berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi
tidak semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan
kelas itu PAKEM.
Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak
cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi
harus diperhatikan pula intensitasketerlibatan siswa dalam belajar.
Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk
penerapan PAKEM dikelas, biasanya akan menemui masalah.
Beberapa masalah yang masih sering ditemukan baik dalam
dalam
tugas
3) Langkah Kegiatan
4) Uraian Materi
A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru
1. Identifikasi Kesulitan Belajar
a) Pengantar
Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan,
melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan
rencana yang telah disusun, guru sering mengalami kendala
dan permasalahan sehingga kompetensi yang telah
ditetapkan di masing masing mata pelajaran tidak
mencapaihasil yang maksimal.
Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang
pengaruh penting terhadap pencapaian kompetensi adalah
peserta didik. Keberadaan peserta didik, tingkat
kecerdasan, motivasi belajar, dan lainnya berpengaruh
terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran.
b) Tujuan
Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat :
1) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi
pembelajaran padasetiap mata pelajaran
dalam
Indikator
Ya
Pengelolaan
Kelas
Tidak
Kualitas
Pertanyaan dan
Cara Guru
Bertanya
Refleksi
Keterlibatan
Peserta didik
Sumber
Belajar/Alat
Bantu
Tersedia sudut
baca/perpustakaan dan
dimanfaatkan oleh guru dan
seluruh peserta didik.
Keterlibatan
Peserta didik
Identifikasi
layanan khusus
serta individual
Kompetensi
Dasar
Menyusun
percakapan
tentang
berbagai topik
dengan
memperhatika
n penggunaan
ejaan.
Kegiatan Inti
Pembelajaran
Benda
berbicara
mendeskripsikan
benda yang dipilih
untuk menentukan
peran dalam
percakapan
menyusun
percakapan dengan
memperhatikan
ejaan
melakukan
percakapan
Percakapan
Rumpang
Menyusun
Percakapan
Acak
Alih Bentuk
bermain
melanjutkan
kalimat percakapan
yang belum selesai
diawali dari satu
kalimat kemudian
dilanjutkan oleh
teman yang
lainnya.
melengkapi
percakapan
rumpang
menyusun
percakapan dengan
memperhatikan
ejaan
bermain acak
kalimat tanyajawab
menyusun
percakapan acak
menyusun contoh
percakapan lainnya.
melakukan
percakapan
Membaca
prosa/cerita
pendek.
mengubah prosa ke
dalam bentuk
percakapan
(dialog).
melakukan
percakapan/bermai
n peran
: Bahasa Indonesia
Tema
: Lingkungan
Kelas / Semester
: VI (Enam) /1 (Satu)
Hari / Tanggal
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (1XPertemuan)
1. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara
tertulis dalambentuk formulir, ringkasan, dialog, dan
paragraf.
2. Kompetensi Dasar
Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan
memperhatikan pengunaan ejaan.
3. Indikator
a. Mendeskripsikan benda untuk menentukan peran
dalam percakapan.
b. Menyusun percakapan dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
c. Melakukan percakapan.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Melalui diskusi, peserta didik dapat menentukan peran
dalam percakapan dengan benar.
b. Melalui diskusi, peserta didik dapat menyusun
percakapan dengan memperhatikan penggunaan ejaan
dengan benar.
c. Melalui latihan bercakap cakap, peserta didik dapat
melakukan percakapan dengan baik.
5. Alat dan sumber bahan
a. Alat : Buah buahan
b. Sumber bahan :
1) Silabus kelas VI
2) Buku Bina Bahasa dan Sastra Indonesia Erlangga
6. Materi Pokok Pembelajaran
Kalimat percakapan
7. Metode Pembelajaran
a. Diskusi
b. Bermain peran
8. Langkah langkah Pembelajaran
Pengorganisasian
Kelas
No
Kegiatan
Peserta
didik
Kegiatan Awal
a. Mengkondisikan peserta didik
dengan bermaintebak tebakan.
b. Penjelasan tujuan pembelajaran
15
13
10
Kegiatan Inti
a. Membentuk kelompok
b. Wakil kelompok mengambil LK dan
buah - buahan
c. Diskusi kelompok menentukan
peran dalampercakapan
d. Diskusi kelompok membuat
percakapan dari sekelompok
benda
e. Dalam kelompok berlatih
memainkan peran
f. Melakukan percakapan
g. Menangggapi tampilan kelompok
lain dalam melakukan percakapan
Waktu
Kegiatan akhir
a. Memberi penguatan
b. Memajang hasil karya peserta didik
9. Penilaian
a. Bentuk : Proses
Teknik : Kinerja
b. Bentuk : Produk
Teknik : Karya dua dimensi ( LK terlampir)
Surakarta, 10 Nopember
2009
Mengetahui
Kepala sekolah,
NIP.
Guru Kelas
Lampiran-lampiran
LEMBAR KERJA 1
( KELOMPOK )
Tema
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar
Kelas / Semester
: VI / 1
LEMBAR KERJA 2
( Individu )
Tema
Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar
Kelas / Semester
Disediakan wacana :
Nama
: __________
No Absen
: __________
LEMBAR PENILAIAN
DISKUSI MENYUSUN PERCAKAPAN
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kerja sama
Aktifitas
( 1-40 )
( 1-30 )
Menghargai
Nilai
Pendapat
( 1-30)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LEMBAR PENILAIAN
HASIL KARYA DIDIK (KARYA DUA DIMENSI)
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kelengkapan Kesesuaian
(4)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(4)
Ejaan
(2)
Nilai
Kriteria Penilaian
a. Kelengkapan
Jika jawaban lengkap
Jika jawaban hampir lengkap
Jika jawaban setengah lengkap
Jika jawaban kurang lengkap
Jika peserta didik tidak menjawab
4
3
2
1
0
b. Kesesuaian
Jika jawaban sesuai
Jika jawaban hampir sesuai
Jika jawaban setengah sesuai
Jika jawaban kurang sesuai
Jika peserta didik tidak menjawab
4
3
2
1
0
c. Ejaan
Jika ejaan seluruhnya benar
Jika ejaan hampir seluruhnya benar
Jika ejaan setengah benar
Jika ejaan hanya sedikit benar
Jika ejaan tidak ada yang benar
2
1,5
1
0,5
0
3. Pengelolaan Kelas
Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur
menghadap ke papan tulis danpeserta didik duduk berjajar.
Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatanPAKEM
pengaturan tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan
model pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru,
misalnya pola tempat duduk berpasangan, pola tempat duduk
dalam bentuk U akan memudahkan peserta didik
berinteraksi dan melakukan aksi dalam proses pembelajaran.
Sebaiknya guru selalu mendesain pola tempat duduk yang
disesuaikan dengan skenario pembelajaran yang dirancang
dalam RPP
Contoh model tempat duduk
Gamba
r Contoh Pemberian Bantuan dan Umpan Balik
5. Alat/MediaSumber Belajar
a) Pengantar
Fungsi utama alat peraga adalah untuk membantu menanamkan
atau mengembangkankonsep yang abstrak, agar peserta didik
mampu memahami arti sebenarnya dari konseptersebut. Dengan
melihat, meraba dan memanipulasi objek/alat peraga, peserta
didikmemiliki pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan
tentang arti suatu konsep
b) Tujuan
Ada beberapa tujuan penggunaan alat peraga/media
pembelajaran, antara lain:
1) Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pelajaran
untuk
c) Contoh Pajangan
b) Tehnik Penilaian
Banyak cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap peserta didik. Pada dasarnya, teknik penilaian
tersebut adalah cara penilaian kemajuanbelajar peserta didik
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harusdicapai. Penilaian ini didasarkan pada indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih
(kognitif, afektif, dan psikomotor). Berdasarkan indikatorindikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah
penilaian itu dilakukan dengan tes (tertulis atau lisan), observasi,
praktek, dan penugasan secara individu atau kelompok.
Di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, penilaian dilakukan
secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas,proyek dan atau produk, portofolio, dan
penilaian diri. Berikut ini sedikit gambaran masing-masing
teknik penilaian.
c) Penilaian melalui Tes
Penilaian melalui tes dilakukan secara tertulis atau lisan (tes
tertulis). Ada dua bentuk soal untuk penilaian tertulis ini, yaitu
memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban
dibedakan menjadi (1) pilihan ganda; (2) dua pilihan (benarsalah, ya-tidak); (3) menjodohkan; dan (4) sebab-akibat. Tes
tertulis yang berupa mensuplai jawaban, dibedakan menjadi (1)
isian atau melengkapi; (2) jawaban singkat ataupendek; dan (3)
uraian. Penyekoran pada penilaian tertulis harus jelas.
d) Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilaiterhadap aktivitas (dalam melakukan
pekerjaan) peserta didik. Penilaian ini cocokuntuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugastertentu, misalnya presentasi hasil pengamatan
di desanya tentang erosi.
e) Penilaian Sikap
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
Geografi di SMA antaralain (1) sikap terhadap materi pelajaran;
(2) sikap terhadap guru/pengajar; (3)sikap terhadap proses
pembelajaran; (4) sikap berkaitan dengan nilai atau normayang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran, misalnya kasus
atau masalahlingkungan hidup, berkaitan dengan materi IPA;
dan (5) sikap berhubungan dengankompetensi afektif lintas
kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Penilaianini
menggunakan skala sikap dari sangat setuju hingga sangat tidak
setuju.
f)
h) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik. Hasil
kerja ini disusunmenjadi sebuah portofolio. Jadi, potofolio
merupakan koleksi pribadi hasil kerja peserta didik yang
mencerminkan tingkat pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan,
dan pekerjaan terbaiknya. Penilaian portofolio ini didasarkan
pada kumpulan hasilkerja peserta didik secara individu pada
satu periode untuk suatu mata pelajaran.
i)
j)
3) Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari
pertanyaan sebagai berikut:(1) Bagaimana keadaan anak
waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial,dan
emosional?; (2) Sejauh mana anak berpartisipasi dalam
kegiatan di sekolah?; (3)Kemampuan/kompetensi apa yang
sudah dan belum dikuasai dengan baik?; dan (4)Apa yang
harus orang tua lakukan untuk membantu dan
mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?
4) Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik,
yang berisi informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu satu
semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi
guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik,
sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan
remedial.
Bagian A: Pengantar
Kegiatan pada sesi ini diawali dengan pembukaan dari
instruktur membuka dan menyampaikan informasi yang
berkait dengan isu dalam kegiatan PAKEM. Kemudian
memberikan informasi tentang pengalaman belajar apa yang
akan dilaksanakan dalam sesi ini.
Bagian B: Keterampilan Bertanya (60 menit)
Instruktur membuka sesi dengan pertanyaan berikut untuk
menimbulkan gagasandari peserta:
Mengapa kita mengajukan pertanyaan kepada siswa?
Pertanyaan apa yang sering disampaikan oleh guru,
mengapa?
Mengacu kepada kegiatan modeling sebelumnya, peserta
diminta untukmengidentifikasi pertanyaan pertanyaan
yang
terdapat
pada
kegiatan
tersebut.Kemudian
mendiskusikannya.
Fasilitator memberi contoh bacaan (lihat Lampiran 10) dan
berbagai pertanyaanyang memuat/mengacu pada ketiga
jenis/sifat pertanyaan di bawah ini:
Mencari informasi
Memanfaatkan pengetahuan
Menciptakan sesuatu yang baru dan memberikan
pendapat
secara
klasikal,
Klas
klp indv
Alasan
Kegiatan
Belajar
Keterampilan
Bertanya
Pengorganisasian Kelas
Pembelajaran
Kooperatif
B. Lesson Study
1. Landasan Yuridis, teoritis dan empiris perlunya Lesson Study
a)
Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan tercermin dari mutu SDM. SDM kita masih rendah
berarti mutu pendidikan pun masih rendah. Mengapa demikian?
Masyarakat beranganggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya
diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional (UN) baik maka
dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Atau kalau suatu
sekolah banyak meluluskan siswa ke perguruan tinggi melalui SPMB
maka dianggap sekolah itu pavorit dan banyak diserbu orang tua
untuk menyekolahkan anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan
nilai UN. Akibatnya orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk
menitipkan anaknya pada bimbingan belajar yang melakukan latihan
menjawab soal-soal UN atau SPMB, karena orang tua menginginkan
anaknya diterima di sekolah paforit atau perguruan tinggi top. Proses
pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang
tua dan dari pemerintah, yang penting hasil UN (Ujian Nasional).
Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru
lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara siswa
mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer
pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan target
tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum
kepada siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada
siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri.
Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk
berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali
guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum
berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di
sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa
dokumen renpel (rencana pelajaran). Pengawas sangat jarang masuk
kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara
sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah.
Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi
guru, seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan
supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru
tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik,
memikirkan metoda mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan
untuk percobaan IPA di laboratorium. Ini berarti bahwa selama ini kita
kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam
ruang kelas. Semestinya, kita lebih memperhatikan proses
pembelajaran dan hasil tes merupakan dampak dari proses
pembelajaran. Secara internasional, mutu pendidikan di Indonesia
masih rendah, sebagai contoh dalam bidang MIPA, the Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2003) melaporkan
bahwa di antara 45 negara peserta TIMSS, peserta didik SMP kelas 2
Indonesia berada pada urutan ke-36 untuk IPA dan ke-34 untuk
Matematika. Siswa-siswa Indonesia hanya dapat menjawab soal-soal
hafalan tetapi tidak dapat menjawab soal-soal yang memerlukan nalar
atau keterampilan proses. Proses pembelajaran yang baik seharusnya
menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya
mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan
proses pembelajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari
proses pembelajaran yang benar. Seiring dengan perkembangan
IPTEK, pengetahuan guru harus selalu disegarkan. Kegiatan seminar
atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk penyegaran
pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Sayangnya,
tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru untuk
berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi dalam
kegiatan MGMP. Seharusnya kepala sekolah mendorong bahkan
memfasilitasi guru agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah, seperti seminar untuk menambah wawasan guru. Selain itu,
sedikit guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ICT (Information
Communication Technology) di sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan padahal fasilitas itu sudah masuk ke sekolah, seperti
komputer dan telpon. Sementara, sekolah mampu menyediakan dana
untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata.
tidak terduga. Jika materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi
siswa, maka kemungkinan alternatif intervensi guru untuk
menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan
secara matang. Sebaliknya, jika ternyata materi ajar yang dirancang
terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi yang bersifat
pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum
implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan
yang mantap sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat
lesson study dilaksanakan mampu mengoptimalkan proses dan hasil
belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 4.1 di bawah ini
memperlihatkan sekelompok guru bersama beberapa orang dosen
sedang melakukan diskusi untuk mempersiapkan sebuah lesson study.
Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan
strategi pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Analisis kegiatan
tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan pengalaman masingmasing dalam mengajarkan materi yang sama. Berdasarkan analisis
pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi baru
yang diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang
optimal. Strategi pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi
bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk
melakukan proses belajar secara aktif; aktivitas-aktivitas belajar
bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan inti
pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan
materi ajar, interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan
guru; bagaimana proses pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa
atau antar kelompok harus dilakukan; bagaimana strategi intervensi
guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta bagaimana
aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian
aktivitas dari awal sampai akhir pembelajaran perlu diperhitungkan
secara cermat termasuk alokasi waktu yang tersedia. Selain
mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, tidak kalah
penting untuk mempersiapkan fihak-fihak yang perlu diundang untuk
menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam
pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan untuk
mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli
pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat
yang berkepentingan, atau masyarakat pemerhati pendidikan.
Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting
Siswa
Ruangan kelas
Media
Silabus, RPP
Guru
Bahan Ajar
Evaluasi
Input
Lulusan
Umpan Balik
Gambar Interaksi Sistem Pembelajaran di Kelas
Indikator
Materi Pembelajaran
P
A
N
A
L
I
K
Penentuan
Materi
Penilaian
Perilaku Awal
Penyusunan
Tujuan Belajar
Alokasi
Waktu
Alokasi
Tempat
Evaluasi Hasil
Belajar
Pemilihan Sumber
Belajar
Analisis
Umpan Balik
1) Sistem
Desain sistem pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan
sistem, di mana setiap komponen berinteraksi dengan komponen
lainnya dan saling ketergantungan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Teori ini berimplikasi kepada setiap komponen
pembelajaran harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan
pembelajaran. Apabila satu komponen tidak dikembangkan dengan
baik (konsisten dan memadai) akan mengakibatkan kualitas akan
menjadi rendah dan pengimplementasian di lapangan terganggu.
Implikasi lain adalah melalui pendekatan sistem ini adalah setiap
komponen dapat segera diperoleh umpan balik dapat direvisi setiap
saat. Hal ini tampak dalam model sistem dari Filbeck yang menjelaskan
bahwa sub sistem (komponen sistem) saling berhubungan atau
berintegrasi dalam menjalankan fungsinya.
Sebagai contoh dikemukakan adanya sistem dalam perencanaan
pembelajaran, tampak dalam model berikut ini.
Interpretasi data
Kegiatan tahap ini siswa diminta untuk melakukan:
Penerapan prinsip
Tahap ini merupakan aplikasi prinsip dan kesimpulan data yang
dirumuskan siswa dengan cara:
mengajukan permasalahan baru.
menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan
menjelaskan dasar
hipotesisnya.
teori
untuk
memperkuat
argumen
4) Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dari sender kepada receiver. Konsep
komunikasi dari Berlo yang disebut S - M - C- R, Source- MessageChannel - Receiver menggambarkan betapa penting saluran
penyampaian pesan yaitu media. Implikasi dari teori ini, dalam
perencanaan pembelajaran komponen media menjadi sub sistem
pembelajaran yang berfungsi untuk mengurangi verbalisme dan dapat
membantu pemahaman siswa dengan persepsi yang sama.
Contoh:
dalam
merencanakan
langkah
Tujuan Umum
Tujuan Pembelajaran
Umum/Standar
Kompetensi/
Tujuan Kurikuler
Standar Kompetensi
Kompetensi
Atau
Tujuan Khusus
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Khusus/Kompetensi
Dasar/Sub
Indikator
Kompetensi
Kriteria
Untuk Kerja
Indikator
Merangkai
(articulation):
siswa
diharapkan
untuk
menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan
yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh: siswa dapat
menggunakan kalkulator untuk mengerjakan 10 soal
matematika dalam waktu 10 menit.
Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan
gerakan tertentu secara spontan dan otomatis. Siswa
melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara
melakukannya dan urutannya. Contoh: siswa dapat
mengoperasikan program data base dengan lancar.
Meniru
Mengamati
Mencontoh gerak
Menerapkan
Mengikuti
petunjuk
Menampilkan
gerak
Memantapkan
Mencermati
penampilan
Mengoreksi
kesalahan
Merangkai
Mengkoordi
nasikan gerak
Konsistensi
internal
Naturalisasi
Penampilan
alamiah
Efisiensi &
efektivitas
gerak
Menerima
Menyadari
Menampung
Memperhatik
an
Menghargai
Menerima
nilai
Menanggapi
Memihak
Mengikuti
pada nilai
Melibatkan
Komitmen
Memuaskan
pada nilai
Mengornisasi
kan
Mengkonsep
tualisasi
Merangkai
sistem
Mengamalkan
Menggeneraal
isasi sistem
nilai
Menginter
nalisasi nilai
dalam hidup
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 3
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
analisis
Materi Pembelajaran
Komponen materi pembelajaran pada sistem rancangan pembelajaran
merupakan salah satu isi pengalaman belajar, dirancang sebagai bahan
kajian yang disebut mata pelajaran. Hal ini dikemukakan dalam pasal 20
PP RI No 15 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, "setiap
perencanaan pembelajaran akan memuat antara lain materi ajar yang
dikelola secara sistematis setelah perumusan tujuan. Tyler dalam model
pengembangan kurikulum menyebut dengan istilah merinci konten dan
mengorganisasikan konten. Sedangkan Reigeluth menyebut dengan istilah
pengorganisasian isi mata pelajaran.
Materi pelajaran adalah konten atau isi pelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi ya ng
didik. Isi pelajaran dalam perencanaan pembelajaran
bagian-bagian kecil agar memudahkan siswa untuk
diorganisasikan
dicapai peserta
dirinci menjadi
menyampaikan,
Memotret dengan
teknik pencahayaan
Sinar depan
Definisi
Sinar samping
Prasya
Prosed
rat
ur
Sinar belakang
o Dan seterusnya.
Empat tipe isi pelajaran seluruhnya atau sebagian dapat terkandung di
dalam materi pokok, dan biasanya terkait satu dengan lainnya.
Contoh:
Materi pokok
Fakta
Konsep
Prinsip
harus
Prosedur
Fakta
Obyek
Peristiwa
Simbol
Asosiasi
ketiganya
Konsep
Definisi
Klasifikasi
Ciri
Fungsi
Prinsip
Aturan
Hukum
Syarat
Prosedur
Urutan
Cara kerja
Langkah/tahapan
Strategi Pembelajaran
Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang jitu untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran/kompetensi. Mengapa? Karena keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran/kompetensi tergantung kepada banyak
faktor antara lain tipe isi pelajaran, tempat proses pembelajaran
berlangsung atau dari pelaksana pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu,
unit ini sebaiknya Anda cermati dengan seksama.
Pembelajaran merupakan proses mengupayakan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah ditetapkan atau kegiatan
memfasilitasi peserta didik berinteraksi dengan lingkungan sehingga
diperoleh pengalaman belajar. Upaya dan kegiatan ini direncanakan oleh
guru di dalam komponen strategi pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran dapat dilaksanakan.
Strategi pembelajaran oleh sebagian ahli diidentikkan dengan sebutan
metode pembelajaran atau pendekatan dalam membelajarkan. Metode
Dengan teori belajar ini siswa bukan hanya mendengar atau melihat,
juga melakukan sehingga pengalaman belajarnya menjadi berkualitas.
Kedua contoh pandangan tersebut sejalan dengan definisi strategi
pembelajaran yang dikemukakan oleh Seels dan Richey yaitu spesifikasi
untuk memilih dan mengurutkan proses belajar atau kegiatan-kegiatan
pembelajaran dalam suatu pelajaran.
Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Tujuan Pembelajaran
Strategi
Strategi
Pembelajaran
Pembelajaran
Materi Pembelajaran
METODE
Langkah Pembelajaran/ Urutan
Kegiatan Pembelajaran
Interaksi
Belajar Mengajar
Media
Interaksi
Belajar Mengajar
belajar (siswa) dan yang membelajarkan (guru). Dalam hal ini Percival
dan Ellington menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut.:
-
siswa
melalui
penjelasan
guru
demonstrasi/atau contoh oleh guru.
atau
peragaan/
Penugasan kepada siswa dalam bentuk aplikasi atau tugastugas lain kedalam situasi yang sebenarnya sebagai tindak
lanjut dari pengalaman belajar.
Siswa ditugaskan oleh guru untuk mencari kasus yang baru dan
membuktikan melalui proses yang pernah dilakukannya
sebagai penguatan sehingga pengalaman belajar dapat
disimpan lebih lama.
- Orkestrasi Isi
Strategi ini merupakan langkah menyajikan materi pembelajaran
yang dapat direncanakan oleh guru sehingga proses pelaksanaan
pembelajaran berhasil. Kegiatan yang harus direncanakan adalah:
Penyajian prima
Artinya guru menyampaikan isi pelajaran dengan menggunakan
keterampilan mengajar mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan
penutup. Selain itu kemampuan berkomunikasi baik verbal
(volume, kejelasan, kecepatan, jeda, tulisan) maupun nonverbal
(ekspresi, kontak mata, gerakan tubuh pakaian, posisi berdiri,
cara bersolek) sangat menentukan penyajian materi pembelajaran
menjadi prima.
Aktivitas
belajar
optimal
Tanggung
jawab
dilatih
Kebutuhan
/
potensi
individu
Kasus,
diskusi
kerja
kelompok
Tersedia
bahan
ajar/sumbe
r belajar
De Porter
Induktif
Suasana
belajar
Pemecahan
masalah
Ruang
kelas
Guru
fasilitator
Komunit
pembelajar
as belajar
an
Siswa aktif
Sumber
belajar tak
terbatas
Keteram
pilan
mengajar
Komunik
asi
Interaksi
belajar
mengajar
2) Sistem sosial
Mengkondisikan belajar dengan situasi masalah.
Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, guru memberikan gambaran ringkas tentang
keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan dipelajari, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai(kompetensi dasar dan indikator)
dan mekanisme pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru mulai mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan memberikan penugasan yang harus
dikerjakan secara kelompok. Kemudian guru menyajikan pokokpokok materi dan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara
kelompok.
Setelah mendapatkan penugasan, para siswa duduk berkelompok
dan mendengarkan penjelasan guru serta mulai mengerjakan tugas
yang diberikan. Masing-masing siswa dalam kelompok
mendapatkan tugas khusus dari kelompok untuk diselesaikan dan
kemudian disampaikan dalam forum yang lebih luas. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, para siswa berkesempatan
untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di
sekolah (misalnya mencari rujukan atau materi yang perlu di
perpustakaan,
bertanya
kepada guru, berdiskusi dengan teman kelompok, dan sebagainya).
Guru selama proses ini berlangsung bertindak sebagai fasilitator
dan memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa untuk
bekerja.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan,
kemudian diadakan panel hasil kelompok. Wakil dari setiap
Persiapan
Merumuskan tujuan studi lapangan.
Menentukan lokasi, waktu dan pembimbing.
Mengkondisikan
lapangan.
pengetahuan/keterampilan
siswa
di
ii.
Pelaksanaan
Menginformasikan tujuan studi lapangan.
Membagikan bahan tugas dan instrumen.
Mengobseruasi ke lapangan.
Memonitoring kesulitan yang dialami siswa.
Menyusun laporan.
Mempresentasikan laporan.
iii.
Penutup
Memberi umpan batik.
Tabel Strategi Pembelajaran Beberapa Ahli
Tujuan dari
ahli
Gagne
Dick Carey
Joyce & Weil
Slavin
Ide
Sintesis Kreasi
Peristiwa
pembelajaran
1. Persiapan
Strategi
pembelajaran
3. Evaluasi
2. Pelaksanaan
Model
pembelajaran
Pembelajaran
kooperatif
Rencana
pengembangan
strategi
pembelajaran
dapat
pula
menggunakan satu teori dari ahli yang bersifat operasional yang
dikemukakan Atwi Suparman, dan dapat digunakan untuk tingkat
perencanaan pembelajaran mikro (RPP). Sedangkan untuk komponen
metode, media dan waktu dapat digunakan untuk tingkat perencanaan
pembelajaran makro (silabus). Rencana pengembangan pembelajaran
dibuat dalam bentuk bagan beserta contohnya sebagai berikut:
Metode
Media
Waktu
Pendahuluan Relevensi:
TIK:
Uraian:
Penyajian
Contoh:
Latihan:
Tes Formatif:
Penutup
Umpan Balik
Tindak Lanjut.
Metode
Ceramah
Dokumentasi
Penampilan
Diskusi
Menganalisis/memecahkan masalah
Studi Mandiri
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistensi
/mengevaluasi/ melakukan sesuatu baik yang
bersifat kognitif, psikomotorik.
Kegiatan
Instruksional
terprogram
Latihan
dengan teman
Simulasi
No
9
Metode
Sumbang
saran
10
Studi kasus
Menganalisis/memecahkan masalah
11
Computer
Assisted
Learning
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis
/
mengevaluasi/melakukan
12
Insiden
Menganalisis/memecahkan masalah
13
Praktikum
14
Proyek
Melakukan
kegiatan
15
Bermain peran
16
Seminar
Menganalisis/memecahkan masalah
17
Simposium
Menganalisis masalah
18
Tutorial
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep atau prinsip
suatu
19
Deduktif
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep. Prinsip, prosedur
suatu
20
Induktif
sesuatu/menyusun
konsep,
laporan
suatu
Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi pada tulisan ini diidentikkan dengan kata penilaian yaitu
proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian tujuan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai peserta didik setelah
diberikan perlakuan dengan alat ukur tertentu. Kemampuan tersebut
meliputi:
TPK/Sub
Kompetensi/
Kompetensi
Khusus/
Kompetensi
Dasar
Penilaian
Batas lulus
minimal
60% - 100%
Indikator/
Kriteria Unjuk
Kerja
Pengukuran Tes/
Non Tes
dengan
kemampuan
Penilaian Sikap
- Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan siswa dalam
menilai terhadap objek, orang atau masalah tertentu. Kemampuan,
ini, terdiri dari afeksi.(perasaan), kognisi (kepercayaan/keyakinan)
dan konasi (kecenderungan berbuat). Alat penilaiannya adalah
skala sikap dari Likert, observasi (daftar cek).
- Butir soal adalah perilaku afeksi, kognisis, atau konasi (dapat
berdiri sendiri atau gabungan).
Misal:
Kebijakan tentang pembuangan sampah dengan kompetensi siswa
mampu menerima peraturan kesehatan lingkungan.
Menggunakan
acuan
mengajar/SKBM).
kriteria
(standar
kelulusan
belajar
Validitas (Kesahihan)
Kesesuaian pengukuran (pertanyaan, tes, atau alat ukur lainnya)
dengan tujuan penilaian dan perilaku yang akan dicapai.
Reliabilitas (Keterandalan)
Suatu ukuran konsistensi dari alat ukur menunjukkan hasil yang sarna
dari kondisi yang berbeda (setara untuk diperbandingkan).
sehingga
alat
Misal:
Kompetensi
Dasar
Indikator
Jenis Tagihan
Tes
Portofolio
Jumlah
tujuan
pembelajaran
berupa
Kegiatan Pembelajaran
Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran untuk
mencapai indikator keberhasilan belajar.
Penilaian
Jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan untuk
ketercapaian tujuan pembelajaran baik tes maupun non tes.
mengukur
Alokasi Waktu
Durasi pembelajaran selama pertemuan berlangsung untuk materi dan
indikator yang telah ditentukan, termasuk alokasi waktu penilaian yang
terintegrasi dengan pembelajaran.
Sumber/Bahan/Alat
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dicantumkan
disini disertai bahan dan yang digunakan, misal antara lain: buku teks,
alat, nara sumber.
Silabus merupakan bagian terintegrasi dari KTSP dan merupakan
dokumen bagi guru dalam merencanakan berdasarkan Standar Isi yang
: .
Mata Pelajaran
: .
Kelas/Semester
: .
Standar Kompetensi
: .
Komponen identitas
Kompetensi Materi
Dasar
Pokok
Indikator
Kegiatan
Penilaian
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Sumber
Bahan/Alat
Komponen pengembangan/pokok
: .
Mata Pelajaran
: .
Kelas/Semester
: .
Komponen identitas
Standar Kompete
Kegiatan
Materi
Alokasi
Kompete
nsi
Indikator Pembelaja Penilaian
Pokok
Waktu
nsi
Dasar
ran
Sumbe
r
Bahan/
Alat
Komponen pengembangan/pokok
Mata Pelajaran
Komponen identitas
.
Kelas/Semester
1. Standar Kompetensi
: .
2. Kompetensi Dasar
: .
3. Materi Pokok
: .
4. Indikator
: .
5. Kegiatan Pembelajaran :.
6. Penilaian
: .
7. Alokasi Waktu
:.
8. Sumber/Bahan/Alat
:.
Komponen pengembangan/pokok
SD
Mata Pelajaran
Matematika
Kelas/Semester
V/1
Standar Kompetensi :
..
Kompetensi identitas
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Standar Kompetensi
sudut,
masalah
Kompetensi
Dasar
2.1 Menuliskan
tanda waktu
dengan
menggunak
an notasi 24
jam
Materi
Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
/Bahan/
Alat
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Standar Kompetensi
: 2.
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
2.1 Menuliskan
tanda waktu
dengan
menggunak
an notasi 24
jam
Pengukuran
(waktu,
sudut, jarak,
dan
kecepatan
Kegiatan
Pembe
lajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
/Bahan/
Alat
Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian untuk memperoleh menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan prosentase pemenuhan indikator. Berdasarkan pada
PP Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes.
Penilaian dengan tes bentuk tertulis, lisan dan perbuatan (praktik).
Teknik/jenis
Tes Tertulis
Bentuk Instrumen
Tes isian
Tes uraian
Tes Pilihan Ganda
Menjodohkan
Jawaban singkat
Benar-Salah
Dan lain-lain
Daftar pertanyaan
Tes identifikasi
Tes Simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Tugas rumah
Tugas proyek
Lembar observasi
Tes Lisan
Penugasan
Observasi
Wawancara
Pedoman wawancara
Portofolio
Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi
dasar" Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Alokasi waktu
termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Contoh :
Silabus untuk SMK Keahlian Administrasi Perkantoran
Nama
: SMK X
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
Mendeskripsikan
pengertian bekerja
dalam suatu tim
Pengertian
bekerja dalam
satu tim
Indikator
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian
1. Menjelaskan arti
1. Mengamati
bekerja dalam satu tim
manajemen
koperasi sekolah
2. Menjelaskan tujuan
bekerja dalam satu tim 2. Mendeskripsikan
hasil pengamatan
3. Menyimpulkan
manfaat bekerja
dalam satu tim
1. Portofolio
laporan
pengamatan
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
2 jam
pelajaran
1. Modul
Bekerja
Sama
dengan
Pelanggan
2. Unjuk kerja
diskusi
kelompok
2. Latar
Koperasi
Mengetahui
Jakarta, .
Kepala SMK X
____________________
______________________
6.
Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
2) Inti
Kegiatan inti merupakan pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elobarasi, dan
konfirmasi.
3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
Bahan ajar adalah isi pelajaran dari suatu bidang ilmu yang disajikan dan
dikemas dalam bentuk cetak atau non cetak. Bahan ajar seperti modul dan
LKS yang sengaja dirancang sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dilakukan melalui tahap perancangan dan tahap
pengembangan materi. Tahap produksi evaluasi dapat dilakukan oleh
pihak lain (tenaga khusus). Tahap perancangan, guru harus menyusun
garis besar isi modul dari jabaran isi modul/LKS. Sedangkan tahap
pengembangan, guru harus mengimplementasikan jabaran isi modul/LKS
sesuai sistematika penulisan dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
keakuratan disiplin ilmu pengetahuan, bahasa dan ilustrasi.
a. Pengembangan Bahan Ajar Modul
Modul dalam kawasan teknologi pembelajaran merupakan sumber
belajar teknologi cetak. Sumber belajar ini berfungsi sebagai upaya
interaksi peseta didik dengan modul sehingga dapat terjadi perubahan
perilaku. Dengan demikian siswa berinteraksi secara tidak langsung
dengan guru melalui bahan ajar yang dikembangkan sehingga dapat
membuat siswa belajar.
Pengembangan modul berbeda dengan LKS dari aspek komponen, fisik
dan gaya bahasa. Bahasa yang digunakan lebih komunikatif, seolaholah guru hadir di kelas dan siswa memperhatikannya. Modul
merupakan kelengkapan dari buku teks, karena digunakan untuk
keperluan belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Sebelum modul dikembangkan, guru perlu merancang terlebih dahulu
garis besar isi modul. Garis besar isi modul dan jabaran isi modul
merupakan acuan guru dalam mengembangkan isi modul.
1) Garis Besar Isi Modul dan Jabaran Isi Modul (GBIM dan JIM)
Langkah pertama dari pengembangan modul, pola pikir Anda tidak
boleh terlepas dari bagaimana Anda melakukan pengembangan
tujuan pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan
menentukan pengalaman belajar. Hal-hal yang sudah Anda lakukan
pada kegiatan belajar 1 akan mempermudah penyusunan GBIM dan
JIM.
Garis Besar Isi Modul merupakan acuan isi materi yang akan
dijabarkan dan disusun dalam bentuk matriks. Komponenkomponennya terdiri dari identitas mata pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, metode, media,
waktu, tes dan pustaka. Komponen-komponen ini dikembangkan
tidak berbeda dengan silabus. Yang berbeda hanya pada bagian tes
karena fungsi tes untuk menilai sejauh mana penguasaan siswa
terhadap isi
diperhatikan.
modul.
Keterkaitan
antara
komponen
harus
:
:
:
Kompetensi
Dasar
Indikator
Materi
Pokok
dan Sub
Materi
Pokok
1.
1.1
1.2
1.1
1.2
Metode
Media
Waktu
2 jam
pelaja
ran
Tes
Evaluasi
Sumber
Pustaka
1. Latihan
1.
2. Tes
2.
f
o
4. r
m
5.
a
t
i
f
3.
Contoh:
JABARAN ISI MODUL
Mata Pelajaran
.......................................................................................
Kelas / Semester :
.......................................................................................
Nomor
Kegiatan
Belajar
1
Judul
Modul
Kompetensi
Dasar
Bekerjasama Mampu
dengan
bekerja
pelanggan
sama
dengan
pelanggan
Materi
Pokok dan
Sub Materi
Pokok
1.
Uraian
(Materi Esensial)
Evaluasi
(Butirbutir)
1.1
Latihan :
1.2
Tes
formatif 1:
1.1
1.2
Kegiatan belajar mencakup uraian bahan pelajaran, contohcontoh, latihan, rangkuman, tes formarif dan kunci jawaban.
memberikan tuntunan,
2.
3.
4.
memacu,
5.
mengingatkan,
6.
menanyakan,
7.
8.
9.
a) Bagian Awal
Penyusunan dan pengembangan bagian awal dilakukan dengan
langkah-langkah berikut.
Memberikan penjelasan umum tentang isi bahan pelajaran secara
keseluruhan sehingga memberikan gambaran tentang hal-hal
yang akan dipelajari serta kedalaman dan keluasan bahasannya.
Apabila diperlukan, disebutkan perilaku/pengetahuan awal
yang perlu dimiliki pemelajar sebelum mempelajari bahan
pelajaran itu.
Menyebutkan manfaat bahan pelajaran itu bagi pemelajar.
Manfaat yang dimaksud termasuk untuk belajar lebih lanjut
dan/atau dalam melakukan tugas profesional atau dalam
kehidupan sehari-hari.
Menguraikan tujuan umum bahan pelajaran secara jelas yang
menggambarkan kompetensi yang akan diperoleh.
Menggambarkan peta konsep bahan pelajaran secara lengkap
sehingga terlihat hubungan antar konsep.
Memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang operasional
bagaimana cara menggunakan dan mempelajari bahan pelajaran
itu sehingga membantu dan memudahkan pemelajar
mempelajari dan menguasai bahan pelajaran itu. Dalam petunjuk
ini hendaknya pula diberitahu bagaimana cara mengerjakan
tugas, latihan, dan tes serta cara menggunakan kunci jawaban
yang disediakan.
Oleh karena bagian awal ini merupakan pembukaan kegiatan belajar,
maka dalam menyusun dan mengembangkan isi bahan awal ini
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
b) Bagian Inti
Bagian inti disusun dalam bentuk unit-unit pelajaran yang masingmasing berdiri sendiri. Masing-masing unit diberi judul dan terdiri
atas pendahuluan, kegiatan belajar dan daftar pustaka.
1) Pendahuluan
Pendahuluan disusun dengan cara berikut.
Kegiatan belajar.
Kegiatan belajar memuat uraian yang merupakan bahan
pelajaran untuk unit yang bersangkutan. Kegiatan belajar ini
disajikan dalam bentuk uraian, contoh, latihan, rangkuman, tes
formatif, dan kunci jawaban.
Uraian bahan pelajaran dilakukan dengan cara berikut.
Menguraikan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Menyusun urutan konsep-konsep dan teori-teori secara
sistematis, mudah dipahami, serta sesuai dengan teori belajar
dan membelajarkan.
Memperjelas konsep-konsep dengan teori-teori, contoh-contoh
dan/atau ilustrasi seperti gambar, grafik, atau tabel.
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan kegiatan belajar
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
Tes formatif
Tes formatif diberikan pada akhir setiap unit atau pokok bahasan
dengan tujuan untuk mengukur Penguasaan pemelajar atas
(g) Jumlah kata atau panjang pilihan dibuat sama atau hampir
sama.
(h) Semua pilihan terkait dengan isi kalimat penggalan yang
mendahuluinya
(i) Sedapat mungkin dihindari kalimat dalam bentuk negatif.
Tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban yang dapat
ditempatkan pada halaman khusus/tersendiri. Pada awal unit
hendaknya sudah diberitahukan kepada pemelajar cara
mengerjakan tes formatif, cara menggunakan kunci jawabannya,
serta cara menghitung skor hasilnya.
4) Daftar Pustaka
Pada akhir unit diberikan daftar pustaka sebagai bacaan lebih
lanjut untuk memperkaya pengalaman belajar pemelajar. Dalam
membuat daftar pustaka tersebut hendaknya diperhatikan
kemungkinan pemelajar dapat memperoleh bahan bacaan
tersebut. Hendaknya diperioritaskan bahan bacaan yang mungkin
dapat diperoleh pemelajar di perpustakaan, toko buku, atau
tempat lain.
c) Bagian Akhir
Bagian akhir modul terdiri atas
Penutup
Tes sumatif
Kunci jawaban tes formatif dan tes sumatif
Glosarium
Lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul
Pada bahan belajar mandiri untuk SMU yang dikembangkan Pustekom
bekerjasama dengan Depdiknas (2002) bahwa modul terbagi atas:
1) Petunjuk guru, yang terdiri dari:
Gambaran umum modul, yang berisi tujuan pembelajaran,
pokok-pokok materi, dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
Peran guru dalam membantu siswa menguasai materi
pembelajaran, berisi strategi pembelajaran, bantuan khusus,
2)
Contoh:
Pengembangan isi modul dari penulis Sri Endang R. dan Sri Mulyani
untuk SMK tampak pada daftar isi berikut.
vi
ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................
B. Prasyarat ....................................................................................................
17
26
30
32
37
52
Aktivitas .........................................................................................................
57
65
66
66
67
69
70
71
73
75
78
80
III.
Relationship) ................................................................................................
82
83
88
Aktivitas .........................................................................................................
93
96
EVALUASI
A. Uji Kompetensi Teori ............................................................................... 104
B. Uji Kompetensi Keterampilan ................................................................ 105
: ..........................................................................................................
Kelas / Semester
: ..........................................................................................................
Standar Kompetensi
: .........................................................................................................
...........................................................................................................
Kompetensi
Dasar
Indikator
1.
Materi Pokok
dan Sub
Materi
1.
1.1
1.1
1.2
1.2
Pengalaman
Belajar
Metode
Penugasan
Media
LKS
Waktu
Evaluasi
30 menit
Laporan
pengamatan
Berdasarkan GBI LKS kemudian disusun jabaran isi LKS dengan menguraikan isi dari komponen pengalaman
belajar dan evaluasi. Format JI LKS disusun dalam bentuk matriks. Komponen yang dikembangkan identitas
mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar (uraian)
dan evaluasi (uraian). Anda dapat memeriksa kembali perangkat pembelajaran RPP yang telah Anda buat.
Sumber
Pustaka
Contoh : JI LKS
Mata Pelajaran
: ..........................................................................................................
Kelas / Semester
: ..........................................................................................................
No.
LKS
1.
Judul LKS
Observasi ciriciri makhluk
hidup
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
dan Sub Materi
Pokok
Pengalaman
Belajar
Mengamati ciriciri makhluk
hidup di
lingkungan
sekolah.
Uraian
- Bahan,
Alat
- Prosedur
kerja
Evaluasi
Uraian
Laporan
- Judul
Pengamatan
- Proses
Pengamatan
- Hasil
Pengamatan
- Kesimpulan
Bagian Awal
Judul LKS
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bagian Inti
Pendahuluan
: Rangkuman Materi
Petunjuk belajar
Pengamatan 1. ..
2.
Penutup
: Daftar Pustaka
Proses Pengamatan
2.
Hasil Pengamatan
3.
Kesimpulan
Contoh :
Petunjuk Belajar dalam LKS
Tulislah sebuah cerita pendek. Kamu dapat menuliskan sesuai gaya bahasa kamu
masing-masing. Tulislah apa yang kamu pikirkan.
Contoh :
Kegiatan belajar dalam LKS
Tulislah cerpen yang akan kamu kembangkan pada halaman ini,
Menulislah dengan gaya bahasamu. Ingat! Gaya bahasamu adalah apa yang kamu
tulis.
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
Jika LKS dikembangkan dalam bentuk buku biasanya terintegrasi dengan
buku pelajaran dan disebut buku kerja. Di lapangan, buku kerja pada bagian
inti berisi tugas-tugas dan bagian akhir berisi evaluasi seperti tes formatif 1.
Kreativitas pengembangan isi LKS oleh guru harus ditingkatkan dengan tetap
memperhatikan kesesuaian dengan kurikulum (Silabus dan RPP).
Contoh:
Lembar kerja siswa untuk menunjang tugas latihan akan pemahaman materi
dengan ragam pengalaman prinsip matematika (sumber skripsi mahasiswa
Teknologi Pendidikan). Sebagian prototipe bagian awal dan bagian inti dari
LKS. Bahasa untuk bahan ajar LKS lebih formal.
Guru
Materi
Media
Seni
Nada
Piano
Guru
Matematika
Materi
Bangun Ruang
Siswa
Media
Siswa
Model
Bangun
Ruang
Guru
Materi
Media
Siswa
Biologi
Sistem Imun
Gambar
Pasien Lupus
Pasien Aids
Info
Faktual
Pengenalan
Visual
Prinsip
Konsep
Prosedur
Keteram
pilan
Visual diam
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Film
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Televisi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Objek 3-D
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman
Audio
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Pelajaran
Terprogram
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Demonstrasi
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Buku teks
cetak
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sajikan lisan
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Sikap
belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, ragam media
yang digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang
bijaksana.
Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi:
1) Media cetak
a. Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko
buku, atau buku pelajaran yang khusus ditulis dan
kembangkan sendiri.
b. Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan
untuk mendampingi buku pelajaran.
c. Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata
pelajaran yang di susun sendiri.
d. Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir,
brosur, pamphlet, yang diperlukan untuk memperjelas
konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan
ajar.
e. Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk
memandu peserta didik melakukan latihan, tugas, praktek,
praktikum, dan digunakan untuk melengkapi buku pelajaran.
2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3)
Media audio/visual
Kaset audio/CD audio
Siaran radio (radio broadcasts)
Slide (film bingkai)
Film
Kaset video/CD video
Tayangan TV (TV broadcasts)
Video interaktif
Pembelajaran berbantuan komputer
Assisted Instruction)
(simulasi,
Computer
Media Praktek/Demonstrasi
a. Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau
realita
b. Laboratorium dan peralatannya
c. Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik
dari material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah
d. Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll)
e. Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya,
sawah, kolam, kandang ternak, dll).
f. Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau
perusahaan Herbarium buatan peserta didik.
g. Pasar
h. Museum
4) Media lainnya
a. Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti
scrabbles untuk mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu
tambah-kurang kali-bagi, flashcard, permainan memori,
monopoli, atau game dalam bentuk program komputer, dan
lain-lain
b. Game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh
instruktur dan atau peserta didik.
c. Kit sains, kit seni, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Heinich, dkk (1982) pemilihan media
dilakukan setelah langkah perumusan tujuan pembelajaran, sesuai
dengan model perencanaan penggunaan media pembelajaran
(ASSURE) artinya media dapat dirancang sendiri oleh guru, dapat
memanfaatkan yang tersendiri atau modifikasi keduanya.
Guru dalam memanfaatkan pembelajaran dapat memilih media
jadi (yang tersedia) dan atau media yang dirancang. Jika
memanfaatkan media yang dirancang maka komponen dari
media tersebut harus mengandung tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, dan evaluasi. Misal merancang lembar balik
Presiden Republik Indonesia dengan urutan:
Gambar Presiden:
No. 1
No. 2
No. 3
Judul
Lembar Balik
Tujuan
Pembelajaran
Presiden Soekarno
Gambar
Gambar Presiden:
dan
Jasanya
Presiden
Dan seterusnya
Soeharto
sampai
Evaluasi
Presiden SBY
No. 4
No. 5
No. 6
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga
langkah dalam menggunakannya, yaitu:
Persiapan sebelum menggunakan media
Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat
berupa mempelajari petunjuk penggunaan, mempersiapkan
peralatan, serta menetapkan tujuan yang akan dicapai.
Kegiatan selama menggunakan media
Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang
digunakan.
Kegiatan tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah
tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi
instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan.
Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai
dengan pola pemanfaatan.
Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini.
1. Tahap persiapan
a. Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media
pembelajaran, misal untuk menjelaskan konsep pembelajaran
kuantum, dengan sasaran guru di sekolah.
b. Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point
yang telah disusun (misal power point terlampir).
c. Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum
pelaksanaan pelatihan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu
tersedia
b. Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai
dengan prosedur pembelajaran.
3. Tindak lanjut
a.
Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan.
b.
Kepala sekolah memberikan umpan balik.
Contoh:
1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala
sekolah tidak boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan
pen pointer yang ditunjukkan pada layar.
2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap
menjaga kontak mata antara kepala sekolah dengan guru pada
saat penyajian.
PEMBELAJARAN KUANTUM
(QUANTUM TEACHING)
Prosedur Pembelajaran
1. Peserta mengamati penjelasan nara sumber tentang
relevansi materi pelatihan,
2. Peserta aktif berpikir, bertanya tentang materi pelatihan
yang sedang di pelajarinya,
3. Peserta aktif memberikan contoh peragaan sebagai
instruktur yang memanfaatkan pembelajaran kuantum,
4. Peserta menindak lanjuti dengan membaca buku
Quantum Teaching
Definisi
Mengupayakan siswa belajar melalui orkestrasi bermacammacam yang ada di dalam dan
di sekitar momen belajar.
Asas
Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke
dunia mereka.
1. Segalanya bicara,
2. Segalanya bertujuan,
3. Pengalaman sebelum pemberian nama,
4. Akui setiap usaha,
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Tujuan
1. Memudahkan proses belajar,
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Isi
Kegiatan menyajikan isi dan fasilitas untuk mempermudah
proses: penyajian, fasilitas, keterampilan belajar, dan
keterampilan hidup.
AKU TAHU
KUNCI KEUNGGULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
Latihan
Instruktur
Siswa
Instruktur
Siswa
: Kami cerdas
Instruktur
: Seberapa cerdas ?
Siswa
: Sangat cerdas ?
Instruktur
Siswa
Instruktur
Siswa
: Hormat
Instruktur
Siswa
DAFTAR PUSTAKA
Contoh:
Jadwal Mata
Pelajaran
Mempelajari
Silabus dan RPP
buku petunjuk
Mengikuti
Siaran Televisi
Pendidikan
Jadwal Siaran
Televisi
Pendidikan
Memperhatikan
mencatat
Menanggapi
Bertanya
T
E
S
Latihan
Tujuan pembelajaran/
SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian
dalam silabus:
SK dan KD
Metode dan
Teknik
Komponen Penilaian
Indikator
(Perangkat)
Komponen
Identitas
Komponen
Pokok
Sekolah
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Jenis Soal/Kinerja
Jumlah butir
No
Kompetensi
Dasar
Materi
Indikator
No.
Soal/
Kinerja
BAB IV
MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan
penelitian-penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode
penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga
penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain:
Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
Berorientasi pada pemecahan masalah,
bukan hanya
mendeskripsikan masalah.
Data diambil dari berbagai sumber.
Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
Partisipatif, dilakukan sendiri.
Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai
berikut:
PTK:
Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan
menganalogikan kegiatan Anda sebagai guru peneliti PTK dengan
kegiatan seorang dokter . Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No
Dokter
Guru Peneliti PTK
1 Menanyakan gejala penyakit
Mendeskripsikan masalah
2 Mendiagnosis penyakit
Menemukan akar masalah
3 Menulis resep
Menyusun hipotesis tindakan
Menentukan tema pengobatan,
Menuliskan judul penelitian
4
misalnya Mengobati sakit perut
Mendeskripsikan Masalah
Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di
hadapannya? Ia akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?"
Maksudnya adalah untuk meminta Anda mendeskripsikan keluhankeluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak
mungkin dengan berbagai pertanyaan: Bagian mana yang sakit?
Waktu-waktu apa saja terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum
obat apa? Bagaimana hasilnya?" Belum cukup dengan keterangan
lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan. Kemudian ia
menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan
Anda
penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru; tetapi ketika soal
diganti sedikit saja, mereka menjadi bingung dan tidak mampu
mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang
sudah dijelaskan; hal-hal yang baru sekecil apapun akan
menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi. Pada ulangan
akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5; pada ulangan
akhir-semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana datanya?) Hal itu
dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi pada hampir
seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. (Upaya yang
sudah dilakukan) Agar pemahaman siswa lebih mantap, guru sering
menggunakan alat-alat untuk demonstrasi di kelas maupun
eksperimen di laboratorium. Guru juga sudah menggunakan media
Power Point dalam menerangkan; sekali dua kali penjelasan diselingi
dengan program animasi flash. Siswa-siswa yang bernilai rendah
sudah diberi program remedial; waktunya di luar jam pelajaran
tatap muka. (Bagaimana hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktikum
itu tampaknya belum berhasil menanamkan konsep-konsep fisika
secara mantap kepada siswa. Program remedial juga tidak banyak
menolong karena siswa yang nilainya rendah pada umumnya
berusaha untuk menghindar.
Menemukan Akar Masalah
Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya
sudah dapat mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari
deskripsi masalah di atas jelas sekali bahwa akar masalahnya adalah
pemahaman siswa yang kurang mantap.
Aspek-aspek
Penelitian
Kalimat Masalah
Uraian
Nilai fisika siswa Kelas I SMA X Jakarta pada
Akar Masalah
Hipotesis Tindakan
umumnya rendah.
Pemahaman siswa kurang mantap ketika
diterangkan.
"Metode concept attainment akan meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta."
Tindakan Operasional:
Judul Penelitian
Aspek-aspek
Penelitian
Kalimat Masalah
Akar Masalah
Hipotesis Tindakan
Uraian
Para siswa cepat lupa dalam pelajaran IPS Kelas VII
SMP Y Bekasi.
Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa
pembelajaran.
"Cerita-cerita yang aneh akan meningkatkan daya
ingat siswa dalam pelajaran IPS Kelas VII SMP Y
Bekasi."
Tindakan Operasional:
Judul Penelitian
Aspek-aspek
Penelitian
Kalimat Masalah
Akar Masalah
Hipotesis
Tindakan
Uraian
Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai
rendah dalam mata pelajaran matematika di
Kelas VI SD Z Depok.
Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya
sebagai siswa yang bodoh.
"Pemberian
Pengalaman
Sukses
akan
Meningkatkan Kepedulian Siswa terhadap Nilai
Matematika Kelas VI SD Z Depok."
Tindakan Operasional:
Judul Penelitian
a. Dalam
pembelajaran,
guru
memberi
perhatian lebih besar kepada siswa-siswa
yang lemah.
b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang
siswa yang lemah diberi tugas yang mudah.
Setelah yakin dapat mengerjakan, mereka
diminta maju ke papan tulis, diikuti dengan
pujian.
c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti
biasanya.
Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai
Matematika melalui Pemberian Pengalaman
Sukses dalam Pelajaran Matematika Kelas VI SD
Z Depok
Profesionalisme Guru
Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian
Mendeskripsikan Masalah di atas penting untuk dikemukakan.
Hal itu menandakan bahwa Anda seorang guru profesional, yang
telah menerapkan berbagai metode secara kreatif tetapi belum
berhasil. Bagian yang belum berhasil itulah yang Anda teliti melalui
PTK. Analogi dengan tanaman di pot tadi, jika telah disiram dan
dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah itu merupakan
masalah penelitian yang sangat menarik.
Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa
memberikan tindakan secara sistematis. Anda juga akan merasakan
bahwa PTK tidak banyak berbeda dengan pembelajaran biasa. Secara
tidak sadar Anda akan melakukan PTK setiap saat; dan Anda akan
mendapat predikat sebagai guru profesional yang reflektif.
b. Metode Penelitian
Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan,
yaitu PTK, disertai model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah
menggunakan Model Kemmis & Taggart seperti gambar di bawah
ini.
Insrumen Penelitian
Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal
tertentu yang perlu dipersiapkan secara khusus. Salah satunya
adalah instrumen penelitian, yang berbeda dengan instrumen yang
biasa Anda pakai sehari-hari. Tes hasil belajar yang biasanya cukup
dengan C1, C2, ... s.d. C6 misalnya, sekarang akan terfokus pada C2
saja, tetapi dirinci menjadi tujuh komponen, yaitu: (1)
menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3) mengklasifikasi, (4)
merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan (7)
menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan
secara spontan, sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih
KD 1
Indikator 1
Indikator 2
KD 2
Indikator 1
Indikator 2
Menjelaskan
Membandingkan
Menginferensi
Merangkum
Mengklasifikasi
Memberi Contoh
Kompetensi
dan Indikator
Menginterpretasi
Sangat
Kurang
Kriteria
Kurang
Baik
KD 1
Indikator 1
Interpretasi tentang
Indikator 1
Indikator 2
Kemampuan
klasifikasi tentang
indikator 2
KD 2
Indikator 3
Inferensi tentang
indikator 3
Indikator 4
Kemampuan
membandingkan
tentang indikator 4
Indikator 5
Kemampuan
menjelaskan
tentang indikator 5
Indikator
Pemahaman
Menginterpretasi
Memberi contoh
Mengklasifikasi
Merangkum
Menginferensi
Membandingkan
Menjelaskan
Sangat
Kurang
Kurang
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Deskripsi Teori
Hasil Penelitian yang Relevan
Kerangka Berfikir
Hipotesis Tindakan
Setting Penelitian
Metodologi Penelitian
Siklus Penelitian
Kriteria Keberhasilan
Instrumen Penelitian
Anallisis Data
Kolaborasi
Jadual Penelitian
Daftar Pustaka
Judul PTK
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus
singkat tetapi jelas. Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi
untuk
D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan pemahamannya. Bagi guru penelitian ini
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan membiasakan diri menjadi guru yang reflektif,
yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
pembelajaran. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat
untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang efektif,
yang membimbing siswa menjadi insan yang cerdas
dan komprehensif.
Kajian Pustaka (Bab 2)
Deskripsi teori memberikan dasar teori pada variabel-variabel yang
Anda teliti. Baik variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan
variabel terikat (yang ditingkatkan) dua-duanya harus didukung
dengan teori. Ini sejalan dengan ciri seorang profesional, yang setiap
tindakannya didukung dengan teori yang sudah mantap.
Analoginya dengan dokter, setiap obat yang diresepkan harus
didukung dengan teori atau hasil penelitian yang sudah mantap. Jika
tidak, dokter itu akan lebih tepat disebut dukun.
Namun fungsi teori dalam PTK agak berbeda dengan fungsinya
dalam penelitian formal. Asumsinya, peneliti PTK adalah guru
profesional yang sudah berusaha menerapkan teori-teori yang sudah
mantap itu dalam pembelajaran, tetapi belum berhasil. Sebagaimana
kita ketahui banyak sekali teori-teori yang mantap itu berasal dari
negara Barat, yang berbeda budaya dengan kita. Dalam PTK Anda
dapat saja menemukan teori yang sama sekali barudisebut
grounded theoryyang sesuai dengan konteks sekolah Anda. Jadi
Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori
yang berkenaan dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran
Anda. Gunanya agar temuantemuan yang Anda peroleh nanti tidak
menyimpang dari karakteristik mata pelajaran yang Anda ampu.
Sebaiknya penyajian hakikat variabel bebas didahulukan agar
pembaca langsung dapat mengetahui inovasi yang ditawarkan pada
kesempatan pertama. Berikut ini adalah contoh deskripsi teori untuk
judul Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas I SMA X
Jakarta melalui Metode Concept Attainment.
KD 1
Indikator 1.1
Indikator 1.2
KD 2
Indikator 2.1
Indikator 2.2
Di samping itu peningkatan hasil belajar akan
diukur juga dengan menggunakan lembar
observasi dan pedoman wawancara atau tes
lisan. Kedua instrumen itu akan dibuat
berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas.
Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi,
yaitu melihat satu variabel dari berbagai
instrumen yang berbeda. Pengukuran akan
dilakukan secara sampling, yaitu terhadap
beberapa orang siswa yang dipilih secara acak.
Kreasi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Pemahaman
Kompetensi dan
Indikator
Ingatan
Proses Kognitif
Minggu Ke
Kegiatan
1
Persiapan
a. Menyusun RPP
b. Membuat Perangkat
Pembelajaran
c. Membuat Media
d. Menyusun Jadual
e. Menyusun
Instrumen
2
Pelaksanaan
a. Menyiapkan Siklus 1
b. Membuat Laporan
Siklus 1
c. Melaksanakan Siklus
2
d. Membuat Laporan
Siklus 2
e. Melaksanakan Siklus
3
f. Membuat Laporan
Siklus 3
3
Pelaporan
a. Membuat Laporan
Gabungan Siklus 1, 2,
dan 3
b.Membuat Makalah
Seminar
10
11
c. Seminar hasil
penelitian
d. Merevisi Laporan
Berdasarkan Hasil
Seminar
e. Menulis Artikel
Jurnal
f. Mengirimkan Artikel
Jurnal Ke Pengelola
Jurnal
teki
untuk
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah
permainan
teka
teki
dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa, khususnya
kemampuan mendengar atau menyimak dan
kemampuan berbicara pada anak usia 6-7 tahun di SD
Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan
meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
untuk
D. Manfaat Penelitian
Bagi Sekolah, memberikan masukan pada pihak
sekolah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan
khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana
yang dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan berbahasa anak, seperti media, metode,
proses pembelajaran, perpustakaan, area bahasa, dan
seni serta area lain yang dapat menunjang kemampuan
anak dalam berkreasi. Bagi pendidik, dapat memotivasi
guru dalam berkreasi guna membantu anak
mengembangkan kemampuan berbahasa anak melalui
berbagai kegiatan permainan bahasa. Bagi orang tua,
memberikan informasi tentang upaya pengembangan
berbahasa anak dengan penerapan permainan tekateki. Bagi masyarakat umum, memberikan informasi
pengembangan kemampuan berbahasa anak agar
dapat diterapkan di lingkungan masing-masing.Bagi
peneliti selanjutnya, menjadi acuan untuk meneliti
kembali bagaimana cara yang dapat dilakukan dalam
upaya peningkatan kemampuan berbahasa anak selain
permainan teka teki.
Kajian Pustaka (Bab 2)
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Kemampuan Berbahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi seorang anak untuk
mengungkapkan berbagai keingintahuan maupun kebutuhannya. Anak yang
ekspresi seseorang akan suatu hal, mempengaruhi orang lain, dan memberikan
nama untuk mewakili benda.
Bahasa memungkinkan seseorang untuk dapat menyatakan ekspresi,
keinginan, permohonan, alasan, perasaan atau empati, menunjukkan
kepunyaan, mempengaruhi orang lain, berfantasi, dan sebagai alat
penghubung sosial. Heyster berpendapat bahwa fungsi bahasa bagi anak dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu bahasa sebagai pernyataan jiwa, bahasa
sebagai peresapan atau mempengaruhi orang lain dan bahasa sebagai alat
untuk menyampaikan pandapat.9 Selanjutnya Michel yang dikutip Chaer
mengemukakan bahwa fungsi bahasa terdiri dari fungsi ekspresi, fungsi
informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainmen.10 Dari
dua kutipan tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa fungsi bahasa. Fungsi
tersebut berkaitan dengan diri sendiri dan diri orang lain di lingkungannya.
Fungsi tersebut berguna untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri
dalam berinteraksi dalam lingkungan. Fungsi ekspresi berkaitan dengan
pernyataan perasaan misalnya perasaan senang, benci, kagum, marah, dan
sedih. Fungsi informasi berkaitan upaya penyampaian pesan atau amanat
kepada orang lain. Fungsi eksplorasi berkaitan upaya menjelaskan suatu hal,
perkara dan keadaan. Fungsi persuasi berkaitan dengan penggunaan bahasa
yang bersifat mempengaruhi dan mengajak orang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Fungsi entertainmen berkaitan penggunaan bahasa untuk
menghibur dan menyenangkan orang lain. Dengan demikian bahasa sangat
berguna untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri dalam
berinteraksi dalam lingkungan. Kemampuan bahasa sangat penting dalam
kehidupan manusia baik orang dewasa maupun anak-anak, dengan demikian
kemampuan berbahasa harus diasah dan dikembangkan sejak usia dini,
khususnya pada masa peka sehingga kemampuan bahasa anak dapat
berkembang dengan optimal.
c. Komponen Bahasa
Keterampilan berbahasa berkaitan erat dengan komponen bahasa.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, keterampilan berbahasa adalah
kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan tentang bahasa.
Pengetahuan tentang bahasa mencakup diantaranya komponen bahasa dan
kosa kata. Pada aliran linguistik mana pun bahasa selalu dikatakan memiliki
tiga komponen, yaitu sintaktik, fonologi dan semantik.11 Fonologi atau suara
adalah sistem suara yang membentuk kata. Sintaktik adalah tata bahasa atau
10
Belajar berbicara mencakup tiga tugas yang sulit dan tidak saling
berhubungan. Bayi belajar bagaimana mengucapkan kata-kata, menggunakan
kosa kata dengan rnenghubungkan pengertiannya dengan kata-kata yang
dapat dipergunakan untuk menyampaikan maksudnya pada orang lain, dan
menggabungkan kata-kata menjadi kali mat yang dimengerti oleh orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
bahwa tahapan perkembangan bahasa terdiri dari pengucapan huruf,
membangun kosakata, dan membangun kalimat. Pengucapan dimulai dari saat
bayi belajar mengucapkan kata-kata sebagian melalui coba-coba tetapi terutama
dengan meniru ucapan orang dewasa. Huruf mati dan campuran huruf mati
lebih sulit diucapkan bayi daripada huruf hidup dan diftong. Anak-anak sulit
belajar mengucapkan bunyi tertentu dan kombinasi bunyi, seperti dua huruf
mati , w, d, s, dan g dan kombinasi huruf rnati st- str, dr, dan fl. Ada anak usia
dua tahun telah dapat membunyikan huruf [p], [b], [t], [d], [h], fm], [n], [1L [wj,
[y], [k], [s], [rj]. Banyak ucapan bayi yang tidak dapat dimengerti sampai usia
delapan belas bulan, setelah itu berangsur-angsur terjadi kemajuan yang
mencolok.
Membangun kosa kata dimulai saat bayi mulai belajar nama-nama orang
dan benda. Sesaat sebelum masa bayi belajar beberapa kata sifat seperti "manis"
dan "nakal," dan juga beberapa kata keterangan. Kata depan, kata penghubung
dan kata ganti umumnya belum dipelajari sampai awal masa kanak-kanak.
Kosa kata meningkat dengan bertambahnya usia. Kosa kata anak-anak
rneningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk katakata lama. Peningkatan kosa kata yang pesat selama awal rnasa kanak-kanak.
Dalam menambah kosa kata anak-anak mudah belajar kata-kata yang umum
seperti "baik" dan "buruk," "memberi" dan "menerima" dan juga banyak katakata dengan penggunaan khusus seperti bilangan dan nama-nama warna.
Anak usia tiga tahun telah dapat menyebutkan kata sebagai berikut dengan
bunyi [datal] "gatal", [ladi] "lagi", [dalpu] [galpu] "garpu", [dulita] [gulita]
"gurita".
Menyusun kalimat dengan "kalimat" bayi yang pertama muncul antara
usia dua belas dan delapan belas bulan, biasanya terdiri dari satu kata yang
disertai dengan isyarat. Lambat laun kata-kata merambat dalam kalimat, tetapi
isyarat masih banyak digunakan sampai memasuki masa kanak-kanak. Kalimat
biasanya terdiri dari tiga atau empat kata sudah mulai disusun oleh anak usia
dua tahun dan biasanya oleh anak usia tiga tahun. Kalimat ini banyak yang
tidak lengkap, terutama terdiri dari kata benda dan kurang kata kerja, kata
depan dan kata penghubung. Sesudah usia tiga tahun, anak membentuk
kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata.
Pada mulanya, isi pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam arti
ia terutama bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan
miliknya. Menjelang akhir awal masa kanak-kanak mulailah pembicaraan yang
bersifat sosial dan anak berbicara tentang orang lain di samping dirinya sendiri.
Namun banyak dari pembicaraan sosial awal ini sebenarnya tidak bersifat
sosial karena isinya lebih banyak mengarah pada kritik kepada orang lain
dalam bentuk pengaduan atau keluhan. Kebanyakan anak-anak juga memberi
komentar buruk, komentar yang merendahkan orang lain, mengenal perilaku
dan miliknya.
Lain halnya dengan Piaget dalam Sinolungan mengajukan pola
perkembangan bahasa sebagai berikut :
(1) Tahap sensori motor usia 0-2 tahun, bergantung para refleks dan
bawaan, (2) Tahap fungsi semiotis usia 2 4 tahun, dengan kemampuan
berpikir simbolis, (3) Tahap egosentris 4 7 tahun, yang berpusat pada
aku (ego) dimana anak belum memperhatikan pendapat orang lain.
Mereka yang berusia 7 tahun atau lebih mampu berkomunikasi secara
verbal.12
sedini mungkin dengan cara yang tepat. Salah satunya dengan adanya anjuran
bagi para orang tua untuk sesering mungkin berkomunikasi dengan anak
mereka sedini mungkin, bahkan sejak anak berada dalam kandungan.
Mengajak anak berbicara adalah stimulasi yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan mendengar anak.
Kemampuan berbahasa yang berkembang setelah kemampuan
mendengar adalah kemampuan berbicara. Ketika anda mengajak anak anda
berbicara, ia akan menyerap semua kata-kata yang anda ucapkan. Setelah alat
berbicaranya matang maka anak akan mengeluarkan semua informasi berupa
kata-kata yang didengarnya. Jalongo menerangkan bahwa berbicara berkaitan
dengan interaksi sosial. Ketika di dalam kelas, bagaimanapun juga guru secara
keseluruhan mengumpulkan penggunaan bahasa anak dengan mendefinisikan
ketika anak berbicara, apa yang mereka bicarakan dan untuk berapa lama.15
Dengan demikian, untuk mengembangkan kemampuan berbicara dapat
dilakukan dengan merancang pembelajaran yang melibatkan anak dalam
interaksi sosial.
Kemampuan berbahasa dapat dikaitkan dengan aspek perkembangan
yang lain. Membaca, menulis, dan bahasa lisan bukanlah komponen yang
terpisah satu sama lain dalam kurikulum atau merupakan komponen yang
berdiri sendiri, namun komponen tersebut ada dalam setiap kegiatan yang
dilakukan anak usia dini, seperti sains dan pelajaran sosial, serta juga dapat
terintegrasi dengan kegiatan seni.16
Aspek dalam kemampuan berbahasa tidak bisa dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Mengenai hubungan antara kemampuan berbahasa, Zuchdi
dan Budiasih menyatakan bahwa empat kemampuan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat
erat, meskipun masing-masing keterampilan memiliki ciri tertentu. Oleh karena
itu, adanya hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis
keterampilan sering meningkatkan keterampilan lain.17 Kemampuan berbahasa
adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan tentang
bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampaun bahasa. Pengetahuan tentang
bahasa mencakup komponen bahasa dan kosakata. Semua keterampilan
berbahasa bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk
berkomunikasi yang dimiliki seseorang.
Perkembangan bahasa pada anak mempunyai bentuk yang berbedabeda tiap masanya. Papilaya menguraikan tentang kemampuan berbahasa anak
sebagai berikut:
Anak usia 5-7 tahun sudah dapat mengartikan kata sederhana, tahu
beberapa lawan kata. Anak sudah dapat menggunakan beberapa kata
sambung, kata depan dan kata sandang dalam pembicaraan sehari-hari.
Bahasa egosentrisnya mulai berkembang dan lebih banyak bahasa sosial.
Pada usia ini anak sudah memiliki kurang lebih 2000-25.000
perbendaharaan kata.18
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa anak usia 6-7
tahun masuk ke dalam masa kalimat majemuk dimana kemampuan berbahasa
anak mulai meningkat. Anak mampu mengucapkan kalimat yang panjang,
dapat menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk dan mempunyai
perbendaharaan kata yang cukup tinggi. Hurlock secara terperinci juga
memperkirakan bahasa anak usia kurang lebih 7 tahun (kelas satu) memiliki
20.000-24.000 perbendaharaan kata, anak kelas enam mengetahui kira-kira
50.0000 kata.19 Kutipan tersebut menunjukkan tingginya perbedaharaan kata
yang dimiliki anak usia 6 7 tahun dilihat dari perbedaharaan kata.
Kemampuan tersebut akan berkembang optimal bila memperoleh motivasi
yang tepat.
Diane E Papilaya, A Child World Infancy Through Adolescence (New York: Mc Graw Hill, 1982),
h. 318
19 Elizabeth Hurlock, op. cit., h. 189
20 George W. Maxim, The Very Young (USA: Macmillan Publishing Company, 1993), h. 144
18
dalam hal ini bukan hanya terkait dengan pertumbuhan fisik tetapi juga
perkembangan sosial dan mentalnya.
Para ahli menyatakan bahwa bermain sering dikaitkan dengan kegiatan
anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira.21
Anak-anak tidak pernah merencanakan kegiatan bermain yang akan dilakukan.
Ketika melihat objek yang menarik maka saat itu juga dapat timbul minat
untuk bermain, dengan kata lain kapan saja, dimana saja, dan dengan objek apa
saja anak dapat bermain.
Setiap permainan yang dilakukan anak mempunyai makna dan fungsi
sendiri bagi anak yang akan berguna dimasa sekarang atau dimasa yang akan
datang. Menurut Gross, permainan dipandang sebagai latihan fungsi-fungsi
yang sangat penting dalam kehidupan dewasa nanti.22 Sebagai contoh,
permainan peran, anak perempuan yang bermain dengan bonekanya dianggap
sebagai latihan bagi perannya kemudian sebagai seorang ibu. Dari contoh
tersebut dapat dilihat bahwa permainan yang dilakukan anak merupakan
latihan yang akan berguna di masa yang akan datang.
Hurlock mengemukakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau
tekanan dari luar.23 Didalam permainan terdapat unsur rintangan atau
tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu kadang berupa masalah kadang
pula berupa suatu kompetisi. Bermain memberikan anak kesempatan untuk
menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Bermain dapat memberikan dampak dalam proses pembelajaran dan
pengajaran. Dockett dan Fleer berpendapat bahwa pendidik perlu memahami
mengapa bermain mempunyai potensi untuk menjadi faktor yang penting
dalam pengajaran dan pembelajaran dan perlu menyadari dampak dari
perbedaan pandangan secara teoretik tentang bermain .24 Pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa bermain mempunyai potensi besar dan dampak yang
berarti dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Bermain tidak hanya berfungsi sebagai metode pembelajaran. Schaller
mengutarakan pendapatnya bahwa permainan sebagai kelonggaran seseorang
sesudah melakukan tugasnya dan sekaligus mempunyai sifat membersihkan.25
Maksud dari pendapat tersebut bahwa permainan dapat berfungsi sebagai alat
Seto Mulyadi, Bermain dan Kreativitas (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004), h. 54
F.J. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu, op.cit., h. 129
23 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 320
24 Sue Dockett dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogyin Early Childhood (Australia: Nelson
Australia Pty Limited, 2002), h. 14
25 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Main dan Permainan (Jakarta: Grasindo Widia Sarana
Indonesia, 2001), h. 6
21
22
untuk menghilangkan lelah atau relaksasi saat seseorang berada dalam situasi
yang membosankan, dengan demikian bukan hanya anak-anak yang
membutuhkan permainan untuk mendapatkan kesenangan tetapi juga orang
dewasa.
Permainan berisi aktivitas yang dapat memberikan kesempatan pada
anak untuk memperoleh suatu kemampuan dengan cara yang
menggembirakan. Aktivitas dalam bermain dapat berbentuk menagkap,
mengejar, melempar, berbicara, mendengarkan dan memecahkan masalah.
Aktivitas-aktivitas tersebut kadang kala dapat dilakukan dengan mudah,
namun juga mempunyai kesulitan dan unsur rintangan berbeda yang harus
dihadapi oleh anak saat bermain. Situasi ketika melakukan aktivitas tersebut
memberikan latihan yang menyenangkan dan akhirnya membentuk
pengalaman. Melalui aktivitas dan pengalaman yang dilakukan, anak akan
memiliki keterampilan atau kemampuan tertentu.
Ibid., h. 39-46
Zulkifli Lubis, op. cit., h. 39
28
Hurlock, loc.cit.
mengalami pergeseran. Bukan hanya rasa sayang yang menjadi tujuan, tetapi
ada suatu hasil akhir yang diinginkan yang ingin menang, memperoleh hasil
kerja yang baik.
Setiap anak pada usia yang berbeda mempunyai tahapan bermain yang
berbeda pula. Hal ini juga menjadi dasar pemilihan jenis dan konsep
permainan yang akan diterapkan. Apabila jenis dan konsep bermain tidak
disesuaikan dengan tahapan bermain anak, maka tujuan bermain anak tidak
akan tercapai. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahapan
perkembangan bermain anak yang akan melakukan kegiatan bermain.
Semakin jelas bahwa bermain pada masa usia sekolah juga dapat
dijadikan sebagai situasi belajar. Bahan-bahan material yang digunakan untuk
memunculkan kegiatan bermain yang mendukung perkembangan aspek
motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik kelompok masih tetap sama.
Namun jenis dan jumlahnya sudah semakin bervariasi. Hal ini tentu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif
dan sosial linguistik yang dikembangkan.
Pada aspek motorik rentang kegiatan yang diharapkan dilaksanakan
anak berada pada kegiatan melibatkan diri dalam aktivitas yang berkaitan
dengan otot besar, seperti melompat, memanjat, main bola dan lainnya sampai
anak termotivasi untuk aktif terlibat dalam kegiatan pertandingan atau
Rieber, L P., Smith, L, & Noah, D.. The Value of Serious Play. Educational Technology (1998), h.
29-37
32 Ibid. p. 34
31
33
34
2) Metode
Dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat
menggunakan beberapa metode/teknik mengajar, seperti metode bercerita,
Ibid., h. 15-16
Anita Decker and John Decker, Administering Early Childhood Programs
Publishing Company, 1988), h. 248
37
38
(Ohio: Merril
sandiwara
boneka,
bercakap-cakap,
dramatisasi,
peran/sosiodrama, mengucapkan syair, dan karyawisata. 39
bermain
45
46
Ibid., h. 40
Ibid., h. 41
kesenangan dalam diri anak dan menjadi bagian dalam keseharian anak.
Bermain menjadi tempat untuk menyalurkan semua imajinasi anak dan
merupakan sarana untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak.
Melalui bermain secara tidak sadar anak juga sedang melakukan proses belajar.
Dengan demikian proses pembelajaran dilakukan dengan suasana yang
menyenangkan.
Ketika anak melakukan kegiatan bermain, maka akan terjadi interaksi
dan komunikasi dengan lawan mainnya. Dengan terjadinya interaksi dan
komunikasi tersebut berarti anak juga sedang mengembangkan kemampuan
berbahasa yang dimiliki. Peran serta dan kerja sama pendidik atau orang
dewasa dalam pengembangan kemampuan berbahasa anak sangat dibutuhkan,
yaitu dengan memberikan permainan yang bermanfaat untuk proses
pembelajaran anak. Dengan menerapkan konsep bermain sambil belajar,
diharapkan informasi yang diberikan dapat lebih mudah diterima dan
dipahami oleh anak.
Kegiatan bermain juga dapat diterapkan dalam usaha pengembangan
kemampuan berbahasa anak usai dini. Salah satu permainan bahasa yang dapat
diterapkan dalam rangka mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini
adalah dengan permainan teka teki. Permainan teka teki memungkinkan anak
untuk mengembangkan penguasaan kosakata, mengembangkan kemampuan
membentuk kalimat, serta kemampuan komunikasi anak, selain itu dengan
konsep bermain yang diterapkan, permainan teka-teki dapat memberikan
suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran bahasa anak.
Permainan teka teki dapat dilakukan dalam berbagai bentuk permainan,
seperti tebak benda, tebak gambar atau pun tebak kata. Penyajian permainan
dengan cara yang beragam ini dapat mengindarkan anak dari rasa bosan.
Modifikasi permainan juga dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan
kemampuan bahasa anak. Pendidik dapat menerapkan permainan teka teki
dengan berbagai variasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa permainan teka teki dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak, khususnya pada kemampuan
menyimak dan berbicara.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengembangan konseptual perencanaan tindakan,
maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah jika permainan
teka teki diberikan, maka kemampuan berbahasa anak dapat
ditingkatkan. Dengan kata lain permainan teka teki dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia 6-7 tahun.
Metodologi Penelitian (Bab 3)
50
52
b. Teman Sejawat
Nesna Agustriana, beliau adalah mahasiswa Pendidikan Anak
Usia Dini. Selama proses pelaksanaan penelitian beliau akan berperan
sebagai kolaborator.
C. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
1. Peran Peneliti
Dalam penelitian tindakan tersebut, peneliti berperan sebagai
pemimpin perencanaan (planner). Peneliti melakukan persiapan-persiapan
pra penelitian seperti membuat surat perizinan penelitian, menentukan
waktu penelitian, menentukan subjek penelitian, mencari sumber data dan
membuat perencanaan tindakan penelitian.
2. Posisi Peneliti
Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan aktif,
yaitu peneliti ikut serta dalam melakukan pengamatan selain juga
memberikan tindakan pada subjek penelitian. Peneliti membuat
perencanaan tindakan yang akan dilakukan secara sistematik, lalu
memberikan tindakan pada subjek yang diteliti. Selama menjalani proses
penelitian, peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan yang hasil dari
pengamatan tersebut akan dievaluasi secara kolaboratif. Hasil pengamatan
dan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai
bahan analisis data dan perencanaan untuk siklus selanjutnya.
2. Kegiatan Siklus I
Setelah melakukan persiapan-persiapan pra penelitian, selanjutnya
peneliti melakukan langkah-langkah penelitian tindakan yang dimulai dari
siklus I dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Dari hasil observasi pra-penelitian, peneliti menyusun
perencanaan untuk pelaksanaan penelitian tindakan siklus I, yaitu:
1) Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan pada
anak pada siklus I. Pada siklus I ini ditekankan pada pemberian
tindakan, yaitu kegiatan permainan teka teki dengan menggunakan
benda konkret (tebak benda) dan dengan menggunakan kartu kata
(tebak kata). Satuan perencanaan disusun berdasarkan tujuan,
kegiatan, media, dan alat pengumpul data yang terbagi dalam 4 kali
pertemuan yang direncanakan.
2) Menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan yang akan
diberikan, yaitu alat permainan tebak benda yang terdiri dari si
mulut besar dan benda-benda konkret dan alat permainan tebak
kata, yaitu kartu kata.
3) Menyiapkan alat yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data,
yaitu catatan lapangan dan lembar pedoman observasi.
b. Tindakan (acting)
Dalam tahapan ini peneliti bersama dengan kolaborator
melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang telah dibuat, yaitu
permainan teka teki yang mencakup permainan tebak benda dan tebak
kata.
Kegiatan
Media
Benda tiruan si
mulut besar dan
benda konkret
Alat Pengumpul
Data
Pedoman
Observasi
Catatan
Lapangan
Tape recorder
Kaset
2.Pertemuan ke-2
(9 Mei 2007)
3.Pertemuan ke-3
(10 Mei 2007)
4.Pertemuan ke-4
(11 Mei 2007)
Benda Tiruan si
mulut besar dan
benda konkret
Kartu kata
Permainan Tebak Kata
Kartu kata
Permainan Tebak Kata
c. Pengamatan (observing)
Selama kegiatan permainan teka teki berlangsung, peneliti dan
kolaborator mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah
tindakan-tindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. Hasil
pengamatan dicatat dalam bentuk uraian pada lembar catatan lapangan
berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator secara
langsung. Selain itu mengamati setiap kemampuan berbahasa yang
muncul baik pada saat pemberian tindakan maupun di luar tindakan
selama waktu pembelajaran berlangsung dengan memberi tanda cek list
() pada lembar pedoman observasi kemampuan bahasa.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengematan,
peneliti bersama kolaborator mengadakan refleksi dari tindakantindakan yang telah dilakukan, yaitu permainan teka teki yang
mencakup permainan tebak benda dan tebak kata, apakah kegiatan
permainan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
Peneliti melakukan perbandingan antara kemampuan berbahasa anak
sebelum diberikan tindakan dengan sesudah diberikan tindakan pada
akhir siklus I. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dianalisis dan
dievaluasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari seluruh
pelaksanaan siklus I. Refleksi tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk
merevisi perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna
merencanakan tindakan lanjutan pada siklus selanjutnya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan ini adalah anak-anak kelas 1
dan guru kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur, hasil observasi
kemampuan anak sebelum diberikan tindakan, hasil observasi pelaksanaan
tindakan dan hasil observasi kemampuan anak setelah diberikan tindakan.
2.
Aspek
Kemampuan
Kemampuan
Menyimak
Kemampuan
Berbicara
Indikator
Subindikator
Mengenal bunyi
Membedakan
bunyi
Memberi tanda
sesuai dengan
informasi
2.Mengidentifikasi kata Menentukan
kunci
nama benda
Meniru atau
mengulang
deskripsi benda
Mendeskripsika
n benda lain
3. Menggunakan kata
Melafalkan
kunci
bunyi kata
kunci
Menyebutkan
nama benda
Menyebutkan
4. Membunyikan
ciri benda
deskripsi benda
1.Menangkap isi
5. Menggunakan
kalimat sederhana
Menyebutkan
benda dengan
kalimat
sederhana
6. Menggunakan
intonasi
Membunyikan
kalimat dengan
intonasi berita
Sebaran
Soal
1, 2, 4
5, 7, 8
3, 6, 9
10, 15
11, 13
12, 14, 18
20, 23
21, 24
17, 25
19, 22
16
55
No.
Pilihan Jawaban
Skor
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 14.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung; Remaja Rosdakarya,
2004), h. 324
59
bahasa anak berdasarkan lembar observasi dan lembar kerja yang telah
diberikan.
Planning.
London:
Modern
Montessori
Mulyadi, Seto. Bermain dan Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004.
N.K, Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 2000.
Papilaya, Diane E. A Child World Infancy Through Adolescence. New York: Mc
Graw Hill, 1982.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2000.
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001.
Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT
Prenhalindo, 2002.
Sinolungan, A.E. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Manado: Universitas
Negeri Manado, 2001.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998.
Soemanto,Wasty. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Soeparno. Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: Intan Pariwara, 1988.
Sower, Jayne. Language Art in Early Education. Georgia: George Fox University,
2000.
Tambunan, RP. Ilmu Jiwa Berkembang. Jakarta: IKIP,1978.
Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Main dan Permainan. Jakarta: Grasindo Widia
Sarana Indonesia, 2001.
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas
Rendah. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
BAB V
MATERI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PLPG PAUD
Guru yang Dapat menjadi guru profesional. Guru adalah profesi yang mulia,
pada hakikatnya setara dengan jabatan profesilainnya, seperti kata pepatah, guru
dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan profesi lainnya,
seperti dokter, pengacara, apoteker dll, yang bersifat profesi, bernomor registrasi
dan memiliki kode etik profesi. Profesionalisme seorang guru bukan hal yang
mustahil terjadi walaupun data hasil survey the political and economicrisk country
(PERC), yakni sebuah lembaga konsultan di Singapura yang pada tahun 2001
menempatkan Indonesia diurutan ke 12 dari 12 negara di asia dalam hal kualitas
guru. Dengan demikian menciptakan guru profesional adalah suatu hal yang
mendesak diberlakukan negara kita, karena memposisikan guru seperti itu akan
memperbaiki nasib guru yang selama ini termarjinalkan (terpinggirkan), guru
juga akan menjadi lebih bertanggung jawab pada pekerjaannya. Sementara itu
dalam Perpu 19 tahun 2005 dikatakan bahwa seorang guru haruslah memiliki 4
kompetensi, Yakni kompetensi paedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional.
Adapun untuk kompetensi guru PAUD di Indonesia sudah dibuatkan standart
tersendiri , diantaranya seorang guru PAUD hendaknya memiliki rasa seni (sense
of art) dan berbagai bentuk disiplin agar dapat mengenali pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak, selain itu seorang guru PAUD diharapkan
memiliki pemahaman teori perkembangan dan implikasinya secara praktis
terlebih lagi guru PAUD harus memahami Bahwa anak belajar dalam bermain.
Dari uraian diatas tampak bahwa menjadi guruPAUD ternyata tidak hanya
berdasarkan naluri keibuan atau kebapakan semata, namun diharapkan dapat
memahami tentang peraturan perundang undangan, organisasi profesi, teman
sejawat, anak didik, tempat kerja dll. Semua itu hendaknya dilakukan dengan
ikhlas, karena guru PAUD diharapkan ikut serta membentuk manusia indonesia
seutuhnya dengan beragam pendekatan seperti Montessori, Regio Emilio, High
Schoop ataupun pendekatan dari Indonesia sendiri seperti metode dari Taman
Siswa, INS Kayu Tanam, dan KH Ahmad Dahlan ketiganya menanamkan nilainilai moral dan budi pekerti sejak awal anak mengenal pendidikan formal. Guru
juga diminta agar dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan Aman
serta gembira demi untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
(PBM),serta dapat bekerja sama dengan orang tua serta masyarakat (komite
sekolah) dalam mengambil prakarsa sekolah. Modul profesionalisme guru PAUD
ini hendaknya dipelajari lebih awal dari mata kuliah lain agar mahasiswa PLPG
sejak awal memiliki gambaran tentang profesi guru. Modul ini ada dua satuan
kegiatan (workshop) keduanya harus dipelajari secara berurutan adapun modul
profesionalisme guru ini sebagian besar terdiri dari kegiatan praktek dengan
demikian urutannya adalah satuan kegiatan satu hendaknya dibaca, dipelajari,
didikusikan serta dipraktekan melalui metode sosio drama (bermain peran)
setelah itu dilakukan juga dengan urutan yang sama pada satuan kegiatan dua.
a. Pengertian Profesionalisme Guru P.G PAUD
1) Persiapan
2
2) Coba telaah lebih lanjut tentang tugas guru dan kesiapan yang harus dilakukan
jika hendak menjadi guru AUD yang profesional.
3) Apakah kendala utama bagi kita jika ingin menjadi guru AUD yang profesional.
b. Persiapan Pembelajaran
1) Pengertian Profesionalisme Guru P.G PAUD
a) PROFESI adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu yang karena
sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, ketrampilan teknis dan sikap
kepribadian.
b) Menurut EVERETT HUGHES merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan
selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.
c) PROFESIONAL adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kepandaian
khusus untuk melaksanakannya.
d) PROFESIONALISASI adalah suatu proses menjadi seseorang yang
memiliki profesi.
e) PROFESIONALISME adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
2) Ciri-Ciri Guru Sebagai Profesi
Guru sebagai suatu profesi dapat dikenali ciri-ciri sebagai berikut:
a) Lebih mementingkan layanan kemanusian daripada kepentingan pribadi
b) Ada pengakuan dari masyarakat.
c) Pratek profesi itu didasarkan pada pengetahuan dan keahlian khusus yang
diperoleh dalam waktu relatif lama.
d) Memiliki kreaativitas dan intelektual tinggi.
e) Memiliki organisasi profesi yang menetapkan standar kualifikasi.
f) Adanya komitmen dari anggotanya bahwa jabatan guru mengharuskan
pengikut-nya menjujung tinggi martabat kemanusian lebih dari pada
mencari keuntungan diri sendiri.
g) Suatu profesi mensyaratkan orangnya mengikuti persiapan profesional
dalam
waktu tertentu.
h) Harus selalu menambah pengetahuan agar terus menerus bertumbuh
dalam
jabatannya.
i) Memiliki kode etik tertentu yang mengikat guru.
j) Memiliki kemampuan
intelektual untuk menjawab masalahmasalah
yang dihadapi.
k) Selalu ingin belajar terus menerus mengenai bidang keahlian yang
ditekuni.
l) Menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
m) Jabatan itu dipandang sebagai sumber suatu karier.
3) Kompetensi Guru PAUD
Guru PAUD harus memilki kompetensi pribadi, sosial, dan profesional.
Kompetensiguru PAUD di Indonesia sudah dibuatkan standar yang sudah
6
Indikator
a. Menyayangi secara tulus
b. Berperilaku sabar, tenang, ceria, serta
penuh perhatian
c. Memiliki kepekaan, responsive dan
humoris terhadap perilaku anak
d. Menampilkan diri sebagai pribadi
yang dewasa, arif dan bijaksana.
e. Berpenampilam bersih, sehat dan rapi.
f. Berperilaku sopan, santun menghargai
dan melindungi anak.
a. Berperilaku jujur
b. Bertanggung jawab terhadap tugas
c. Berperilaku sebagai teladan
2. Kompetensi Profesional
Indikator
a. Memahami kesinambungan tingkat
perkembangan anak usia 0-6 tahun.
b. Memahami standar tingkat
pencapaian perkembangan anak.
c. Memahami bahwa setiap anak
mempunyai tingkat ketepatan
pencpaian perkembangan yang
berbeda.
d.Memahami faktor penghambat dan
pendukung tingkat pencapaian
perkembangan.
1. Memahami aspek-aspek
perkembangan
fisik motorik , kognitif, bahasa, social
emosi dan moral agama.
2. Memahami faktor -faktor yang
menghambat dan mendukung aspekaspek perkembangan di atas
3. Memahami tanda- tanda kelainan
paad
tiap aspek perkembangan anak.
4. Mengenal kebutuhna gizi anak sesuai
dengan usia.
5. Memahami cara memantau nutrisi,
kesehatan dan keselamatan anak.
6. Mengetahui pola asuh yang sesuai
dengan usia anak.
7. Mengenal keunikan anak.
10
Indikator
3. Komptensi Pedagogik
11
a.
4. Kompetensi Sosial
lingkungan
Indikator
12
Latihan 2
1) Ajaklah dua orang teman anda untuk melakukan observasi di dua sekolah
TK untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sekolah
tersebut.
2) Kembali dri observasi lakukanlah kegiatan FGD (Focus Group Discussion)
dengan teman dari kelompok anda.
3) Setelah FGD presentasikan di depan kelas dari masing-masing kelompok
4) Pada waktu presentasi,hendaknya dilakukan tanya jawab dengan peserta
dari kelompok lainnya
3. Evaluasi
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar!
1. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar pada anak usia dini pada
umumnya sangat ditentukan oleh...
a. Media dan metode yang digunakan
b. Area bermain yang luas
c. Gedung sekolah yang memadai
d. Guru yang memiliki kemampuan mengajar
2. Seorang guru PAUD hendaknya memilki pemahaman dua ilmu dasar
yakni :
a. Ilmu pendidikan dan Ilme pertanian
b. Ilmu jiwa perkembangan dan Ilmu pendidikan
c. Ilmu pendidikan dan Ilmu filsafat
d. Ilmu jiwa perkembangan dan Ilmu kesehatan
4. Daftar Pustaka
Brewer, Jo Ann, Introduction To Early Childhood education, Allyn and Bacon:
Boston, 2006
Gestwicki, Carol., Development Appropriate Practice Curricullum and
Development in Early Education 3rd Ed, Thomson Delmar: New York, 2007
13
Gordon, Ann Miles & Kathryn W. Browne, Beginnings & Beyond Foundations
In Early Chilhood Education, Thomson Delmar : New York, 2004
Hohmann, Mary & David P.Weikart, Education Young Children, High Scope:
Michigan, 1995
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung, 2005, PT. Remaja Rosda karya
W.S Wimkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta, 2004 PT Media Abadi
B. Pembelajaran Inovatif Pendidikan Anak Usia Dini
1. Tujuan Pembelajaran
Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pendi-dik anak usia dini menunjukkan hasil belajar dengan indikator
sebagai berikut:
a. Mengetahui berbagai model pembelajaran anak usia dini
b. Menganalisis masing-masing model pembelajaran anak usia dini
c. Mengaplikasikan model pembelajaran anak usia dini dalam pembelajaran
sehari-hari di sekolah
d. Memodifikasi model pembelajaran agar sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi
2. Uraian Materi
Pendahuluan
Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini
hendaknya dilakukan dengan memberikan konsep-konsep dasar yang
memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata. Hanya
pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak untuk menunjukkan
aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dengan
menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta
fasilitator bagi anak. Melalui proses pendidikan seperti ini diharapkan
dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada
kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi
dominan.
Proses pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya
pengembangan individu secara khusus dan pengembangan bangsa secara
umum. Proses pendidikan memberikan kesempatan kepada setiap
individu untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan
keterampilan secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya
diberikan sedini mungkin agar upaya pngembangan kemampuan da
keterampilan individu dapat berlangsung optimal.
14
Pada rentang usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden
age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk
menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak
secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik,
bahasa, sosio emosional dan spiritual.
Upaya pengembangan individu melalui proses pendidikan
berlangsung di berbagai lembaga-lembaga pendidikan, termasuk
lembaga pendidikan anak usia dini. Pada saat ini telah bermunculan
berbagai lembaga pendidikan anak usia dini yang menggunakan standar
internasional di kota-kota besar di Indonesia, terutama lembaga
pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mengadopsi kurikulum
penyelenggaraan dari berbagai negara maju. Kurikulum yang
dikembangkan tersebut mengacu kepada model pembelajaran yang
sudah ada di negara tertentu yang telah dikembangkan selama
bertahun-tahun.
Beberapa model pendidikan yang dimasud antara lain model
pembelajaran aktif, model pembelajaran proyek, model pembelajaran
berbasis masyarakat dan model pembelajaran keterampilan hidup.
A. Model-model Pembelajaran Anak Usia Dini
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari materi tentang model-model pembelajaran anak usia
dini ini adalah:
a. Peserta PLPG mampu menguasai beberapa model pembelajaran anak usia dini
b. Peserta PLPG mampu menggunakan salah satu model pembelajaran anak usia
dini
c. Peserta PLPG mampu mengembangkan satu model pembelajaran anak usia dini
2. Isi/Paparan Materi
a. Model Pembelajaran High/scope
15
Pendekatan high scope pada awalnya dikembangkan untuk anak anak luar
biasa dari lingkungan miskin di Ypsilanti, Michingan. Pada tahun 1962, David
P. Weikart, direktur pelayaan khusus dari Ypsilanti Public School, yang
menamakan Perry Preschool Project (yang kemudian dikenal sebagai
High/Scope Preschool Project). Weikart mendesain proyek ini untuk merespon
kegagalan yang senantiasa terjadi pada murid SMA dari lingkungan miskin
Ypisilanti. Sepanjang tahun tersebut, anak-anak secara konsisten dinilai dalam
tingkat bawah dalam tes kecerdasaan dan tes prestasi akademik. Ditandai oleh
tren atau situasi ini, Weikart mencari penyebab dan penyelesaiannya. Weikart
menyimpulkan bahwa rendahnya skor IQ direfleksikan oleh terbatasnya
kesempatan bagi sekolah untuk melakukan persiapan daripada karena
kecerdasaan bawaan anak. Weikart juga menyimpulkan bahwa pencapaian
siswa yang rendah di sekolah menengah berkorelasi dengan keadaannya di
sekolah dasar.
keterlambatan
perkembangan,
bukan
sebagai
penyimpangan.
Berdasarkan pada tugas mereka dalam tujuan ini, guru kemudian berinisatif
16
menggunakan
pendeatan
yang
sesuai
dengan
perkembangan
penggunaan
waktu
dan
energi
mereka;
dan
untuk
17
bahan
dalam
menemukan
jalan
anak,
menggunakan,
dan
Selain itu, peralatan, permainan anak, dan furniture dalam sekolah High/Scope
harus memenuhi kriteria sebagai berikut harus menyediakan/ mengatur
peralatan yang cukup, baik mainan anak, alat-alat, dan furniture untuk
memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang dawasa. Karena itu sekolah
harus: (a) mendukung objeksivitas pendidikan yang spesifk dan program lokal,
(b) mendukung latar belakang budaya dan etnis anak, (c) sesuai dengan usia,
aman, dan mendukung kemampuan dan perkembangan setiap anak, (d) mudah
dijangkau, atraktif, dan mendorong minat penemuan anak, (e) didesain untuk
menyediakan berbagai jenis pegalaman belajar dan menyemangati setiap anak
untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi,(f) aman, tahan lama, dan tetap
terjaga dalam kondisi yang baik, (g) disimpan dalam tempat yang aman dan
tetap dalam petunjuk yang rapi dalam kondisi yang baik.
Sasaran
jangka
panjang
kurikulum
High/Scope
adalah
keseimbangan
akademik, sosial, emosional dan aspek fisik. Yang termasuk dalam aspek sosial19
emosional
adalah
kemampuan
interpersonal
dan
kemampuan
kemampuan
berempati,
kemampuan
bekerjasama,kemampuan
akan
dilakukan.
Setiap
harinya
program
High/Scope
memiliki
pembelajaran
konstruktivis
merupakan
sebuah
konsep
1) Area Balok
21
Balok adalah peralatan yang standar untuk kelas anak-anak yang pertama
dan itu penting untuk mengimplementasikan Kurikulum Kreatif. Balok-balok
kosong cocok untuk anak-anak yang menyukai permainan dramatik. Dalam
waktu yang singkat balok-balok yang besar ini menjadi sebuah boneka,
rumah, sebuah bis, atau alat pemadam kebakaran. Unit balok-balok ini
menyediakan
sebuah
kekayaaan
mengizinkan
anak-anak
untuk
dalam
belajar
mendapatkan
aktivitas
ini
konsep-konsep
yang
dalam
matematika, pengetahuan alam, geometri, ilmu sosial, dan banyak lagi. Balok
kayu adalah kebutuhan yang alami untuk anak kecil karena balok-balok itu
halus, keras dan simetris. Anak-anak suka untuk mengembangkan karakter
fisik balok-balok itu dengan menyentuhnya, mengusapnya, dan memukul
balok-balok itu bersama untuk mendengarkan suara balok-balok itu. Balok
kayu adalah permaianan material yang mengajak anak-anak untuk
menciptakan sesuatu yang mau. Di sini tidak ada cara yang benar atau salah
untuk
meciptakan
sesuatu
dengan
balok-balok
itu-anak-anak dapat
yang
bernilai
untuk
perkembangan
fisikal.
Anak-anak
2) Area Seni
Sebagian besar anak kecil biasanya menyenangi seni. Mereka menyukai
proses penggunaan cat ke kertas, menempel-nempelkan, memukul-mukul
lilin. Bekerja dengan material seni menawarkan anak-anak kesempatan untuk
24
kompetensi
untuk
anak
bekerja
sambil
menjelajah
dan
3) Area Memasak
26
kesehatan
dan
kebahagiaannya.
Kegiatan
memasak
Salah satu aspek yang paling mempengaruhi dalam memasak bagi anak-anak
adalah ternyata dalam memasak anak-anak diizinkan melakukan kegiatan
lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan yang bisa dilakukan oleh orang
dewasa. Pada sudut balok, mereka membuat jalan dan jembatan bohongan.
Pada sudut rumah mereka membayangkan menjadi orang tua, guru, dan
dokter. Dalam memasak mereka hanya memiliki kesempatan untuk
27
bertingkah laku hanya seperti anak-anak yang dalam masa pertumbuhansebuah perlakuan yang jarang bagi anak-anak. Banyak guru anak-anak usia
dini merasa bahwa pengalaman memasak merupakan program yang alami
dan mereka memasukkan kegiatan memasak sebagai suatu pilihan kreatifitas
secara reguler. Ada pula guru yang lainnya yang meniadakan kegiatan
memasak sampai mereka merasa bahwa anak anak sudah terbiasa dengan
kegitan rutin di dalam kelas, dapat memilih kegiatan-kegiatannya dan
bekerja dengan bebas. Dikarenakan pengawasan adalah sesuatu yang
penting untuk memastikan keamanan anak, anda mungkin menginginkan
untuk mempertimbangkan jadual memasak pada hari-hari tertentu ketika
seorang sukarelawan bersedia memberikan bantuan di dalam kelas. Faktor
yang paling penting dalam membuat keputusan untuk memasukkan
kegiatan memasak ke dalam program anda adalah tingkat kesenangan anda
dan kemampuan anda untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dalam
merencanakan dan menyiapkan kegiatan memasak tersebut.
Jagalah agar anak-anak sehat dan aman adalah yang utama. Prioritaskan
untuk memulai program memasak dengan mengetahui dengan baik tentang
alergi makanan yang diidap anak-anak, sebaik anda mempercayai dan
memilih keluarga untuk ikut terlibat dalam program ini. Konsultasikan data
anak dan orang tua untuk informasi ini. Ulangi semangat dalam modul ini
ketika anda memiliki waktu dan menemukan satu atau dua ide yang anda
rasa siap untuk dicoba. Keberhasilan anda dalam mengimplementasikan
sebuah pengalaman memasak atau mendirikan sebuah area memasak , dan
antusias anak-anak untuk memilih kegiatan ini , mungkin memberi anda
inspirasi untuk menjadikan kegiatan lebih berambisi.
29
Sebagai benda cair, air bisa dipercikan, dituang, dan dibekukan. Sebagai
benda padat/kering, pasir dapat disaring, digaruk, dan disekop. Permainan
terpisah atas masing-masing benda itu dapat mempertebal rasa sosio
emosional anak, kognitif dan pertumbuhan fisik.
Namun bagaimanapun, permainan pasir dan air penting karena dua alasan.
Pertama, pasir dan air adalah keduanya benda alam yang menjadi kesukaan
bagi anak, yang menimbulkan jenis ekplorasi dan belajar. Kedua, permaina
pasir dan permaian air meningkat ketika keduanya menjadi satu untuk
membentuk tiga tipe permainan - permainan pasir basah. Anda tentunya
dapat menggunakan permainan air dan pasir sebagai aktivitas tersendiri.
Namun bagaimanapun, dengan menggabungkan kedua tipe permainan
dalam satu area bisa mengembangkan manfaat terpisah dari keduanya.
Permainan pasir basah membuat anak anak mengalami dasar matematika
dan sains tangan pertama. Ketika anak anak mencampurkan pasir dan air,
mereka mendapatkan bahwa mereka telah mengubah sifat keduanya, pasir
yang kering menjadi kuat dan airnya terserap. Tekstur/ bentuk kedua benda
itu berubah juga. Tidak seperti pasir yang kering atau air cair, pasir yang
kering bisa di bentuk. Secara individual dan bersama sama permainan pasir
dan air dapat secara efektif menarik dan menyejukan otak dan raga anak.
Anak mendapat manfaat paling banyak dari permaian pasir dan air apabila
guru guru membimbing interaksi mereka. Dengan membuat polapola
pengajaran yang spesifik bagi anak anak, anda dapat mengasuh
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Daftar berikut ini menunjukan
beberapa sasaran yang dianjurkan bagi permaianan anak anak di area.
Kompetensi pembelajaran dalam permainan area dan pasir adalah
Kompetensi Pengembangan Sosial Emosional
a) Bermain secara bekerja sama (berbagi alat alat yang di gunakan untuk
permainan air bersama dengan anak anak yang lain)
31
anak
yang
bermain
sampai
selesai
(mengaduk
dan
Mengapa permainan aksi sangat penting bagi anak-anak kecil? Ketika anakanak
mengambil
sebuah
peran
di
area
rumah
tangga,
mereka
34
bagaimana
harus
bertingkah
dalam
situasi
baru
ketakutan
dan
kecemasan
(mencoba
peran
dan
6) Area Perpustakaan
Sentra perpustakaan meliputi ruangan untuk melihat buku-buku, ruangan
untuk mendengarkan musik/rekaman dan ruangan untuk menulis. Ada
yang menempatkan ketiga kegiatan ini dalam satu ruangan yang sama; ada
juga yang menggabungkan kegiatan menulis di dalam area seni dan
mendengarkan rekaman atau kaset menjadi bagian dari area musik. Lepas
dari penempatan tadi yang paling penting adalah bagaimana nanti guru
menata ruangan dengan perlengkapannya. Sebagaimana di area area lain,
penataan area perpustakaan memainkan peranan besar dalam memfasilitasi
pembelajaran anak.
a) Mengembangkan
suatu
pemahaman
terhadap
symbol
symbol
(menghubungkan gambar anak laki laki dengan kata yang tertulis anak
laki laki).
b) Menambah perbendaharaan kata (mempelajari nama-nama binatang yang
ada di Afrika).
c) Memperkirakan suatu kejadian (memperkirakan apa yang terjadi
selanjutnya dalam suatu cerita yang dibacakan dengan keras).
d) Mengenalkan objek, warna dan bentuk (menunjuk pada objek di papan
flannel dan menggambarkan ciri cirinya)
e) Menerapkan pengetahuan pada situasi baru (mengarang sebuah sajak
setelah mendengarkan puisi puisi sejenisnya dalam sebuah rekaman).
f) Mengembangkan kemampuan menceritakan cerita (mendiktekan cerita
kepada guru atau membuat tulisan tangan).
Kompetensi bagi Perkembangan Fisik:
a) Meningkatkan kemampuan otot kecil/halus (menulis dengan spidol).
b) Menguatkan otot mata (melihat gambar dan kata dalam buku ketika
dibacakan).
c) Mengkoordinasikan antara gerakan mata dengan tangan (menempatkan
objek pada papan flannel).
d) Memperhalus kemampuan membedakan secara visual (mencari objek atau
orang dalam sebuah ilustrasi yang rumit seperti dalam buku dimana
Waldo)
sasaran/kompetensi
pembelajaran.
Tidak
semua
sasaran
yang
disebutkan tadi tepat untuk setiap anak, anda bisa memilih sasaran mana
yang paling tepat digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak
anak dalam kelompok anda. Model pembelajaran aktif dalam kegiatan
sehari-harinya
mendesain
agar
setiap
kejadian
merupakan
suatu
37
pembelajaran
Montessori
mengacu
pada
pembelajaran
yang
USIA
Lahir 3 tahun
1,5 - 3 tahun
1,5 - 4 tahun
2 - 4 tahun
2,5 - 6 tahun
3 - 6 tahun
3,5 - 4,5 tahun
4 - 4,5 tahun
4,5 - 5,5 tahun
PERKEMBANGAN
Masa penyerapan toral (absorbed mind), perkenalan
dan pengalaman sensoris/ panca indera.
Perkembangan bahasa
Perkembangan dan koordinasi antara mata dan ototototnya.
Perhatian pada benda-benda kecil.
Perkembangan dan penyempurnaan gerakan-gerakan.
Perhatian yang besar pada hal-hal yang nyata.
Mulai menyadari urutan waktu dan ruang
alamiah tersebut akan terpenuhi dengan memfasilitasi anak dengan aktivitasaktivitas yang penuh kesibukan. Namun dalam kegiatan tersebut sebaiknya
anak tidak dibantu melainkan harus berlatih sendiri.
2) Masa Peka
Masa peka merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan
seorang anak. Ketika masa peka datang, maka anak harus segera difasilitasi
dengan alat-alat permainan yang mendukung aktualisasi potensi yang
dimiliki. Guru memiliki kewajiban untuk mengobservasi munculnya masa
peka dalam diri anak agak dapat memberikan tindakan yang tepat sesuai
dengan kondisi anak.
3) Kebebasan
Model pembelajaran Montessori memberikan kebebasan kepada anak untuk
berpikir, berkarya dan menghasilkan sesuatu. Hal ini dkarenakan masa peka
anak tidak dapat diketahui kapan kepastian kemunculannya. Kebebasan ini
bertujuan agar anak dapat mengaktualkan potensi anak sebebas-bebasnya.
Model pembelajaran Montessori memfokuskan pada pengembangan aspek
motorik, sensorik dan bahasa. Penekanan utamanyaditempatkan melalui
pengambangan
alat-alat
indera.
Model
pembelajaran
Montessori
secara
bebas.
Langkah
pembelajaran
dalam
model
40
dibangun
berdasarkan
minat
anak-anak.
Topik
untuk
terhadap
gagasan
dan
minat
yang
muncul
dalam
41
memfokuskan
pada
keseimbangan
antara
pengembangan
dan
sebagai
peneliti
guru
harus
dengan
seksama
5) Dokumentasi
Serupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti
proses pembelajaran yang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang
terlibat dalam pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu,
penggunaan kata-kata yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anakanak. Dokumentasi digunakan sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru
untuk melakukan sesuatu.
6) Lingkungan
Dalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan
sebagai guru yang ketiga. Para guru sangat berhatihati dalam menata
ruangan untuk pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun
42
lainnya, menjaga bentuk hubungan yang sudah terbentuk dalam diri anak
antara rumahnya, sekolah, dan komunitas lainnya.
3. Latihan
a. Lakukanlah observasi pada salah satu lembaga pendidikan anak usia dini untuk
melihat model pembelajaran yang diterapkan.
b. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model
pembelajaran aktif.
c. Buatlah satu disain kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model
pembelajaran keterampilan hidup.
44
46
Kunci pengalaman ini akan sangat berperan dalam pemerolehan sosial saat ini
dan yang akan datang serta kemampuan akademik yang dibutuhkan agar
sukses di sekolah.
2) Interaksi dengan Orang Dewasa
Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dangan anak anak pada level
mereka untuk menemukan bagaimana setiap anak berpikir dan mencari
alasan.
Orang dewasa mengzinkan anak untuk mengambil kontrol dalam pembelajarn
individual mereka. Mereka juga mendukung motivasi dari dalam diri anak
dalam
pembelajaran dengan cara:
Mengatur jadual dan lingkungan
Memperhatikan iklim sosial yang kondusif
Mendukung penyelesaian konflik yang konstruktif
Menginterpretasi tindakan anak anak dalam bagian kunci pengalaman
Merencanakan pendalaman pembelajaran aktif yang berdasarkan pada minat
dan kemampuan anak.
3) Lingkungan Pembelajaran
Ruang kelas disusun dalam lima atau lebih pusat minat. Area area ditandai
dengan nama sederhana sehingga dapat memberikan pengertian kepasa anak,
seperti area buku, area rumah dan didefinisikan secara jelas. Variasi
bahan bahan dalam menemukan jalan anak, menggunakan, dan
menggembalikan apa yang telah mereka selesaikan.
Pengaturan seperti ini akan mendukung anak untuk menemukan dan
menggunakan bahan untuk bereksplorasi, menemukan dan belajar tentang
dunia mereka. Secara terperinci, lingkungan pembelajaran dalam
pembelajaran High/Scope Curriculum harus memenuhi beberapa kriteria,
antara lain:
a. Sekolah harus menyediakan lingkungan fisik pembelajaran yang
kondusif untuk belajar dan merefleksikan tahapan yang berbeda dalam
perkembangan masing-masing anak.
b. Seolah harus menyediakan ruang yang layak untuk melakukan seluruh
program kegiatan.
c. Pusat ruang harus disusun dalam area yang fungsional yang dapat
dikenali oleh anak dan mengizinkan terjadinya interaksi sosial dan
aktifitas individual.
Selain itu, peralatan, permainan anak, dan furniture dalam sekolah
High/Scope harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Harus menyediakan/ mengatur peralatan yang cukup, baik mainan anak, alatalat, dan furniture untuk memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang
dawasa.
47
Karena itu sekolah harus: (a) mendukung objeksivitas pendidikan yang spesifk
dan program lokal, (b) mendukung latar belakang budaya dan etnis anak, (c)
sesuai dengan usia, aman, dan mendukung kemampuan dan perkembangan
setiap anak, (d) mudah dijangkau, atraktif, dan mendorong minat penemuan
anak, (e) didesain untuk menyediakan berbagai jenis pegalaman belajar dan
menyemangati setiap anak untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi,(f)
aman, tahan lama, dan tetap terjaga dalam kondisi yang baik, (g) disimpan
dalam tempat yang aman dan tetap dalam petunjuk yang rapi dalam kondisi
yang baik.
Sasaran jangka panjang kurikulum High/Scope adalah keseimbangan
akademik, sosial, emosional dan aspek fisik. Yang termasuk dalam aspek
sosial-emosional adalah kemampuan interpersonal dan kemampuan
intrapersonal.
Kemampuan interpersonal:
Kemampuan mengertiorang lain
Kemampuan berempati
kemampuan bekerjasama
kemampuan berkomunikasi
Kemampuan rasa tanggung jawab
Kemampuan intrapersonal:
Percaya diri
Kreatif
Jiwa sosial kebijakan
Kemandirian
Kritis
Untuk membantu anak anak agar mereka sukses dalam pembelajaran dan
belajar bertanggung jawab terhadap sekolah dan kehidupannya maka sekolah
High/scope akan menyediakan suatu daftar kegiatan harian yang seimbang
antara kegiatan yang merupakan atas inisiatif anak dangan aktivitas yang
melbatkan orang dewasa secara langsung termasuk kegiatan yang bersifat
individual maupun kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok juga harus
mendukung perkembangan sosial-emosi anak dengan merencanakan kegiatan
rutin dan transisi yang tepat sehingga anak - anak dapat memperkiran cara
yang akan dilakukan. Setiap harinya program High/Scope memiliki
perencanaan kegiatan yang sama, menyediakan kerangka kerja yang kosisten
untuk orang dewasa dan anak. Rangkaian perencanaan-tindakan-review
(plan-do-review) harian adalah sebuah kegiatan inti High/Scope yang
memberikan kebebasan kepada anak untuk:
mempertimbangkan minatnya
membuat rencana
mengikuti kehendaknya
menggambarkan pengalaman
48
1) Area Balok
Balok adalah peralatan yang standar untuk kelas anak-anak yang pertama dan
itu penting untuk mengimplementasikan Kurikulum Kreatif. Balok-balok
kosong cocok untuk anak-anak yang menyukai permainan dramatik. Dalam
waktu yang singkat balok-balok yang besar ini menjadi sebuah boneka,
rumah, sebuah bis, atau alat pemadam kebakaran. Unit balok-balok ini
menyediakan sebuah kekayaaan dalam belajar aktivitas ini yang mengizinkan
anak-anak untuk mendapatkan konsep-konsep dalam matematika,
pengetahuan alam, geometri, ilmu sosial, dan banyak lagi.
Balok kayu adalah kebutuhan yang alami untuk anak kecil karena balok-balok
itu halus, keras dan simetris. Anak-anak suka untuk mengembangkan karakter
fisik balok-balok itu dengan menyentuhnya, mengusapnya, dan memukul
balok-balok itu bersama untuk mendengarkan suara balok-balok itu. Balok
kayu adalah permaianan material yang mengajak anak-anak untuk
menciptakan sesuatu yang mau. Di sini tidak ada cara yang benar atau salah
untuk meciptakan sesuatu dengan balok-balok itu-anak-anak dapat
membuatnya semau mereka.
Kadang-kadang anak-anak memulai dengan sebuah idea apa yang mereka
ingin buat, dan juga desain tiga dimensi ini berkembang sesuai bagaimana
anak-anak menempatkan balok bersama secara acak atau dengan pola. Seperti
seni lainnya, kreasi anak-anak menghasilkan dengan balok- balok tersebut
sering mengingatkan mereka pada apa yang pernah mereka lihat, jadi mereka
mulai untuk menamakan apa yang mereka ciptakan: rumah, jala, atau pesawat
roket.
Membangun balok penting untuk perkembangan kognitif (kemampuan untuk
memandang sesuatu). Seperti pengalaman anak-anak dengan dunia
sekelilingnya, mereka membentuk gambaran di pikiran mereka dari apa yang
mereka lihat. Bermain dengan balok memberi mereka sebuah kesempatan
unutk menciptakan kembali gambar-gamabar ini dalam bentuk nyata.
Kemampuan menciptakan ini yang mewakilkan pengalaman pengalaman
mereka adalah sesuatu kemampuan penting dimulai dari pikiran yang
abstrak. Terlebih lagi, karena balok-balok didesain dalam unit matematika,
anak-anak bermain dengan itu mendapat pengertian yang nyata dari konsep
yang penting untuk berpikir logis. Mereka belajar tentang ukuran, bentuk,
jumlah, jenis, area, panjang, dan berat sebagai apa yang mereka pilih, ciptakan,
dan membersihkan balok-balok.
Balok-balok permainan yang bernilai untuk perkembangan fisikal. Anak anak
menggunakan otot-otot besar mereka untuk membawa balok-balok dari satu
tempat yang satu ke tempat yang lain. Mereka menempatkan balok-balok
bersam dengan cermat untuk membentuk sebuah jembatan atau desain yang
rumit, mereka menyempurnakan otot-otot kecil di tangan mereka, yang
penting untuk menulis.
50
Kompetensi Pembelajaran
Anak-anak dapat merealisasikan banyak keuntungan dari permainan balok
saat guru mereka menetapakan Kompetensi yang realistik dan cocok untuk
perkembangan mereka. Urutan di bawah adalah contoh Kompetensi yang
dapat anda tempatkan sebagai anak-anak yang bermain dengan balok-balok.
a) Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosi
a. Bekerja dengan bebas dan dalam sebuah kelompok (memutuskan
kapan, bagaimana, dan dengan siapa mereka bermain.)
b. Menunjukkan kebutuhan, konsentrasi, dan ketakutan dalam jalan
sosial yang dapat diterima (menciptakan rumah sakit atau gua dengan
monster dan bermain membuat kepercayaan)
c. Berbagi dan bekerjasama dengan yang lain (menjual barang dan tiang
dan merencanakan proyek pembangunan bersama)
d. Mendemonstrasikan kebanggaan dalam menyelesaikan dan sebuah
konsep diri sendiri yang positif (membagikan bangunan mereka
dengan berbicara mengenai apa yang mereka ciptakan)
b) Kompetensi dari perkembangan kognitif:
a. Mengembangkan sebuah pengertian tentang konsep, berat, dan area
(membawa balok dan menggunakan balok-balok dalam konstruksi)
b. Mengklasifikasikan dan menyusun objek dengan ukuran, bentuk, dan
fungsi (menempatkan balok-balok dalam ukuran yang sama)
c. Membuat kegunaan prinsip-prinsip fisikal (mengembangkan berat,
stabilitas, persamaan, keseimbangan, dan kekuatan untuk mengungkit
)
d. Memprediksikan penyebab dan efek persahabatan (melihat seberapa
tinggi mereka dapat membangun mereka sebelum balok balok itu
jatuh)
e. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konstruksi
(membuat jembatan atau langkah-langkah membuat rumah)
f. Mengorganisasikan dalam sebuah baris (membuat balok dari rendah
ke tinggi dan menghitung dengan benar)
g. Menggunakan tambahan, dasar dan pecahan (menetapkan berapa
banyak balok yang diperlukan untuk mengisi jarak yang kosong)
h. Mengembangkan kemampuan membaca dan menulis (membuat tanda
untuk bangunan)
c) Kompetensi dari Perkembangan Fisikal:
a. Menggunakan kemampuan otot kecil dan besar (memegang,
mengangkat, menempatkan dan menyeimbangkan balok-balok)
b. Mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan (menempatkan
balok pada pola yang benar)
c. Mengontrol tempat objek-objek (bawah, atas, di atas, di bawah, di atas,
dari, dan di sebelah saat berkontraksi dengan balok-balok)
51
2) Area Seni
Sebagian besar anak kecil biasanya menyenangi seni. Mereka menyukai proses
penggunaan cat ke kertas, menempel-nempelkan, memukul-mukul lilin.
Bekerja dengan material seni menawarkan anak-anak kesempatan untuk
bereksperimen dengan warna, bentuk, rancangan, dan tektur. Menggunakan
material seni seperti lukisan, lilin, spidol, krayon, kanji dari tepung jagung,
dan susunan benda-benda potongan kertas, anak-anak mengekspresikan ide
dan perasaan pribadi.
Dengan mereka memperlihatkan kreasi dan anak-anak yang lain, mereka
belajar menghargai perbedaan. Untuk anak kecil, proses menciptakan adalah
yang paling penting, bukan apa yang mereka buat.
a. Karya seni menguntungkan semua aspek perkembangan anak. Saat
anak menggambar, melukis, dan potongan kertas. Mereka
bereksperimen dengan warna, garis, bentuk dan ukuran. Mereka
menggunakan cat, bahan-bahan dan kapur untuk membuat pilihan,
mencoba ide, rencana, dan eksperimen.
b. Mereka mempelajari tentang sebab-akibat saat mencampur warna,
melalui mencoba dan gagal, mereka belajar menyumbangkan. Melalui
seni mereka, anak belajar mengekspresikan perasaan, pikiran dan
pandangan mereka terhadap dunia. Seni merupakan media yang
membiarkan anak-anak merubah apa yang mereka tidak bisa ucapkan
dengan kata-kata dengan terlihat dengan berbagai seni memberikan
percaya diri dan kebanggaan.
c. Seni juga memberikan kesempatan untuk pembentukan fisik. Saat
anak-anak merobek kertas untuk mengguntuing kertas, mereka
menyempurnakan otot-otot kecil membuat garis dan bentuk-bentuk
dengan spidol dan pinsil warna membantu anak- anak membentuk
otot-otot motorik yang diperlukan untuk menulis. Seni menyenangkan
dan melegakan untuk anak-anak. Seni membuat mereka belajar banyak
keahlian, mengekspresikan diri, menghargai keindahan, dan
bersenang-senang semua pada saat yang sama.
Kompetensi Pembelajaran
Guru dapat memilih berbagai Kompetensi untuk anak bekerja sambil
menjelajah dan menggunakan materi-materi. Kompetensi pembelajaran dapat
membantu guru merencanakan pengalaman seni yang sesuai. Dengan
menentukan Kompetensi, guru dapat lebih mudah menentukan media seni
dan kegiatan yang akan membantu anak memperluas dan meningkatkan
kemampuan mereka.
Meskipun Kompetensi pilihan harus merefleksikan usia dan minat anak, Anda
perlu mempertimbangkan Kompetensi- Kompetensi berikut ini :
a) Kompetensi Untuk Perkembangan Sosial-Emosional
52
menoling diri sendiri atau untuk memasang sebuah pondasi untuk lingkungan
dengan nutrisi yang baik. Tetapi memasak merupakan kegiatan yang menarik
untuk membantu anak-anak tumbuh dalam semua aspek social-emosional,
kignitif, dan fisiknya. Saat kita memilih kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan dengan anak-anak di dalam kelas, perhatikan hal-hal dibawah ini:
a) Kompetensi untuk Perkembangan Sosio Emosional
a. Bekerjasama dalam kelompok kecil (membuat roti)
b. Mengembangkan ketrampilan menolong diri sendiri (menyediakan
makanan ringan untuk diri sendiri)
c. Menyelesaikan sebuah perintah (menyediakan sebuah resep dari
mulai hingga selesai, termasuk bersih-bersih)
d. Mengembangkan kemandirian (mengikuti sebuah resep melalui
gambar tanpa bantuan orang dewasa)
e. Menunjukkan perhatian (berbagi dan bergiliran ketika bekerja dengan
teman yang lain)
f. Mengembangkan kebanggaan terhadap diri sendiri dan kebudayaan
yang kita warisi (menyiapkan dan menyediakan sebuah resep
keluarga)
b) Kompetensi untuk Perkembangan Kognitif
a. Belajar tentang nutrisi (menyiapkan sebuah makanan ringan yang
sehat)
b. Memecahkan masalah (menjelaskan seberapa tinggi mengisi cetakan
muffin yang diperbolehkan dengan adonan agar bertambah tinggi)
c. Mengembangkan ketrampilan membaca awal (menghubungkan
gambar dalam kartu resep dengan tulisan dibawahnya)
d. Membangun pondasi untuk mengenal konsep matematika seperti
mengurutkan dan pengukuran (mengisi sebuah teko dengan empat
cangkir air)
e. Belajar tentang menggunakan makanan secara ilmiah (memutar
cream ke dalam mentega dengan penuh semangat akan
menggoncangkan cream tersebut)
f. Mengekspresikan kreatifitas (membuat kue kering yang asin dengan
bentuk- bentuk yang tidak tradisional)
c) Kompetensi Untuk Perkembangan Fisik
a. Mengembangkan kontrol motorik halus (mengambil seledri,
mengaduk mentega, dan memeras lemon)
b. Menyeimbangkan koordinasi mata-tangan (memecahkan telur)
c. Belajar tentang petunjuk /tanda-tanda (menggunakan sebuah
kocokan)
4) Area Pasir dan air
Hampir setiap orang menyukai rasa santai berjalan telanjang kaki diatas pantai
55
berpasir atau berendam di dalam bak mandi berair hangat. Anak anak
sebagaimana juga orang dewasa hampir secara naluri tertarik pada pasir dan
air. Daya tarik alami yang dimiliki anak akan bahan - bahan ini menjadikan
anak- anak sempurna untuk kelas anak usia dini. Karena kebanyakan anakanak telah terbiasa dengan bahan-bahan ini, mereka suka sekali menelitinya.
Dengan air yang menyegarkan pada kulit mereka atau rasa senang mengayak
pasir dengan jari-jari mereka sulit untuk dicegah.
Permainan anak-anak dengan pasir dan air ini tentu saja membantu dalam
pembentukan macam-macam keterampilan mereka. Dengan menciduk air dan
menapis pasir, anak memperbaiki keterampilan fisik mereka. Secara bersama sama meniup gelembung-gelembung air atau membuat benteng pasir, mereka
mengembangkan keterampilan sosialnya. Pada waktu yang sama, mereka
meningkatan keterampilan pengenalan, karena mereka memeriksa mengapa
benda-benda tertentu tenggelam dalam air dan yang lain terapung. Main pasir
dan air bisa berupa dua aktivitas yang berbeda atau terpisah. Masing-masing
memberikan anak banyak kesempatan belajar. Sebagai benda cair, air bisa
dipercikan, dituang, dan dibekukan. Sebagai benda padat/kering, pasir dapat
disaring, digaruk, dan disekop.
Permainan terpisah atas masing-masing benda itu dapat mempertebal rasa
sosioemosional anak, kognitif dan pertumbuhan fisik.
Namun bagaimanapun, permainan pasir dan air penting karena dua alasan.
Pertama, pasir dan air adalah keduanya benda alam yang menjadi kesukaan
bagi anak, yang menimbulkan jenis ekplorasi dan belajar. Kedua, permaina
pasir dan permaian air meningkat ketika keduanya menjadi satu untuk
membentuk tiga tipe permainan - permainan pasir basah. Anda tentunya
dapat menggunakan permainan air dan pasir sebagai aktivitas tersendiri.
Namun bagaimanapun, dengan menggabungkan kedua tipe permainan dalam
satu area bisa mengembangkan manfaat terpisah dari keduanya. Permainan
pasir basah membuat anak - anak mengalami dasar matematika dan sains
tangan pertama. Ketika anak - anak mencampurkan pasir dan air, mereka
mendapatkan bahwa mereka telah mengubah sifat keduanya, pasir yang
kering menjadi kuat dan airnya terserap. Tekstur/ bentuk kedua benda itu
berubah juga. Tidak seperti pasir yang kering atau air cair, pasir yang kering
bisa di bentuk. Secara individual dan bersama - sama permainan pasir dan air
dapat secara efektif menarik dan menyejukan otak dan raga anak.
Anak mendapat manfaat paling banyak dari permaian pasir dan air apabila
guru -guru membimbing interaksi mereka. Dengan membuat pola pola
pengajaran yang spesifik bagi anak-anak, anda dapat mengasuh pertumbuhan
dan perkembangan mereka. Daftar berikut ini menunjukan beberapa sasaran
yang dianjurkan bagi permaianan anak - anak di area.
Kompetensi Pembelajaran
a) Kompetensi Pengembangan Sosial Emosional
56
dan imajinasi. Dinosaurus dan setan dapat ditemukan di area rumah tangga
semudah menemukan peran ibu, ayah, dokter, dan penjaga toko.
Anak-anak suka bermain khayalan. Kami telah melihat kesenangan anak
ketika berakting sebagai orang tua, memperlihatkan perbuatan super seperti
pahlawan di televisi, atau menjadi bayi. Kenyataannya, anak-anak terlihat
sangat membutuhkan aktivitas ini. Pada satu penelitian mengenai topik ini,
peneliti menghilangkan area rumah tangga dari sebuah kelas pra sekolah dan
mengamati bagaimana reaksi anak-anak. Dalam tiga hari, anak-anak telah
membentuk area mereka sendiri untuk permainan aksi menggunakan kubuskubus, meja, dan benda-benda kelas lain untuk menciptakan sebuah seting
untuk permainan berpura-pura.
Anak-anak sangat merindukan area rumah tangga yang mereka hilangkan
hingga mereka sendiri membangunnya kembali.
Mengapa permainan aksi sangat penting bagi anak-anak kecil? Ketika anakanak mengambil sebuah peran di area rumah tangga, mereka
mengembangkan banyak ketrampilan baru. Mereka belajar mengenai diri
mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat di sekitar mereka. Dengan
ikut serta dalam permainan aksi, mereka mengumpulkan dan menampilkan
pengalaman masa lalu mereka. Mereka belajar untuk memutuskan dan
memilih informasi yang relevan dalam memainkan sebuah episode
permainan. Ini adalah sebuah ketrampilan esensial untuk pengembangan
intelektual. Anak-anak juga belajar satu sama lain ketika mereka berinteraksi
dalam permainan aksi-sosial. Mereka belajar untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan dan bekerja sama untuk memecahkan persoalan. Mereka
mengembangkan kemampuan mereka untuk konsentrasi ketika mereka
mengambil tema permainan yang sama dalam periode waktu yang terus
meningkat.
Area rumah tangga mengandung banyak kesempatan untuk pengembangan
sosio-emosional. Permainan aksi menawarkan anak-anak sebuah forum untuk
menunjukkan peran takut dengan aman dan menghidupkan pengalaman
hidup. Melalui permainan aksi, anak-anak dapat mengambil peran yang
mereka takuti dan belajar mengendalikan kecemasan mereka. Sebagai contoh,
seorang anak yang takut pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi dapat
berpura-pura menjadi dokter. Dengan mengira-ngira peran seorang dokter, ia
dapat merasakan secara langsung dan menampilkan kesannya menjadi
seorang dokter. Dengan cara ini anak tersebut memperoleh kontrol untuk
mengendalikan ketakutan mereka yang sebenarnya. Anak-anak juga belajar
menjadi fleksibel dan bekerja sama dengan yang lain dengan merundingkan
peran dan bermain bersama. Tahu bagaimana berpura-pura membantu anak
menjadi perencana yang lebih baik. Itu membolehkan mereka untuk
mengantisipasi bagaimana mereka akan merasa dan bertingkah laku di situasi
kehidupan nyata.
Kompetensi Pembelajaran
58
Keuntungan anak-anak dari permainan mereka di house corner ketika anakanak menset dugaan realistis bagi mereka didasarkan pada tingkat
perkembangan mereka. Ketika guru ikut serta dalam permainan peran anak
anak, permainan khayalan, dan permainan aksi-sosial, mereka dapat
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
a) Kompetensi bagi Perkembangan Sosio-Emosional
a. Berinteraksi satu sama lain (mengambil peran dan berakting)
b. Mengekspresikan individualitas dan kreativitas (mengembangkan
tema permainan berdasarkan rujukan dan pengalaman individual)
c. Bermain kerja sama dengan yang lain (saling menukar dan berbagi
material).
d. Menunjukkan sebuah pemahaman dari dugaan dan sikap sosial bagi
yang lain (bermain peran dan beraksi pengalaman hidup).
e. Mengantisipasi bagaimana harus bertingkah dalam situasi baru
(mengembangkan kemampuan berimajinasi).
f. Mengendalikan ketakutan dan kecemasan (mencoba peran dan
memainkan pengalaman sulit dan menakutkan).
g. Menunjukkan empati kepada yang lain (mengembangkan peran lebih
kompleks dan menunjukkan perhatian bagi yang lain dalam peran
tersebut).
b) Kompetensi bagi Perkembangan Kognitif
a. Menggunakan simbol untuk mewakili benda-benda dan situasi nyata
(menggunakan kotak untuk mewakili telepon atau sebuah tali untuk
menggantikan selang pemadam).
b. Mengidentifikasi dan merencanakan episode permainan dengan yang
lain.
(Ayo bermain toko-tokoan. Kamu yang jadi penjaga toko, saya yang
akan berbelanja.)
c. Menampilkan informasi dan pengalaman masa lalu untuk
memecahkan masalah. (Apa yang akan kita lakukan untuk memberi
makan bayi ini?Tidak ada sereal di dalam rumah! Kita harus pergi ke
toko.)
d. Mengelompokkan properti menurut karakteristik umum. (Kamu
simpan peralatan memasak dan saya menyimpan perlengkapa
makan.)
e. Menyusun benda-benda menurut ukurannya (membereskan properti
dan mengembalikannya ke tempat yang berlabel).
f. Bertekun dalam tugas (memainkan keterlibatan dalam episode
permainan dalam jangka waktu yang terus bertambah).
c) Kompetensi bagi Perkembangan Fisik
a. Meningkatkan kontrol otot kecil (mengenakan pakaian, mengancing,
dan meresleting).
59
USIA
2 - 4 tahun
2,5 - 6 tahun
Peka terhadap pengaruh orang dewasa
3 - 6 tahun
Mulai mencorat-coret.
3,5 - 4,5 tahun
Indera peraba mulai berkembang
4 - 4,5 tahun
Mulai tumbuh minat membaca
4,5 - 5,5 tahun
62
Dasar pendidikan model pembelajaran Montessori menekankan pada tiga hal, yaitu:
1) Pendidikan sendiri (pedosentris)
MenurutMontessori, anak-anak memiliki kemampuan alamiah untuk
berkembang
sendiri. Anak-anak mempunyai hasrat alami untuk belajar dan bekerja, bersamaan
dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan kesenangan. Selain itu, anak juga
memiliki keinginan untuk mandiri. Keinginan untuk mandiri tersebut tidak muncul atas
perintah dari orang dewasa melainkan muncul dari dalam diri anak sendiri. Dorongandorongan alamiah tersebut akan terpenuhi dengan memfasilitasi anak dengan aktivitasaktivitas yang penuh kesibukan. Namun dalam kegiatan tersebut sebaiknya anak tidak
dibantu melainkan harus berlatih sendiri.
2) Masa Peka
Masa peka merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak.
Ketika masa peka datang, maka anak harus segera difasilitasi dengan alat-alat
permainan yang mendukung aktualisasi potensi yang dimiliki. Guru memiliki kewajiban
untuk mengobservasi munculnya masa peka dalam diri anak agak dapat memberikan
tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi anak.
3) Kebebasan
Model pembelajaran Montessori memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir,
berkarya dan menghasilkan sesuatu. Hal ini dkarenakan masa peka anak tidak dapat
diketahui kapan kepastian kemunculannya. Kebebasan ini bertujuan agar anak dapat
mengaktualkan potensi anak sebebas-bebasnya.
Model pembelajaran Montessori memfokuskan pada pengembangan aspek motorik,
sensorik dan bahasa. Penekanan utamanya ditempatkan melalui pengambangan alat-alat
indera. Model pembelajaran Montessori membebaskan anak untuk bergerak,
menyentuh, memanipulasi dan bereksplorasi secara bebas. Langkah pembelajaran dalam
model pembelajaran Montessori terdiri dari tiga langkah, yaitu (1) langkah
menunjukkan.
Contoh:
(1) Langkah menunjukkan
Seraya memperlihatkan kertas berwarna merah, guru mengakatan, Ini
merah! begitu juga warna yang lainnya.
(2) Langkah mengenal
Guru mengacaukan kertas-kertas berwarna dan berkata kepada anak,
Ambillah merah!
(3) Langkah mengingat
Dari kertas-kertas berwarna yang telah dikacaukan, guru mengambil sehelai
kertas dan bertanya, Ini warna apa?
d. Model Pembelajaran Reggio Emilia
63
Peran guru dalam model pembelajaran Reggio Emilia sangat kompleks. Selain
aktif sebagai pendidik, peran guru yang bertama dan utama adalah sebagai pembelajar
bersama anak-anak. Selain itu, guru juga merupakan peneliti dan sebagai peneliti guru
harus
dengan
seksama
menyimak/mendengarkan,
mengamati,
dan
mendokumentasikan pekerjaan anak-anak dan pertumbuhan komunitas agar dapat
merangsang proses berpikir dan kerja sama anak-anak dengan sebayanya.
e. Dokumentasi
Serupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti
proses pembelajaran yang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang terlibat
dalam pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu, penggunaan kata-kata
yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anak anak. Dokumentasi digunakan
sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru untuk melakukan sesuatu.
f. Lingkungan
Dalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan sebagai
guru yang ketiga. Para guru sangat berhatihati dalam menata ruangan untuk
pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, sekaligus
ruangan untuk penataan hasil karya anak.
Kompetensi pembelajaran dalam model pembelajaran Reggio Emilia adalah:
1. Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumberseumber yang seringkali terabaikan
2. Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan
konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif.
3. Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi
terhadap nilai-nilai kerjasama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan
keluarganya.
4. Menjadikan topik utama dari nilai-nilai penelitian, observasi, interpretasi dan
dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak.
5. Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan,
pameran budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam isu pendidikan dan
budaya anak usia dini.
Peranan guru dalam pendidikan dengan model pembelajaran Reggio Emilia
adalah untuk:
1. membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak.
2. mendorong agar anak mengeluarkan ide-ide, cara pemecahan masalah dan
konflik.
3. Mengatur kelas dan benda-benda yang ada di kelas agar menjadi tempat yang
menyenangkan.
4. Mengatur jenis barang-barang di kelas agar dapat membantu anak membuat
keputusan mengenai benda-benda yang akan digunakan.
5. Mendokumentasikan perkembangan anak melalui visual, videotape, tape
recorder, dan portfolio.
65
66
2. Isi/Paparan Materi
Pendahuluan
Masa usia dini adalah periode penting yang memberikan pengalaman awal
dalam rentang kehidupan manusia. Pengalaman awal yang diperoleh anak pada masa
tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran dan perilaku anak pada tahap
selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan pada anak secara
berkelanjutan akan membantu anak mencapai berbagai tugas perkembangannya secara
optimal. Pemahaman terhadap perkembangan anak adalah faktor penting yang harus
dimiliki guru dalam rangka optimalisasi potensi anak. Pemahaman terhadap
perkembangan anak meliputi berbagai aspek diantaranya fisik-motorik, emosi-sosial,
kognitif/intelektual, bahasa, dan pemahaman nilai-nilai moral dan agama. Guru yang
memiliki pemahaman terhadap perkembangan anak diharapkan dapat memberikan
stimulasi yang sesuai dengan karakteristik anak dan memiliki harapan yang realistis
terhadap anak didiknya. Pemahaman terhadap perkembangan anak juga perlu diiringi
dengan pemahaman guru terhadap perkembangan dirinya sendiri yang berperan
sebagai tauladan bagi anak didik.
Salah satu tugas perkembangan yang perlu dimiliki anak adalah ketrampilan
dalam belajar untuk menghasilkan gagasan melalui eksplorasi terhadap lingkungan.
Tugas perkembangan tersebut terkait erat dengan perkembangan kognitif anak yang
mencakup perkembangan intelektual dan pertumbuhan mentalnya. Perkembangan
kognitif perlu didukung oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kematangan fisik,
pengalaman dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian,
proses berpikir yang melibatkan berbagai aktivitas mental kepada anak seperti
memerhatikan, mengingat, merencanakan, menalar, memecahkan masalah sederhana
dan sebagainya, sangat dibutuhkan. Untuk mendukung hal tersebut, maka keterlibatan
anak secara fisik, intelektual, dan emosional diperlukan untuk mengoptimalkan proses
belajar. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO
yang menyatakan bahwa pendidikan adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan
kecakapan hidup (life skills), kecakapan untuk bertindak (to do), kecakapan untuk hidup
(to be), kecakapan belajar (to learn), dan kecakapan hidup bersama. Dengan demikian
tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kecakapan kognitif, afektif (emosi,
sosial, spiritual) dan psikomotorik
Gagasan pada anak dapat ditumbuhkan dengan memberi kesempatan belajar
dengan berbagai gaya. Anak belajar dengan bermacam cara, diantaranya belajar melalui
bermain, belajar dengan melakukan kegiatan (learning by doing), belajar melalui
stimulasi panca indra, dan belajar dengan segenap kecerdasan majemuknya. Anak
dapat belajar dengan optimal jika ditunjang situasi yang aman dan nyaman, secara fisik
maupun psikologis. Dalam hal ini, situasi belajar harus bersifat kolaboratif, eksploratif,
dimana anak terlibat langsung dalam kegiatan belajar, dan dapat saling berkomunikasi.
68
Situasi belajar di mana anak usia dini ditekankan untuk mengerjakan berbagai
soal calistung (baca-tulis-hitung), tidak sesuai dengan karakteristik perkembangan
anak. Jika penekanan belajar calistung yang bersifat akademik diberikan pada anak usia
dini, maka anak tidak mendapat pelajaran yang bermakna dan kontekstual
Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
a. Pengertian
Kognisi adalah proses dan produk yang terjadi dalam otak sehingga
menghasikan pengetahuan. Kognisi mencakup berbagai aktivitas mental
seperti memperhatikan, mengingat, melambangkan, mengelompokkan,
merencanakan, menalar, memecahkan masalah, menghasilkan dan
membayangkan. (Cognition refers to the inner processes and products of the mind
that leads to knowing. It includes all mental activities- attending, remembering,
symbolizing, categorizing, planning, reasoning, problem solving, creating and
fantasizing).
Perkembangan kognitif anak melibatkan ketrampilan belajar pada anak yang
teradi melalui proses elaborasi di dalam otak (mind), dan kegiatan mental
internal yang kompleks. Dengan demkian ketrampilan belajar bukan hanya
diperoleh karena perubahan perilaku atau sekedar karena proses
kematangan.
dan
kecerdasan
jamak
(multiple
intelligences).
Teori
terlibat
menginterpretasi
dalam
informasi
proses
baru.
menerima,
Seiring
mengorganisasi,
dengan
pertumbuhan
dan
dan
Salah satu ahli perkembangan kognitif yang terkemuka adalah Jean Piaget
(1896-1980), yang mengintegrasikan elemen-elemen psikologi, biologi, filosofi,
dan logika dalam memberikan penjelasan yang menyeluruh tentang bagaimana
pengetahuan bisa diperoleh individu. Salah satu prinsip mendasar dalam
70
Asimilasi
berarti
memasukkan/menerima.
Dalam
lingkup
maka ibu atau pengasuhnya akan datang. Pada usia sekitar 6 bulan, bayi mulai
menyadari bahwa suatu benda tetap ada sekalipun tak terlihat di hadapannya.
Awalnya mereka akan mencari benda tersebut ke tempat terakhir mereka
melihat
keberadaan
benda
itu.
Seiring
dengan
pertumbuhan
dan
Pada usia sekitar 18 bulan, kemampuan permanensi objek pada anak (usia
toddler) sudah relatif mantap. Imajinasi mental (mental imagery) dan penalaran
deduktif mulai berkembang. Anak sudah memiliki kemampuan untuk mencari
benda-benda yang disembunyikan di beberapa tempat.Mereka juga dapat
mengingat perilaku orang di sekitarnya , mengingat kejadian yang lalu, dan
mulai meniru.
1) Tahap Perkembangan Kognitif anak usia dini (lahir-8 tahun) menurut Piaget:
a) Tahap Sensorimotor (lahir-18 bulan)
Pada tahap ini, bayi hanya bergantung pada gerak dan indera dalam
mengetahui sesuatu. Berpikir pada bayi dalam tahap ini, sangat berbeda
dengan berpikir pada orang dewasa. Pada tahap ini, berpikir terkait erat
dengan gerakan fisik dan indera bayi. Inteligensi adalah kemampuan untuk
72
pola
aksi
untuk
menghadapi
lingkungan,
seperti
melihat,
Di usia 0-1 bulan, gerakan bayi sangat terbatas, namun bayi mengalami
perkembangan yang signifikan, dimana terjadi proses dan pengaturan
refleks-refleks. Di usia 1-4 bulan, bayi melakukan gerakan yang terjadi secara
kebetulan, kemudian dilakukan berulang-ulang karena menimbulkan kesan
yang menarik bagi bayi. Gerakan vokalisasi juga dilakukan berulang-ulang.
Di usia 4-8 bulan, gerakan bayi sudah melibatkan objek di luar dirinya ,
seperti mainan, pakaian, dan juga orang-orang di dekatnya. Di usia 8 -12
bulan,
terjadi
perkembangan
yang
signifikan,
dimana
bayi
73
74
Usia
Refleks-refleks
0 1 bulan
Reaksi-reaksi
sirkular primer
1 4 bulan
Reaksi-reaksi
sirkular
sekunder
4 8 bulan
Koordinasi
reaksi-reaksi
sirkular
sekunder
8 12 bulan
Reaksi-reaksi
sirkular tertier
12 18 bulan
Keterangan
Bayi melakukan gerakan sederhana
dan refleks refleks spontan , contoh :
refleks hisap
Bayi melakukan reaksi yang berulangulang dengan bagian tubuh mereka.
Contoh: mengepak-ngepakan tangan,
memegang-megang
rambut
dan
sebagainya Pada sub tahap ini bayi
belum paham sebab akibat..
Bayi melakukan reaksi berulang yang
melibatkan objek lain di luar dirinya.
Contoh:
menggoyang-goyangkan
mainannya yang berbunyi gemerutuk,
Pada sub tahap ini, bayi masih belum
mengerti sebab-akibat.
Bayi melakukan berbagai macam
gerakan yang telah dilakukan pada
tahap
sebelumnya.
Contoh:
menggoyangkan mainan, membanting,
dan menggigit mainannya.
Bayi mencoba berbagai cara baru, yang
belum pernah dicoba sebelumnya,
untuk memecahkan masalah. Contoh:
menarik kursi untuk mengambil
sesuatu yang tinggi, mengetuk-ngetuk
meja yang agak tinggi dengan
mainannya, agar benda di atas meja
jatuh dan bisa diperolehnya.
75
Usia 18-24 bulan ini ditandai dengan internalized thought. Anak pada tahap ini
mulanya memecahkan masalah dengan memikirkannya terlebih dahulu
melalui kesan mental. Pada tahap ini anak mempelajari masalah sebelum
bertindak dan terlibat dalam kegiatan trial dan error secara fisik. Pada anak
usia pra sekolah, mereka dapat menggunakan simbol dan pikiran internal
dalam memecahkan masalah. Pikiran mereka masih terkait dengan objek
konkret saat ini dan sekarang.
Tabel 17.Kogniif Pra Operasional
Sub tahapan
Kombinasikombinasi
Mental
Usia
18 24 bulan
Keterangan
Bayi dapat memecahkan beberapa
masalah dengan menggunakan mental
image. Mereka melakukan suatu
tindakan dengan berpikir, sekalipun
tidak selalu pernah dilakukan. Mereka
dapat belajar meniru perilaku orang
lain.
Tabel 18. Karakteristik berpikir pra operasional pada anak pra sekolah
Karakteristik
Contoh
Berpikir
berdasarkan Seorang anak melihat dua buah mangkuk yang
persepsi
(Perception- masing-masing berisi 10 biji salak. Pada salah
based thinking)
satu mangkuk, biji-biji itu letaknya tersebar.
Anak tersebut berpendapat bahwa di dalam
mangkuk itu terdapat biji salak yang lebih
banyak.
Berpikir Unidimensi
Seorang bapak sedang membuat kolam ikan dan
(
Unidimensional meminta anaknya untuk mencari batu besar
thinking)
berbentuk persegi. Anak itu berusaha mencari
batu yang diinginkan, dan datang ke bapaknya
dengan membawa batu kecil berbentuk persegi.
Bapaknya mengatakan bahwa batu yang
diberikan
anaknya
terlalu
kecil,
dan
menyuruhnya mencari yang besar. Tak lama
kemudian sang anak kembali membawa batu
yang besar tapi dengan bentuk yang bundar.
Irreversibilitas
Seorang anak TK membongkar proyek sains
(Irreversibility)
milik kakaknya. Sang ayah marah padanya dan
76
memintanya
untuk
memasang
kembali
potongan-potongan yang telah dia bongkar.
Namun anak tersebut tidak tahu cara
mengembalikan dan menempatkan potonganpotongan itu seperti semula.
Penalaran transduktif Seorang anak mendorong adiknya kemudian
(Transductive
mengambil boneka beruang yang sedang
reasoning)
dimainkan adiknya. Sang anak mencium boneka
beruang tersebut dan kemudian bersin-bersin.
Tak lama ibunya datang dan marah padanya,
lalu mengambil boneka beruang tersebut dari
pelukan sang anak, dan mengembalikannya
pada adiknya. Anak tersebut menyangka bahwa
dia dihukum ibunya karena telah bersin.
Egosentrisme
Seorang anak yang memakai sepatu baru
berpapasan dengan teman sebayanya yang
memakai sepatu dengan model dan warna yang
sama. Anak tersebut sangat marah dan meminta
temannya untuk memberikan sepatu yang
dipakainya
kepadanya.
Anak
tersebut
berpendapat bahwa sepatu yang dikenakan
temannya adalah sepatu miliknya juga,
sekalipun anak itu tahu bahwa dirinya sedang
mengenakan sepatu tersebut.
Eksperimen
Piaget
tentang
kategorisasi,
anak
diminta
untuk
78
lainnya
orang lain.
Anak-anak
Keterangan
Anak-anak pra-sekolah dapat menginterpretasi
dengan tepat emosi mereka dan emosi anak
lainnya. Lebih jauh, mereka mengetahui bahwa
emosi
datang
dari
dalam
dan
mungkin
Mengetahui
mengingat
Outcome Perkembangan kognitif dan belajar anak usia 6 tahun antara lain:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Memahami konsep sains sederhana (contoh: apa yang terjadi jika warna
dicampur)
(6)
(7)
(8)
(9)
Lahir:_____________________
Jenis
Kelamin:
Motivasi dan
Memecahkan Masalah
1. Mengamati dan
menyelidiki
Menyelidiki bahanbahan mainan dan
benda-benda lain
yang baru
Memanipulasi
benda untuk
memahami
fungsinya
Menggunakan
lebih dari satu
indera untuk
memperoleh
informasi tentang
proyek
2. Menunjukkan
keingintahuan dan
hasrat untuk
memecahkan
masalah
Menunjukkan
minat terhadap
apa yang terjadi
di kelas
Mencoba untuk
menemukan
penyebab dan
akibat
Bertanya tentang
Tidak
teramati
Tahap
awal
Berke
m
bang
Kons
is
ten
KOMENTAR
81
lingkungan,
kejadian/peristiw
a dan bahanbahan
Mengulang
kegiatan yang
pernah dilakukan
sebelunya
Tekun
memecahkan
masalah sampai
selesai (contoh:
permainan logika
dan puzzle)
3. Menunjukkan
pikiran yang
konstruktif
Menggunakan
pengetahuan dan
pengalaman di
berbagai pusat
kegiatan
Menerapkan
informasi atau
pengalaman baru
ke konteks baru
Mencari bendabenda dengan cara
yang sistematis
Menemukan lebih
dari satu cara
dalam
memecahkan
sebuah masalah
4. Membuat perkiraan
dan rencana
Menyatakan apa
yang akan
direncanakan dan
dilakukan
Menggunakan
perencanaan
dalam melakukan
82
83
84
sebuah cerita
5. Memahami hubungan
kuantitatif
Menghitung dari
satu sampai ______
di luar kepala
Menggunakan
hubungan satu-satu
Membandingkan
yang lebih besar
dan yang lebih
kecil, yang banyak
dan yang sedikit
Menggunakan katakata perbandingan
untuk menjelaskan
ukuran
Menggunakan
peralatan untuk
mengukur panjang,
berat atau isi
Menambah dan
mengurangi di
bawah 10
Menghitung
kelipatan 2 dan
kelipatan 3 sampai
20
6. Menunjukkan
kesadaran akan
bentuk-bentuk
geometris dan
menggunakannya
dengan benar
Mengenali,
memberi label dan
menggambar
bentuk-bentuk
dasar geometris
Mengenali bentukbentuk di
85
lingkungan
sekitarnya
Dapat
menyelesaikan
puzzle sederhana
7. Memahami hubungan
ruang dasar
Mengerti kata-kata
yang menunjukkan
posisi dan arah
dengan mengi kuti instruksi
Menggunakan
kata-kata yang
menunjukkan
posisi dan arah
secara tepat
Menyelesaikan
berbagai macam
puzzle
8.Menunjukkan
kesadaran akan
konsep waktu
Mengetahui jadwal
harian
Mengetahui
konsep-konsep
waktu
(siang/malam,
pagi/sore)
Mengerti kata-kata
kemarin, besok,
bulan lalu,
sebelum, sesudah,
pertama, nanti dll.
Mengetahui urutan
hari dalam
seminggu, musim
dan bulan
Pengetahuan dan
Informasi
86
1. Menunjukkan
pengetahuan umum
Mengetahui warna
dan sebutannya
Menyebutkan
nama banyak
benda di
lingkungan
sekitarnya
Menceritakan
tentang rumahnya,
sekolah, mesjid
dan lokasi-lokasi
lainnya di
sekitarnya
Menerangkan
pokok pikiran dari
profesi-profesi
yang berbeda di
lingkungannya
Menunjukkan
kesadaran akan
beberapa tradisi
nasional (perayaan
hari kemerdekaan)
2. Mencari informasi
dari berbagai
sumber
Bertanya
87
Apakah anak mengerti tata bahasa lebih baik daripada sebelumnya dan
melakukan kesalahan gramatikal lebih sedikit?
91
baca yang tepat, menulis dengan jelas dan relative rapi, merangkai ide dengan baik
serta memilih kata-kata yang tepat.
Kesiapan berhitung terkait erat dengan kemampuan anak dalam matematika.
Anak perlu dijelaskan bahwa matematika sangat penting dalam kehidupan , dan kita
membutuhkan ketrampilan ini dalam kehidupan sehari hari misalnya untuk membaca
jam, membeli barang atau mainan, menghitung skor saat bermain game dan sebagainya.
Pendidik perlu menjadi contoh bagi anak sebagai pribadi yang menyukai kegiatan
berhitung. Anak pun perlu dimotivasi untuk menganggap dirinya sebagai ahli
matematika yang dapat menyelesaikan masalah dan memiliki ketrampilan bernalar.
Materi dalam pembelajaran matematika mencakup banyak hal, diantaranya berkaitan
dengan bentuk, symbol angka, penjumlahan, pengurangan dan pengelompokkan.
dengan
mencari
buku
bacaan/majalah
yang
menarik
dan
Membaca puisi atau sajak bersama dengan anak. Saat membaca, orang tua
dapat membantu anak dengan menunjuk bacaan, dengan menggerakkan jari
dari arah yang tepat
Menyediakan buku, majalah, dan kertas di rumah agar bisa diakses dengan
mudah oleh anak
Memotivasi anak yang lebih tua untuk membacakan cerita untuk adiknya
Mendampingi anak belajar membaca dan menuliskan apa yang telah dibaca
92
Memberi contoh pada anak bahwa kita senang menulis surat, menuliskan
pesan singkat untuk anggota keluarga, menulis daftar belanjaan dan
sebagainya
Memotivasi anak untuk senang membuat gambar dan merancang huruf huruf
Bermain ejaan misalnya crossword puzzles, scrabble, atau bermain peran sebagai
pelayan restoran yang mencatat menu yang dipesan pelanggan
Menyediakan
media/peralatan
yang
dapat
mendukung
anak
untuk
IPA
Bermain dengan magnit (logam, gabus, kayu, tali, kancing, tutup botol,
kertas,dll)
Mengukur volume air, minyak dsb (kertas corong, botol, gelas yang transparan
dll)
Mengenal larutan (gula, pasir, garam, pasir, tepung, potongan kertas, plastik dsb)
Mengenal berat/timbangan
Mencampur warna
Meniup gelembung
Drama peran
Membuat telepon dari kaleng, misal dalam tema keluargaku (kaleng, benang/tali
pancing, isolasi, paku)
Membuat teropong, misal: dalam tema alat transportasi di laut (gulungan tisue
toilet, kabel, kertas tisue warna, pelubang kertas)
Membuat celengan
dll
Membuat kotak misteri (berisi batuan, buah, ranting, daun, kerang, tali, bulu dsb)
Membuat buku tentang aku; tentang binatang, tumbuhan, benda langit dll
dengan berbagai bentuk
Seni
Mencetak motif
dll
Berikut ini beberapa refleksi yang harus dipikirkan oleh para pendidik anak usia
dini, antara lain:
95
pikiran.
Tindakan
kognitif
menyangkut
tindakan
penataan
dan
96
97
(bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui
memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada
dalam pikiran anak.
Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang
ada dalam pikiran anak.
Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara
fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau
skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap
stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
dan
melakukan
tindakan
tentang
objek
yang
diketahuinya
dan
terhadap objek itu dapat mengatur realitas dan tindakan mereka. Anak harus aktif,
dalam pengertian bahwa anak bukanlah suatu bejana yang harus diisi penuh dengan
fakta. Pendekatan belajar Piaget merupakan pendekatan kesiapan. Pendekatan kesiapan
dalam psikologi perkembangan menekankan bahwa anak-anak tidak dapat belajar
sesuatu sampai kematangan memberikan kepada mereka prasyarat-prasyarat.
Kemampuan untuk mempelajari konten kognisi selalu berhubungan dengan
tahapan dalam perkembangan intelektual anak. Dengan demikian, anak yang berada
pada tahapan dan kelompok umur tertentu tidak dapat diajarkan materi pelajaran yang
lebih tinggi dari pada kemampuan umur anak itu sendiri. Pertumbuhan intelektual
melibatkan
tiga
proses
fundamental;
asimilasi,
akomodasi,
dan
equilibrasi
99
adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi logisnya
berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya.
3). Implikasi Pandangan Piaget dalam Pendidikan
Jika ada kurikulum yang menekankan pada filosofi pendidikan yang berorientasi
pada pembelajar (murid) sebagai pusat, learner-centered, maka model kurikulum seperti
itulah yang diinspirasi dari pandangan Piaget. Sedangkan, beberapa metode pengajaran
yang diterapkan pada kebanyakan sekolah di Amerika waktu itu seperti metode
ceramah, demonstrasi, presentasi audi-visual, pengajaran dengan menggunakan mesin
dan
peralatan, pembelajaran
terprogram,
bukanlah
merupakan
metode yang
semangat
belajar,
membina,
dan
mengarahkan
siswa.
ceramah dari guru. Guru harus mampu menghadirkan materi pelajaran yang membawa
murid kepada suatu kesadaran untuk mencari pengetahuan baru. Dalam bukunya yang
berjudul To Understand Is to Invent, Piaget mengatakan bahwa prinsip dasar dari metode
aktif dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk memahami harus menemukan atau
merekonstruksi melalui penemuan kembali dan kondisi seperti ini harus diikuti jika
menginginkan seseorang dibentuk guna mampu memproduksi dan mengembangkan
kreativitas dan bukan hanya sekedar mengulangi. Dalam pembelajaran aktif, guru
harus memiliki keyakinan bahwa siswa akan mampu belajar sendiri.
c. Latihan
1) Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk
sekolah hingga pulang sekolah!
2) Rekam dan catatlah perkembangan kognitif anak secara detail menggunakan
berbagai teknik asesmen!
3) Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan
indicator perkembangan kognitif, komentar dan kesimpulan, dan tindak
lanjut/stimulasi!
1. Tujuan Pembelajaran
Modul ini akan membahas tentang perkembangan motorik yang meliputi: batasan
perkembangan motorik dan ruang lingkup perkembangan motorik. Setelah
mempelajari modul pertama ini, anda diharapkan dapat:
(1) Menjelaskan batasan perkembangan motorik,
(2) Menjelaskan ruang lingkup perkembangan motorik,
(3) Menjelaskan batasan perkembangan motorik halus,
(4) Menjelaskan keterampilan yang berkaitan dengan motorik halus,
(5) Mendeskripsikan perkembangan motorik halus.
101
Anda perlu membaca rangkuman yang disajikan dalam tiap akhir modul untuk
membantu Anda mengingat kembali pokok-pokok pembahasan yang telah Anda
pelajari sebelumnya. Selain itu, diharapkan Anda juga mengerjakan latihan soal
yang telah disiapkan, sehingga pemahaman Anda akan lebih komprehensif.
Latihan soal dikembangkan dengan maksud membantu Anda mengukur tingkat
pemahaman Anda terhadap materi yang dipaparkan. Akhirnya selamat belajar,
semoga kesuksesan selalu menyertai Anda!
2. Isi/Paparan Materi
Pendahuluan
Anak usia dini (lahir-8 tahun) yang sehat fisiknya adalah anak yang aktif
atau banyak bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan
untuk bergerak gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya
seperti berlari, memanjat, melompat, melempar atau gerakan yang hanya
melibatkan
sebagian
kecil
menggunting,
menempelkan
menggambar.
Gerakan
tubuh
yang
seperti
kertas,
pertama
mendorong
memakaikan
dikenal
mobil-mobilan,
baju boneka atau
sebagai
ketrampilan
gerakan/motorik kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah
gerakan/motorik halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini
memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu, karena itu pulalah masa
ini merupakan masa bermain. Pada awal usia dini (lahir - 3 tahun), koordinasi
fisik setiap bagian tubuh anak belum sempurna. Dalam hal melakukan aktivitas
motorik, anak masih menggerakkan otot-otot yang tidak diperlukan. Misalnya
ketika anak menendang, maka ia akan menggerakkan tangannya ke depan secara
berlebihan. Hal ini terlihat pula ketika anak memegang benda, yang terlihat asal
memegang bukan dengan cara yang seharusnya. Anak juga masih menggerakkan
otot- otot tubuhnya dengan tujuan yang belum jelas, yang disebabkan karena
belum matangnya otot-otot tubuh anak. Semakin sering anak berlatih
102
dipengaruhi
oleh
Secara khusus sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik anak usia dini melalui modul ini menunjukkan hasil belajar dengan
indikator sebagai berikut:
a. Memahami perkembangan motorik anak usia dini
1) Memahami landasan dan tahap perkembangan motorik anak usia dini
2) Melakukan analisis perkembangan motorik anak usia dini
b. Membuat perangkat pengembangan aspek perkembangan motorik anak usia dini
1) Menyusun perencanaan pengembangan aspek perkembangan motorik anak usia
dini
2) Mengembangkan kegiatan dan media pengembangan aspek perkembangan
motorik anak usia dini
3) Pengemasan perangkat pengembangan motorik anak usia dini
104
e. Carilah sumber atau bacaan lain yang relevan untuk menunjang pemahaman dan
wawasan tentang materi ini.
f.
Lakukan tugas yang diperintahkan dalam modul ini sebagai tindak lanjut
untuk mengukur tingkat pemahaman dan ketrampilan dari hasil pembelajaran.
2. Uraian Materi
Pendahuluan
Anak usia dini (lahir-8 tahun) yang sehat fisiknya adalah anak yang aktif atau
banyak bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktu anak dipergunakan untuk
bergerak gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti berlari,
memanjat, melompat, melempar atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil
tubuh seperti mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas,
memakaikan baju boneka atau menggambar. Gerakan yang pertama dikenal sebagai
ketrampilan gerakan/motorik kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah
gerakan/motorik halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini
memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu, karena itu pulalah masa ini
merupakan masa bermain. Pada awal usia dini (lahir - 3 tahun), koordinasi fisik
setiap bagian tubuh anak belum sempurna.
Dalam hal melakukan aktivitas motorik, anak masih menggerakkan otot-otot
yang tidak diperlukan. Misalnya ketika anak menendang, maka ia akan
menggerakkan tangannya ke depan secara berlebihan. Hal ini terlihat pula ketika
anak memegang benda, yang terlihat asal memegang bukan dengan cara yang
seharusnya. Anak juga masih menggerakkan otot- otot tubuhnya dengan tujuan yang
belum jelas, yang disebabkan karena belum matangnya otot-otot tubuh anak.
Semakin sering anak berlatih menggunakan otot-ototnya melalui bermain- maka ia
akan semakin terampil dalam menggunakan anggota tubuhnya secara efektif.
Kemajuan yang pesat akan dicapai anak baik aspek gross motor skills maupun
fine motor skills-nya, sehingga perkembangan motorik anak semakin matang pada
usia 4-5 tahun. Ketika mencapai usia 6-8 tahun, anak telah dapat menggunakan
105
fisiknya secara baik. Koordinasi mata dengan tangan dan antar tiap-tiap anggota
tubuh telah berjalan dengan sempurna. Anak memiliki kemampuan untuk menjaga
keseimbangan tubuh dan menggunakan otot-otot tubuhnya secara efektif.
Perkembangan
motorik
sangat
berpengaruh
terhadap
aspek-aspek
mengenal
mengapa
dan
memahami lingkungannya.
perkembangan
fisik
Hal
ini
menggambarkan
sosial
emosional
anak
juga
sangat
dipengaruhi
oleh
perkembangan fisiknya. Anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri
yang kurang, terutama ketika ia membandingkan dirinya dengan anak-anak lain
yang sebayanya. Kegagalan untuk menguasai ketrampilan motorik akan membuat
anak kurang menghargai dirinya sendiri. Oleh karena itu agar anak dapat mencapai
dan melewati perkembangannya dengan optimal, perlu diperhatikan tahap-tahap
perkembangan motorik anak dengan stimulasinya yang tepat dan sesuai dengan usia
perkembangannya. Disamping itu perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap
perkembangan fisik anak agar dapat terdeteksi secara dini jika dalam proses
perkembangannya terjadi penyimpangan atau hambatanyang akan mengganggu
optimalisasi perkembangannya.
Modul ini membahas tentang landasan dan tahap perkembangan motorik
anak usia dini, teknik analisis perkembangan motorik motorik anak usia dini serta
berbagai strategi dalam mengemas perangkat pengembangan motorik anak usia dini
melalui kegiatan menyusun perencanaan dan mengembangkan kegiatan serta media
pengembangan motorik anak usia dini.
106
sebagian besar bagian tubuh. Gerakan motorik kasar memerlukan cukup tenaga dan
dilakukan oleh otot- otot besar. Contoh gerakan motorik kasar adalah gerakan
berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Sementara motorik halus adalah gerakan
yang hanya melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otototot kecil.
Karena itu, gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan
tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Contoh gerakan
motorik halus adalah gerakan mengambil sebuah benda dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk tangan, menggunting, menyetir mobil, menulis, menjahit,
menggambar dan sebagainya.
Perkembangan
motorik
diartikan
sebagai
perkembangan
dari
unsur
107
a. Pengertian
Perubahan yang terjadi pada anak, ketika mereka bertambah tinggi, sistem
syaraf yang semakin kompleks, pertumbuhan tulang dan otot pada intinya
108
motorik
merujuk
pada
makna
perkembangan
fisik.
dan
perkembangan
motorik
dalam
mewujudkan
faktor
109
Perkembangan dari otot besar menuju ke otot kecil mengacu pada penggunaan
otot di dalam tubuh. Otot-otot besar (large muscles) meliputi perkembangan di
leher, batang tubuh, lengan dan kaki. Sementara otot-otot kecil meliputi jari,
tangan, pergelangan tangan. Hal ini dapat dilihat pada kondisi dimana bayi
lebih mampu berjalan terlebih dahulu sebelum mereka dapat menjumput
benda-benda yang berukuran kecil. Pola perkembangan cephalocaudal berasal
dari bahasa Latin, from head to tail. Pada pola perkembangan cephalocaudal,
perkembangan struktur dan fungsi tubuh berawal dari kepala, kemudian
menuju badan dan akhirnya menyebar menuju ke kaki. Adapun pola
110
motorik
merupakan
cara
tubuh
untuk
meningkatkan
Terdapat tiga jenis gerakan dasar yang perlu dikembangkan kepada anak, yaitu:
gerakan lokomotor, manipulatif dan stabilitas. Gerakan lokomotor mencakup
gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, melompat-lompat, mendaki.
Sementara gerakan manipulatif mencakup gerakan melempar, menangkap,
menendang,
memasukkan.
Selanjutnya
gerakan
stabilisasi
mencakup
domain tersebut perlu dikembangkan sejak dini. Koordinasi mata tangan perlu
distimulasi agar anak dapat mempelajari kemampuan manipulasi objek,
kemampuan memproyeksi objek (melempar, menangkap dan memukul),
kemampuan motorik halus (mencoret-coret, menggambar dan menulis), serta
kemampuan megikuti jejak secara visual. Kemampuan lokomotor perlu
dikembangkan dengan tujuan membantu anak mengembangkan kemampuan
menggunakan otot-otot besar untuk berpindah (menggunakan semua anggota
tubuh) secara horizontal dan proykesi tubuh seperti melompat, meloncat,
berlari cepat, berjingkrak dan meluncur. Kemampuan non lokomotor perlu
dikembangkan dengan tujuan untuk membantu anak melatih kemampuan
berpindah (dengan sebagian atau semua anggota tubuh) dan manipulasi seperti
gerakan menarik, mengangkat, memutar, mengulurkan tangan, berguling,
melipat dan membungkuk.Kemampuan pengendalian dan pengaturan tubuh
perlu distimulasi dengan tujuan agar anak mampu mengatur kemampuan
motorik setiap hari dan membantu anak mempelajari keseimbangan dan
kesadaran
temporal,
ketangkasan
dan
koordinasi
(berkaitan
dengan
lima
perkembangan
tahun
motorik
pertama
anak.
(lahir-5tahun)
Perkembangan
adalah
motorik
masa
emas
diartikan
bagi
sebagai
perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada tiga
unsur yang menentukan dalam perkembangan motorik yaitu otak, syaraf dan otot.
Ketika motorik bekerja, ketiga unsur
tersebut
melaksanakan
masing-masing
peranannya secara interasi positif, artinya unsur- unsur yang satu saling berkaitan,
saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai
kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Jadi ketiga unsur tersebut saling
112
bekerja sama sehingga terbentuk suatu gerakan yang bertujuan, misalnya berbicara,
berjalan, berlalri, menulis menggambar dan sebagainya.
Proses perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan perkembangan
pusat motorik di otak. Ketrampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan
syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan yang dilakukan anak, sesederhana
apapun sebenarnya merupakan hasil pola interaksi kompleks dari berbagai bagian
dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi otaklah, sebagai bagian dari
susunan syaraf pusat yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan
mental. Dengan kata lain aktivitas anak terjadi di bawah control otak, secara simultan
(berkesinambungan) otak terus mengolah informasi yang diterimanya. Bersamaan
dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang
mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap gerakan anak.
Secara lebih jelas dapat dilihat pada bagan yang menggambarkan fungsi lima
pusat kontrol di otak tersebut berikut ini :
Tabel 20. Fungsi Lima Pusat Kontrol di Otak
Otak dan
Fungsi
Pusat Kontrol Syaraf
Cerebral Cortex
Merupakan pusat kontrol, yang menerima dan
(Otak Besar)
memproses informasi penginderaan.
Basal Ganglia
Kumpulan sel syaraf di dalam sistem syaraf
pusat yang menyebabkan gerakan tanpa
direncanakan terlebih dahulu.
Cerebellum
Bagian yang mengatur pergerakan seluruh
(otak Kecil)
tubuh dan koordinasi gerakan tubuh.
Batang Otak
Merupakan bagian yang menghubungkan
otak dengan jaringan syaraf, memiliki fungsi
menyeleksi informasi dan membiarkan otak
bereaksi sesuai kebutuhan.
Jaringan Syaraf
Merupakan jalur transmisi bagi pesan-pesan
yang dating menuju otak.
113
Hurlock
menjelaskan
bahwa
keterampilan
motorik
dapat
dikategorikan ke dalam empat bidang, yaitu: (1) keterampilan bantu diri, (2)
keterampilan bantu sosial, (3) keterampilan bermain dan (4) keterampilan sekolah.
Keterampilan bantu diri atau self help skills merupakan keterampilan yang
berkaitan dengan keterampilan yang diperlukan oleh anak untuk melakukan
aktivitas sehari-hari (activity daily living), seperti: menggunakan sendok dan garpu
untuk makan, mengancingkan baju, dan menalikan sepatu. Keterampilan bantu
sosial merupakan keterampilan yang dipergunakan oleh anak sebagai upaya agar
dirinya dapat diterima oleh lingkungan keluarga, teman sebaya dan masyarakat,
seperti: membereskan pekerjaan di rumah dan sekolah. Keterampilan bermain
merupakan beragam keterampilan yang dipelajari oleh anak ketika dirinya
bergabung dalam kelompok teman sepermainan sebagai usaha untuk dapat diterima
dan menghibur dirinya sendiri, seperti: bermain layang-layang, menggambar,
menggunakan alat-alat permainan lainnya. Keterampilan sekolah berkaitan dengan
keterampilan yang harus dikuasai oleh anak agar dirinya mampu mengerjakan
sejumlah tugas yang bersifat akademis, seperti: menulis, menggunting, dan melukis.
Penguasaan yang baik terhadap keterampilan sekolah akan sangat membantu anak
dalam mencapai prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi yang bersifat akademis
maupun non akademis.
114
Ketrampilan
manipulasi
ini
menekankan
pada
perkembangan
gerakan-gerakan
Misalnya
memainkan
bola
dengan
mahir,
Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Dave, Anita Harrow membagi
tingkatan keterampilan motorik menjadi 5 jenis gerakan, yaitu:
1) Gerakan refleks, yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam
menanggapi stimulus.
Contoh:
Merentangkan,
melenturkan
badan,
tidak
berwacana.
Merupakan
komunikasi
melalui
gerakan
tubuh. Gerakan tubuh merentang dari ekspresi mimik muka sampai gerakan
koreografi yang rumit.
mengandung
terganggu
karena
kurang
gizi,
maka
anak
yang
117
Contohnya ibu hamil yang kekurangan asam folat akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan otak dan cacat pada janin.
3) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan faktor internal atau faktor di luar diri anak.
Kondisi lingkungan yang kurang kondusif dapat menghambat perkembangan
motorik anak, dimana anak kurang mendapatkan keleluasaan dalam bergerak dan
melakukan latihan-latihan. Misalnya ruangan bermain yang terlalu sempit,
sedangkan jumlah anak banyak, akan mengakibatkan anak bergerak cepat dan
sangat terbatas bentuk gerakan yang dilakukannya.
4) Kesehatan & gizi
Kesehatan dan gizi anak sangat berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan
motorik anak, mengingat bahwa anak berada pada masa pertumbuhan dan
perkembangan fisik yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan pertambah
volume dan fungsi tubuh anak. Dalam pertumbuhan fisik/motorik yang
pesat ini anak membutuhkan gizi yang cukup untuk membentuk sel-sel
tubuh dan jaringan tubuhnya yang baru. Kesehatan anak yang terganggu karena
sakit akan memperlambat pertumbuhan/perkembangan fisiknya dan akan
merusak sel-sel serta jaringan tubuh anak.
5) IQ
Kecerdasan intelektual turut mempengaruhi perkembangan motorik anak.
Kecerdasan intelektual yang ditandai dengan tinggi rendahnya skor IQ secara
tidak langsung
membuktikan
tingkat
perkembangan
otak
anak
dan
dilakukan oleh anak, mengingat bahwa salah satu fungsi bagian otak
adalah mengatur dan mengendalikan gerakan yang dilakukan anak. Sekecil apaun
gerakan yang dilakukan anak, merupakan hasil kerjasama antara 3 unsur yaitu
otak, urat saraf dan otot, yang berinteraksi secara positif.
6) Adanya stimulasi, dorongan dan kesempatan
118
Dalam
perkembangan
anak
terdapat
karakteristik
perkembangan
yang
berbeda-beda untuk tiap usia. Karena itu perlu kiranya memperhatikan apa dan
bagaimana bimbingan dan stimulai yang dapat diberikan kepada anak sesuai
dengan usia perkembangan anak.
f) Berikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkan pada anak.
Anak akan melakukan kegiatan dengan seoptimal mungkin jika ia berada
dalam kondisi psikologis yang baik, yaitu dalam suasana yang menyenangkan
hatinya tanpa ada tekanan. Karena itu ciptakan suasana yang memberikan
kenyamanan psiklogis da anak dalam berkarya motorik halus.
g) Lakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Dalam mengembangkan kegiatan motorik halus orang dewasa perlu memberikan
perhatian yang memadai pada anak, hal ini untuk memberikan dorongan pada
anak dan sekaligus menghidari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti
pertengkaran memperebutkan alat berkarya, atau kegagalan membuat karya atau
bahkan kecelakaan ketika anak tidak berhati-hati mengguanakan alat, seperti
gunting.
2) Teknik Pengembangan
Dalam melaksanakan pengembangan motorik anak usia dini, ada tiga
teknik pelaksanaan yang dapat dilakukan guru yaitu pelaksanaan terpimpin,
pelaksanaan setengan terpimpin dan pelaksanaan bebas. Berikut ini akan dipaparkan
ketiga teknik pelaksanaan tersebut secara lebih rinci.
a) Pelaksanaan Terpimpin
Pelaksanaan terpimpin adalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di
bawah bimbingan guru atau atas bimbingan guru untuk menghasilkan
keterampilan motorik halus yang sudah ditentukan. Pelaksanaan ini terdiri dari 3
macam cara yaitu :
Klasikal
121
Setiap anak dalam kelas melakukan bentuk kegiatan yang sama yang telah
ditentukan guru secara individual.
Kerja Kelompok Kecil
Guru memberikan satu tugas besar kegiatan motorik halus, yang dikerjakan
bersama-sama dengan cara kelas dibagi dalam beberapa kelompok besar (10-20
anak perkelompok), masing-tugas saling berhubungan.
b) Pelaksanaan Setengah Terpimpin
Prinsip pelaksanaan setengah terpimpin adalah bebas tapi terikat,
artinya anak bebas dalam memilih kegiatan dan cara melaksanakan tugas
dengan caranya sendiri, tetapi terikat kepada tugas yang sudah dipilih untuk
dikerjakan sampai selesai.
c) Pelaksanaan Bebas
Pada teknik ini anak melakukan kegiatan-kegiatan motorik halus
dengan berbagai media kreatif menurut minat masing-masing secara bebas, anak
boleh memilih alat/bahannya sendiri, memilih tempat melakukannya serta
memilih bentuk-bentuk kegiatan yang disukainya.
Keterangan:
Ketiga teknik pelaksanaan tersebut tidak dilaksanakan secara mutlak, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan anak, waktu pelaksanaan, jenis tugas yang
diberikan serta metode pembelajaran yang diterapkan.
Pada
pelaksanaan
saat
awal
kegiatan
pembelajaran
terpimpin
dan
biasanya
guru
menerapkan
setengah
terpimpin,
dengan
teknik
tujuan
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit
seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih
maskimal dari pada usia sebelumnya.
The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free from
desease. The average child suffers fewer bouts of illness than during the years before
123
school entry, and the risk of death for a contemporary Australian or New Zealand child is
lower than at any earlier or later period during the life span. (Petterson, 1996).
setiap
gerakan
yang
dilakukan
anak.Semakin
matangnya
124
tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapantahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah
Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut
125
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan
sesuatu,
mereka
dapat
menciptakan
kemampuan
motorik
yang
baru,
(13) pelepasan
Kemampuan memperkirakan,
persepsi dan control tentang ukuran
ukuran dan bentuk
dan bentuk dengan menggegam
Koordinasi mata dan tangan(eye-hand Ketepatan koordinasi mata dan
tangan dalam melihat dan
coordination)
mengerjakan sesuatu dengan tangan.
Kelancaran
lengan
ketika Pergerakan tubuh antara bahu,
tangan, tungkai dan jari jari lancar
(fluency
of
arm
memindahkan
dan ketepatan menggerakkan tubuh
transport)
sesuai dengan tugas yang diminta.
Pengendalian kekuatan (force control)
Kemampuan mengendalikan
kekuatan yang digunakan dalam
kegiatan manipulatif
Kecepatan manipulatif (manipulation Pengendalian terhadap kecepatan
gerakan (tidak terlalu cepat dan tidak
speed)
terlalu lambat)
Kestabilan tangan(hand steadiness)
Kestabilan gerakan tangan
(mengurangi gemetar)
Kepekaan
kinestetik
(kinesthetic Umpan balik dari otot, sendi, kulit
dan tendon/urat daging yang
sensitivity)
digunakan untuk membantu dalam
memperhalus gerakan
Pemisahan jari-jari (finger isolation)
Kemampuan memilih dan
menggerakkan jari yang digunakan
untuk tugas tertentu secara tepat .
127
dalam
Olahraga-kaitan
dengan gerak
(Sport)
Fundamental
5 tahun
Menyisir rambut
Memotong makanan
128
Mengayuh pedal
Berlari dengan terkontrol
Berjingkrak
Memanjat
Melompat-lompat
Belum sempurna
(Rudimentary)
2 tahun
Refleks (Reflexive)
1 tahun
Menjelajah
Menarik
Duduk
Merambat
Merangkak
dengan pisau
Membuka resleting
Memotong dg satu tangan
Memegang alat tulis dg
jari
Memegang gunting dg 2
tangan
Puzzle: jumlahnya
meningkat,
ukurannya makin kecil
Mengancingkan baju
Belajar memegang alat
tulis
Memasang resleting
Melepaskan terkontrol
Menggenggam terkontrol
Melepas baju
Melepaskan
Menggenggam
Menjepit
Menjangkau
Merenggut
Refleks
Menggenggam
Usia
Keterampilan
Jika berkonsentrasi
dengan sungguhsungguh, anak dapat
memegang benda kecil
dengan tangan yang
Letakkan setumpuk
balok kayu di depannya
dan mintalah anak
untuk menyusunnya,
129
3 3.5 tahun
mantap dan
menggerakkannya
dengan cukup tepat
tanpa menjatuhkan dari
genggamannya.
Anak lebih mahir
menggunakan gunting,
sebagian karena ukuran
jari-jari dan tangannya
yang bertambah besar
tetapi juga karena
genggamannya lebih
matang.
Mengenakan kancing
dan membukanya
kembali. Anak ingin
melakukan sendiri
berbagai hal dan
bersedia bekerja keras
untuk tugas ini.
Keterampilan
menggambar
mengalami kemajuan
demikian pesat
sehingga anak dapat
meniru secara akurat
banyak garis dasar
yang menjadi bagian
dari huruf tertulis,
walaupun anak belum
dapat membentuk
3.5 4 tahun
Usia Anak
Jenis Kelamin
Guru
Indikator
Tidak
teramati
Tahap
Awal
Berkem
bang
Konsisten
1. Menunjukkan
kontrol
Menunjukkan
kecenderungan
penggunaan
tangan (kanan
atau kiri)
Mengambil dan
menjumput
benda dengan
mudah
Memegang alat
tulis, gunting
dengan pegangan
yang benar
2. Menggunakan
gerakan
terkoordinasi
Menunjukkan
koordinasi mata
tangan
(memasukkan
benang ke lubang
jarum)
Memasangkan
dan
133
mencocokkan
kembali kepingan
benda kecil
Menutup
resleting dan
mengancingkan
baju
Memotong
menurut garis
Menggambar
atau menulis
dengan
terkontrol
3. Latihan
a. Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk
sekolah hingga pulang sekolah!
b. Rekam dan catatlah perkembangan motorik halus anak secara detail
menggunakan berbagai teknik asesmen!
c. Buatlah laporan perkembangan anak secara lengkap mencakup aspek dan
indicator perkembangan motorik halus, komentar dan kesimpulan, dan tindak
lanjut/stimulasi!
STRATEGI 1
Anak bekerja dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 - 5 anak. Setiap
kelompok memiliki sebuah tugas khusus yang harus di hasilkan pada sentra tertentu.
Pada 3 5 menit terakhir, anak berputar ke sentra yang lain. Guru memiliki
kesempatan untuk memberikan penguatan dan arahan kepada anak dalam
mengerjakan tugas tersebut, atau dapat membantu jika ada kesalahan yang
134
dilakukan anak. Hal ini dilakukan kepada semua kelompok. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa kegiatan finger play atau pengembangan keterampilan visual
motor (koordinasi mata dan tangan).
STRATEGI 2
Strategi I ditujukan untuk anak-anak yang berada dalam kelompok-kelompok
yang cukup banyak. Untuk strategi 2, di setiap sentra memiliki 2 macam aktivitas
yaitu A dan B, dimana masing-masing menggunakan konsep yang serupa. Misalnya
sebuah tugas bi-manual (2 cara pengerjaan). Di setiap sentra kedua aktivitas telah
digandakan sesuai dengan jumlah anak dalam kelompok. Sebagian anggota
kelompok menyelesaikan tugas aktivitas sentra A (2 - 3 menit), ketika yang lainnya
menyelesaikan aktivitas sentra B. Kelompok - kelompok tersebut kemudian berputar
kegiatan pada sentra tersebut dan setelah menyelesaikan tugas/aktivitas kedua,
berputar ke sentra lainnya. Keuntungan dari strategi ini adalah anak tidak perlu
menetap pada suatu aktivitas dalam waktu yang lama. Untuk anak yang masih kecil
- terutama anak yang berkesulitan konsentrasi- hal ini akan sangat bermanfaat.
Sebagaimana strategi I, anak-anak harus menyelesaikan tugas yang yang telah
ditentukan.
STRATEGI 3
Strategi ini dapat dilakukan anak yang dibagi menjadi 4 - 5 perkelompok ,
dimana setiap kelompok bekerja pada sebuah sentra untuk semua sesion
pembelajaran.
Setiap
sentra
menyediakan
berbagai
aktivitas
untuk
area
ubah); Kelompok 4 kegiatan permainan dan jual beli; dan Kelompok 5 kegiatan
bermain bebas terstruktur.. Kelompok yang melakukan perputaran hanya satu yaitu
Kelompok 3. Pada sesi berikutnya, kelompok akan tinggal di tempat yang sama dan
bekerja di sentra yang berbeda. Oleh karena itu, anak diperbolehkan selama 2 - 4
minggu menyelesaikan perputaran (kegiatan pada sentra) tergantung pada berapa
sesi dalam tiap minggu yang dapat dicapai.
STRATEGI 4
Tempatkan anak ke dalam beberapa kelompok sehingga anak anak
menghabiskan waktu 3 - 5 menit pada setiap aktivitas. Satu atau dua sentra memiliki
ciri teacher directed dan yang lainnya memiliki ciri melibatkan kegiatan bermain
bebas terstruktur. Anak menjadi lebih bertanggung jawab untuk merancang kegiatan.
(Jika orangtua bertindak sebagai asisten, dapat menggunakan 2 buah sentra yang
berciri teacher directed)
CONCEPT APPROACH
Aktivitas berbeda-beda tetapi berfokus pada satu konsep. Anak berputar pada
beberapa kegiatan selama 3 - 5 menit. Strategi ini sangat baik bagi anak yang
memiliki kesulitan yang serupa.
TABLOID APPROACH
Berbagai
aktivitas
yang
berbeda
dari
berbagai
area
pengembangan
/pengendalia motorik halus yang berbeda pula disiapkan untuk anak. Artinya, anak
akan latihan beberapa aktivitas yang mereka sudah siap melakukannya, mereka akan
136
melakukan dengan baik karena aktivitas tersebut telah mereka alami dan ketahui
kesulitannya.
3. Evaluasi
1. Lakukan
kegiatan
classroom
observation
untuk
mendapatkan
gambaran
4. Daftar Pustaka
Bredekamp, Sue (Editor), DAP in Early Childhood Programs Serving Children from
Birth through Age 8, Washington DC: NAEYC.
Bronson, Martha B., The Right Stuff for Children Birth to 8: Selecting Play Material to
Support Development, NAEYC, Washington, DC, 1995.
Hurlock, Elizabeth., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1998.
137
Landy, Joanne M., dan Burridge, Keith R., Fine Motor Skills & Handwriting Activities
for Young Children, West Nyack, NY 10994, The Center For Applied Research,
1999.
Woolfson, Richard C, Bayi Yang Cerdas, Memahami dan merangsang perkembangan
anak Anda, Batam Centre: Karisma Publishing Group, 2001.
Woolfson, Richard C, Balita Yang Cerdas, Memahami dan menstimuli perkembangan
anak Anda, Batam Centre : Karisma Publishing Group, 2001.
Woolfson, Richard C, Anak Yang Cerdas, Memahami dan merangsang perkembangan
anak Anda, Batam Centre : Karisma Publishing Group, 2001
2. Isi/Paparan Materi
Pendahuluan
Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap
orang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan bergaul (social skill)
dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial
dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa.
138
139
bahasa
yang
mengimplementasikan teori
Behavioristist
Pendidik perlu memberikan penguatan dalam bentuk pujian atau hadiah
terhadap bicara anak walaupun belum lancar atau jelas pengucapannya.
Hal ini akan mendorong anak untuk mau berbicara dengan siapapun.
Guru
menyiapkan
perkembangan
kondisi
kelas
atau
sekolah
yang
mendorong
mendapatkan
banyak
rangsangan,
anak
akan
tetap
dapat
b) Aktivitas pemerolehan
bahasa
yang
mengimplementasikan teori
Nativist
Pendidik tidak memaksa kehendak pada anak, bahwa anak memiliki
kemampuan. Mereka bukan makhluk Tuhan yang kosong tetapi makhluk
140
bahasa
yang
mengimplementasikan teori
Contructive
Anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan.
Sementara anak melakukan kegiatan, anak perlu didorong untuk sering
berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa
yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap
akan
yang
interaktif,
menantang
anak
untuk
meningkatkan
b. Isi/Paparan Materi
1) Konsep Dasar Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Kita
penting.
semua
menyadari
bahwa bahasa
merupakan
orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap anak karena
merupakan mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya.
Anak selalu
Universal
dengan
kedua
teori
sebelumnya,
teori
konstruktivisme
144
prasekolah
memiliki
peningkatan
pengalaman
yang
lebih
luas
145
perkembangan
mendengar
anak
(yang
sesuai
dan
yang
mengkuatirkan/red flags).
a). Usia 3-4 tahun
(1)
Mengingat permainan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(2) Anak tidak menanggapi pernyataan atau pertanyaan yang terasa tidak
menyyeanagkan anak-anak dalam kelompok (contoh : siapa yang ingin
membantu memberi makan kelinci?
(3) Anak sering mengatakan apa? atau huh?
(4) Anak cukup mengalami kesulitan untuk mengikuti petunjuk ketika tidak
melihat wajah pembicara.
Usia
1.
Lahir -3 bulan
2.
4-6 bulan
3.
7-12 bulan
4.
12-24 bulan
Proses Berbicara
- anak membuat suara yang menyenangkan
- anak akan mengulangi suara yang sama
secara berulang-ulang (seperti ocehan)
- anak akan menangis dengan cara berbeda
untuk menunjukkan kebutuhannya yang
berbeda-beda pula (misal : menangis dengan
melengking tinggi jika kesakitan)
- anak akan berceloteh ketika sendirian
- anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi
atau gerakan tubuh) secara berulang ketika
bermain
- anak akan berbicara secara sederhana (tanpa
tangisan) untuk menarik perhatian orang
dewasa di sekitarnya
- anak akan berbicara secara sederhana (tanpa
tangisan) untuk menarik perhatian orang
dewasa di sekitarnya
- anak akan melakukan imitasi untuk berbagai
jenis bunyi/ suara
- anak akan berceloteh dengan kata-kata
sederhana : ma-mam, da-da tapi masih
belum jelas pengucapannya
- anak telah dapat menggunakan berbagai
bunyi huruf konsonan pada awal kata
- anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh
: mau minum, mama maem, dll.
- Anak dapat bertanya dengan 2 kata
sederhana, misal : mana kucing?, itu
148
5.
24-36 bulan
6.
4-6 tahun
apa?
Anak bisa bertanya dan mengarahkan
perhatian orang dewasa dengan mengatakan
nama benda yang dimaksud.
Cara anak berbicara sudah dapat dipahami
secara keseluruhan
Anak sudah dapat menghafal kata-kata
untuk keseharian
Anak memahami tata bahasa secara
sederhana, misal aku mau naik sepeda
Anak sudah bisa menggunakan kata secara
lebih rumit
Misal : Ibu, aku lebih suka baju yang
berwarna merah. Yang hijau tidak bagus.
149
Tahap
selanjutnya
dalam
perkembangan
menulis
adalah
tahap
pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan
yang horizontal. Tulisan yang dihasilkan anak seperti membuat gambar
rumput. Orangtua dan guru memberi kegiatan yang berkaitan dengan
tulisan, misalnya bermain peran di restoran, dimana seorang pramusaji
menuliskan menu yang akan dipesan oleh pelanggan, atau seorang dokter
yang akan menulis resep obat. Kegiatan tersebut akan membantu anak
untuk menyenangi menulis. Biasanya anak akan ingat kata apa saja yang
ditulis walaupun bentuk tulisannya seperti rumput.
c) Random letter stage (Tahap Menulis secara random)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima
sebagai suatu tulisan walaupun huruf yang muncul masih acak. Pada
tahap ini orangtua dan guru dapat memberi kegiatan menceritakan
gambar yang dibuat oleh anak. Kegiatan ini membantu anak untuk
menuangkan ide pada gambar menjadi tulisan walaupun kata yang
muncul tidak utuh (hurufnya acak), contoh: anak ingin menulis kata aku
pergi ke taman safari tetapi yang muncul aku pgi k tmn sfri.
d) Letter Name writing or phonetic writing Stage (tahap menulis tulisan
nama)
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi.
Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama
karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan.
Sebagai contoh, anak menulis kata dua dengan duwa, pergi dengan
pegi, sekolah dengan skola. Pada tahap ini anak menulis sesuai
dengan apa yang ia dengar.
150
Anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berfikir bahwa buku itu
penting, melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang anak
membawa buku kesukaannya.
b) Self Concept Stage (Tahap Pembentukan Konsep Diri Membaca
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri
dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna
pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan
bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan
c) Bridging Reading Stage (Tahap Membaca Gambar )
Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat
menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata
yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita
yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang
dikenalnya serta sudah mengenal abjad
d) Take Off Reader Stage (Tahap Pengenalan Bacaan)
Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada
konteksnya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta
membaca berbagai tanda seperti kotak susu,pasta gigi atau papan iklan
e) Independent Reader Stages (Tahap Membaca Lancar)
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda
secara bebas, menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat
yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahanbahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak
semakin mudah dibaca.
Usia
Proses Mendengar/
Memahami
Proses Berbicara
151
Lahir-3 bulan
4-6 bulan
7-12 bulan
152
12-24 bulan
24-36 bulan
memperhatikan dan
memahami berbagai
sumber bunyi (misal :
suara TV, pintu ditutup,
dll)
Anak telah memahami
perbedaan makna dari
4-6 tahun
1. Latihan
a. Amatilah perilaku salah satu anak yang sedang bermain di TK dari awal masuk
sekolah hingga pulang sekolah!
153
dengan
cepat.
Karena
itu
di
lembaga
PAUD
perlu
anak
lebih
tinggi
yang
tentunya
akan
terucap
melalui
percakapannya dengan pendidik. Pendidik menggali dengan pertanyaanpertanyaan terbuka sehingga anak dapat berpikir aktif. Karena itu perlu
pendidik yang aktif akan memberikan pengalaman pada anak dalam
menggunakan bahasa yang tepat. Pendidik juga perlu mengucapkan kalimat
154
dengan bahasa yang benar. Jika orang dewasa memberikan contoh kata-kata
yang keliru, maka anak akan meniru kata-kata tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang dewasa untuk
memfasilitasi pembelajaran bahasa anak, antara lain:
a) Pembelajaran bahasa bagi anak-anak menjadi mudah apabila mereka
memiliki lingkungan dan stimulasi yang tepat.
b) Bayi belajar dan mendapat ide untuk bicara dari mendengar orangorang disekitarnya bercakap-cakap.
c) Anak siap belajar untuk membuat suara dari bahasa yang ia pelajari. Bila
seorang anak hidup dalam lingkungan dimana dua bahasa dipakai maka
ia akan dapat membunyikan suara kedua bahasa tersebut.
d) Pertama-tama kita harus menjadi pendengar yang baik. Bicaralah
sebanyak mungkin dengan bayi dan mencoba membuat percakapan
pribadi dengan mereka. Usahakan agar anak melihat bahasa tubuh anda.
e) Biarkan anak memahami perkataan dan perasaan kita dengan cara
mencocokkan apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan atau
yang kita katakan dengan ekspresi wajah kita.
f) Sangatlah penting untuk mengaitkan antara perkembangan bahasa
dengan perkembangan lingkungan dan sosial anak-anak. Kurikulum
seharusnya diletakkan pada kerangka budaya.
g) Belajar membaca dan menulis akan terserap jauh lebih cepat dan efektif
oleh anak-anak yang sudah memiliki latar belakang pemahaman dan
kemampuan verbal.
h) Untuk menambah kosa-kata anak, pendidik harus menggunakan kata-kata
tersebut secara ekspresif. Penggunaan kosa-kata baru sebaiknya dilakukan
berulangkali.
Dan
kata-kata
tersebut
hendaknya
bermakna
dan
155
Lingkungan tempat anak itu berada juga harus merupakan lingkungan yang
aktif, yaitu lingkungan yang kaya dengan bahasa.
a) 0-2 tahun
156
motorik
membangun
(Piaget);
berhubungan
dengan
mempesona
permasalahan
dengan
kebiasaan
157
3.Evaluasi
a. Buatlah perencanaan pembelajaran bahasa untuk anak usia 3 sampai 6 tahun.
b. Buatlah media pembelajaran bahasa yang sesuai dengan perencanaan yang
anda buat.
c. Persiapan draf pengaturan kelas yang akan disediakan untuk anak sesuai
dengan perencanaan.
d. Daftar Pustaka
Brewer, Jo Ann, Introduction To Early Childhood Education, Allyn and Bacon : Boston,
2006
Bromley, Karen DAngelo., Language Arts: Exploring Connections 2nd Ed, Allyn &
Bacon:Boston, 1992
Gestwicki, Carol., Developmentally Appropriate Practice Curriculum and Development
in Early Education 3rd Ed, Thomson Delmar : New York, 2007
Gordon, Ann Miles & kathryn W. Browne, Beginnings & Beyond Foundations in Early
Childhood Education, Thomson Delmar : New York, 2004
Hohmann, Mary & David P. Weikart, Educating Young Children, High Scope :
Michigan, 1995
Jalonggo, Mary Renck, Early Childhood Language Arts 4th Ed, Pearson Education :
Boston, 2007
Morrison, George S, Early Childhood Education Today, Pearson Prentice Hall : New
Jersey, 2007
Roopnarine, Jaipul L. & James E. Johnson, Approaches to EarlyChildhood Education
4th Ed, New Jersey : Pearson Prentice Hall, 2005
Sonawat, Reeta ang Jasmine M. Francis, Language Development for Preschool
Children, Mumbay : Multi Tech Publishing, 2007
158
Warner, Laverne & Judith Sower., Educating Young Children, Boston : Pearson
Education, 2005
Weaver, Constance., Understanding Whole Language, Irwin Publishing : Toronto,
1990
D. Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti workshop, diharapkan PLPG mampu:
2. Memahami karakteristik perkembangan social emosi anak usia dini
3. Memahami tahapan perkembangan social emosi anak usia dini
4. Memahami berbagai aspek perkembangan anak yang perlu distimulasi
5. Memahami
emosi anak
6. Mengetahui peran lingkungan, termasuk pengaruh sosial dan budaya dalam
pengembangan kemampuan sosial dan emosi anak
2. Isi/Paparan Materi
b. Latar Belakang
Masa usia dini adalah periode penting yang memberikan pengalaman awal
dalam rentang kehidupan manusia. Pengalaman awal yang diperoleh anak
pada masa tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran dan perilaku
anak pada tahap selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan pada
anak secara berkelanjutan
Masa usia dini adalah periode terbaik bagi anak untuk belajar mengembangkan
kemampuan sosialisasi dan mengekspresikan emosi secara positif. Untuk
mencapai hal ini, dibutuhkan keterlibatan pendidik , dalam hal ini guru untuk
memfasilitasi anak dalam belajar proses sosial. Berkaitan dengan hal tersebut,
diharapkan materi tentang pengembangan sosial dan emosi anak pada modul
ini dapat menambah wawasan guru tentang tahapan perkembangan emosi dan
sosial pada anak dalam ragka membimbing anak untuk mengekspresikan emosi
dan beradaptasi
Erikson
menyatakan
bahwa
individu,
termasuk
anak,
tidak
hanya
Selain itu
perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak juga dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pada usia pra sekolah, anak sudah mulai menyadari
bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi. Namun demikian, hal ini
bukan berarti anak sudah mampu mengendalikan perasaan atau emosinya saat
harapannya tak dapat diperoleh. Kemampuan sosialisasi dan emosi anak akan
berkembang seiring dengan penambahan usia dan pengalaman yang
diperolehnya. Aspek kognitif juga berperan penting dalam hal ini dimana
dengan kematangan di segi kognitif, anak dapat membedakan hal yang baik
dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
d. Pengertian Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, anak mengalami suatu proses untuk berperilaku sesuai
dengan norma atau adat istiadat di lingkungan sosialnya. Proses sosialisasi
pada anak tidak selalu berjalan lancar karena anak memiliki keterbatasan.
Seiring
dengan
bertambahnya
usia
anak
dan
meningkat
tahap
beberapa
factor
yang
mempengaruhi
kemampuan
anak
dalam
f. Proses Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, anak membutuhkan keterampilan agar dapat melakukan
proses sosialisasi yaitu 1) proses imitasi; 2) proses identifikasi; 3) proses
internalisasi. Proses imitasi adalah proses dimana anak belajar meniru perilaku
yang dapat diterima secara sosial. Proses imitasi ini dilakukan ketika anak
melihat secara langsung perilaku orang lain yang dijadikan contoh/model.
Setelah melakukan proses imitasi, anak melakukan proses identifikasi. Proses
163
identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak
ingin menjadi seperti orang yang dicontoh. Dalam proses identifikasi, anak
berusaha berperilaku sesuai dengan orang yang ditirunya. Proses internalisasi
adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Dalam proses ini
diperlukan pemahaman anak untuk membedakan nilai-nilai sosial yang baik
dan buruk.
memutar nomor telepon telah lama ada didalam daftar pikiran anak sebelum
tindakan meniru terjadi. Hal serupa terjadi jika seorang anak usia 20 bulan,
melihat pada seorang peneliti laboraturium yang meletakan sebuah balok kayu
pada sebuah tempat kayu dan berkata, boneka ini amat lelah dan kita harus
meletakkannya ditempat tidur. Selama tidur boneka. Anak itu gagal meniru
sebagian kejadian itu selama 20 menit berikutnya. Tetapi jika ia memasuki
ruang yang sama sebulan kemudian dan melihat mainan yang sama, ia segera
akan
meletakkan
balok
kayu
itu
pada
sebuah
tempat
kayu
dan
mengatakan,selamat tidur.
Aksi meniru meningkat frekusensinya antara usia 1 dan 3 tahun, namun
kemungkinan meniru suatu tanggapan tertentu tergantung dari jenis perilaku.
Jenis perilaku ini ada 3 bentuk , yaitu :
a) Meniru sejumlah variasi dari gerakan. Contoh bentuk ini adalah jika ada seorang
dewasa menggerakkan sebuah balok sepanjang meja.
b) Meniru perilaku social. Misalnya seorang dewasa meletakkan sebuah tirai
didepan wajahnya dan mengintip dari samping dua kali.
c) Meniru yang membutuhkan koordinasi dua tindakan terpisah di dalam satu
deretan gerak motorik. Contohnya adalah orang dewada yang mengangkat
sebuah cangkir kuningan dengan sebuah tali dan memukulnya tiga kali dengan
tangkai baja.
165
Anak anak melihat model ditelevisi/ film dan contoh yang hidup. Sebelum
ulang tahun yang kdeua, anak- anak meniru contoh di televisitidak sesering
mecontoh orang dewasa yang hidup, tetapi pada saat menjelang usia 3 tahun
mereka sama seringnya meniru kedua contoh tersebut. Penemuan ini menunjukkan
bahwa anak mudah meniru sebagian besar perilaku dan mereka mendapatkan
keterangan yang diberikan di televise pada usia muda. Dari hasil penelitian para
ahli, terdapat beberapa hipotesismengenai faktor-faktor yang menentukan dalam
imitasi, yaitu:
(1). Pengaruh Ketidakpastian
Salah satu pengaruh yang mungkin dalam meniru selama 2 tahun pertama
adalah ketidakpastian anak mengenai kemampuannya dalam menjalankan
suatu tindakan yang telah disaksikannya. Pengamatan anak-anak menunjukkan
bahwa mereka mungkin meniru perilaku yang sedang dalam proses
pemahaman mereka. Mereka tampaknya kurang suka meniru tindakan yang
telah dikuasainya dan yang terlalu kompleks, sehingga mereka merasa tidak
mampu mencobanya.
Contoh untuk ini adalah :
Seorang wanita yang mengangkat telepon, merupakan contoh menarik bagi
anak berusia 15 bulan, tetapi bukan untuk anak yang berusia 6 atau 36 bulan,
yaitu usia dimana kemampuan motorik untuk mengangkat sebuah telepon
mainan telah ada. Jadi, anak usia 15 bulan merasa kurang pasti akan
kemampuannya melakukan tiap tanggapan, tetapi anak yang berusia 6 bulan
tidak berharap untuk melakukannya, dan yang berusia 36 bulan (3tahun)
merasa pasti dapat melakukannya.
Jika seorang anak dalam tahun kedua merasa tidak pasti akan kemampuannya
untuk melakukan suatu tindakan yang disaksikannya, maka mereka akan
menunjukkan tanda-tanda tertekan, misalnya berhenti bermain, protes dan
166
bergantung pada ibunya, bahkan menangis. Reaksi tertekan ini tidak akan terjadi
bila tindakan yang diperlihatkan mudah ditiru atau jauh di bawah kemampuan
anak tersebut.
(2). Meniru untuk memajukan interaksi sosial
Jika seorang bayi meniru orang tuanya, maka orang tuanya sering tersenyum,
dan berseru betapa pandai dan cerdas bayinya, dan sebaliknya meniru sang bayi.
Tangggapan orang tua dapat memperkuat perilaku meniru seorang bayi.
Penguatan social semacam itu meningkatkan kecenderungan umum bayi untuk
meniru dan juga mempengaruhi perilaku yang dipilih bayi untuk ditiru. Anakanak lebih mungkin meniru suatu tindakan yang telah disetujui, misalnya makan
dengan sendok, disbanding suatu tanggapan yang tidak diperhatikan misalkan
memukul 2 garpu secara serentak.
kekuasaan
untuk
menimbulkan
emosi
anak,
apakah
itu
ahli
psikologi
meragukan
pandangan
psikoanalitik
mengenai
seorang
anak
perempuan
mungkin
akan
mencoba
menyamai
kemampuan bergaul dan rasa humor seperti ibunya., tetapi bukan nilai-nilai
169
besar
ahli
psikologi
tanpa
memandang
cara
mereka
Usaha ini ada baiknya, sebab peleketan menyeluruh atau identifikasi total
terhadap orang tua bisa menjadi penghalang bagi proses kemandirian anak.
Identifikasi ekstrim terhadap salah satu kedua orang tuanya mengakibatkan anak
tetap dalam status infantilisme- psikis, dan tidak mampu menjadi dewasa secara
penuh.
Gejala infantilisme psikis tersebut sering terdapat pada orang dewasa, sebagai
bentuk penlekatan pada figure ibu atau ayahnya tidak bisa di sublimasikan atau
diselesaikan selama periode pra purbertas. Selanjutnya selama pra-purbetas ini
proses subtitusi identifikasi tadi lebih banyak peniruan, seperti bermain main
saja, dan berganti-ganti bentuknya. Karena itu anak sering berganti teman dang
anti pacar; dan cintanya berupa cinta monyet.
Perbuatan identifikasi ini diharapkan untuk membeikan rasa aman atau rasa
kehangatan pada diri anak yang masih labil mentalnya itu. Sebab, sungguhpun
anak-anak sudah mengangkat diri sendiri sebagai dewasa , dan merasa lebih
besar, lebih pandai atau lebih mengerti dari pada orangtuanya, namun jauh
dalam lubuk hatinya masih banyak bersarang perasaan lemah takut dan bimbang
ragu. Oleh karena itu dia memberikan rasa aman atau rasa kehangatan pada diri
anak yang masih banyak bersarang perasaan lemah takut dan bimbang ragu.
Oleh karena itu dia memerlukan seorang duplikat; yaiyu seorang kawan yang
keadaannya hamper sama dengan dirinya sebagai penyanggaEGO-nya.
Agaknya peristiwa memajukan diri- mendua kalikan diri dengan mencari
seorang kawan substitusi, untuk menyangga kepribadiannya itu, dianggap perlu,
untukmemberikan dukungan moril agar dirinya menjadi lebih kuat.
Dapat dipahami kalau anak-anak puer ini memerlukan seseorang untuk
dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka-dukanya , kawan untuk
membagikan rasa kecemasan dan permusuhan, untuk ikut memikul semua
rahasia dan dambaan hati, rasa dosa dan pedih dan sebagainya. Dengan
171
membagikan/ mencurahkan beban hati serta pikiran yang kompleks itu akan
terasa oleh anak bahwa penderitaannyabisa terungkit lepas.
Banyak kualitas pribadi yang sama sekali bukan tipe menurut jenis kelamin,
misalnya antusiasme, rasa humor, keramahtamahan, dan kesatuan karakteristik
yang dibagi antara laki-laki dan perempuan. Seorang anak dapat mempelajari
karakteristik semacam itu dari salah satu orangtuanya tanpa melanggar
kebiasaan peran jenis kelamin. Ketika mahasiswa perguruan tinggi diinterview
mengenai persamaan perilaku mereka dengan orang tua mereka dalam hal
temperamen dan minat, seperempat dari jumlah laki-laki percaya bahwa mereka
menyerupai ibunya dalam hal itu dan jumlah yang sama dipihak perempuan
merasa menyerupai bapak mereka, banyak juga yang menyatakan persamaan
dengan kedua orang tua mereka (H.Hilgard,1980).
Eksperimen yang pernah dilakukan memberi kita beberapa petunjuk mengenai
jenis variable yang mempengaruhi identifikasi, diantaranya adalah:
1. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang dewasa yang hangat dan mendidik
lebih cenderung ditiru daripada mereka yang tidak hangat dan tidak mendidik.
Anak laki-laki yang memperoleh skor tinggi dalam tes kejantanan condong
memiliki hubungan yang lebih hangat dan lebih penuh kasih sayang dengan
ayah mereka dibandingkan dengan anak laki-laki yang memperoleh skor anak
perempuan
hangat dan inti, dengan ibu mereka daripada anak perempuan yang dinilai
kurang feminism (Mussen dan Rutherford, 1963).
2. Kekuasaan
orang
dewasa
dalam
mengontrol
lingkungan
anak
juga
derajat yang tinggi. Bagi anak perempuan, kehangatan dari kepercayaan diri
ibunya nampaknya lebih penting daripada kekuasaannya (Hetherington dan
Frankie,1967).
3. Faktor ketiga yang mempengaruhi identifikasi adalah persamaan persepsi antara
anak/individu dan model (contoh)nya. Sampai pada taraf dimana seorang anak
mempeunyai dasar yang obyektif dalam memandang dirinya sama dengan salah
seorang tuanya, anak itu akan cenderung menyamakan dirinya dengan ibu atau
ayahnya. Seorang anak perempuan yang tinggi dan berangka tubuh besar
dengan bagian muka yang sama dengan ayahnya akan menghadapi kesulitan
yang
lebih
besar
dalam
menyamakan
dirinya
dengan
ibunya
yang
yang
dengan
pekerjaan
orang
dewasa;
(7)
belajar
membina
i. Pengertian emosi
Emosi berperan penting bagi anak . Pada usia dini, anak telah belajar tentang
emosi, walaupun di usia tersebut anak belum dapat menginterpretasi
serangkaian emosi negatif yang diekspresikan orang lain. Sebagaimana
dinyatakan oleh Sroufe: By the preschool period, children have learned a great deal
about emotion and emotional expression. Although preschoolers are still not very good
at interpreting the range of negative emotions that others may express. Emosi
174
Kata emosi berasal dari bahasa latin yang berarti mengeluarkan (to move out),
menstimulasi dan memotivasi (to excite). Arti yang sepadan sering digunakan
oleh para psikolog yaitu perasaan (affect, feeling), yang dikontraskan dengan
kognisi (cognition) ataupun tindakan (action). Menurut Lindgren, pada
dasarnya emosi adalah keadaan antusiasme umum yang diekspresikan dengan
perubahan pada perasaan dan kondisi tubuh. Essentially, emotion is a state of
generalized excitement that expresses itself in changes in feeling tone and body
condition. Santrock memandang emosi dari segi psikologis dan gejala yang
timbul. Emosi adalah perasaa afeksi yang melibatkan kombinasi stimulasi
psikologis (seperti jantung yang berdetak lebih kencang) dan ekspresi perilaku
(seperti senyuman atau menyeringai). Emotion as feeling of affect that involves a
mixture of psychological arousal
grimace).
175
perasaan
situasi tertentu.
Pembiasaan,
yang
kurang
peniruan
dan
menyenangkan,
ingatan
anak
terhadap
berkontribusi
terhadap
176
2) Senang adalah perasaan yang positif dimana anak merasa nyaman karena
keinginannya terpenuhi
3) Marah adalah reaksi terhadap situasi frustasi yang dialami, dimana
melibatkan perasaan tidak senang atas hambatan yang dihadapi. Anak
mengungkapkan rasa marah dengan berbagai cara misalnya menangis,
menendang, menggertak, memukul dan sebagainya
4) Ingin tahu adalah keingintahuan anak terhadap hal-hal baru, yang berkaitan
dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya
5) Sedih adalah perasaan yang muncul saat anak kehilangan atau tidak
memperoleh sesuatu yang diharapka. Biasanya ungkapan rasa sedih anak
adalah dengan menagnis atau kehilangan minat untuk melakukan sesuatu.
6) Afeksi adalah perasaan anak yang diwujudkan dalam bentuk kasih sayang
pada sesuatu, misalnya dengan memeluk, mencium, atau menepuk objek
yang disukai
tanda
ini
melalui
berbagai
ekspresi
wajah
yang
dapat
Menurut Piaget, anak yang berada pada tahap perkembangan kognitif pra
operasional (2-7 tahun) ditandai dengan egosentrisme yang kuat, gagasan
imajinatif, bertindak berdasarkan pemikiran intuitif atau tidak berdasarkan
pemikiran yang rasional. Kroh menyatakan bahwa emosi anak usia 4-5 tahun
berada pada masa kegoncangan atau biasa disebut sebagai trotz period. Pada
masa ini muncul gejala kenakalan yang umum terjadi pada anak, dimana anak
menunjukkan
sikap
menentang
pada
kehendak
orang
tua,
kadang
dan sebagainya. Pada usia ini, anak juga tekadang mengalami temper tantrum
yaitu letupan kemarahan atau mengamuk. Bentuk perilaku misalnya dengan
menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuhnya kaku, memukul,
berguling atau tidak mau beranjak ke tempat lain. Temper berarti suatu gaya,
sikap atau perilaku yang menunjukkan
ledakan emosi yang kuat, disertai rasa marah, serangan yang bersifat agresif,
menangis, menjerit, melempar, berguling atau menghentakan kaki. Tenper
tantrum adalah ungkapan kemarahan anak yang disertai dengan tindakan
negative atau destruktif. Temper tantrum terjadi karena anak belum memahami
cara yang tepat
Tantrum pada anak dapat menguji batasan apakah pendidik menyatakan atau
menerapkan sesuatu secara sungguh-sungguh. Anak akan melihat reaksi atau
respon pendidik saat menghadapi tantrum.Di satu sisi, tantrum dapat
memungkinkan anak untuk menyatakan kemandiriannya, mengekspresikan
individualitasnya,
menyuarakan
pendapatnya,
melepaskan
dengan
cara
yang
dapat
diterima
oleh
lingkungan.
Penyebab tantrum antara lain sebagai berikut: (1) frustasi; (2) kelelahan;
(3) lapar; (4) sakit; (5) kemarahan; (6) kecemburuan; (7) perubahan dalam
rutinitas; (8) tekanan di rumah (misalnya akibat ketidakharmonisan orang tua,
pindah rumah, kematian, sakit atau masalah keuangan); (9) tekanan di sekolah;
dan (10) rasa tidak nyaman. Dalam penanganan tantrum, pendidik tidak
diharapkan untuk menetapkan harapan yang tinggi pada anak sebagaimana
standar orang dewasa. Pendidik tidak menafsirkan kemampuan berbicara anak
sebagai ketrampilan menalarnya. Hal ini dikarenakan terkadang anak mampu
mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka pahami. Langkah-langkah
untuk meminimalkan munculnya temper tantrum pada anak : (1) mengenali
pola tantrum pada anak. (2) Memberikan kegiatan yang menyenangkan dan
179
positif bagi anak serta dan pujian/hadiah untuk usaha anak; (3) memberi label
emosi pada anak; (4)mengajarkan kontrol diri : (5)mengajarkan relaksasi;
(6)menentukan batasan yang wajar untuk anak. Respon pendidik saat anak
tantrum : (1) memastikan keamanan untuk anak; (2) bersikap tenang dalam
menghadapi tantrum: (3) mengabaikan tantrum jika itu dimaksudkan untuk
mencari
perhatian;
(4)
membendung
kekacauan;
(5)
memaafkan
dan
melupakan.
emosi
yang
baik
dibandingkan
dengan
anak
yang
tidak
1) Kematangan
2) Belajar: pembiasaan dan contoh
3) Inteligensi
4) Jenis kelamin
5) Status ekonomi
6) Kondisi fisik
7) Posisi anak dalam keluarga
p. Kecerdasan Emosi
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari
kecerdasan social yang melibatkan kemampuan emosi diri dalam berhubungan
dengan orang lain, kemampuan memilah dan menggunakan informasi dalam
berpikir dan berperilaku. Dengan demikian, kecerdasan emosional berada
181
lain,
emosi
dan
perasaan
individu
ikut
berperan.
Goleman
dan emosi
kecil,
melatih
anak
bermain
bergiliran,
mengajak
anak
pendapat
anak,bersedia
menyimak
keluh
kesah
anak,
sebaiknya
tidak
sungkan
memberikan
pujian
terhadap
183
3. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas!
a. Bagaimanakah peran guru dalam mengembangkan ketrampilan social dan
emosi pada anak usia dini?
b. Bagaimana sikap dan perilaku yang perlu ditunjukkan seorang guru dalam
menghadapi anak yang mengalami temper tantrum/mengamuk?
c. Berikan
contoh
kegiatan
dalam
mengembangkan
ketrampilan
yang
ketrampilan
yang
contoh
kegiatan
dalam
mengembangkan
yang juga dipengaruhi dari luar individu. Moralitas berkaitan dengan sistem
kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan yang terjadi di bawah sadar tentang
tindakan yang benar dan yang salah, dan untuk memastikan individu tersebut akan
berusaha berbuat sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut Immanuel Kant
moral adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum
batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita. Berdasarkan
pendapat beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa moralitas adalah
sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan tentang perbuatan benar dan salah
yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasan dari standar sosial yang dipengaruhi dari
luar individu atau sesuai dengan harapan masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Perkembangan moral itu sendiri berkaitan dengan aturan dan konvensi
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan
orang lain. Moral berhubungan dengan penerapan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat, dalam perbuatan yang seharusnya dilakukan dalam interaksi sosial.
Menurut Gibs dan Power, perkembangan moral adalah perubahan penalaran,
perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan
moral memiliki dimensi intrapersonal yang mengatur aktivitas seseorang ketika dia
tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur
interaksi sosial dan penyelesaian konflik.
Tindakan, sikap dan tingkah laku anak dan setiap individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya tidak lepas dari perilaku moral yang dimiliki. Melalui
perilaku moral tersebut setiap individu akan mampu menempatkan diri dan diterima
oleh lingkungan yang sesuai dengan standar norma-norma yang berlaku.
Pendidikan moral akan berhasil apabila pendidikan itu dilakukan sesuai
dengan tahapan perkembangan moral anak. Perilaku moral tidak diperoleh begitu
saja, melainkan harus ditanamkan. Hal ini dikarenakan pada saat lahir anak belum
memiliki konsep tentang perilaku anak yang baik dan tidak baik. Selain itu,
pemahaman anak tentang mana yang benar, bertindak untuk kebaikan bersama, dan
menghindari hal yang salah belum dikembangkan dalam diri anak. Awalnya anak
185
berperilaku hanya karena dorongan naluriah saja yang seolah tak terkendali. Atas
dasar tersebut maka pada diri anak harus ditanamkan perilaku moral yang sesuai
dengan standar yang berlaku dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal.
Pada usia 4-6 tahun anak mulai menyadari dan mengartikan bahwa sesuatu
tingkah laku ada yang baik dan tidak baik. Anak memperlihatkan sesuatu perbuatan
baik tanpa mengetahui mengapa ia harus berbuat demikian. Ia melakukan hal ini
untuk menghindari hukuman yang mungkin akan dialami dari lingkungan sosial
atau memperoleh pujian. Anak pada usia 4 tahun, umumnya mereka mulai
memasuki dunia barunya, yaitu dunia sekolah. Di sekolah anak dituntut untuk
berinteraksi dengan teman-teman di sekolah dan juga guru-guru mereka. Jadi dalam
hal ini interaksi anak lebih luas dari yang awalnya hanya berinteraksi didalam
lingkungan keluarga dan sekarang bertambah menjadi lingkungan sekolah. Pada
usia 4 tahun perkembangan moral anak semakin luas di usia ini pengetahuan anak
tentang nilai dan norma sebagai dasar perilaku moral berkembang luas. Anak belajar
mengetahui tentang apa yang seharusnya ia lakukan dalam berinteraksi dengan
teman-teman dan guru mereka di sekolah. Selain itu anak dapat membedakan apa
yang berlaku di rumah dan di sekolah, hal ini membuat anak agar dapat berlaku
sopan dimanapun ia berada.
Pada masa ini anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah laku
berdasarkan konsekuensinya, bukan niat dari orang yang melakukan. Anak juga
percaya bahwa aturan tidak bisa diubah dan diturunkan oleh sebuah otoritas yang
berkuasa. Anak berpikir bahwa mereka tidak berhak membuat peraturan sendiri,
melainkan dibuatkan aturan oleh orang dewasa. Orang dewasa perlu memberikan
kesempatan pada anak untuk membuat peraturan, agar anak menyadari bahwa
peraturan berasal dari kesepakatan dan dapat diubah.
2. Tahap Moralitas Otonomi
Usia 7-10 tahun, anak berada dalam masa transisi dan menujukkan sebagian
ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap
kedua yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa peraturan dan hukum
dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, anak akan
mempertimbangkan niat dan konsekuensinya. Moralitas akan muncul dengan
adanya kerjasama atau hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan
dimana anak berada.
Pada masa ini anak percaya bahwa ketika mereka melakukan pelanggaran,
maka otomatis akan mendapatkan hukumannya. Hal ini seringkali membuat anak
merasa khawatir dan takut berbuat salah. Namun, ketika anak mulai berpikir
secara heteronom, anak mulai menyadari bahwa hukuman terjadi apabila ada
bukti dalam melakukan pelanggaran. Piaget yakin bahwa dengan semakin
berkembang cara berpikir anak, anak akan semakin memahami tentang persoalanpersoalan sosial dan bentuk kerjasama yang ada di dalam lingkungan masyarakat.
Selain Piaget, Kohlberg juga menekankan bahwa cara berpikir anak tentang
moral berkembang dalam sebuah tahapan. Kohlberg menggambarkan 3 (tiga)
tingkatan penalaran tentang moral, dan setiap tingkatannya memiliki 2 (dua)
tahapan, yaitu :
1. Moralitas Prakonvensional,
Penalaran prakonvemsional adalah tingkat terendah dari penalaran
moral, pada tingkat ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward
187
188
Tahap kedua, moralitas sistem sosial, pada tahap ini penilaian moral
didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan,
dan kewajiban. Seseorang yakin bahwa bila kelompok sosial menerima
peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, maka mereka harus
berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari keamanan dan
ketidaksetujuan sosial. Contohnya adalah bersama- sama membersihkan kelas,
semua anggota kelompok wajib membawa alat kebersihan (nilai moral = gotong
royong).
3. Moralitas Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional merupakan tahapan tertinggi dalam
tahapan moral Kohlberg, pada tahap ini seseorang menyadari adanya jalur
moral alternatif, dapat memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang
peraturan, dan moralitas didasari pada prinsip-prinsip yang diterima sendiri.
Ini mengarah pada moralitas sesungguhnya, tidak perlu disuruh karena
merupakan kesadaran dari diri orang tersebut.
Tahap satu, hak individu, pada tahap ini individu menalar bahwa nilai,
hak, dan prinsip lebih utama. Seseorang perlunya keluwesan dan adanya
modifikasi dan perubahan standar moral apabila itu dapat menguntungkan
kelompok secara keseluruhan. Contoh pada tahun ajaran baru sekolah
memperkenankan orang tua menunggu anaknya selama lebih kurang satu
minggu, setelah itu anak harus berani ditinggal.
Tahap kedua, prinsip universal, pada tahap ini seseorang menyesuaikan
dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa
tidak puas dengan diri sendiri dan bukan untuk menghindari kecaman sosial
(orang yang tetap mempertahankan moralitas tanpa takut dari kecaman orang
lain). Contohnya adalah anak secara sadar merapikan kamar tidurnya segera
setelah ia bangun tidur dengan harapan agar kamarnya terlihat selalu dalam
keadaan rapih.
189
mempercayai orang lain. Misalnya anak harus dilindungi dan mendapatkan rasa
aman dari orang tuanya terutama saat mengalami rasa sakit, cemas dan takut
demikian pula apabila orang tua menjanjikan sesuatu hendaknya berusaha untuk
menepatinya, sehingga orang tua tidak dicap sebagai pembohong. Orangtua dan
guru di sekolah dapat saling bekerja sama dalam pengembangan moral anak usia
dini. Anak diajarkan tentang interaksi sosial dan perbedaan dalam lingkungan
masyarakat. Agar perkembangan moral anak berkembang dengan optimal harus
dirangsang oleh lingkungan usaha-usaha yang aktif. Pentingnya pengembangan
moral pada anak usia dini :
Mempelajari apa saja yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sesuai
Anak akan berkembang secara wajar dengan berbagai tahapan proses, yang
pada setiap tahapan membutuhkan stimulas dan motivasi yang tepat sehingga
diharapkan terjadi perubahan pada semua aspek/dimensi secara teratur dan
progresif. Pada anak usia 1 tahun, dimana anak tersebut sedang mulai belajar
berbicara, maka dapat diajarkan untuk mengucap salam bila bertemu dengan orang
lain, mengucapkan kata maaf bila melakukan kesalahan atau mengucap terima masih
bila diberi sesuatu dan lain sebagainya. Misalnya pada usia anak mencapai 6 - 8
190
tahun yang rata pada usia tersebut anak duduk di kelas 1 3 Sekolah Dasar, maka
Pekerjaan Rumah adalah disamping untuk menguji kemampuan anak mengenai
suatu materi, maka anak pun sekaligus berlatih untuk bertanggung jawab, melatih
memori, juga kemandirian serta bagaimana anak belajar mengatur waktunya.
Pengembangan moral pada anak usia dini juga dapat dilakukan dengan
pemodelan (modelling) atau belajar melalui imitasi. Salah satu cara pemodelan pada
anak yaitu dengan bermain peran (role playing), ketika bermain peran anak
menciptakan suatu situasi dimana anak diminta untuk melakukan suatu peran
tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim peran
tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah
sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan dan untuk menggambarkan
suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya.
Bergiliran perlu dijarkan kepada anak agar mereka belajar untuk sabar,
memahami aturan, dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Hal ini dapat
diajarkan misalnya, anak mendapatkan giliran untuk memimpin doa di depan kelas,
anak bergiliran untuk memberikan pendapat, dan anak bergiliran untuk mencuci
tangan sebelum makan.
3. Disiplin diri
Disiplin dapat dibangun dalam diri anak melalui banyak cara, salah satunya
melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari di sekolah. Disiplin diajarkan kepada anak
agar anak memahami aturan dan tepat waktu. Disiplin dapat diajarkan dengan cara
misalnya, membiasakan anak untuk meletakkan sepatunya di rak sepatu, dan
membiasakan anak untuk merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang
telah selesai digunakan.
4. Kejujuran
Kejujuran perlu dibangun dalam diri anak sejak usia dini. Sikap jujur dapat
ditanamkan dalam diri anak melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari. Kejujuran
diajarkan kepada anak dengan tujuan agar anak mampu berprilaku sesuai dengan
norma yang ada dan berani mengakui kesalahannya. Kejujuran dapat diajarkan
dengan cara misalnya, ketika anak melakukan kesalahan atau berbuat salah, guru
dapat mengajak anak tersebut untuk berbicara berduaguru bertanya dengan cara
yang lembut kepada anak agar si anak mau mengakui kesalahannya.
5. Tanggung jawab
Rasa tanggung jawab dapat dibangun dalam diri anak sejak usia dini.
Salahsatunya melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari, misalnya anak dibiasakan
bertanggung jawab atas barang miliknya. Salah satu bentuk tanggung jawab anak
terhadap barang miliknya adalah merapikan kembali mainannya setelah selesai
digunakan.
6. Bersikap sopan dan berbahasa yang santun
Hal yang paling penting ketika anak berada dalam lingkungan sosialnya
adalah anak mampu bersikap sopan dan berbahasa yang santun agar mereka bisa
192
diterima di lingkungannya. Sikap sopan dan bahasa yang santun dapat dibangun
dalam diri anak melalui contoh perilaku yang ditunjukaan oleh orang dewasa yang
ada di sekitar mereka, salah satunya dari pendidik di sekolah. Pendidik harus selalu
menunjukkan sikap sayang dan berkata lembut kepada anak, agar si anak pun dapat
memiliki rasa sayang dan bicara dengan bahasa yang baik.
Strategi Pembiasaan Perilaku Moral
Cara terbaik untuk anak belajar adalah melalui bermain. Dalam upaya
pengambangan moral pada anak usia dini, pendidik dapat menciptakan kegiatan
belajar yang menyenangkan dan menggunakan strategi belajar yang bervariasi.
Beberapa strategi pengembangan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu :
Memberi anak kesempatan untuk sharing tentang perasaan dalam lingkungan yang
nyaman dan aman
Memberi kesempatan anak untuk berlatih belajar kooperatif dan berbagi tanggung
jawab
moral dan rasa memiliki, memberi arah dan arti pada kehidupan. Sikap beragama
merupakan suatu kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar
daripada kekuatan diri manusia dan suatu kesadaran yang menghubungkan manusia
langsung kepada sang maha pencipta. Hal ini dapat dimengerti anak dengan adanya
rasa kagum atas ciptaan Allah dan gejala alam yang dapat dirasakan dan dialaminya,
seperti adanya angin, hujan, matahari yang selalu terbit dan terbenam.
Pendidikan agama mempunyai suatu landasan pokok, yaitu penanaman iman
pada diri anak sebagai bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Tugas utama
dari orang tua/ orang dewasa terhadap anak dalam menanamkan keimanan kepada
anak perlu berhati-hati baik dalam contoh hiasan, tulisan maupun perbuatan.
Penanaman kemampuan pada anak- anak bertujuan agar dalam jiwa anak berangsurangsur tertanam perasaan cinta kepada Tuhan dan agama.
Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keimanan pada diri
anak. Dalam agama terdapat dua unsur yang sangat penting yaitu keyakinan dan tata
cara yang mana kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada usia 0-2
tahun, merupakan masa ketergantungan terhadap orang tua, anak-anak kecil
memperoleh tingkah lakunya hampir seluruhnya mel.alui pola peniruan. Walaupun
anak kecil itu tidak mengerti arti perbuatan tersebut, ia menirukan apa yang dilihatnya
dan belajar menentukan pola hidupnya untuk yang baik atau yang buruk. Konsepsi
anak kecil tentang Allah sebagian besar ditentukan oleh konsep dan sikap orang tua
terhadap Allah.
Anak yang berumur 2-3 tahun dapat mengerti bahwa Al-Kitab datangnya dari
Allah, Yesus adalah anak Allah, Gereja adalah rumah Allah, dan Allah mencintai dan
memelihara dia. Oleh karena ingatan mereka belum dapat diandalkan dan
perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi harus diajarkan berulang-ulang
dengan berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman ini. Cerita-cerita
Al-Kitab harus selalu disebut sebagai kebenaran dan diajarkan dari Al-Kitab
yang terbuka. Anak balita meniru orang tuanya, guru, dan kakaknya. Mungkin ia tidak
mengerti maksud tindakan-tindakan tersebut, tetapi ia meniru apa yang dilihat dan
194
akhirnya hidupnya ikut teladan orang-orang yang ditirunya, hal ini sering kali
menyangkut perasaan anak kepada Tuhannya.
Pada usia 4-6 tahun, anak dapat belajar mencintai Allah sebagaimana ia belajar
mencintai orang-orang dalam rumahnya. Mungkin ia tidak mengerti sepenuhnya
tentang Allah sebagai Pencipta atau Yang Maha Tinggi, tetapi ia dapat merasakan rasa
terima kasih, cinta, dan penghormatan serta mengungkapkan perasaan-perasaan itu.
Pujian dan doa anak usia ini harus diutarakan dalam kata-kata yang dapat dimengerti
dan hendaknya mengungkapkan perasaannya sendiri.
Hidup doanya itu hendaknya menuntun dia untuk menaikkan ucapan syukur
maupun permintaan doa kepada bapa di surga. Dengan mudah guru dapat
mempengaruhi anak pada usia ini. Ia percaya segala sesuatu yang diucapkan
kepadanya. Ia pun perlu menyadari pengetahuan orang tua dan guru terbatas juga
walaupun mereka telah hidup lebih lama dari dia.
Usia 6-8 tahun, kemampuan anak untuk mengenal Allah bertambah ketika dunia
lingkungannya bertambah luas dan pengalamannya bertambah banyak. Anak
memperoleh manfaat bila ia beribadah sesuai dengan tingkat pengertiannya sendiri
dalam kebaktian sekolah minggu, kebaktian anak-anak, dan pekan rohani anak. Anak
usia ini senang mendengar cerita. Akan tetapi, karena hidup ini sekarang menjadi
kenyataan maka setelah mendengar cerita itu ia akan bertanya, Apa itu sesungguhnya
benar?. Cerita sinterklas dan lain sebagainya dipertanyakan dan kemudian ditolak
karena cerita-cerita Al-Kitab diceritakan dan dibumbui hal-hal yang tidak benar, maka
cerita-cerita itu pun akan ditolaknya.
Berdusta pada usia 8 tahun dianggap lebih serius daripada berkata bohong pada
usia 4 tahun. Nilai keagamaan yg dikenalkan pada anak usia 4-6 tahun, adalah
Kedamaian , Kebahagiaan, dan Mencintai mahluk ciptaan Tuhan.
Pengembangan nilai agama pada anak usia dini dapat dilakukan melaui
pemodelan (modelling), anak belajar melalui imitasi. Bermain Peran (role playing), yaitu
menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran
tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim peran
195
tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap
atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan.
Simulasi (simulation) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan
suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya. Balikan Penampilan (performance feedback)
adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role
playing, bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik dan dorongan.
Contoh Pengembangan Nilai Moral dan Agama
1. Nama Permainan
Sasaran
Tujuan
Media
Evaluasi
Deskripsi Kegiatan:
Ibu guru membagikan kue, setiap anak mendapat satu potong. Secara bergiliran anak
menerima kue dari bu guru. Ibu guru mengurutkan anak berdasarkan posisi mereka,
misalnya berjajar ke belakang. Ingatkan anak untuk tidak saling berebutan atau
saling mendahului. Selalu katakan semua pasti dapat .... dan kita dapat makan
bersama
Kiat Keberhasilan:
Biasakan anak untuk belajar melakukan kegiatan seperti ini disemua kesempatan,
dimana saja, kapan saja dan siapa saja harus antri.
2. Nama Kegiatan
Sasaran
Tujuan
Media
: Diri sendiri
Evaluasi
Deskripsi Kegiatan:
Biasakan anak untuk berdoa setiap sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan.
Guru harus selalu mengajak dan mengingatkan anak-anak untuk berdoa.
Kiat Keberhasilan:
Biasakan anak berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan setiap saat.
2. Latihan
Berdasarkan perkembangan moral dan agama yang telah dipelajari buatlah program
kegiatan bermain yang berisi: Nama Kegiatan, Sasaran, Tujuan, Metode, Media,
Evaluasi dan Deskripsi Singkat
sehingga dapat
menimbulkan kenikmatan.
Kesibukan yang dipilih sendiri oleh anak sebagai bagian dari usaha mencoba-
orang dewasa.
PENGGAGAS
Schiller/Spencer
Rekreasi
Lazarus
Rekapitulasi
G. Stanley Hall
TUJUAN
Mengeluarkan energi
berlebih
Memulihkan energi/
tenaga
Memunculkan instink
199
Praktis
nenek moyang
Menyempurnakan
instink
Groos
PENGGAGAS
Schiller/Spencer
Rekreasi
Lazarus
Rekapitulasi
G. Stanley Hall
Praktis
Groos
TUJUAN
Mengeluarkan energi
berlebih
Memulihkan energi/
tenaga
Memunculkan instink
nenek moyang
Menyempurnakan
instink
Kognitif-Vygotsky
Kognitif- Bruner/Sutton-Smith
Singer
Arousal Modulation
Bateson
4. Perkembangan Emosi
Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan
perasaan/emosinya dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya
201
sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang
dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi
anak yang mengalami gangguan emosi.
5. Perkembangan kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran
dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya.
Anak juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan problem solving
sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
6. Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot
tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan
penginderaan.
7. Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan
kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena
dalam bermain anak mendapatkan kebebasan.
mempengaruhi.
Misalnya
anak
bermain
sama, ada tujuan yang ingin dicapai bersama dan ada pembagian tugas yang
disepakati bersama. Misalnya bermain rumah-rumahan ada yang jadi bapak,
ibu dan anak, masing-masing memiliki tugas. Anak membuat rumah-rumahan
tersebut dengan kain atau balok-balok dan bermain peran dengan boneka.
BERMAIN
PRAKTIS
BERMAIN
SIMBOLIS
Anak
mengeksploras
i semua
kemungkinan
Anak mulai
menggunakan
makna simbolis
benda-benda
BERMAIN DENGAN
PERATURAN
Anak mulai
menggunakan aturan
termasuk aturannya
sendiri
Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan bermain yang
dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Kesehatan
Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain aktif
daripada pasif, karena banyaknya energi yang dimiliki anak, membuatnya lebih
aktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang
sehat akan mudah lelah ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif
karena tidak membutuhkan banyak energi.
b. Perkembangan Motorik
Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik
terutama motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan
keterampilan dan koordinasi motorik. Dengan demikian anak yang memiliki
keterampilan motorik yang baik akan lebih banyak memilih kegiatan bermain
aktif dan begitu pula sebaliknya anak yang kurang terampil motoriknya
cenderung memilih kegiatan bermain yang pasif.
c. Inteligensi
Anak yang memiliki inteligensi yang baik (pandai/cerdas) cenderung akan
menyukai baik kegiatan bermain aktif maupun pasif. Karena biasanya anak
yang pandai akan lebih aktif daripada anak yang tidak pandai. Anak yang
pandai juga akan lebih kreatif dan penuh rasa ingintahu, sehingga mereka suka
dengan permainan yang membutuhkan kemampuan problem solving (misal
puzzle) melibatkan daya fantasi dan imajinasi (drama), permainan konstruktif
(lego, balok) juga permainan membaca buku, dan musik
d. Jenis kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perbedaan
antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam memilih kegiatan bermain.
Perbedaan ini terjadi karena secara alamiah dan ditentukan secara genetik.
Tetapi juga dapat muncul juga karena adanya perbedaan perlakuan yang
diterima oleh anak laki-laki dan anak permpuan sejak mereka bayi. Anak laki205
1. Tactile Play
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari
anak serta membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui alat
perabaan dan penglihatnnya.
2. Functional Play
Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang
melibatkan panca indera dan kemampuan gerakan motorik dalam rangka
mengembangkan aspek motorik anak. (Charlotte Buhler)
3. Constructive Play
Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk
bangunan dengan media balok,lego dansebagainya
4. Creative Play
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari
imajinasinya sendiri.
5. Symbolic /Dramatic Play
Permainan dimana anak memegang sustu peran tertentu.
6. Play Games
Permainan
yang
dilakukan
menurut
aturan
tertentu
dan
bersifat
kompetisi/persaingan.
207
Ukuran, bentuk dan warna sesuai usia anak dan taraf perkembangannya,
Menarik dari segi warna dan bentuk atau suara (jika bersuara)
C. Play Fellows
208
2. Isi/Paparan Materi
a. Landasan Pembelajaran Matematika Anak usia Dini
Pembelajaran matermatika pada anak usia dini merupakan proses yang akan
terus terjadi sepanjang kehidupan anak. Anak membangun pengetahuan dan
keterampilan melalui interaksi langsung dengan lingkungan dan orang lain
yang berada disekitar anak. Oleh karena itu anak harus diberikan kesempatan
yang seluas-luasnya untuk berinteraksi sehingga anak dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dalam menemukan dan mempelajari fakta,
menemukan konsep, dan membuat hubungan antara satu konsep dengan
konsep lainnya sehingga bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan anak kelak.
Adapun landasan pembelajaran matematika pada anak usia dini, yaitu: anak
dapat mempelajari fakta fakta, berpikir kritis, anak mampu untuk
memecahkan masalah, dan bermakna bagi anak.
Konsep matematika anak usia dini sebenarnya dipelajari oleh anak sejak bayi
melalui kegiatan sehari hari. Misalnya pada saat bayi sudah dapat membedakan
mana suara ibunya dengan orang lain. Pada usia dua tahun anak mulai dapat
memilih pasangan pakaiannya sendiri, melalui kegiatan ini anak mulai
membangun konsep mencocokan (matching).
pembelajaran
matematika
berdasarkan
pembelajaran
sebelumnya.
m) Gunakan berbagai macam alat atau benda yang berbeda untuk membantu
anak mempelajari berbagai konsep matematika.
pengalaman
matematika
permulaan
yaitu
mencocokan,
211
212
b) Mengelompokan (Classification)
Pada
masa
usia
dini
anak
mengembangkan
kemampuan
untuk
bahwa
anak
dapat
mengelompokan
benda
dimulai
berdasarkan warna, bentuk, dan kemudian ukuran (Papalia & Olds, 2008).
Kemampuan anak untuk melakukan klasifikasi merupakan kemampuan
dasar untuk memahami nilai tempat pada bilangan, misalnya konsep
puluhan dan satuan bilangan 25 terdiri atas dua puluhan dan lima satuan
(Henniger, 2009).
213
214
Dobel Seriasi
Gb. 9 Kegiatan dobel seriasi diambil dari cerita beruang dan goldilocks papa
beruang mangku besar, mamberuang mangkuk sedang dan anak
beruang mangkuk kecil.
2) Konsep Bilangan
a) Pemahaman Bilangan (Number Sense)
Berdasarkan pernyataan NCTM (2000) kemampuan pemahaman bilangan
atau berhitung dan mengenal angka meliputi kemampuan untuk
memahami bilangan, menghubungkan bilangan dengan angka, dan sistem
urutan bilangan. Anak juga diharapkan memahami arti dari operasi
bilangan dan hubungan antar bilangan, serta mampu untuk membilang
215
Cara ke 2 lebih mudah dipahami anak, karena dua adalah 1 lebih, tiga
adalah 2 lebih 1. Empat artinya 3 lebih 1. Lima artinya 4 lebih 1, dan
seterusnya. Awalnya ajarkan anak menghitung secara berurutan,
misalnya diri kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah. Setelah itu baru
diajarkan dengan cara acak, yang memiliki kesulitan lebih tinggi. Anak
perlu menguasai arah membaca dengan baik dari kiri ke kana dari atas
ke bawah.
216
217
b) Aritmatika
Kegiatan aritmatika merupakan kegiatan yang kaya akan pemecahan
masalah. Untuk memecahkan suatu masalah merupakan proses untuk
menemukan jawaban yang tepat dengan menggunakan berbagai cara.
Polya (1962) menyatakan bahwa terdapat empat langkah
untuk
Penjumlahan
Komutatif
Penjumlahan asosiatif
Penjumlahan transitif
Keterangan
1+0 = 1
Atau jika saya memiliki 1 buah mangga
ditambah nol buah mangga, maka saya
hanya punya 1 buah mangga
8+5 =13 sama dengan 5+8=13
6+8 = 6+6+2 = 14
Untuk mendapatkan jumlah 6, maka dapat
218
Operasi Penjumlahan
Keterangan
diperoleh dari penjumlahan 1+5, 2+4, 3+3,
dst.
Gb.13 Contoh buku cerita yang dengan konsep penjumlahan dan pengurangan
Gb. 13 Contoh kegiatan pemahaman nilai tempat konsep bilangan 11 terdiri atas 1
puluhan dan 1 satuan.
3) Aljabar Permulaan
Aljabar permulaan mengarah pada hubungan antar jumlah dan bagaimana
jumlah dapat berubah dikarenakan adanya hubungan satu dengan lainnya.
a) Pola (Patterning)
Pola merupakan cara yang digunakan oleh anak untuk mengenal urutan
untuk membuat prediksi atau perkiraan mana yang muncul terlebih
dahulu dan kemudian secara berurutan. Fungsi anak mempelajari untuk
membuat pola yaitu pertama untuk mengenal pola urutan bilangan.
Kedua yaitu mengajarkan kepada anak untuk berpikir secara berurut
sebagai bentuk dari kegiatan memecahkan masalah. Mempelajari pola
220
221
(3) Pola hubungan, misalnya satu anak memiliki dua mata, dua anak ada
empat mata, dst.
(4) Pola simetris
b) Fungsi
Konsep fungsi dibangun berasal dari data pada pola yang berkembang.
Misalnya 1 mobil memliki 4 roda, jika ada 4 empat mobil maka ada berapa
roda?
melihat
dan
membandingkan
perbedaan
dan
persamaan,
b) Probabilitas
Tujuan konsep probabilitas dalam pembelajaran matematika anak usia
dini yaitu anak diajak berpikir untuk memperkirakan hasil. Kegiatan
223
a) Ruang
Konsep yang akan dikembangkan pada anak yaitu anak memahami posisi
dan arah (atas, bawah, luar, dalam, kiri, kanan, depan, belakang, jauh, dan
dekat). Untuk mengembangkan kemampuan pemahaman ruang, kegiatan
bermain dapat dilaksanakan didalam dan diluar ruang. Kegiatan didalam
ruang sebaiknya tidak menggunakan ruang yang sempit dan tidak terlalu
banyak barang didalamnya. Kegiatan pemahaman ruang dapat berupa
bermain ular naga, balok, kucing dan tikus, gobaksodor (galah asin), dan
lain sebagainya.
b) Bentuk
Tujuan mempelajari konsep bentu yaitu agar anak dapat mengenali
berbagai bentuk yang di temui sehari hari, misalnya lingkaran pada jam
dinding, persegi pada jendela rumah, sehingga anak mampu membuat
hubungan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya.
224
c) Geometri
Tujuan anak mempelajari geometri dari jenjang pra-sekolah hingga SD
kelas rendah yaitu:
(1) Mengenal bentuk
(2) Memahami bentuk
(3) Mengenal bentuk berdasarkan ciri cirinya
(4) Memahami bentuk kurva tertutup dan terbuka
(5) Mengenali bentuk geometri yang bergerak
(6) Memahami bentuk simetri
(7) Pemetaan dengan menggunakan koordinat geometri
(8) Luas dan volume
(9) Sudut (konsep dasar)
(10) Pengukuran
225
(11)
d) Pengukuran
Pengukuran menggunakan nilai angka untuk mengukur benda fisik
maupun non fisik.
e) Pengukuran Fisik
(1) Panjang dan tinggi
(2) Luas area
(3) Kapasitas dan volume
(4) Berat dan massa
f) Pengukuran Non-Fisik
(1) Waktu
(2) Suhu
(3) Uang
226
Gb. 20 Contoh buku cerita tentang konsep waktu dengan The grouchy lady
227
a) Perkenalkan hanya satu alat kegiatan main anak. Persiapkan alat main
tersebut untuk kelompok kecil misal : tiga hingga empat orang anak.
b) Perkenalkan alat main tersebut, jelaskan dari mana asalnya dan cara main
alat tersebut.
c) Diskusikan bersama anak aturan bermain bersama, dan jelaskan juga
alasanya. Misalnya menyimpan alat mainan kembali pada tempatnya agar
anak mudah menemukannya jika ia memerlukannya kembali.
d) Peragakan apa yang akan terjadi jika anak tidak mengikuti aturan main
bersama. Misalnya jika ada anak yang membawa pulang mainan.
e) Jika ada anak yang tidak mentaati aturan main atau menyalah gunakan
alat kegiatan main pisahkan anak dari kelompoknya, tetapi jangan berikan
peringatan, ajak anak untuk duduk di luar kelompoknya dan minta anak
untuk mengamati apa yang dilakukan temannya. Jika anak sudah
memahami kesalahannya gabungkan kembali anak dengan kelompoknya.
3) Pengelolaan Lingkungan dan Kegiatan Belajar Anak
a) Kumpulkan alat dan bahan main sesuai dengan konsep yang akan dibahas
bersama anak.
b) Tata alat dan bahan main anak.
c) Pada waktu tertentu berikan anak kesempatan untuk bereksplorasi
dengan alat dan bahan mainan baru.
d) Lakukan kegiatan belajar dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Perkenalkan konsep matematika didalam kelompok besar
(2) Atur anak menjadi kelompok kelompok kecil untuk melakukan
aktivitas matematika.
(3) Guru mengamati anak pada saat kegiatan berlangsung dan lakukan
228
Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari anak anak yang mengalami
kedulitan tersebut.
(5) Lakukan review dengan melakukan tanya jawab pada anak setelah
: Sate Buah
Usia
Tujuan:
Anak mampu untuk mengidentifikasi nama, warna, tekstur dan rasa
Prosedurpembelajaran:
Anak memotong buah-buahan dan dibuat sate buah berdasarkan pola
yang diinginkan anak. Guru bertanya kepada anak mengenai nama, rasa,
tekstur, warna dari buah-buah tersebut.Guru menanyakan pola buah yang
dibuat oleh masing-masing anak.
Kegiatan Penutup:
Anak membuat pola dari sate buah yang dibuatnya dalam selembar kertas
chart
Aktifitas lanjutan:
Bermain membuat pola dengan cara berbaris. Anak dibagi menjadi buah
pepaya, semangka, dan nenas. Guru memanggil nama buah, anak yang
terpanggil akan maju dan membuat urutan sesuai pola.
Asesmen:
Guru mengamati kemajuan dan partisipasi anak dan melakukan
3.Latihan
Rancanglah kegiatan belajar matematika anak usia dini berdasarkan konsep
matematika. Dengan komponen sebagai berikut:
a) Tentukan tujuan kegiatan belajar matematika AUD.
b) Rancanglah kegiatan bermain yang mengembangkan kemampuan tersebut.
c) Buatlah langkah langkah kegiatan bermain
d) Buatlah media alat permainan yang menudukung kegiatan tersebut.
e) Integrasikan kegiatan tersebut ke dalam sentra/ area/ sudut kegiatan anak.
f) Buatlah rancangan setting lingkungan dan penataan alat dan bahan
230
g) Rencanakan bentuk asesmen yang akan digunakan sebagai bukti bahwa anak
telah menguasai suatu konsep dari matematika.
4. Daftar Pustaka
Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington, Childrens Mathematics Making
Marks Making Meaning, London: Sage Publication, 2006.
Charlesworth, Rosalind, Experience in Math For Young Children, 5th Edition. New
York: Thomson Delmar Learning, 2005.
Cooke, Heathet, Mathematics for Primary and Early Years, London: Sage Publication,
2007.
Copley, Juanita V., The Young Child and Mathematics, Washington D.C: NAEYC,
2000
Dodge, Diene Trister, Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition,
Washinton DC: Teaching Strategies, 2007.
Haylock, Dereck dan Fionna Thangata, Key Concepts in Teaching Primary
Mathematics,London: Sage Publication, 2007
Henniger, Michael L., Teaching Young Children, New Jersey: Thompson Delmar
Learning, 2009.
Smith, Susan Sperry, Early Childhood Mathematics International Edition, New York:
Pearson. 2009.
Van De Walle, John, Matematika Pengembangan dan Pengajaran, Jakarta: Erlangga,
2007.
Jurnal Online www.proquest.com/pqdweb Koleksi Foto TIM NEST dan koleksi
pribadi.
231
2. Isi/Paparan Materi
All the flowers of all tomorrows are in the seeds of today (Chinese proverb). Kandungan
makna yang tersirat dari proverb Cina tersebut sangat benar adanya, bahwa biji
yang ditanam hari ini suatu saat atau esok akan menjadi bunga. Anak-anak kita
hari ini terutama untuk anak usia dini akan menjadi seseorang nantinya, kita
harus memberikan suatu proses yang terbaik bagi anak-anak agar dapat tumbuh
dan kembang secara sempurna
Usia dini adalah masa emas untuk memberikan stimulasi dalam rangka
mengoptimalkan fungsi otak, dimana kisaran usia dini adalah 0-8 tahun.
Perkembangan otak pada usia dini bukanlah suatu proses yang berjalan
sebagaimana adanya, melainkan suatu proses aktif yang membutuhkan stimulasi
melalui alat-alat indera (sebagai reseptor-reseptor otak diseluruh bagian tubuh).
Perkembangan otak manusia dapat terbagi dalam 4 tahapan berdasarkan usia
yaitu : 0 - 4 tahun mencapai 50 %; 4 8 tahun, mencapai 80 %; 8 - 18 tahun
mendekati 100%.
yakni
bahwa
ia
telah
melakukan
penelitian.
Penelitian
secara
individuals
(Albert
Einstein).
Sains
adalah
kerangka
pengetahuan.
233
Pembelajaran sains itu penting karena: (1) Sains adalah bagian penting dari
budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas berpikir
manusia; (2) Adanya laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian
dapat digunakan untuk mengembangkan bahasa, logika, serta kemampuan
memecahkan masalah dalam kelas; (3) Untuk jangka waktu panjang, dapat
diciptakan saintis-saintis muda; (4) Negara sangat tergantung kepada
kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk persaingan
ekonomi global serta keperluan nasional.
Ada 3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu:
1) sains kehidupan: Biologi (tubuh manusia), Zoologi (hewan), Botani
(tumbuhan), 2) sains bumi, meliputi: Geologi (kulit keras bumi),
astronomi (langit, musim, luar angkasa),
3) Fisika: ilmu kimia (benda padat dan cair), ilmu fisika (keseimbangan dan
gerakan)
234
Dengan sikap yang positif, seorang anak akan merasa sains objek,
topic, aktifitas dan orang secara positif. Seorang anak yang tidak siap atau
ragu-ragu karena alasan apapun juga akan kurang kemauannya untuk
berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang berhubungan dengan sains.
b) S ikap b ukan pem baw aa n dari lahir at au b akat. Ahli k ejiw aan
mengembangkan
tiga
aspek
penting
lainnya
yakni: (1)
dan
koordinasi
ketrampilan
mata
dan
kinestetik (motorik
tangan,
kasar,
halus
serta
235
Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Emosional
Dari keingintahuan yang besar
anak-anak untuk belajar dan
memperoleh pengalaman baru,
kita dapat meningkatkan mereka
untuk membangun:
1. Rasa ingintahu yang besar
2.
3.
4.
5.
Intelektual
Dari pengalaman pembelajaran yang
positip pada anak-anak, kita dapat
mengembangkan mereka:
Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
236
Emosional
Intelektual
Menolak untuk mempercayai dalam
superstition
atau
menerima
klaim
tanpa bukti
Terbuka
terhadap
perubahan
terhadap
pertanyaan
berdebat dalam masalah ini, tidak hanya didasari pada fakta dasar behavior
anak-anak, tetapi lebih pada hubungan antara behavior dan aspek penting dari
pemikiran saintifik.
Anak usia dini pada tingkatan taman bermain, TK A dan B maupun anak usia
sekolah dasar sampai kelas dua belum saatnya diberikan pelajaran tentang
kemampaun penelitian ilmiah, konsep-konsep ilmiah ataupun prinsip-prinsip
penelitian. Karena memang pada anak usia dini (0-8 tahun) mereka baru
mempelajari tentang kemampuan dasar yang terdiri dari pengamatan,
klasifikasi, komunikasi, ukuran, estimasi, prediksi dan kesimpulan.
237
Pada kelas tiga SD, anak sudah diajarkan mengenai kemampuan dasar dan
kemampuan terpadu. Kemampuan terpadu terdiri dari mengidentifikasikan
variabel, mengontrol variabel, definisi operasional, membentuk operasional
pengalaman, grafis, interpretasi data, model dan investigasi. Namun demikia,
sikap mental peneliti sudah dapat diberikan oleh guru dalam bentuk yang
sederhana dan yang berada di lingkungan terdekat dari dunia anak-anak. Oleh
karma itu seorang guru dituntut untuk dapat menjelaskan area sains secara
tepat kepada anak-anak, kendatipun kurikulum yang tersedia saat ini tidak
menyediakan bahan-bahan penelitian yang dibutuhkan olch seorang guru.
mengenai
pengetahuannya,
kemahiran
dan
konsep,
juga
Bagan Kemahiran Proses Sains (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Kemahiran Dasar
Observasi
Klasifikasi
Komunikasi
Pengukuran
Estimasi
Prediksi
Kesimpulan
Taman KanakKanak
X
X
X
X
X
X
X
Proses Kemahiran
Observasi
Klasifikasi
Memanipulasi material
Mengkomunikasikan
Mencatat/menyusun data
Prediksi
Inferensi
Mengestimasi
Penyelidikan
Pemecahan
masalah/membuat
keputusan
informasi
Mengelompokkan, ordering, mengkategorikan,
merangking,
memisahkan,
membandingkan.
Memberikan perlakuan pada material secara
efektif
Berbicara, menulis, menggambar
Logs, jurnal, grafik, table, gambar, rekaman
Dimulai
dengan hasil yang diharapkan
didasarkan pada pola atau bukti yang ada
Membuat
kesimpulan
(perkiraan
yang
educated) didasarkan pada alasan untuk
menjelaskan observasi
Menggunakan penilaian hingga aproksimat
sebuah nilai/kuantiti
Proses yang terintegrasi dari penelitian
Proses yang terintegrasi untuk menilai dan
menghasilkan solusi
239
yang
potensial,
dan
untuk
memilih
kerjasama
sebagai
dapat mengerjakan tugas dengan cepat maka dapat membantu kelompok lain
yang belum selesai. Tujuan dari pendidikan sains pada anak usia dini
adalah
yang dapat
240
membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik; (2) Membimbing anakanak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indera
berdasarkan pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide
sains, kemahiran, dan sikap mental; (3) Berbagi tanggungjawab dengan anakanak terhadap apa yang mereka pelajari; (4) Mengadaptasi kurikulum,
mengatur waktu dan mengatur praktek, termasuk untuk tema pelajaran yang
mengambil waktu beberapa hari atau minggu; (5) Menguji kemajuan dalam
berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui dan dapat
lakukan.
Hewan
mereka sendiri.
(2) Nafas,
menghirup
oksigen
untuk
bernapas.
Mengeluarkan
karbondioksida
(3) Respirasi, mencerna makanan untuk menghasilkan energI
(4) Pembuangan,
melepaskan
zat-zat
sisa
yang
beracun
seperti
241
Dengan
keragaman yang besar dari organisme di sekeliling kita ini, kita hanya
mengerti lingkungan kita dengan membaginya ke dalam kelompok dan
dikenal dengan dengan istilah The 5 Kingdom
THE 5 KINGDOM
Sistem pembagian Kingdom dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika yakni
Robert H. Whitaker (1969). Sistem ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan yang dimiliki adalah penggolongan jamur yang dimasukan ke
dalam kingdom tersendiri. Alasan yang dikemukakan adalah jamur tidak
mencerna sendiri makanan seperti yang dilakukan oleh binatang, tetapi
mereka mengeluarkan enzim pencernaan disekitar makanan mereka,
kemudian menyerapnya ke dalam sel.
perbedaannya dengan monera.
eukariotik
(inti
Pembentukan
kingdom
pertimbangan
adanya
selnya
ini
sudah
diusulkan
memiliki
oleh
organisme-organisme
selaput
inti).
Ernst
Haeckel
atas
yang
memiliki
ciri
Pada dasarnya
Tidak memiliki
Oomycotina; 2.
243
Zygomycotina;
3.
Ascomycotina;
4.
Basidiomycotina;
5.
Deuteromycotina
(4) Tumbuhan.
animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi menjadi sepuluh macam
filum (phylum), yaitu protozoa, porifera, coelenterata, plathyhelminthes,
nemathelminthes, annelida, mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.
(a) Phylum Protozoa. Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya
Protozoa
dapat hidup diair atau dalam tubuh mahluk hidup atau organisme
lain sebagai parasit. Hidupnya dapat sendiri (soliter) atau beramairamai (koloni). Contoh: Amuba (amoeba)
(b) Phylum Porifera.
244
Nemathelminthes.
Nemathelminthes
atau
cacing
gilik.
Setiap kingdom lebih jauh lagi dibagi ke dalam kelompok yang lebih kecil
dan lebih kecil lagi seperti: filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.
Ikan
adalah kelompok parafiletik artinya setiap kelas yang memuat semua ikan
akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Ikan terbagi dalam ikan
tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 persen termasuk lamprey dan ikan hag),
ikan bertulang rawan (kelas Chondricthyes, 800 spesies termasuk hiu dan
pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan
bertulang keras atau sejati inilah yang mencakup hampir semua ikan pada
masa kini. Ekologi Ikan. Ikan dapat ditemukan dihampir semua genangan
air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada
245
Ikan mas
: HEWAN PELIHARAAN
: IKAN
: II/1
: 2 x PERTEMUAN (70 MENIT)
STANDAR KOMPETENSI
Pembiasaan/moral: Menyayangi mahluk cipataan Tuhan
Bahasa
Kognitif
Mengenal bentuk dan bagian-bagian ikan (morfologi dan anatomi ikan)
Mengetahui proses perkembanganbiakan ikan
246
Sains:
Seni/motorik halus:
Bahasa Inggris:
VI. PENILAIAN
Penilaian Lisan
Pengamatan
Penilaian Produk
Penilaian Portofolio
Evaluasi yang dilakukan oleh guru adalah:
Apakah anak dapat menyebutkan bentuk, bagian dan jenis ikan?
Apakah anak dapat menyebutkan alat pernapasan pada ikan?
Apakah anak dapat menyebutkan bagaimana proses perkembanganbiakan ikan?
Dapatkah anak membuat cerita singkat tentang ikan sesuai bahasa mereka
masing- masing?
Kegiatan Belajar 2
Tujuan mengenal lingkungan kita adalah agar kita memahami dan menjaga
lingkungan disekitar kita.
Teori:
Lingkungan mengacu pada sekeliling kita, semua yang hidup dan benda-benda
mati serta interaksi diantara mereka. Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi
lingkungan mencakup cahaya, panas, air, angin, substrat (bebatuan, pasir, tanah,
lumpur), zat non organik dan gas seperti oksigen dan karbondioksida. Faktor-faktor
biotik yang mempengaruhi lingkungan mencakup semua mahluk hidup dan
pengaruh-pengaruh mereka terhadap satu sama lainnya. Lingkungan bisa saja
daratan (tanah), perairan (air) atau gabungan antara darat dan air seperti rawa bakau.
Meskipun spesies manusia hanyalah sebuah kelompok kecil dari organisme,
pengaruh manusia terhadap lingkungan sangat luas dan hebat. Kitatelah
memperkenalkan spesies tumbuhan dan hewan ke dalam lingkungan yang baru dan
beberapa spesies yang telah diperkenalkan ini telah menjadi hama setiap waktu.
Manusia juga mengadakan penebangan-penebangan di hutan curah hujan
untuk diambil kayunya mengakibatkan tanah menjadi longsor dan erosi (pengikisan
tanah akibat air). Selain dari itu adanya metode penebangan yang salah dan juga
pembakaran hutan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan kebakaran
hutan.
248
2) Asesmen
Tujuan dari asesmen berdasarkan kurikulum adalah untuk melihat kompetensi
anak dari bidang akademik. Saat ini pendidik menginginkan dan memerlukan
anak-anak yang tidak saja dapat mengulang kembali pengetahuan, kemahiran
dan prosedur tetapi juga apa yang mereka pikirkan. Sebagai contoh jika anak
berpikir bahwa segala sesuatu yang hidup akan diklasifikasikan bersama
karena mereka dapat bergerak dan memiliki facial features, lalu kita dapat
tanyakan kepada mereka dengan bahasa sederhana untuk mengidentifikasikan
mahluk hidup dan tidak hidup. Asesmen dapat dilakukan secara formal dan
informal. Asesmen formal biasanya berbentuk dokumen tertulis seperti tes atau
kuiis yang diberi skor atau grade berdasarkan kinerja siswa. Asesmen informal
biasanya tidak terlalu berkontribusi untuk penilaian akhir, asesmen ini lebih
kepada keadaan umum dan dapat dilakukan melalui observasi, pedoman
inventoris, partisipasi, melalui teman, evaluasi diri dan diskusi. Asesmen
individual atau dalam kelompok kecil. Ada berbagai cara yang berbeda untuk
membangun asesmen. Yang harus dipertimbangkan adalah
Running records;
Peta konsep;
Checklist,
8 9
3.Latihan
a. Kembangkan minimal dua alat asesmen untuk pembelajaran sains bagi anak
usia dini dengan menggunakan tematik dan beri alasan mengapa menggunakan
alat tersebut.
b. Jelaskan kemahiran dasar yang harus diberikan pada pembelajaran sains anak
usia dini?
c. Buatlah satu perencanaan (lesson plan) untuk pembelajaran sains yang
terintegrasi.
kewarganegaraan
dan
untuk
mengintegrasi
pengetahuan,
ketrampilan dan etika dengan dan melalui disiplin ilmu. Kedua tujuan tersebut dapat
membedakan ilmu sosial dengan ilmu yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ilmu sosial memiliki cirri khas tersendiri.
A. Budaya
Kebudayaan adalah uraian pertama dari sepuluh uraian tematik yang
dikembangkan oleh National Council for the Social Studies (NCCS, 1994) yang
berfungsi sebagai kerangka untuk program pengetahuan sosial k-12. Kebudayaan
adalah sentral untuk kita sebagai individu dan sebagai masyarakat. Kebudayaan
adalah salah satu unsur yang sangat melekat dan tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat.
Kebudayaan adalah cara hidup, lingkungan buatan manusia, nilai-nilai dan
kepercayaan, symbol, interpertasi, sudut pandang yang diberikan oleh kelompok
sosial (Banks, 2008). Kebudayaan menetapkan
kebudayaan
itu
mengikat
dan
membagi
atau
memisahkan
pada masa usia dini. Upaya untuk mengenalkan perbedaan dan kesamaan serta
penerimaan terhadap perbedaan tersebut dapat dilakukan dengan konsep
pembelajaran ilmu sosial yang menarik dan bermakna.
Lingkungan hendaknya mengembangkan kebudayaan, baik lingkungan
rumah maupun lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang merayakan
keragaman dan kesatuan dibangun atas dasar rasa saling menghormati yang
dalam terhadap semua individu dan kelompok (Copple, 2003; Garcia, 2003). Untuk
menciptakan ruang kelas yang menggabungkan rasa saling menghargai yang
dalam bagi individu dan kelompok berarti pendidik harus terlebih dahulu
mengerti beberapa hal:
Perilaku, nilai-nilai, dan gagasan anda sendiri mengenai orang lain
Perilaku, nilai-nilai, dan gagasan anak mengenai orang lain
Bagaimana perilaku terhadap orang lain dipelajari
berurutan untuk
254
mencapai tujuan; mereka tahu peristiwa yang terjadi dan mereka dapat
mengurutkan kejadian sehari-hari dengan mengorganisir siklus (Vukelich &
Thornton, 1990). Usia 4 tahun dapat akurat dalam menilai sesuatu yang bersifat
sementara atas tingkat kesempatan; pada usia 5 tahun, anak-anak dapat menilai
urutan terbelakang dari kegiatan sehari-hari dan urutan terdepan dari titik yang
telah ditentukan dalam beberapa hari dan dapat mengevaluasi panjang interval
dari kegiatan sehari-hari . Sekitar usia 7, anak-anak juga dapat menilai urutan
peristiwa mundur dari beberapa titik acuan.
Anak-anak belajar konsep urutan sementara - seperti sebelum dan sesudah,
besok dan kemarin, atau mereka yang hanya membutuhkan bahwa posisi anak
dalam dua poin waktu - lebih mudah daripada hubungan kuantitatif sementara.
Untuk memahami hubungan kuantitatif sementara, seorang anak harus menyadari
bahwa jarak 1:00-2:00 adalah sama dengan jarak 2:00-3:00. Anak-anak yang hanya
mengerti urutan mungkin tidak sepenuhnya memahami bahwa jarak adalah sama.
Sambil lalu, ini masalah yang sama dengan ciri kesalahan awal anak dalam
menggunakan jarak linier.
Seiring waktu anak mencapai Taman Kanak-kanak, mereka menggunakan
istilah-istilah waktu dan jam dalam bercerita. Meskipun, mereka belum
diinternalisasi konsep lamanya jarak, seperti jam dan menit, mereka memahami
bahwa istilah-istilah ini memiliki makna. Anak pertama memulai dengan kegiatan
mengasosiasikan jadwal kelas reguler setiap hari, kemudian mereka mencocokkan
jadwal ini dengan waktu yang ada di jam. Selanjutnya, konsep jam, setengah jam,
dan seperempat jam dapat berkembang.
Usia 5 tahun mulai mengerti unit sementara waktu - seperti hari, tanggal,
dan waktu kalender, dirumuskan pada urutan sementara atau peristiwa yang
berurutan dan dapat menyesuaikan diri pada waktunya, mencocokkan waktu
dengan peristiwa eksternal: itu adalah hari; matahari bersinar, atau itu adalah
malam; bintang-bintang berada di luar. Memahami kalender waktu termasuk
kemampuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep seperti waktu pertama,
255
terakhir, berikutnya, kemudian, lebih cepat, sebelum, dan sesudah. Pada usia 5
tahun, anak-anak dapat mengatakan apa hari itu dan akan menggunakan istilahistilah umum seperti musim dingin sebelum mereka akan menggunakan istilah
umum hari ini, sebelum, atau dalam beberapa hari (Ames, 1946). Anak pertama
bisa menanggapi kata waktu; berikutnya, mereka dapat menggunakan kata
sendiri; akhirnya, mereka dapat menggunakan kata waktu untuk menjawab
pertanyaan dengan benar. Pada usia 6, 7 dan 8, anak-anak dapat mulai
menggunakan metode konvensional untuk menyesuaikan diri mereka dalam
waktu; jam, jam tangan, dan kalender mulai memiliki beberapa arti.
Pengetahuan tentang konsep waktu anak-anak berkembang mengarah pada
gagasan bahwa anak-anak muda menerima instruksi yang direncanakan dalam
waktu - yaitu, ketika pengajaran ini didasarkan pada siklus, berulang, dan
kegiatan yang berurutan dari hari dan kehidupan anak. Walaupun tidak patut
untuk meminta anak-anak untuk menghafal nama-nama hari atau bulan, untuk
memberitahu waktu atau mempelajari konsep waktu operasional, hal itu adalah
tepat bagi orang dewasa untuk memberi label pada anak-anak dan untuk
memastikan rutinitas kehidupan mereka. Dengan mengalami rutinitas, mengukur
waktu dan bagian dengan langkah yang berubah-ubah, anak akan mendapatkan
konsep-konsep waktu.
2. Perubahan
Dalam banyak hal, studi sejarah adalah studi perubahan. Beberapa
perubahan merupakan kemajuan; yang lain tidak. Namun demikian, perubahan
bersifat universal. Tidak peduli di mana kita tinggal atau bagaimana, perubahan
akan menjadi bagian dari kehidupan kita (Brophy & Alleman, 2002). Mampu
menerima dan beradaptasi dengan perubahan adalah penting untuk hidup.
Daripada takut perubahan, anak-anak dapat diajarkan untuk menerima
keniscayaan perubahan dan belajar cara untuk beradaptasi dengan perubahan
pengalaman mereka.
256
dan
merencanakan
binatang?
pengalaman
Anda
untuk
dapat
menggunakan
anak-anak
jawabannya
berdasarkan
konsep
untuk
kunci
identifikasi geografi, pengetahuan tentang bumi. Kita hidup, dan kita tinggal
dibumi. Ide yang sungguh sederhana-kecuali anda adalah anak kecil yang yakin
bahwa semua yang bergerak itu hidup dan bahkan beberapa benda yang tidak
bergerak, seperti racun, yang dapat membunuh anda, juga hidup (Piaget, 1965).
Bagi anak-anak mobil, perahu, awan, sungai dan seluruh benda yang bergerak
memiliki nyawa dan kesadaran.
Saat anak-anak menggali lingkungan anda, anda dapat memberikan
pertanyaan untuk membantu anak-anak membedakan benda hidup dan benda
tidak hidup. Tanyakan pada mereka apakah benda yang mereka mainkan hidup
atau tidak hidup. Berdasarkan jawaban mereka, anda dapat memberikan
pertanyaan lain atau memberikan saran-saran. Usahakan memperluas pemikiran
anak-anak
dengan
bertanya,
apakah
menurutmu
ini
hidup?
kenapa
258
menurutmu ini hidup? bagaimana kamu tahu? apakah Kamu hidup? benda
apalagi yang hidup? benda apa yang tidak hidup?
Setelah melakukan perjalanan, anda dapat menyiapkan meja, papan
bulletin, atau diagram benda hidup dan benda tidak hidup. Anak-anak dapat
meletakkan benda atau gambar yang mewakili benda-benda yang mereka lihat
dalam perkalanan ke diagram yang sesuai. Batu, pasir dan gambar rumah dapat
ditempatkan pada bagian benda tidak hidup dan gambar atau bagian tanaman
dan pohon dan gambar hewan dan burung dibagian benda hidup.
Anda juga dapat membantu anak-anak membuat bukle benda hidup dan
tidak hidup. Anda dapat membantu anak-anak menuju generalisasi bahwa benda
hidup memerlukan makanan dan air sementara benda tidak hidup tidak
memerlukannya.
Pengalaman lain dapat mendukung konsep bahwa kita hidup dipermukaan
bumi. Saat bermain di luar ruang, anak-anak dapat mengelompokkan bendabenda yang ada dibumi. Anda dapat memperoleh pemahaman tentang proses
berfikir mereka, yang diperlukan untuk merencanakan dan menilai proses belajar
mengajar.
mengetahui
bahwa
bahan-bahan
ini
mengambil
bentuk
tempat
259
bahkan
setelah instruksi
yang melibatkan
pengalaman langsung anak-anak usia 7-8 tahun yakin bahwa air telah
berevaporasi (menguap) dari makanan sebenarnya terserap kedalam makanan.
Apalagi, spons dan handuk menyerap air, jadi kenapa makanan tidak. (Landry
dan Forman, 1997)
Di sekolah atau lingkungan sekitar, anak-anak dapat menemukan
permukaan tanah yang berbeda. Tempat bermain mungkin berumput, atau
memiliki daerah berpasir. Anak-anak dapat merasakan permukaan yang berbeda
dan pengelompokkan sebagai keras, lunak, kasar atau halus dan mendiskusikan
tujuan dan penggunaan masing-masing. Tanyakan, kenapa jalan raya keras? Apa
yang terjadi jika kamu terjatuh diatasnya? apa kamu pernah terjatuh di pinggir
jalan? Apa yang terjadi? kendarai sepedamu dijalan, dia ats rumput dan
kemudian diatas pasir. Dimana yang dengan mudah dikendarai? Kenapa?.
Beberapa permukaan mungkin dibuat oleh manusia, yang lain secara alami.
Anak-anak TK dan usia Primer mungkin telah mampu mengelompokkan
permukaan.
Perjalanan dilakukan di komunitas yang lebih luas memungkinkan anakanak untuk mengamati bahwa bumi ditutupi juga oleh air selain daratan. Satu
kelas tingkat 2 di Boston melakukan perjalanan malam ke tempat wisata danau
260
gambar
kelompok
bidang
tanah,
perbukitan,
membuat buku kecil atau grafik untuk kelas. Berenang, memancing dan
berperahu diklasifikasikan sebagai kegiatan air, berkemah, bermain bola dan
kegiatan berkebun diklasifikasikan sebagai kegiatan di darat
261
Hal
ini sangat
mengkhawatirkan
bahwa
berhubungan dari apa yang kita sebut alam. Kita sendiri adalah bagian dari alam,
berevolusi bersama
dengan
hewan
dan
tumbuhan
lain.
Kita
sebaiknya
teman mereka sendiri. Oleh anak-anak waktu 6 atau 7, paling paling dapat giliran,
bernegosiasi, dan bekerja sama untuk terus akan bermain: dan mereka mulai
membentuk kelompok dengan sebaya.
memasuki
kelas
preschool-primer
dengan
berbagai
b. Fisik diri
264
Anak-anak sebagai makhluk fisik, sikap mereka tentang diri mereka sendiri
yang melibatkan tubuh fisik. Bagaimana tubuh bergerak dan berinteraksi,
bagaimana mereka berpikir anak-anak menonton, jenis keterampilan tubuh
mereka dapat mempengaruhi- semua diri.
Diperkirakan berasal ketika bayi mulai menemukan diri mereka sendiri
dan lingkungan mereka dengan melemparkan lengan mereka tentang dan
mempelajari apa bagian tubuh mereka dan apa yang tidak. sensasi dingin,
kelaparan dan kehangatan semua bekerja sama untuk membantu bayi belajar
tentang
tubuh
dan
diri.
periode
sensorimotor
keseluruhan,
anak-anak
menggunakan tubuh mereka untuk belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia
mereka. Yang terpenting pada diri anak untuk perkembangan harga diri :
Ambil banyak foto anak untuk buku tempel, papan bulletin atau hadiah
Menceritakan tentang perbedaan warna kulit. anak-anak akan tertarik untuk
265
menekankan bagian tubuh - kepala, lengan, lutut dan jari kaki; Looby Loo: or
Simon says.
Menyediakan peralatan otot besar dan kecil untuk anak-anak untuk memanjat,
melalui, naik turun dan memanipulasi dengan jari-jari dan tangan mereka
Buat bookklet atau bagan pada hal apa yang dapat dilakukan anak. Sebuah
booklet kita sebut I can Run dapat dimulai dengan kalimat utama I Can Run
yang kemudian berfungsi sebagai dasar untuk halaman selanjutnya pada buku
tersebut: I Can Run Quickly; I can run slowly or angrily or happily: dan begitu
selanjutnya. Anak dapat mengilustrasikan halaman tersebut. Buku serupa dapat
diberi judul I Can Jump atau yang lain.
Bagian terpenting pada fisik diri anak adalah gender. Sebagai anak dewasa,
mereka menjadi peduli pada perbedaan seksual. Kepedulian ini sering terlihat
jelas dalam diskusi ketika menggunakan kamar mandi atau gambar detail
seseorang. Kepercayaan diri dan kepedulian pendidik membahas diskusi dan
pertanyaan dengan respect dan siap membantu mengatasi kesalahan-kesalahan
konsep (Chrisman & Counchenour, 2002).
Pendidik dan orangtua harus memperharikan kepentingan seksualitas
dan hubungan perasaan positif atau negative pada anak tentang dirinya (National
PTA, 2002). Orang dewasa yang sedang bekerja dengan anak harus menggunakan
nama asli untuk jenis kelamin, berbicara terus terang tentang perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, dan mendorong anak untuk tetap pada aturan dan
perasaan ketika bermain peran.
Sikap orang dewasa terhadap seksualitas penting bagi harga diri anak.
Untuk banyak orang dewasa, topik seksualitas menghasilkan rasa bersalah
dan kecemasan dan perasaan positif. Orang dewasa yang menduga dalam cara
yang lembut bahwa perilaku tertentu itu buruk mungkkin bisa membuat
266
kecemasan atau malu pada anak. Perasaan positif didapatkan dari pendidik yang
mengerti dan menerima seksualitas anak.
Sikap gender berkembang ketika masa prasekolah (Gunnar, 2003).
Promosi
ketidakbiasan
dan
nilai
perhatian
gender
dan
aturan
gender
membutuhkan anda, seorang pendidik, untuk menguji nilai dan prasang kamu.
Perubahan wanita terbentuk dari kepedulian bangsa pada bagian sosialisasi dalam
menugaskan kekakuan aturan gender awal dalam kehidupan. Kita dapat
membantu anak menjadi peduli pada seksualitas mereka sendiri tanpa
menugaskan mereka urutan aturan gender :
pastikan bahwa blok, mainan kayu dan roda area yang tidak boleh menjadi
biru, resleting jaket, mata hijau dan lainnya, daripada membagi kelompok dari
laki-laki dan perempuan
melengkapi model laki-laki dan perempuan dalam variasi pkerjaan
Tanya anak laki-laki untuk membantu membersihkan, memasak, mengelap
program
prasekolah
dan
primer,
anak-anak
tidak
hanya
membangun
dan
mempertahankan
prinsip-prinsip
dasar
Anak-anak
membuat
keputusan.
Mampu
membuat
keputusan
yang
7.
269
membuat keputusan
Membangun koalisi, negosiasi, membuat perjanjian dan melihat sensus
penduduk
Mengurus konflik
bagian
dalam
membangun
aturan
di
kelas.
Mereka
dapat
2. Latihan
1.
2.
3.
Bagaimana cara mendampingi dan memfasilitasi anak usia dini belajar sains?
3. Sumber Belajar
Brewer, Jo, Ann. Introduction to Early Childhood Education Preschool Through Primary
Grades sixth edition. New York: Pearson Education, Inc, 2007.
Miller, Linda. Exploring Science in Early Childhood. Dalma Learning Publisher.
George S. Morrison, The World of Child Development Conception to Adolescence,
(London:Delmar Publisher, 1992), h. 12.
Diane E. Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, Human
Development, Tenth Edition, (New York: The McGraw-Hill Companies, 2008),
h. 12.
Isbell, Rebecca. (1995). The Complete Learning Center Book. Beltsville, Maryland,
Gryphon House, Inc.
Herr, Judy, Yvonne Libby Larson, (2000). Creative
Resources
for
The
Early
272
Kostelnik, Majorie J. and Howe, Donna. (1991). Teaching Young Children Using
Themes. USA: Good Year Books.
Phelp, Pamela C. (2005). Beyond Centers and Circle Time: Scaffolding and Assesing The
Play of Young Children. Florida: The Creative Center for Childhood Research
and Traning, Inc. (CCCRT).
Phelp, Pamela C. (2005). Beyond Cribs Rattles. Playfully Scafolding the Development of
Infant and Toddlers. Florida: The Creative Center for Childhood Research and
Traning, Inc. (CCCRT).
Wolfgang, Charles H, (1981). Bea Mackender, Mary E. Wolfgang. Growing and
Learning through Play. USA: Judy/Instructo.
273
Menurut Nancy Beal dan Gloria Bley Miller (2003 : 1) Seni merupakan lakon,
yang menolong anak-anak untuk memahami dunia mereka. Namun seni melebihi
lakon yang akan membuat mereka mengekspresikan pengalaman-pengalaman dan
fantasi-fantasi individu dengan cara- cara konkret dan spontan. Seni mengundang
anak-anak untuk menyentuh dan melakukan eksperimen, mengeksplorasi dan
mentransformasi segala hal yang anak-anak jumpai dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan demikian, seni adalah suatu media yang dapat membantu anak usia dini
menyampaikan sesuatu (gagasan/ide, perasaan, keinginan, imajinasi, dan lain-lain)
yang tidak mampu mereka ungkapkan melalui kata-kata. Seni merupakan hal yang
menyenangkan dan memuaskan untuk anak usia dini. Hal ini memungkinkan
mereka untuk belajar banyak ketrampilan, menyatakan perasaan diri mereka,
menghargai keindahan, dan memiliki kesenangan pada waktu yang sama.
mereka gunakan dan otonomi dalam pengambilan keputusan yang mereka buat
(Schirrmacher, 1998; Seefeldt, 1993). Memutuskan sendiri apa yang akan mereka
buat dan bahan apayang akan mereka gunakan, harus menjadi kesempatan
pertama bagi anak dalam membuat pilihan dan membuat keputusan secara
independen.
Terlibat dalam kegiatan seni juga membangun harga diri anak dengan
memberi mereka kesempatan untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan
dan rasakan (Klein, 1991; Sautter, 1994). Sautter (1994) menyatakan bahwa ketika
anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan seni dengan teman sekelas, umpan balik
yang mereka berikan satu sama lain dalam membangun harga diri adalah dengan
membantu mereka belajar menerima kritik dan pujian dari orang lain. Kegiatan
seni juga membantu anak-anak berlatih keterampilan sosial yang penting seperti
bergiliran, berbagi, dan bernegosiasi dalam penggunaan alat dan bahan untuk
kegiatan seni.
seekor naga). Kedua, mereka memilih media yang akan mereka gunakan,
pengaturan objek dalam pekerjaan mereka, dan perspektif orang lain.
Anak-anak memutuskan berikutnya seberapa cepat atau seberapa lambat
mereka akan menyelesaikan proyek mereka, dan akhirnya, bagaimana mereka
akan
mengevaluasi
hasil
penciptaan
mereka.
Paling
sering,
anak-anak
mengevaluasi karya seni mereka dengan berpikir tentang apa yang mereka sukai
dan apa yang orang lain katakan kepada mereka adalah menyenangkan (Feeney &
Moravcik, 1987).
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, keputusan
seni
mereka
dan
mulai
melibatkan
penggunaan
simbol.
Anak-anak
mulai
Menggambar,
khususnya,
menjadi
sebuah
kegiatan
yang
ketika
mendengar
dan kekuatan otot. Gerakan- gerakan kecil dari jari-jari, tangan, dan pergelangan
tangan diperlukan untuk menggunakan gunting, bermain dengan tanah liat atau
plastisin, atau menggambar atau melukis pada permukaan yang lebih kecil, dapat
mengembangkan control dan keterampilan
motorik
halus.
Pengulangan-
tersebut
memberikan
kesempatan
pada
anak
untuk:
(a)
kepercayaan
diri
dalam
mengkomunikasikan
ide
dan
mengekspresikannya; (c) Banyak akal dan kreatif; (d) Membuat keputusan tentang
apa yang mereka inginkan dan bagaimana mendapatkannya; (e) Mengapresiasi
sesuatu yang berbeda yang dibuat oleh orang lain.
Dalam hal ini pendidik anak usia dini dapat menggunakan kegiatan seni,
dalam semua aspek lingkungan pembelajaran.
Menstimulasi anak untuk mengamati dan mengeksplorasi lingkungan alam dan
yang Artistik
Adapun komponen pembelajaran seni mencakup (1) menari; (2) bermain
musik; (3) bermain drama serta (4) seni dan kerajinan tangan.
1. Menari
Menari adalah aktivitas menggerakan tubuh untuk mengekspresikan
gagasan, merespon musik, dan mencurahkan perasaan. Menari memiliki tujuan
untuk
mendemonstrasikan
suatu
ketrampilan
motorik
(misalnya
berlari,
278
Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan seni, memiliki keragaman jenis,
namun tidak semua kegiatan menari sesuai untuk anak usia dini. Menari lebih
spesifik dikatakan oleh Stinson sebagai gerakan yang beraturan, signifikan dan
dipengaruhi oleh penjiwaan. Tari yang kreatif adalah gerakan yang ditampilkan
secara menarik dengan menyesuaikan alunan lagu atau musik. Terlepas dari itu,
gerakan tari untuk anak usia dini sebaiknya yang mudah dan tidak terlalu
bervariasi, menyenangkan dan dalam kondisi tertentu gerakan tari anak bersifat
alami. Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6
gerakan, dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu
diperhatikan oleh pendidik adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis
anak saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan
suatu gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi anak
menjadi semakin buruk dan tidak mengembangkan kreativitas mereka.
Kegiatan kreatif tari dapat berupa:
-
2. Bermain Musik
Musik adalah kombinasi suara dan atau instrumen untuk mengkreasi
melodi dan bunyi yang teratur. Musik memiliki tujuan untuk memahami dan
mengulang pola, menunjukkan kesadaran akan konsep dan urutan, memahami
angka dan hitungan, menyimak dan membedakan suara, memahami instruksi
lisan dan lain-lain.
279
musik
sudah
dapat
Bermain
syair: mengubah
syair,
mengikuti pola
syair (o
le,,le,
la..la..,bola..bola. bola)
-
Membuat alat musik ritmis dan alat musik melodis buatan dengan bahanbahan yang ada di sekitar
280
musik. Kemudian mereka mulai dikenalkan dengan kegiatan gerak tari yang
berpola dan menggunakan beberapa formasi.
3. Bermain Drama
Bermain drama adalah mengekspresikan cerita melalui aksi dan dialog.
Aksi bisa berupa gerakan badan anak yang bisa mengkomunikasikan pesan.
Bermain drama memiliki tujuan memahami dan memanage perasaan diri,
memahami dan merespon perasaan orang lain, menempatkan diri dalam peran
dan situasi tertentu serta mengekspresikan kata-kata.
Seperti halnya kegiatan musik, bermain dramatisasi juga banyak membantu
anak dalam membangun ingatan, perbendaharaan kata serta imajinasi. Kegiatan
ini dapat terbagi menjadi kegiatan bermain peran maupun sosio drama. Pada saat
bermain peran, unsur symbolic dan make-believe play sangat terlihat. Anak-anak
menyenangi perannya sebagai salah satu atau beberapa tokoh dengan
menggunakan berbagai media atau atribut yang ada. Aktivitas ini umumnya lebih
disukai oleh anak-anak yang lebih kecil usianya. Sedangkan permainan sosiodrama menunjukkan aktivitas kelompok dengan adanya pembagian peran dan
memunculkan banyak dialog. Alur cerita dapat terhenti kapan saja sesuai
kesepakatan mereka. Apa yang diperankan atau didramatisasikan oleh anak
diilhami dari kejadian dan contoh yang biasa mereka temui dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidik dapat menambah informasi bagi anak dengan kegiatan
fieldtrip, membacakan buku, ataupun berdiskusi tentang apa yang sebaiknya
dilakukan oleh mereka.
Kegiatan kreatif dramatisasi dapat berupa:
- Bermain peran sebagai polisi, dokter, seorang ibu, guru, tukang kayu,
koki, penyiar, pemain musik, dan sebagainya.
- Menggunakan benda-benda di sekitar sebagai telepon/handphone, mesin kasir,
komputer/ laptop, kendaraan, bayi/adiknya, alat masak, binatang, peralatan
282
dan perlengkapan profesi seperti suntikan, botol obat, pistol, martil, stetoskop,
dan sebagainya.
- Menggunakan balok-balok untuk bermain make-believe seperti: suasana
perkotaan, kebun binatang, suasana rumah, mall, dan sebagainya.
- Bermain sosio-drama dengan tema keluarga, market/pasar, rumah sakit,
perjalanan dengan pesawat atau bus, sekolah, cerita ksatria dan penjahat, dan
sebagainya.
ini
mengajak
anak
mengamati,
meraba,
mencium,
atau
menempel
potongan-potongan
kertas,
serbuk,
serpihan,
serabut, kapas, berbagai tekstur, atau benda-benda kecil pada sebuah gambar
- Bermain dengan stiker-stiker kecil
- Menggunting dengan berbagai bentuk
- Membuat stempel dengan berbagai media dan bentuk yang variasi
- Meronce dengan berbagai pola, bentuk dan bahan
- Melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas
283
- Membuat bermacam bentuk dengan stik es cream, lidi atau batang korek api
- Membuat alat permainan, hiasan, maupun ragam kreasi lainnya dengan bendabenda yang sudah tak terpakai.
Berikut ini beberapa contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan yang bisa
dilakukan oleh anak usia dini.
Tabel 26. contoh kegiatan seni dan kerajinan tangan yang bisa dilakukan oleh anak usia
dini
Nama Karya
Cara Membuat
Sun Catcher kupu- Potong bentuk kupu-kupu
kupu
dari kertas hitam. Bentuk ini
harus simetris. Kemudian
ajaklah anak menggunakan
pembolong kertas untuk
menghasilkan bulatan-bulatan
kertas untuk ditempelkan di
kedua sisi sayap kupu-kupu.
Setelah kering, gantunglah di
jendela
Trek Mobil
Tuangkan cat tempera
beberapa warna di atas busa
(spons tipis). Kemudian
ambillah mobil- mobilan yang
rodanya memiliki gerigi.
Tempelkan ban atau roda
mobil-mobilan pada spons
yang telah diberi cat,
kemudian jalankan roda
mobil-mobilan di atas kertas
untuk membuat aneka
macam warna trek mobil.
Ikan Kertas
Ambillah sebuah piring kertas.
Dengan bimbingan pendidik,
mintalah anak untuk
menggunting salah satu sudut
piring kertas membentuk
segitiga. Kemudian tempelkan
guntingan segitiga tersebut
284
Stempel Balon
Gelembung Ceria
Merobek kertas
Lukisan kelereng
Stempel Tangan
Lukisan benang
imajinasinya.
Ambillah sebuah tutup kaleng
dan lapisi dalamnya dengan
sebuah kertas sehingga
membentuk tutup kaleng
tersebut. Buatlah beberapa
adonan cat warna dan
celupkan beberapa buah
kelereng di dalamnya. Ajak
anak untuk mengambil
kelereng tersebut (bisa
menggunakan tangan atau
garpu penjepit). Ajak anak
untuk menggoyanggoyangkan tutup kaleng
tersebut sehingga kelereng
bergerak kesana kemari
membentuk sebuah lukisan
indah.
Ajak anak untuk melumuri
telapak tangannya dengan
cairan pewarna. Akan lebih
indah jika beberapa warna.
Kemudian minta anak untuk
menstempelkan telapak
tangannya pada sebuah kertas
atau kain. Setelah kering,
mintalah anak menambahkan
garis atau bentuk tertentu
sehingga tercipta gambar yang
unik dari hasil stempel tangan
tersebut.
Ajak anak untuk membuat
cairan beberapa pewarna.
Kemudian celupkan benang
pada cairan pewarna tersebut.
Satu buah benang untuk satu
cairan pewarna. Minta anak
untuk menggoreskan celupan
benang tersebut pada kertas
putih.
2. Kesimpulan
286
Seni adalah suatu bagian penting dalam kurikulum anak usia dini. Setiap hari,
anak-anak akan menemukan beragam alat dan bahan yang ia jumpai dalam kegiatan
sehari-hari, yang menyediakan peluang untuk melakukan aktivitas seni. Melalui
kegiatan seni, anak dapat menyatakan perasaan dan gagasan, meningkatkan koordinasi
mata dan tangan mereka, mengembangkan ketrampilan otot yang kecil, belajar untuk
mengenali warna, ukuran dan bentuk suatu benda serta mengembangkan kreativitas
dengan cara mengeksplorasi dan menggunakan alat dan bahan-bahan seni.
3. Latihan
Pikirkanlah sebuah tema kecil. Kemudian buatlah rancangan kegiatan seni
yang dapat memberikan pemahaman pada anak tentang tema kecil tersebut. Buatlah
rancangan kegiatan seni-nya yang meliputi komponen seni menari, bermain musik,
dramatisasi dan kegiatan seni & kerajinan tangannya.
4.Daftar Pustaka
Dockett, Sue, Marilyn Fleer. (2002). Play and Pedagogy in Early Childhood Education:
Bending The Rules., Australia: Thomson.
Fox, Jill Englebright & Stacey Berry. (2011). Art in Early Childhood: Curriculum Connections,
Virginia: Virginia Commonwealth University.
Koralek, Derry (ed.). (2004). Spotlight on Young Children and Play, Washington DC:
NAEYC.
Mayesky, Mary. (1990). Creative Activities for Young Children. USA: Delmar Publishers
Inc.
Preschool Unit of Ministry of Education, Singapore. (2003). Nurturing Early Learners :
Aesthetic and Creative Expression. Singapore : Tien Wah Press Pte. Ltd.
Tegano. (1990). Early Childhood : A Creative Play Model, Second Edition. Manuscript.
Trister Dodge, Dianne, Laura J. Colker, Cate Heroman. (2002). The Creative Curriculum
for Pre-school. 4th ed. Washington DC: Teaching Strategies.
287
Wolfgang, Charles H., dan Mary E. Wolfgang, (1992). School for Young Children:
Developmentally Appropriate Practices, Boston: Allyn and Bacon.
288
mentransmisikan,
menyimpan,
mengmbil,
memanipulasi
atau
komputer.
Sedangkan
teknologi
komunikasi
menekankan
pada
konsep
pengertian
Sedangkan
teknologi
teknologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai peserta didik,
misalnya teknologi komputer menjadi jurusan di sekolah atau adanya mata pelajaran
TIK di sekolah sehingga menuntut peserta didik untuk menguasai komptensi
tertentu dalam TIK. 3) Teknologi sebagai bahan dan alat bantu untuk proses
pembelajaran (literacy), mengandung makna bahwa teknologi berfungsi sebagai
bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai kompetensi
tertentu melalui bantuan komputer.
Keberadaan TIK tentu tidak pernah terlepas dan segala kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihan TIK bisa diartikan sebagai manfaat, antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai peralatan untuk mendukung konstruksi pengetahuan: untuk mewakili
gagasan pelajar pemahaman dan kepercayaan, dan untuk organisir produksi,
multi media sebagai dasar pengetahuan peserta didik.
b. Sebagai sarana informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung
peserta didik: untuk mengakses informasi yang diperlukan dan untuk
perbandingan perspektif, kepercayaan dan pandangan dunia.
c. Sebagai media sosial untuk mendukung pembelajaran: untuk berkolaborasi
dengan orang lain dan untuk mendiskusikan, berpendapat serta membangun
konsensus antara anggota sosial.
d. Sebagai mitra intelektual untuk mendukung pelajar: untuk membantu peserta
didik mengartikulasikan dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui.
e. Sebagai sarana meningkatkan mutu pendidikan.
f. Sebagai sarana meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.
g. Sebagai sarana mempermudah mencapai tujuan pendidikan.
Jika mengacu pada tiga fungsi TIK dalam pembelajaran, maka khusus untuk
pembelajaran anak usia dini, pendidik dapat menentukan salah satu atau setidaknya
dua fungsi, yaitu teknologi sebagai alat (tools) dan/atau sekaligus sebagai bahan
untuk
stimuasi
dalam
pencapaian
perkembangan
tertentu.
Namun
untuk
290
pemanfaatan
TIK
dalam
PAUD
yang
layak
bagi
anak
tentu
harus
dan
meminimalkan
dampak
negatifnya.
Oleh
sebab
itu,
kerangka pikir dan lima prinsip dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sebagai
berikut.
a. Pemanfaatan TIK dalam pendidikan hendaknya mempertimbangkan karaktersitik
peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan pembuatan
keputusan TIK.
b. Pemanfaatan TIK hendaknya dirancang untuk memperkuat minat dan motivasi
pengguna untuk menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik dari
segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.
c. Pemanfaatan TIK hendaknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan
pentingnya kegiatan berinteraksi langsung dengan manusia (tatap muka), dengan
lingkungan sosial-budaya (pertemuan, museum, tempat-tempat bersejarah), dan
lingkungan alam (penjelajahan) agar tetap mampu memelihara nilai-nilai sosial
dan humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah
dari Tuhan Yang Maha Esa.
291
menguraikan
tentang
jenis-jenis
Pemanfaatan
TIK
untuk
banyak
dijumpai
292
b. Komputer
Komputer adalah salah satu perangkat TIK yang sudah banyak dimanfaatkan
keberadaaannya dalam proses pembelajaran. Berbagai jenis komputer pabrikan
dapat menjadi pilihan sesuai kemampuan masing-masing. Kendala utama
biasanya adalah dalam pengadaan perangkat ini. Sebelum lebih jauh bagaimana
Guru PAUD dapat memanfaatkan perangkat ini, terlebih dahulu akan dibahas
secara singkat mengenai peran komputer dalam perkembangan kecerdasan
manusia.
Komputer adalah produk kecerdasan manusia, tetapi komputer dapat pula
mempengaruhi kecerdasan manusia. Penelitian tentang pengaruh komputer
terhadap perkembangan intelegensi telah banyak dilakukan oleh para pakar.
Hasilnya antara lain menunjukkan bahwa penggunaan komputer secara benar
secara timbal balik akan mempengaruhi kecerdasan. Jika dilengkapi dengan
aplikasi-aplikasi, komputer mampu memenuhi rasa ingin tahu manusia. Di
samping itu, kecepatan, kecermatan, keterkinian informasi dapat diperoleh
293
kaitannya
mengemukakan
bahwa
dengan
internet
kelebihan
sangat
internet
potensial
bagi
guru,
untuk
Rekdale
mendukung
294
pengembangan
profesional
guru
karena
internet
menawarkan
beberapa
kaitannya
mengemukakan
pengembangan
bahwa
dengan
internet
profesional
guru
kelebihan
sangat
karena
internet
bagi
potensial
internet
guru,
untuk
Rekdale
mendukung
menawarkan
beberapa
secara online; (e) mengatur komunikasi secara teratur; dan (f) berpartisipasi dalam
forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional (Rekdale dalam
Nurdin Noni, makalah, 2011).
Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) mengakses
rencana belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan
jadi yang cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan
berbagi sumber.
Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri
secara cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif, dan (c)
mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga
menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan
komunikasi dengan peserta didik lain dan meningkatkan kepekaan akan
permasalahan yang ada di seluruh dunia
2. Uraian Materi
296
a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi
optimal.
b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
c. Melampaui batas ruang kelas.
d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
e. Menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Membangkitkan keinginan dan minat baru.
g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar
h. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkrit
maupun abstrak.
i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat
dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru.
k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar)
l. Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa.
298
Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut. Di
samping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam
media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer.
Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik
kita
dalam
proses
belajar.
Jadi,
pilihlah
media
yang
dibutuhkan
untuk
menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan peserta didik belajar, serta
yang menarik dan disukai peserta didik.
Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara
lain
akses,
biaya,
pertimbangan
penggunaan, pertimbangan
pedagogis,
organisasi,
interaktivitas
kebaruan
(novelty),
dan
dan
kemudahan
kecepatan.
299
serta
karakteristik
materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari peserta didik. Pertimbangan
interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh
mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam
pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah peserta didik dalam
belajar? Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial
meliputi pengelolaan media dalam proses pembelajaran, dan pasca proses
pembelajaran (penyimpanan, dll). Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat
kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan
atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang
kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan
informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada didik.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik,
sehingga dapat membantu proses belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena
itu, ragam media yang digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang
bijaksana.
Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi:
1) Media cetak
a. Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku
pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri.
b. Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk mendampingi
buku pelajaran.
300
4) Media lainnya
a. game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk
mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang kali-bagi,
flashcard, dan lainnya
AECT
(Association
mengungkapkan
for
pendapat
Educational
serupa
Communication
dimana
fungsi
and
Technology)
pemanfaatan
adalah
fungsi
belajar
tersebut
ia
akan
memperoleh
keuntungan
dalam
proses
pembelajarannya.
Menurut Sadiman dkk (1993, h. 189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan
media yaitu:
1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya
dipadukan dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
2) Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi menjadi
dua kelompok utama.
a) pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masingmasing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara
bebas, kontrol atau kendali berada pada individual, dimana penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhannya.
302
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah
dalam menggunakannya, yaitu:
a) Persiapan sebelum menggunakan media
Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat berupa
mempelajari petunjuk penggunaan, mempersiapkan peralatan, serta menetapkan
tujuan yang akan dicapai.
b) Kegiatan selama menggunakan media
Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan.
c) Kegiatan tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk
memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan
melalui media bersangkutan.
3. Tindak lanjut
a. Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan.
b. Kepala sekolah memberikan umpan balik.
Contoh:
1.
Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah tidak
boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang ditunjukkan
pada layar.
2.
Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi Tetap menjaga kontak mata
antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian.
304
305
306
307
308
309
310
311
diperiksa sebelum digunakan, kemungkinan kaset kusut bisa terjadi dan ini
akan menghambat proses pembelajaran.
2) Perlu antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kaset kusut.
Guru harus mengantisipasinya dengan menyiapkan rencana cadangan jika
terjadi kaset kusut, atau komputer error.
3. Rangkuman
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pola kurikulum guru media siswa dikategorikan media yang dirancang dan media
jadi.
Pemanfaatan media pembelajaran melalui tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
4. Latihan
1. Jika Anda akan membelajarkan peserta didik tentang sikap saling tolong
menolong, media pembelajaran apa yang Anda akan pilih? Tujuan pembelajaran
yaitu siswa dapat menunjukkan rasa empati kepada orang lain.
313
5. Tes Formatif 3
1. Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan komponen:
a. Sumber
b. Pesan
c. Saluran
d. Penerima
2. Kriteria utama dalam memilih media:
314
a. Kemampuan media
b. Tujuan pembelajaran
c. Jumlah siswa
d. Kemudahan penggunaan
3. Media yang merupakan objek pengganti, kecuali:
a. Mock up
b. Simulator
c. Model
d. Realia
4. Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi:
a. Audio
b. Film
c. Video
d. Radio
5. Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer
a. Akses
b. Biaya
c. Kemudahan penggunaan
d. Kecepatan
6. Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali:
a. Tujuan
b. Materi
c. Strategi
d. Evaluasi
7. Prosedur memanfaatkan media kecuali:
a. Pengumpulan bahan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Tindak lanjut
315
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3. Jika jawaban Anda
kurang tepat bacalah kembali kegiatan belajar modul ini. Analisislah alasan jawaban
yang Anda pilih, mengapa tepat dan kurang tepat. Jika jawaban Anda benar 80%
lanjutkan pada modul kegiatan belajar 4.
6. Kunci Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
b
316
6.
7.
8.
9.
10. c
7. Daftar Pustaka
Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali.
Bates, A.W. (1995). Technnology, Open Learning anda Distance EducatiEducation. London:
Routledge.
Cecep Kustandi (2010). Menggunakan Media Pembelajaran di dalam Pelatihan. (Makalah
ToT)
Yusufhadi Miarso (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S.
Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta:
Rajawali Pers.
317
lingkungan
pendidikan
yang
dihadapi
seseorang
dalam
proses
dan kreativitas anak, namun juga sebaliknya guru dapat melatih ketrampilan bidang
pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus, seperti bahasa,
matematika, atau seni. Pada umumnya orang melihat ini sebagai pekerjaan dan tugas
guru. Sampai batas tertentu, guru juga dapat mengajarkan ketrampilan kreatif cara
berpikir menghadapi masalah secara kreatif, atau teknik teknik untuk memunculkan
gagasan-gagasan orisinal. Keterampilan seperti ini dapat diajarkan secara langsung,
tetapi paling baik disampaikan melalui contoh.
Sekolah yang bagus dan ideal adalah sekolah yang tenang dan menyenangkan bagi
anak usia dini. Tingkat kreativitas akan selalu meningkat sesuai dengan tingkat
pendidikan anak, hal ini seiring dengan tingkat kematangan, kecerdasan dan
pengalaman anak.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat
lebih
luas
dan
kompleks,
sehingga
agak
sulit
Tempat tinggal
b. Tempat Kerja
c.
Organisasi
d. Tempat Bergaul
dapat digolongkan menjadi: APE buatan, APE alami, APE bahan campuran. APE
buatan adalah APE yang pembentukannya di buat oleh manusia, baik dengan cara
manual maupun dibuat oleh pabrik. APE alami adalah segala sesuatu yang berasal dari
alam yaitu air, pasir, tanah liat, daun, pantai. Hal-hal yang syarat utama media yang
sesuai dengan kebutuhan anak :
a. Aman.
APE harus aman artinya bahan maupun bentuknya tidak berbahaya bagi anak,
misalnya : bahan cat tidak beracun, tidak lancip, tidak tajam.
b. Mengembangkan kemampuan anak.
APE harus mengembangkan kemampuan anak yaitu meliputi 8 jenis kecerdasan:
kecerdasan logika, kecerdasan matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik,
kecerdesan musik, kecerdasan naturalistik, intrapersonal, interpersonal, linguistik,
dan spiritual.
c. Sesuai bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran APE yang digunakan untuk anak harus sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yaitu tidak terlalu besar/ tinggi,
atau tidak terlalu kecil sesuai dengan usia anak.
d. Menarik
APE sebaiknya didesain sedemikiam rupa sehingga anak tertarik untuk mengambil,
dan kemudian memainkannya. Pada umumnya APE dibuat dengan warna-warni
yang mencolok, kemudian pada bentuk dan kemudian pada cara bermain bahan
tersebut.
e. Tidak bertentangan dengan nilai sosial dan agama
Mendidik anak tidak semata-mata mengembangkan kemampuan anak saja, tetapi
juga membentuk anak menjadi anak yang bertakwa juga membentuk anak yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sehingga APE yang digunakan anakpun sebaiknya
320
tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial yang berlaku di
masyarakat dimana anak bertempat tinggal. Di mana untuk memperoleh media
tersebut adalah:
Memanfatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar.
Membeli dari pabrikan atau buatan.
Membuat sendiri oleh tenaga pendidik.
Area Drama, yang di dalamnya mencakup peralatan perlengkapan dapur, kursi
majalah anak, tape recorder, kertas, variasi warna, alat tulis, dll)
Area balok, yang terdiri dari: aneka bentuk balok mainan, lego, mainan jenis-jenis
alat transportasi
Area sains, yang terdiri dari: aquarium, piring, gelas, alat pengukur, magnet, bak
boneka tangan,
Area pekerjaan, yang terdiri dari: perlengkapan mainan berbagai profesi,
tidur, dll.
321
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
Penyediaan lingkungan sebagai pendukung dalam proses pengembangan potensi
anak usia dini membutuhkan kaidah-kaidah yang tepat, sehingga apa yang telah
direncanakan dapat direalisasikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Pengembangan tersebut memiliki beberapa prinsip:
-
Yakin bahwa masing-masing anak melihat atau mudah menemukan alat atau
material yang memang disediakan untuk mereka.
Proses pengembangan sarana dan prasarana pada lembaga PAUD dilakukan
Sebelum menyiapkan sarana dan prasarana, perlu dibuat sebuah perencanaan yang
matang dan terprogram. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana dapat berupa
perencanaan kebutuhan sarana yang perlu diadakan, perencanaan mengganti sarana
yang sudah tidak layak, perencanaan perbaikan jika masih memungkinkan untuk
digunakan
kembali,
perencanaan
budget,
serta
perencanaan
waktu
untuk
merealisasikannya.
Pengadaan dan Pengorganisasian
Menyiapkan suatu kegiatan sekolah untuk pendidikan anak usia dini, dapat
diumpamakan bila akan main sandiwara, guru mempunyai tugas mempersiapkan
panggung, tempat pertunjukan akan dilakukan. Ruang kelas harus dipersiapkan, semua
perabotan, peralatan dan perlengkapan harus di susun sedemikian rupa yang akan
322
diperuntukan kegiatan belajar mengajar sepanjang tahun ajaran yang akan datang.
Lingkungan fisik diatur agar dapat menarik bagi anak untuk bisa berkreativitas, hal ini
dapat diatur dengan adanya tempat buku, seni, meja-meja untuk kepentingan
permainan anak. Lingkungan kelas mempunyai nilai tertentu bagi anak didik. Ruangan
yang tidak rapih akan memberikan kesan kepada anak bahwa tidak apa-apa kalau ia
meninggalkan kertas di sembarang tempat. Sehari-hari di sekolah, kegiatan anak dapat
dilakukan dalam kelompok besar, kecil atau individual. Untuk hal tersebut, setiap kali
guru harus mengorganisasikan ruang dan material sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan.
Ruang kelas hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga mudah dipergunakan
untuk melaksanakan program. Bila memungkinkan lantai ruang diberi alas sehingga
bersih. Dinding harus ditata agar lebih menarik. Berikan ruang di dinding untuk
menempel berita yang aktual dan menarik bagi anak. Papan tulis dan kapur perlu
bergantung pada sebagian dinding. Jendela ruang dapat membantu penyinaran di
dalam ruang. Apabila memungkinkan sebaiknya ada kran air diperlukan apabila anak
mencuci tangan atau untuk membersihkan ruang. Kamar mandi atau kamar kecil perlu
di dalam sarana ruang kelas.
Ruang kelas anak usia dini biasanya merupakan kelas yang di organisasikan
sesuai dengan pusat-pusat kegiatan. Masing-masing pusat kegiatan memiliki program
tertentu. Pusat kegiatan tersebut selalu berorientasi pada anak sebagai pusat bukan
orang dewasa. Setiap kali diharapkan agar anak selalu aktif dalam mengikuti kegiatan
baik yang bersifat kelompok-kelompok besar, kecil ataupun dalam kegiatan individual.
Pengadaan ruang tenang juga diperlukan oleh anak agar anak yang ingin menyendiri,
dapat memisahkan diri dari kelompok dan teman. Tempat tersebut dapat berubah kursi
goyang bantal besar yang ada di lantai, kotak karton besar yang dipotong atau sisinya
sehingga anak dapat masuk ke dalamnya.
Setelah direncanakan, harus segera direalisasikan dengan baik. Kepala lembaga
PAUD atau koordinator dapat menunjuk orang yang dapat diamanatkan dalam
323
pengadaan sarana ini. Penempatan sarana dan prasarana yang sudah tersedia atau
dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana awal. Anak-anak perlu
disosialisasikan dan diberi pengertian akan penggunaannya, kemudian mereka pun
dibiasakan untuk merasa memiliki sarana yang sudah disediakan, baik yang berupa
media, alat peraga, alat permainan, sumber belajar dan lain sebagainya
Pengawasan
Selama anak-anak menggunakan sarana dan prasarana tersebut para tutor ataupun
pendidik wajib melakukan pengawasan kepada mereka. Anak-anak diajak untuk
bertanggung jawab dan memperlakukan sarana pembelajaran tersebut dengan baik. Di
samping itu, guru juga selalu memerhatikan beberapa sarana yang mudah rusak
sehingga segera ada tindak lanjut untuk mengganti atau memperbaikinya.
Pemeliharaan
Setiap sarana dan prasarana perlu dirawat dan dipelihara, terutama pada alat-alat
permainan dan media pembelajaran perlu ada wadah atau tempat penyimpanannya.
Setiap benda yang telah digunakan harus dikembalikan ke tempat semula. Guru dan
anak-anak harus terbiasa berdisiplin dalam merawat berbagai sarana yang digunakan.
Penggunaan alat sebaiknya sesuai dengan fungsinya, tidak dirusak. Jika anak
berimajinasi untuk menggunakan sarana di luar kebiasaan fungsinya, tetap
diperkenankan dengan catatan tidak membahayakan diri, orang lain dan juga alatnya.
Evaluasi
Setiap guru ataupun pengelola dapat mengevaluasi setiap sarana dan prasarana
pembelajaran yang telah tersedia atau digunakan oleh anak. Sejauh mana sarana
tersebut dapat membantu menstimulasi perkembangan anak. Keamanan dari sarana
tersebut pada saat digunakan oleh anak. Observasi juga dapat dilakukan oleh guru
dalam mengidentifikasi fungsi sarana dan prasarana dari segi estetika atau
kemenarikannya. Serta menjadi acuan dalam melakukan revisi, perbaikan, penggantian,
atau bahkan peniadaan jika sarana tersebut tidak memberi pengaruh positif dan
memberi dampak negatif bagi anak.
324
Untuk memastikan keefektifan ruang bermain anak, anda harus mengamati dan
mengevaluasi bagaimana anak menggunakan ruang-ruang tersebut. Anda dapat
melakukannya selama bekerja atau proses pembelajaran/bermain, ketika anak memilih
sendiri
aktivitas
bermain
kesukaan
mereka.
Pengamatan
yang
berlangsung
Apakah area dan alat permainan memungkinkan anak bermain dengan aman?
Apakah anak memilih benda yang sama, mirip atau berbeda setiap hari?
Apakah anak menunjukkan adanya pemilihan benda atau mainan yang sesuai
dengan jenis kelamin atau latar budaya?
Apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan benda-benda yang mereka pilih?
Apakah anak yang berbeda bermain dengan cara berbeda dengan benda yang
sama
Apakah ada benda yang cukup sehingga anak tetap terlibat dengan serius?
Apakah benda yang ada menggambarkan latar belakang anak dan kehidupan
keluarga?
Sekat setiap ruangan dengan menggunakan lemari buku atau perabot lain
a.
Ruang Kelas
Perbedaan yang mencolok dalam gaya pengaturan kelas sekitar tiga puluh tahun
yang lalu adalah antara kelas yang terbuka dan kelas yang tradisional. Pada umumnya
kelas terbuka mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap
kinerja siswa, dan lebih banyak pada perhatian individual. Gerakan kelas terbuka yang
diprakarsai seputar tahun 1960 dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk
belajar yang bermakna dan kreativitas pada anak. Manfaat penting dari kelas terbuka
adalah penekanannya pada pembelajaran Individualized. Anak akan belajar lebih baik
jika program disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan anak serta gaya belajar anak
yang berbeda-beda. Pembelajaran yang diindividualisasikan didasarkan pada minat
dan pengalaman unik siswa. Di samping itu, ruang kelas hendaknya merangsang secara
visual, tanpa mengganggu perhatian. Ruangan kelas penuh dengan berbagai produk
hasil karya anak yang beragam. Ada lukisan foto, karangan, patung, dan karya-karya
lain. Bahan pendidikan yang beragam tersedia dalam jumlah yang banyak. Pusat sains
di dalam kelas mengandung berbagai material yang memungkinkan melakukan banyak
kegiatan dan eksperimen. Pusat membaca menampilkan buku dan artikel untuk tingkat
membaca yang berbeda-beda. Terutama untuk anak kecil pusat aktivitas dimana
mereka dapat bermain dan bereksprerimen dengan macam-macam bahan, akan sangat
merangsang kreativitas. Anak-anak dapat mengusahakan bahan-bahan untuk kelas
mereka. Mereka dapat membawa objek-objek dari rumah, atau berbagi material.
Pengaturan ruang kelas yang luwes dan tidak konvensional merupakan tantangan bagi
siswa untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara kreatif.
Dalam merancanakan lingkungan pada pembelajaran, perlu diperhatikan
penyusunan ruangan dan penyediaan perlengkapan. Lingkungan dibuat oleh guru
secara refleks filosofi dengan adanya tujuan. Secara umum tujuan program yang
termasuk menolong siswa sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Belajar menggunakan berbagai informasi dari: orang, bahan-bahan cetak dan bahanbahan visual
6.
kenyamanan bagi anak, terutama pada rentang usia 24 tahun. Kelas tidak harus diisi
dengan bangku dan meja dalam jumlah yang banyak, jikapun ada sebaiknya diletakkan
di sudut ruangan. Ventilasi dan kebersihan ruang selalu dalam kondisi yang baik.
Anak-anak kelompok bermain dapat duduk di atas karpet dengan beragam formasi,
seperti lingkaran, segitiga, setengah lingkaran, dan lain sebagainya. Selain itu, kelas juga
perlu mendapat pencahayaan yang cukup terutama pencahayaan dari sinar matahari.
Hal penting lainnya adalah kelas harus jauh dari kebisingan. Penataan lingkungan dan
alat permainan juga hendaknya mudah diubah-ubah sesuai dengan aktivitas
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Jika memungkinkan di dalam ruang kelas dapat disediakan perlengkapan,
seperti rak penyimpanan sarana belajar yang seukuran dengan tinggi anak, wadahwadah tempat penyimpanan media dan alat permainan edukatif, meja putar atau
berbentuk kotak di salah satu sudut ruangan. Serta dapat ditambahkan pula papan
display, penjadualan, papan prestasi, papan ekspresi, dan beberapa hiasan ruangan baik
yang digantung maupun yang ditempel di dinding atau di jendela. Dinding ruangan
sebaiknya dicat dengan warna-warna carah atau terang, demikian pula dengan
pemilihan ubin lantai. Sedangkan pada bagian pintu, guru dapat menempelkan figura
yang kreatif yang di dalamnya terdapat foto-foto wajah anak, kemudian menuliskan
nama kelasnya. Warna yang digunakan pada pintu dapat berupa warna carah atau yang
disesuaikan dengan warna dinding.
b. Sentra atau Area
328
329
warna origami, kertas asturo, kertas cref, kertas folio, kertas gambar, lem, gunting,
spidol berbagai warna dan ukuran, serta peralatan lainnya.
Area Perpustakaan
Usia 23 tahun adalah awal bagi seorang anak untuk mengenal dan bereksplorasi
dengan buku, sehingga sangatlah tepat jika aktivitas keseharian anak di dalam kelas
disertai dengan interaksi mereka dengan berbagai buku yang sesuai dengan
karakteristik, kematangan, serta keberminatan mereka. Buku-buku tersebut ditata
dengan rapi pada rak-rak buku yang didisain dengan menarik, seukuran atau lebih
rendah dari tinggi anak. Perbendaharaan buku ini dapat berupa buku-buku bergambar
seri pengetahuan alam, buku gambar profesi, buku gambar kendaraan, buku
pengenalan warna, buku pengenalan bentuk, buku gambar tubuh dan panca indera,
buku-buku cerita, dan buku-buku lain yang dapat menambah kewacaan anak akan
tema yang dilaksanakan oleh mereka.
Area Circle time
Area ini biasanya digunakan untuk kegiatan koordinasi atau pengembangan
apersepsi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa anak-anak dapat
berkumpul dan berdiskusi tanpa harus menggunakan kursi dan meja. Anak-anak dan
guru dapat melakukan aktivitas bersama di atas karpet berbentuk lingkaran dengan
gambar yang menarik yang disertakan bantal-bantal kecil. Area ini akan lebih baik jika
diletakkan di tengah-tengah kelas.
c. Ruang Bermain Indoor
Dalam ruang indoor, disediakan secara khusus area untuk bermain yang
dilengkapi beberapa alat permainan seperti rumah-rumahan, mobil-mobilan, papan
seluncur indoor, meja lego dengan APE lego beragam bentuk dan warna. Bola-bola
karet, area mandi bola, panggung bongkar pasang, hiasan dinding.
d. Ruang Audio-Visual
330
garpu plastik, kulkas, dispenser, meja berukuran sedang di sudut ruangan, juga lemari
kecil untuk menyimpan celemek.
h. Ruang Komputer
Pengenalan komputer sejak dini adalah sebuah pilihan yang bijak dalam
mengembangkan keterampilan dan IPTEK pada anak. Penyediaan komputer untuk
memenuhi kebutuhan di atas tentunya dibarengi dengan ruangan yang cukup
representative, artinya ruangan disesuaikan dengan jumlah komputer yang digunakan.
Selain itu, guru perlu menyiapkan berbagai CD interaktif juga video edukatif yang
bervariasi.
i. Ruang Administrasi
Ruangan administrasi perlu untuk dialokasikan khusus sehingga tidak
bergabung dengan ruang-ruang yang digunakan anak dalam berbagai aktivitas.
Seorang staff administrasi membutuhkan sarana computer, meja administrative, meja
penerima tamu, locker yang digunakan untuk penyimpanan file. Telepon, nota, buku
telepon, kalkulator, papan penjadualan, dan laci arsip.
332
333
2. Lingkungan Outdoor
Kegiatan bermain di luar ruangan penting bagi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak. Area luar ruangan memberikan kesempatan
pada anak untuk memanjat, berlari, melompat, berloncat-loncat, melempar, menangkap
dan menggunakan suara luar mereka (berteriak) sehingga menjadikan anak sehat,
bebas dan keluar dari aktivitas yang tenang di dalm kelas. Dengan berada di luar,
memungkinkan anak untuk melatih otot-otot, menghirup udara yang segar
dan
indera mereka untuk belajar tentang dunia. Seni, musik, membaca, bermain peran,
permainan membangun, permainan sosial, dan merawat binatang peliharaan,
semuanya dapat juga dilakukan di luar ruangan.
Apakah lokasi tempat tersebut dekat dengan WC atau toilet. Apakah area tersebut
luas terbuka ataukah ada daerah yang memang akan dipergunakan anak untuk
bersembunyi.
Bagaimanakah kondisi tanah permukaan, apakah berumput, pasir atau tanah liat?
dapatkah daerah tersebut dipergunakan untuk mengendarai sepeda atau peralatan
lain yang dipergunakan anak-anak.
Apakah daerah yang dipergunakan panas atau terlindung karena banyak pohon.
Area yang akan dipergunakan sebaiknya seimbang antara daerah panas dan daerah
terlindungnya.
Perlu dibuat tempat menyimpan alat yang akan dipergunakan diluar gedung.
Tempat penyimpanan tersebut sebaiknya dapat dipindah-pindahkan.
Adanya pagar pengaman untuk melindungi anak dari bahaya jalan dan air.
Jarak area bermain misalnya bermain pasir dari alat ayunan, panjatan dan alat yang
bergerak lain (jungkat-jungkit).
Alat bermain sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian yang
tajam, runcing dan mudah rusak.
337
338
339
E. AKTIVITAS BERKEBUN
Untuk sains, lingkungan luar ruangan adalah laboraturium yang sempurna. Area
berkebun menawarkan kesempatan untuk dapat belajar dan mengeksplorasi banyak
hal, seperti tumbuhan, tanah dan bumi..
Alat-alat yang diperlukan untuk mendukung area ini meliputi:
- Pralatan berkebun
- Gerobak kecil dan jaring
- Bibit-bibit atau tanaman
- Tas-tas sampah atau humus
- Akses air dan penyiram
340
F. AKTIVITAS BETERNAK
Memiliki binatang peliharaan mengajarkan anak untuk dapat memelihara binatangbinatang dan mereka juga belajar bertanggung jawab memelihara kelinci, hamster dan
binatang peliharaan lainnya. Pendampingan dalam area ini dibutuhkan, agar dapat
mengajarkan mereka bagaimana cara memegang, memeluk dan membelai binatang
tanpa menyakitinya. Anak dapat mengembangkan kemampuannya di berbagai aspek
perkembangan dengan mengamati pertumbuhan, perubahan, dan kebiasaan binatang.
Anak juga dapat belajar tentang kelahiran, cara hidup, dan kadang-kadang kematian.
341
G. AKTIVITAS PERTUKANGAN
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam area ini bisa sangat sederhana, misalnya
memukul paku ke batang pohon yang lebar atau bekerja di meja panjang dengan alatalat, kayu dan menyusun objek-objek untuk dekorasi bangunan. Hendaknya area ini
ditempatkan di lokasi yang tenang, agar anak merasa tidak terganggagu. Peralatan
harus dipastikan aman dan dalam kondisi yang baik untuk digunakan anak, misalnya
jika menggunakan meja panjang, guru harus memastikan bahwa meja itu kokoh, sesuai
dengan berat dan tinggi anak serta penyimpanan peralatan bermain pertukangan
dikotak yang aman.
Alat-alat dasar yang ada di sentra ini meliputi:
- Palu, kikir dan amplas
- Gergaji
- Gunting dari kayu yang halus
- Paku dengan ujung yang besar
342
- Bor tangan
- Penggaris
Rasa aman terhadap lingkungan bermain di luar ruangan yang direncanakan dengan
hati-hati, dapat meningkatkan kesadaran diri, emosi, sosialisasi, komunikasi, kognitif,
dan ketrampilan motorik perseptual anak usia dini. Stone (1970) yang dikutip oleh
Brewer, dalam bukunya Introduction to Early Childhood Education Preschool Through
Primary Grades 6th ed (2007 : 78). memandang permainan di luar ruangan sebagai bagian
yang integral dari pengalaman pendidikan. Range (1979) dengan sumber yang sama,
menyebutkan perhatian yang berupa perilaku dengan perkembangan nilai-nilai yang
sedikit terhadap anak.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat eksternal terhadap diri individu,
karena lingkungan itu merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui
pancaindera. Semua informasi diteruskan ke otak melalui saluran-saluran neuro
fisiologis, semula sebagai impuls elektro kimiawi yang menjadi isyarat tertentu,
kemudian dimodifikasi dalam bentuk bahasa tertentu. Selanjutnya bahwa Lingkungan
pendidikan merupakan lingkungan atau keadaan, kondisi tempat yang ada disekitar
343
memberikan
pengaruh
yang
kondusif,
maksudnya
dapat
mendorong
berkembangnya kreativitas.
Empat jenis kreativitas sesuai dengan empat bidang dalam struktur intelek Guilford
(1975) yang dikutip oleh Dodge dan Diane Trister, dan Laura J. Colker dalam buku
Creative Curriculum for Early Childhood (2000 : 77) yaitu figural, simbolis, semantic, dan
sosial (perilaku). Pengaruh ini menyenangkan, sesuai dengan perkembangan anak yang
memungkinkan timbulnya inovasi dan kemauan anak untuk mencoba. Selain pengaruh
yang bersifat positif dan negatif ada pula pengaruh yang berkualitas rendah dan tinggi,
biarpun keduanya bersifat positif. Pendidik sepantasnya memilih pengaruh yang positif
dan berkualitas tinggi.
lain
Waktu bermain di dalam dan luar ruangan
Waktu bagi anak untuk memilih aktivitas mereka sendiri dan waktu guru
kedua
yang
mempengaruhi
perencanaan
adalah
pengelompokan.
menyiapkan
berbagai
aktivitas
dalam
setiap
sentra,
pendidik
hendaknya
Pembelajaran dengan pendekatan tematik merupakan salah satu strategi yang cocok
dalam menanamkan berbagai konsep yang diperlukan bagi pengembangan anak
usia dini, karena pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Memenuhi kebutuhan anak akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik,
interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif.
Memberikan
kesempatan
menggunakan
permainan
untuk
mewujudkan
347
Pengetahuan sosial
Misalnya: keluarga, rumah, teman, binatang peliharaan, kepedulian diri, pakaian,
kesehatan gigi, kendaraan.
Konsep matematika
Misalnya: bank, toko, kantor pos
d. Peran Tema
Tema dalam pembelajaran anak usia dini memiliki peran yang cukup penting karena
dengan tema anak akan lebih mudah dalam mengenal suatu konsep pengetahuan.
Beberapa kelebihan dalam pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas
348
Anak lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan
sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk
bidang kemampuan lain.
Hal ini berarti bahwa kurikulum yang diambil oelh seorang guru di perkotaan akan
berbeda dengan apa yang diambil di daerah pedesaan. Di daerah perkotaan, tema yang
cocok mungkin, "took di sebelah rumah", karena anak-anak sering ikut orangtuanya
belanja kebutuhansehari-hari. Tema ini akan tidak cocok untuk anak-anak di pedesaan.
Tema di mulai dengan apa yang anak lihat dan anak tahu setiap hari. Tema
binatang di perkotaan mungkin termasuk di dalamnya, kucing, anjing, burung, dll.
Tema yang sama di daerah pertanian bisa terdiri dari sapi, kuda, ayam, dan bebek.
Guru pada masing-masing lokasi tadi bisa memilih hewan yang cocok untuk
ditunjukkan dengan gambar yang dipajang, buku yang dibaca, barang-barang yang
mereka taruh di pojok balok, dan aktivitas yang mereka rencanakan.
Tema bisa berkembang dari kejadian yang tidak diharapkan yang memberi
kesempatan
untuk
dieksplorasi.
Andaikata,
sebagai
contoh,
sebuah
proyek
Pilih tema yang sesuai Dengan perkembangan mental dan kemampuan anak
akan memberikan kesempatan eksplorasi dan penemuan
Familiar dengan subjek (bahan ajar). Guru adalah juga orang yang belajar. Belajar
tentang subjek yang berhubungan perjalanan, meletakkan buku dengan dan
material, serta berbicara dengan orang.
350
Mengeksplorkan lingkungan
pertanyaan
lebih
dulu
yang
guru
mengantipasi
membantu
sesuai
dengan
keluarga
untuk
membawa
gambar tentang tema pastikan mereka memberi rasa hormat kepada etnis tertentu,
gaya hidup, dan hubungan dengan gender.
Rencana dalam Kurikulum
Hal ini berarti memikirkan bagaimana guru akan menterjemahkan tujuan akhir
utnuk anak-anak ke dalam perkembangan belajar mereka. Rencana yang efektif aakn
membuat guru selalu dalam jalur. Tim kerja sangat berpengaruh di dalam perencanaan.
Dengan kerja sama guru, siste, dan sukarelawanbisa merubah gagasan, sharing
pengamatan tentang anakdan mendiskusiakn strategi baru.
Rencana jangka panjang
Rencana jangka panjang mendorong guruutnuk berpikir tentang sebulan ke
depan. Ini dibutuhkan jika guru inginmengatur periode tema secara berkala, Hal ini
memfasilitasi pengaturanuntuk mengisi perjalanan dan event khusus
Rencana perjalanan
Ide yang baik utnuk berkunjung ke suatu tempat bersama anak-anak. Akan
memungkinkan guruuntuk menentukan arah untuk anak, rule dan tempat yang paling
diminati oleh anak. Sebelum melakukan perjalanan, ide yang bagus jika guru
merembuk bersama dalam kelas.
Rencana mingguan
Dalam kurikulum yang berbasis lingkungan, focus pada rencana mingguan
adalah bagaimana merancang apa yang dilakukan kelompok ketika dalam area minat.
Rencana mingguan memungkinkan anda untuk mengumpulkan dan mebyiapkan
351
Tidur/istirahat
Membantu
menguasai
keahlian-keahlian
pribadi
seperti:
buang
air
Bersih-bersih
Pentingnya Konsistensi
Konsistensi merupakan karakteristik penting jadwal harian. Anak-anak lebih
merasa aman ketika mereka bisa memprediksi susunan kegiatan dan memiliki kontrol
atas kegiatan mereka. Di samping itu, prediktibilitas memberi anak-anak perasaan
mendasar terhadap waktu karena mereka mulai belajar apa saja kegiatan hari ini,
kegiatan kedua, selanjutnya dan terakhir. Jadwal yang konsisten juga dapat
membangun
kepercayaan.
Walau
bagaimanapun
juga,
konsistensi
tidak
jas, topi, makan dan ngemil dan bersih-bersih. Berikan waktu yang cukup untuk anak
memilih materi dan aktivitas, merencanakan apa yang ingin dilakukan, kemudian
bersih-bersih tanpa di buru waktu. Untuk membantu anak memahami jadwal tersebut,
pendidik dapat membuat ilustrasi setiap waktunya dalam gambar-gambar dan
menempelkannya di ruangan dimana anak dapat melihat dengan mudah.
Waktu Berkumpul
Waktu berkumpul memberi kesempatan kepada anak untuk mengambangkan
rasa memiliki terhadap kelompok. Kemampuan bersosialisasi meningkat ketika anak
belajar untuk membagi ide dan mendengarkan ide orang lain. Waktu berkumpul lebih
berhasil ketika yang direncanakan sesuai dengan usia dan waktu yang disedikan
dengan mempertimbangkan rentang perhatian ketertarikan dan kemampuan anak.
Merencanakan waktu berkumpul yang efektif
Jika memungkinkan, bagi kelompok besar ke dalam dua kelompok kecil, hal ini
dapat Iebih mengajak anak turut berpartisipasi.
Gunakan transisi yang tertib untuk mempermudah anak masuk dan keluar dari
waktu berkumpul mulai dengan bernyanyi untuk mengumpulkan anak bersamasama disatu area.
Beri anak petunjuk anak yang jelas tentang aktivitas dan apa yang anak lakukan.
Waktu Transisi
353
semuanya sesuai usia. Tetapkan rutinitas setiap harinya agar anak tahu apa yang
hams dilakukannya sendiri.
Harus fleksibel.
Waktu Makan
Ada banyak cara dimana guru dapat membuat waktu makan menyenangkan dan
membantu mengembangkan perilaku positif. Pertama, fokus pada aktivitas makan dan
bersantai dengan kelompok daripada memaksa anak untuk mencoba makanan tertentu.
Adab makan juga hal yang sekunder, mereka akan mempelajarinya sesuai dengan
bertambahnya usia. Saran-saran untuk mrenjadikan waktu makan menjadi hal yang
menyenangkan bagi anak untuk belajar dan berkembang:
Buat acara makan lebih nyaman
Dorong anak agar mengatakan apa yang sedang mereka makan, bagaimana
makan itu disiapkan, atu sesuai dengan lingkungan sosial (percakapan yang
menyenangkan)
Sediakan tempat susu dan alat-alat lainnya agar anak dapat menuangkan susu
mereka dan menyajikan makanan mereka sendiri
Waktu Istirahat
Lamanya waktu istirahat berbeda tergantung pada berapa lama anak mengbabiskan
waktu dalam program pendidikan setiap harinya. Ingat juga bahwa anak memiiiki pola
dan cara tidur yang berbeda. Pendidik harus memnggunakan cara yang berbeda pula
untuk mereka beristirahat. Berikut ini saran-saran untuk membuat waktu istirahat
berjalan lancar
Persiapan Tidur
Buat aktivitas tenang tepat sebelum istirabat seperti dongeng, permainan jari
tangan, lagu santai atau mendcngarkan musik
Izinkan anak untuk membawa mainan saat tidur atau selimutkhusus dari rumah
untuk dipakai pada saat istirahat
355
Awasi waktu istirahat. Orang dewasa wajib berada didekat anak pada saat
istirahat
Pendidik harus mempunyai rencana untuk anak yang bangun sebelum waktu
istirahat habis dan untuk anak yang tidak mau tidur
Membiarkan anak bangun sendiri, dengan harapan mereka bangun dengan cepat
atau merasa senang dan bangun tidur.
Anak yang mengikuti proses pembelajaran adalah seorang individu yang
membangun
kekuatan
mereka
dan
membantu
mereka
memperoleh
Sebagaimana yang diketahui oleh guru/pendidik anak usia dini, materi atau
bahan mengenai berbagi sangat sulit bagi anak-anak, terutama bagi anak yang baru
mengikuti program. Anak yang tidak memiliki mainan mereka sendiri seringkali
menolak berbagi. Dengan membiarkan mereka memiliki sendiri buku atau mainan,
mereka akan lebih mudah untuk berbagi. Ketika anak mulai merasa telah menjadi
bagian dari kelompok, mereka akan melihat nilai utama berbagi. Mendorong anak
untuk bermain bersama merupakan salah satu cara memperkenalkan anak untuk
berbagi.
MembuatAnak Lebih Mudah untuk Menerima Giliran
Menunggu giliran adalah bagian dari berbagi. "Lima menit lagi giliranmu"
namun bagi anak lima tahun bisa terasa seperti selamanya. Bukan hanya karena anak
sering merasa tidak sabaran namun juga mereka belum memahami konsep waktu.
Berikut ini adalah strategi agar anak belajar mengenai koteks waktu secara konkret:
Gunakan Stopwatch yang biasa digunakan di dapur. Dengan suara belnya yang dapat
digunakan oleh anak untuk mengetahui kapan giliran mereka.
Buat daftar tunggu/giliran di bagian mainan yang paling diminati., dan buat daftar
tunggu bai anak-anak.
dan banyak guru khawatir bahwa anak mungkun tidak dapat belajar apa yang mereka
butuhkan untuk sukses secara akademik jika " semua yang mereka lakukan adalah
bermain".
secara
jelas
arti
dari
kesuksesan
tersebut.
Salah
satu
cara
359
dan menantang mereka agar berpikir. Pernyataan deskriptif dan perintaan informasi
membuat anak-anak sadar akan apa yang sedang mereka lakukan dan dorong mereka
untuk menggunakan kata-kata untuk menjelaskan tindakan dan penemuan mereka.
Berbicara dengan anak-anak, anda membantu mereka belajar dan mengunakan bahasa
untuk member! label dan pengaturan.
Permainan Konstruktif
Bahan-bahan yang anak eksplorasi dalam permainan fungsional sering
digunakan untuk membangun sesuatu yang lain. Contohnya, saat anak-anak selesai
mengeksplorasi fungsi balok-balok, mereka mulai balok-balok itu untuk membangun
sesuatu yang berguna seperti jalan dan rumah.
Peran guru dalam mengenalkan permainan konstruktif ialah mengambil
petunjuk dari anak-anak dan memperluas ide mereka. Hindari mengira-ngira atau
berasumsi bahwa anda tahu apa yang dimaksud anak, karena anda mungkin saja salah.
Lebih baik anada kuatkan permainan konstruktif anak dan tanyakan beberapa
pertanyaan berikut:
"Kamu
bangunamu".
"baimana kau memutuskan untuk membentuk lempung dengan cara seperti itu?"
"apa saja yang bisa kita buat dengan pasir hari ini?"
Pernyataan dan pertanyaan ini mengundang anak untuk mengatakan apa yang
Permainan ini hanya akan sukses jika anak engerti dan sepakat mengikuti peraturan
permainan. Pennainan ini membantu anak untuk berkonsentrasi, memahami peraturan,
dan mengontrol prilaku mereka agar sesuai dengan peraturan permainan. Permainan
ini juga mengajari anak untuk berlomba dan berhubungan dengan kesuksesan dan
kegagalan.
Permainan Drama
Model permainan yang keempat adalah drama, yang melibatkan anak untuk
berinteraksi dalam sebuah episode (jeda), permainan drama social. Dalam permainan
ini anak mengambil sebuah peran, berpura-pua menjadi orang lain dan menggunakan
benda nyata atau khayalan untuk memainkan perannya. Permainan drama mempunyai
kaitan erat dengan kesuksesan akademik dan proses pengaktualisasian potensi anak.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara kemampuan untuk
bermain peran dengan kesuksesan akademik anak. Berpikir secara abstrak berarti
menciptakan gambaran mental atau symbol yang mewakili benda atau peristiwa nyata.
Jika mareka sudah terbiasa menciptakan hal-hal yang abstrak seolah-plah menjadi
nyata, maka mental mereka akan lebih siap mempelajari sejarah, kesanggupan
membaca dan menulis, ilmu penetahuan dan matematika, dsb karena semua itu perlu
penyelama dan peniptaan symboi-simbol dalam pikiran mereka.
Setiap anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk terlibat dalm drama, tapi
tidak semua anak memperoleh kesempatan melakukan hal tersebut. Ketika guru
memberikan sebuah aturan dalam aktivitas di lingkup ruangan, mereka membantu
anak mengembangkan kemampuan keterampilan dan kemampuan belajar mereka.
setiap hari ketika secara spontan mereka merasakan dunia dengan berinteraksi dengan
lingkungan mereka, dengan benda-benda dan orang lain. Melalui cara ini, mereka
mendapatkan keahlian-keahlian dan konsep baru bersaman dengan bertambah
komplesnya
cara
berpikir.
Implementasi
kurikulum
kreatif
membantu
anda
Menunjukan kata-kata dalam halaman buku saat cerita dibacakan dengan lantang
Mendorong anak untuk menulis pesan kepada anda atau kepada teman
Menggunakan pertanyaan pembuka dan penutup dan pernyataan untuk
membantu anakmengekspresikan perasaan.
Penelitian menunjukan bahwa anak-anak belajar sangat baik ketika tulis-menulis
digunakan secara fungsional bukan semata pembahasan. Dalam pembelajaran tulis
menulis yang fungsional, pengalaman didapat oleh anak ketikanlenyelesaikan sebuah
pekerjaan yang berarti. Dalam pelajaran tulis-menulis yang sebatas pemahaman, guru
menerangkan apa yang akan terjadi. Berikut contohnya :
Pembelajaran tulis-menulis yang fungsional : seorang anak berusia 4 tahun membuat
beberapa garis dan bentuk pada selembar kertas, kemudian dia akan bilang ke gurunya
"Ini adalah surat untuk ibuku. Bisakah anda menuliskan 'ibu' untuk saya di luar sini?"
364
dia menunjuk ke bagian atas kertas. Berikutnya, guru akan melihat bahwa anak tadi
akan berusaha menulis huruf "I" secara capital.
Pembelajaran tulis-menulis secara pemahaman : seorang guru menjelaskan kepada anak
usia 4 tahun untuk membuat kartu ucapan hari ibu dan menunjukkan kapada rnereka
cara menulis "Ibu". Unsur yang hilang disini adalah inisiatif dari seorang anak. Buku
kelas bisa membantu pembelajaran tulia-menulis dalam kelas kurikulum kreatif.
Membuat buku, membacanya ketika waktu bercerita, dan memajang dalam rak terbuka
yang membiarkan anak melihat bagaimana sebuah cetakan digunakan untuk
mendokumentasikan kegiatan sebagaimana ia melihat buku tersebut. Berikut ini ada
dua saran :
Ambil foto aktivitas anak yang dalam era minat berbeda dalam ruang kelas.
Letakkan foto dalam kertas berwarna. Biarkan anak membuat catatan singkat
dalam foto tersebut, kemudian laminating kertas atau beri cover. Pasang kertas
kecil tadi dalam sebuah binder.
Tiap kali anak-anak mengadakan perjalanan atau ada kejadian khusus, seperti
pindah ruang kelas atau ada tamu yang berkunjung, buatlah sebuah buku
dengan foto yang diberi catatan atau gambar oleh anak.
Meskipun sangat penting, ruangan pepustakaan bukanlah satu-satunya tempat
seni,
anada
bisa
menmbantu
anakmngembangkan
keterampilan
Mengenal pola
366
Menggambar
Menaksirkan
Mengukur
Kemungkinan
Mengenal Pola
Pola menujukan bermacam-macam hubungan, urutan, pengulangan, pengaturan
atau sebab akibat. Pola adalah bagian dari kehidupan anak di rumah dan di kelas.
Pengenalan pola mengembangkan keterampilan penting dalam menyelesaikan masalah.
Mengidentifikasi, menjabarkan dan membuat poal, anak harus bisa mengatur informasi,
membedakan persamaan dan perbedaan, dan mernbuat keputusan.
Mengelompokkan dan Mengklasifikasi
Adalah awal yang baik untuk belajar matematika karena hal itu membantu anak
mengembangkan keterampilan berpikir. Anak senang membuat dan menggunakan
koleksi. Mereka mungkin mulai menyortir tanpa pikiran atau tujuan. Kemudian mereka
mulai menyortis sesuia dengan tujuan, seperti kesamaan warna, bentuk dan ukuran.
Grafiks
Grafik adalah bentuk langsung dari menyotir dan mengelompokkan, Sebuah
grafik memberikan informasi dalam sebuah cara pengaturan. Sebagai sebuah tampilan
penyajian dari data, hal ini membantu anak melihat hubungan. Grafik adalah sebuah
cara untuk anak melihat berbagai perbdaan dari bermacam informasi dalam sebuah
form. Sebuah grafik sederhana tentang macam-macam sesuatu yang dipakai anak bisa
dibuat dengan urutan sbb :
contoh konkrit sepatu bertali, Velcro atau sepatu kancing bergambar : ganbar yang
menyajikan bermacam tipe sepatu simbolik : symbol abstrak ynag menyajikan
bermacam tipe sepatu Setelah anak belajar bagaimana melihat dat dalam bentuk grafik,
367
mereka kemudian
bisa
menganalisa
dan
menggabungkan
data.
Hal
ini
kemungkinan
membantu
anak
untuk
mengembangkan
keterampilan
melihat,
mencium
dan
mendengar
serta
mereka
menemukan
Ketika
anak
membuat
koleksi,
guru
bisa
mendorong
mereka
untuk
mengklasifikasikan sesuai dengan kesamaan dan perbedaan dan menjabarkan apa yang
mereka lihat dengan menggambar, grafik dan diskusi. Ketika guru mengajak anak
untuk meneliti sesuatu dan menjabarkan apa yang mereka lihat, guru membiarkan
mereka mengetahui bahwa guru tertarik dengan apa yang mereka pikirkan. Membantu
anak menjadi peneliti yang hati-hati yang bisa menjabaran apa yang mereka lihat
membuat mereka menjadi percaya diri dan kompeten menjadi pemikir sains, seperti
ilusrasi berikut:
Ketika bermain di luar ruangan, guru mengusulkan sekelompok anak-anak, "Ayo
berbaring di tanah lihat ke langit, Apa yang kalian pikir dan yang akan kita lihat?".
Anak-anak dengan semangat berbaring dan menunjuk burung-burung, awan, pesawat
terbang, dan sarang di pohon yang tinggi. Guru bertanya, "Seperti apa bentuk awan
itu?", Setelah mendengar dengan seksama, sang guru member! nasehat, "Apakah kalian
mau menjadi seperti seorang ilmuan dan mengingatkan apa yang kalian lihat? Ayo seua
masuk ke dalam untuk mengambil kertas hitam dan kapur. Kalian bisa mengambar
bentuk awan yang terlihat hari ini", Ketika mereka mengerjakan , guru bertanya, "Jika
kalian menggambar awan pada hari minggu ini, apakah menurut kalian awan terlihat
sama?". Sang guru mengajak anak untuk berspekulasi. Ketika proses dijalankan selama
seminggu, anak-anak terlihat dalam kegiatan tersebutmenggambar apa yang dilihat dan
didiskusikan.
Ketika guru mengajak anak-anak untuk membuat prediksi, ujilah ide mereka,
teliti basil akhirnya dan akan berpikir secara ilmiah. Adapun metode ilmiah meliputi :
Identifikasi masalah
Membuat prediksi
Eksperimen dan menemukan solusi
Meneliti apa ynag terjadi
Berpikir dan membicarakan apa yang kita lihat dan lakukan
369
Menentukan Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada
anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan
isi
kurikulum
dalam
satu
kesatuan
yang
utuh,
memperkaya
hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang
dipilih hari itu.
2.
adalah : (1) Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar dan indikator dalam
kurikulum. (2) Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan
tema. (3) Penjabaran tema kedalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas.
Dan (4) Memilih sub tema yang sesuai.
Adapun tema yang dapat digunakan pada Taman Kanak-kanak dijabarkan
dalam perencanaan semester adalah sebagai berikut:
Tema Semester
No
Tema Semster 2
1.
Diri Sendiri
Rekreasi
2.
Lingkunganku
Pekerjaan
3.
Kebutuhanku
4.
Binatang
Alat komunikasi
5.
Tanaman
Tanah airku
6.
3.
Tema Semester 1
Alam Semesta
dalam tema yang ada dengan alokasi waktu yang ada yang dijabarkan dengan bagan
berikut:
TEMA
ALOKASI WAKTU
ASPEK PENGEMBANGAN
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar
Indikator
Masing-masing kompetensi bisa terdapat lebih dari satu hasil belajar maupun indikator
dalam sebuah aspek pengembangan yang dihubungkan dengan tema. Hasil belajar
dan indikator dalam aspek pengembangan yang dijabarkan tergantung dengan
relevansinya terhadap tema.
372
A. Perencanaan Semester
Perencanaan semester merupakan program yang berisikan jaringan tema, bidang
pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang ditata secara urutan
dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan
sebarannya kedalam semester 1 dan 2.
Adapun langkah-langkah pengembangan program semester sebagai berikut : (1)
Mempelajari dokumen kurikulum, yaitu kerangka dasar dan standar kurikulum. (2)
Menentuka tema-tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut
kedalam setiap kelompok dalam 1 semester. (3) Membuat matrik hubungan
kompetensi dasar dengan tema. Dalam langkah ini adalah memasukkan hasil belajar
dan/ indakator kedalam jaringan tema. (4) Menetapkan alokasi waktu untuk setiap
jaringan tema dengan memperhatikan keluasan cakupan pembahasan tema dn minggu
efektif sekolah.
Contoh penyajian tema yang menyatu denga alokasi waktu dalam bentuk satuan
semester.
Tema semester 1
No
Tema
Alokasi Waktu
Diri Sendiri
3 minggu
Lingkunganku
4 minggu
Kebutuhanku
4 minggu
Binatang
3 minggu
Tanaman
3 minggu
373
JUMLAH
17 minggu
Tema Semester 2
No.
Tema
Alokasi Waktu
Rekreasi
4 minggu
Pekerjaan
3 minggu
2 minggu
Alat komunikasi
2 minggu
Tanah airku
3 minggu
Alam semesta
3 minggu
JUMLAH
17 minggu
Catatan :
Antara minggu ke 8 dan 9 pada semester 1 dan 2 dilakukan kegiatan tengah semester
selam kurang lebih 4 hari. Kegiatan tengah semester berisikan kegiatan-kegiatan yang
bertujuan mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas anak didik
dalam rangka pendidikan anak seutuhnya. Kegiatan tersebut seperti: pekan olahraga
dan seni, karyawisata/rekreasi, lomba kreativitas, praktek pembelajaran, bazar, atau
kegiatan lainya.
374
DIRI SENDIRI
3 Minggu
Perkembangan Nilai Moral dan Agama
Standar Kompetensi :
Anak mampu mengucapkan bacaan
doa/lagu keagamaan, meniru gerakan
beribadah, dan mengikuti aturan serta
dapat mengendalikan emosi.
Kompetensi Dasar:
Dapat berdoa sebelum dan sesudah
kegiatan
Kompetensi Dasar :
Dapat menyanyikan lagu keagamaan
secara sederhana
375
B. Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan dibuat dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM).
SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan
dalam rangka mencapai keluasan pembahasan tema dan subtema. SKM dibuat
berdasarkan SKM model pembelajaran kelompok dan pembelajaran berdasarkan minat.
Aspek
Pengembangan
Aspek
Pengembangan
Sosial-Emosi
Bahasa
TEMA
Alokasi Waktu
Aspek
Pengembangan
Nilai Moral dan
Aspek
Pengembangan
Fisik/Motorik
Aspek
Pengembangan
Kognitif
376
Minggu Kedua
Kebiasaanku
Hobiku
Minggu Ketiga
Minggu Kelima
Keluargaku
377
Minggu Keenam
Minggu Ketujuh
Rumahku
Tetanggaku
Siapa tetanggaku; sebayaku dan
keluarganya jumlah keluarga
dan kebiasaannya
Tempat-tempat (fasilitas) umum
di sekitar tempat tinggalku
Minggu Kesembilan
Makanan
Minuman
Minggu Kesepuluh
Minggu Kesebelas
Pakaian
Kesehatan
378
Ciri-ciri
Makanan dan tempat hidupnya
Cara berkembang biak
Ciri-ciri
Makanan dan tempat hidupnya
Cara berkembang biak
379
Sayuran
dalam
pembelajaran
terpadu.
Dengan
mengangkat
tiga
model
pada
akhir
pembelajaran
melalui
membacakan
cerita
buku,
makan
merupakan
kegiatan
rileksasi
sekaligus
mengenalkan
dan
membiasakan tentang pola makan yang seimbang dan bergizi, serta melatih anak
bertanggungjawab dan mandiri pada saat makan bersama. Kegiatan akhir merupakan
kegiatan penutup yang berisikan penenangan dan review dari kegiatan yang
dilaksanakan selama satu hari itu, biasanya dilaksanakan secara klasikal.
381
: TK A
Semester/Minggu : I/pertama
Hari/tanggal
Alokasi Waktu
Tema
: Aku
Sub tema
: Indentitasku
Pembukaan:
-. Salam pagi hari : menyambut kedatangan setiap anak dengan kehangatan dan cinta
-. Ikrar dan berdoa : anak bersama guru, boleh dipimpin oleh salah satu anak yang bersedia
-. Jurnal pagi : menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi ini, membicarakan kegiatan kemarin dan kegiatan yang akan
dilakukan hari ini (appersepsi)
Kegiatan inti:
Aspek Pengembangan dan
Indikator
Anak dapat bernyayi (seni)
Strategi Pengembangan
Materi
Lagu
Aku
Sehat
Metode
anak Praktek
Anak langsung
Media
Piano
Asessmen
Perkembangan
Anak
382
identitas
diri siswa
Praktek
langsung
Bercakapcakap.
demonstrasi
Gambar diri
Praktek
langsung
Foto
keluarga
Guru
menjelaskan
tentang
maksud dari identitas diri
secara sederhana.
Guru mencontohkan dengan
menceritakan identitasnya di
depan
siswa
dengan
menunjukkan foto keluarganya.
Guru meminta siswa untuk
mengeluarkan foto keluarganya
masing-masing.
Guru meminta salah satu siswa
untuk maju dan menceritakan
identitasnya.
Lisan
Perbuatan
Portofolio
Anecdotal
record
percaya
Kertas
gambar
(A4)
Pensil
warna
Krayon
Guru
membagikan
kertas Perbuatan
gambar
dan
pensil Portofolio
warna/crayon kepada siswa.
hasil karya
Guru
meminta
siswa
anak.
menggambar dirinya sendiri
dengan cita-citanya
Penutup :
-. Jurnal siang : review kegiatan satu hari, umpan balik dan informasi tentang kegiatan esok hari sebagai motivasi bagi anak
383
Mengetahui
Jakarta, .........................
Kepala TK
Guru Kelas,
---------------------
--------------------------
384
: TK A
Semester/Minggu : I/pertama
Hari/Tanggal
Alokasi Waktu
Tema
: Aku
Sub tema
: Tubuhku
Pembukaan:
-. Salam pagi hari : menyambut kedatangan setiap anak dengan kehangatan dan cinta
-. Ikrar dan berdoa : anak bersama guru, boleh dipimpin oleh salah satu anak yang bersedia
-. Jurnal pagi : menanyakan situasi dan kondisi anak pada pagi ini, membicarakan kegiatan kemarin dan kegiatan yang akan
dilakukan hari ini (appersepsi)
Kegiatan inti:
Aspek Pengembangan dan
Indikator
Anak dapat bernyayi (seni)
Strategi Pengembangan
Materi
Lagu anak
Metode
Praktek
langsung
Media
Asessmen
Perkembangan
Anak
Piano
Guru mengajak anak untuk Lisan
berdiri di samping meja masing- perbuatan
Lagu anak
masing.
385
Dapat menggunakan bahasa Anggota
isyarat
seperti
seperti tubuh
anggukan
kepala,
gerkan
tubuh, tangan dan mata
Dapat mendengarkan
menyimak
guru
temannya. (bahasa)
Mampu
beberapa
berurutan
(bahasa)
Praktek
langsung
Bercakapcakap
Lagu
tunjuk
aku
dan
dan
melaksanakan
perintah
secara
dengan
benar
Dapat bertanggung
(pembiasaan)
Terbiasa
untuk
(pembiasaan)
jawab Anggota
tubuh
disiplin
Cara merawat
Dapat berkomunikasi secara anggota tubuh
lisan dengan lafal yang benar (rambut,
(bahasa)
hidung, mata)
Praktek
langsung
Gambar
anggota
tubuh
(rambut,
hidung,
mata)
lagu
Guru mengulang lagu tersebut
dua kali.
Guru mengajak anak untuk
menyebutkan aggota tubuh
yang ada.
Guru mengajak anak bermain
tunjuk aku
Guru akan menyanyikan lagu
tunjuk
aku
dan
akan
menyebutkan
salah
satu
anggota tubuh.
Dan siswa akan membalas lagu
tersebut
dengan
menunjuk
anggota tubuh yang diminta
guru.
Guru mengeluarkan gambar
anggota tubuh (rambut, hidung,
mata)
Guru meminta anak untuk
menyebutkan bagaimana cara
mereka dalam merawat rambut,
mata, dan hidung
Lisan
Perbuatan
Anecdotal
Record
Lisan
Perbuatan
Dapat
menyebutkan
perbedaan dua buah benda
(kognitif)
386
Penutup :
-. Jurnal siang : review kegiatan satu hari, umpan balik dan informasi tentang kegiatan esok hari sebagai motivasi bagi anak
-. Doa pulang dan salam perpisahan
Mengetahui
Jakarta, .........................
Kepala TK
Guru Kelas,
---------------------
--------------------
387
A. EVALUASI
1.
Menurut Piaget, tahapan perkembangan anak usia 4 6 tahun berada pada tahap
praoperasional yang berarti
a.
Anak sudah mulai belajar membilang dengan benda pada usia 4 tahun karena
a.
a.
d. berkembangnya
perbendaharaan
kosa
kata,
dan
bertambah
lancarnya
pengucapan anak
7.
a.
Belajar
b. Kematangan
c.
Pola asuh
d. Keturunan
12. Proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak ingin menjadi seperti
orang yang dicontoh disebut dengan istilah:
a.
Imitasi
b. Identifikasi
c.
Klarifikasi
d. Internasilisasi
13. Berikut ini adalah karakteristik emosi pada anak:
a.
a.
0-1 tahun
b. 3-5 tahun
c.
5 - 6 tahun
d. 6-8 tahun
18. Kemampuan memilih dan menggerakkan jari yang digunakan untuk tugas tertentu
secara tepat merupakan keterampilan yang berkaitan dengan.
a.
Pemisahan jari-jari
b. Pelepasan genggaman
c.
Kepekaan jari-jari
b. Pengendalian terhadap kecepatan gerakan (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
lambat)
c.
Umpan balik dari otot, sendi, kulit dan tendon/urat daging yang digunakan
untuk membantu dalam memperhalus gerakan.
3 3 tahun
391
b. 3 - 4 tahun
c.
4 - 5 tahun
d. 5-6 tahun
21. Model pembelajaran high scope adalah
a.
b. kegiatan
yang
membantu
anak
dalam
mengungkapkan
pikiran
dan
perasaannya
c.
d. pembelajaran yang mengarahkan anak agar dapat bercerita secara lisan dan
tertulis
27. Bahasa perlu dipelajari oleh anak karena
a.
d. semuanya benar
29. Penggunaan kalimat positif sangat ditekankan dalam berkomunikasi dengan anak
karena
a.
b. membantu anak menemukan ide yang positif sehingga anak lebih cerdas
c.
d. kalimat positif sangat efektif untuk mengajarkan hal-hal yang baik pada anak
30. Metode yang tepat untuk mengajarkan membaca lancar pada anak adalah
393
a.
menyuruh anak untuk mengeja huruf, suku kata, kata, dan kalimat
b. menunjukkan gambar dan suku kata pada anak, lalu anak membaca
c.
a.
pengelompokkan
pola
c.
396
KUNCI JAWABAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
a
397
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
398
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Antarina S.F. The High/Scope Early Childhood Edicational Model. Makalah yang
disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Bandung, 10 September 2003.
Ann S. Epstein. Is the High/Scope Educational Approach Compatible With the Revised Head
Start Performance Standart. High/Scope Educational Research Foundation.
Brewer, Jo Ann. Introduction To Early Childhood Education. Allyn and Bacon: Boston, 2006.
Bromley, Karen DAngelo. Language Arts: Exploring Connections 2nd Ed. Allyn & Bacon:
Boston, 1992.
Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington. Childrens Mathematics Making
Marks Making Meaning. London: Sage Publication, 2006.
Catron, CE., JA. Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model. New Jersey: PrenticeHall.Inc., 1999.
Charlesworth, Rosalind. Experience in Math For Young Children, 5th Edition. New York:
Thomson Delmar Learning, 2005.
Cooke, Heathet. Mathematics for Primary and Early Years. London: Sage Publication, 2007.
Copley, Juanita V. The Young Child and Mathematics. Washington D.C: NAEYC, 2000.
Coughin, Pamela A, Kristen A Hansen, Dinah Heller (et.al). Menciptakan Kelas yang
Berpusat pada Anak (terj). Jakarta: Childrens Resources International, Inc., 2000.
Crain, W. 2000. Theories of Development, Concepts and application, 4th ed. Prentice
Hall.
Dodge, Diane Tister (et.all. The Creative Curriculum for Family Childcare. Washington D.C:
Teaching Strategies, 2001.
Dodge, Diene Trister. Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition. Washinton DC:
Teaching Strategies, 2007.
Erikson, Piaget and Vygotsky, 2000. St. Paul, MN, Redleaf Press.
Eun Mi, Dan. Aneka Kegiatan Seni dan Keterampilan Kertas. Jakarta: Koica, 2005.
399
Feeney, Stephanie, Doris Christensen dan Eva Moravcik. Who Am I in The Lives of
Children?, 7th ed. Ohio: Pearson, 2006.
Gee, Robyn. Menghibur dan Mendidik Anak Kecil (terj). Jakarta: Periplus, 1995.
Gestwicki, Carol. Developmentally Appropriate Practice Curriculum and Development in
Early Education 3rd Ed. Thomson Delmar: New York, 2007.
Gordon, Ann Miles & kathryn W. Browne. Beginnings & Beyond Foundations in Early
Childhood Education. Thomson Delmar: New York, 2004.
Hainstock, Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra-sekolah. Jakarta:
Pustaka Delapratasa, 1999.
Haylock, Dereck dan Fionna Thangata. Key Concepts in Teaching Primary Mathematics.
London: Sage Publication, 2007.
Henniger, Michael L. Teaching Young Children. New Jersey: Thompson Delmar Learning,
2009.
Hohmann, Mary & David P. Weikart. Educating Young Children. High Scope: Michigan,
1995.
Hurlock, E.B. Child Development. New York: McGraw-Hill Book Company, 1999.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 1. (terj). Jakarta: Erlangga, 1996.
Jalonggo, Mary Renck. Early Childhood Language Arts 4th Ed. Pearson Education: Boston,
2007.
Jurnal Online www.proquest.com/pqdweb.
Koleksi Foto TIM NEST dan koleksi pribadi.
Landy, Joanne M & Keith R. Burridge. Fine Motor Skills and Handwriting Activities for
Young Children: Teaching, Remediation and Assesment. New York: The Center for
Applied Research in Education, 1999.
Mayesky, Mary. Creative Activities for Young Children, 4th ed. New York: Delmar
Publishers Inc., 1990.
Mooney, C.G. 2000. Theories of childhood: an introduction to Dewey, Montessori,
400
Morrison, George S. Early Childhood Education Today. Pearson Prentice Hall: New Jersey,
2007.
Nilsen, Barbara Ann. Week by Week: Documenting the Development of Young Children, 3rd
ed. USA: Thomson Delmar Learning, 2004.
Roopnarine, Jaipul L. & James E. Johnson. Approaches to EarlyChildhood Education 4th Ed.
New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2005.
Santrock, W.J. Child Development. 1996. Dallas: Brown & Benchmark Publishers.
Smith, Susan Sperry. Early Childhood Mathematics International Edition. New York:
Pearson. 2009.
Sonawat, Reeta ang Jasmine M. Francis. Language Development for Preschool Children.
Mumbay : Multi Tech Publishing, 2007.
Sroufe, L.A. 1996. Child Development. Its Nature and Course. USA: The McGraw Hill
Companies. Inc
Walle, John. Matematika Pengembangan dan Pengajaran. Jakarta: Erlangga, 2007.
Warner, Laverne & Judith Sower. Educating Young Children. Boston: Pearson Education,
2005.
Weaver, Constance. Understanding Whole Language. Irwin Publishing: Toronto, 1990.
Woolfson, Richard C. Anak yang Cerdas (terj). Batam: Karisma Publishing Group, 2006.
Brewer, Jo Ann. Introduction Early Childhood Education-Preschool Through Primary GradesSixth Edition. USA: Pearson Education Inc, 2007.
Catron, Carol E and Jan Allen. Early Childhood Curriculum A Creative Play Model. New
Jersey: Prentice Hall, 1999.
Dodge, Diane Trister, Laura J. Colker. The Creative Curriculum For Early Childhood,
Washington: Teaching Strategies, 1999.
401
ASSESMENT
A. Assesment Pembelajaran 1
1. Kompetensi Guru
Evaluasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
B. Assesment Pembelajaran 2
1. Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
Tes Formatif 1:
1.
Teori ilmiah yang melandasi desain silabus dan RPP yang berkaitan
dengan proses belajar.
a. Teori analisis peserta didik
b. Teori pembelajaran
c. Teori belajar
d.Teori komunikasi
2.
3.
4.
5.
6.
b. Hukum Archimedes
c. Prosedur menabung
d.Ciri-ciri makhluk hidup
7.
8.
9.
Tes Formatif 2
1.
2.
3.
4.
Bagian penting dalam LKS yang membedakan antara LKS satu dan
lainnya adalah:
a. bagian inti
b. bagian penutup
c. bagian awal
d. bagian akhir
5.
6.
d. fisik modul/LKS
7.
8.
9.
memerlukan
a. perancangan
b. pengembangan
c. produksi
d. evaluasi
tenaga
khusus
dalam
masalah
Tes Formatif 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b. Materi
c. Strategi
d. Evaluasi
7.
8.
9.
Tes Formatif 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
d. kognisi
7.
8.
Bukan deskripsi lembar soal tes uraian yang akan dikerjakan siswa:
a. berisi petunjuk pengerjaan soal
b. berisi pertanyaan terbuka
c. berisi kolom untuk menjawab soal
d. berisi alokasi waktu pengerjaan soal
9.
C.Assesment Pembelajaran 3
1. Penelitian Tindakan Kelas
Evaluasi A:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Evaluasi B:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kunci Jawaban
A. Assesment 1
B. Assesment 2
Evaluasi Formatif 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Evaluasi Formatif 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Evaluasi Formatif 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Evaluasi Formatif 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
C. Assesmet 3
PTK Evaluasi A:
1. Guru yang selalu berusaha menemukan kelemahan dalam pembelajaran
yang telah dilakukan, dan berusaha untuk memperbaiki.
2. Guru profesional senantiasa melakukan PTK, walaupun tidak secara
formal.
3. Karena PTK bersifat kontekstual; hal yang ditemukan do satu kelas
belum tentu berlaku di tempat lain.
4. Peneliti tidak akan punya waktu untuk melakukan karena PTK
dilakukan sambil mengajar.
5. Mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi, kemudian
mencari alternatif metode.
6. UUntuk "mendiagnosis penyakit" secara tepat. Padanannya dengan
peneliti PTK adalah "mendeskripsikan masalah secara rinci".
7. Tes hasil belajar, lembar observasi, dan kuesioner
PTK Evaluasi B :
1. Siklus PTK dapat dianalogikan dengan resep dokter; satu resep adalah
satu siklus penelitian. Jika penyakit belum sembuh akan diberikan resep
berikutnya, sampai pasien sembuh.
2. Agar pembaca yang ingin menduplikasi hasil penelitian merasa yakin
bahwa kondisi kelasmya sama (atau tidak sama) dengan kondisi kelas
penelitian. Jika sama ia akan melanjutkan duplikasi; jika tidak mungkin
ia akan membatalkan.
3. Perencanaan dalam Siklus I tidak lain adalah hipotesis tindakan yang
sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan dalam siklus II dibuat
berdasarkan refleksi pada akhir siklus I; perencanaan dalam siklus III
dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus II; dst. Analoginya dengan
pengobatan, Perencanaan adalah resep dokter.
4. Perencanaan PTK harus tercermin dalam RPP; tindakan yang diberikan
hendaknya dicetak bold agar jelas posisinya dalam pembelajaran.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Daftar Pustaka
Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New
York: Pearson Allyn and Bacon.
DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen
Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Era Sentanu.QUANTUM IKHLAS (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) The power of
positive feeling
Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to
Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publishers.
Fullan, Michael. 2007. The New Meaning of Educational Change. New York:
Teacher College Press
Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta:
Gramedia
Hermawan. 1983.Etika Keguruan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik
Guru Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu
Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005
Tentang Standar Pendidikan Nasional.
Isyoni dan Suarman, 2003. Falsafah dan Sistem Pendidikan. Pekanbaru: Unri
Press
Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang Dirindu:
Bagaimana Menjadi Guru Yang Memikat dan Profesional. Terjemahan
Muhadi Kadi. Surakarta :Ziyad Visi Media
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman
Publishing
Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study.
Educational Leadership.
Made Putrawan, 2000. Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas.
Universitas Negeri Jakarta.
Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 4759.
McCarty, Andrew. 2006. How to Positive Thingking (Mengembangkan Kepribadian
dengan Berpikir Positif) Terjemahan oleh R. Hikmah. Jakarta : Prestasi
Pustakaraya
McNiff, J and Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles ang Practice.
London: Routledge Falmer
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan
(tidak diterbitkan).
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosda
Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda
Mulyasa,E.2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional
yang diselenggarakan Universitas Indonesia.
Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung:
Kaifa.
Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of
Wiconsin John Wiley & Son, Inc
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey:
Lawrence Erlbauno Associaties Publ.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar
Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri.
Perencanaan
Pembelajaran.
Jakarta:
FIP
UNJ
(tidak
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Modeling pembelajaran Konvensional dan PAKEM
1) Persiapan dan pengorganisasian kelompok
a. Persiapan
Selama kegiatan ini, fasilitator akan memberikan 2 contoh (model)
pembelajaran, yakni: pembelajaran konvensional, dan pembelajaran
PAKEM. Contoh tersebut mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia
(Lihat Lampiran 1- 4). Untuk melaksanakan tugas ini dengan baik,
fasilitator harus merencanakan dan menyiapkan pembelajaran yang
meliputi:
Mengorganisasikan
bahan-bahan
melaksanakan model pembelajaran
yang
diperlukan
untuk
b. Pengorganisasian kelompok
Pengorganisasian kelompok akan tergantung pada jumlah peserta dan
ketersediaan ruangan. Saran pengaturan diberikan tetapi Anda mungkin
menyesuaikannya dengan situasi setempat. Model ini didasarkan jumlah
peserta 100 orang peserta.
Kegiatan ini dilakukan dalam ruang sidang pleno dan melibatkan
setengah kelompok menjadi siswa dan setengahnya lagi menjadi
pengamat.
Pembagian kelompok dapat dilakukan secara acak dengan berbagai cara
misalnya: Peserta menghitung nomor urut dari satu, dua, tiga dst sampai
peserta terakhir. Kemudian Fasilitator memberitahukan bahwa peserta
dengan nomer ganjil menjadi siswa dan peserta nomer genap menjadi
pengamat.Cara lain misalnya dengan membagikan 2 buah gambar
yang berbeda, misalnya gambar burung dan kuda secara acak. Peserta
yang mempunyai gambar burung menjadi siswa dan gambar kuda
menjadi pengamat.
c.
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran PAKEM
= Peserta
= Pengamat
Tugas terbuka
Lampiran 2
Tabel 1
Fakta, Pendapat Dan Perasaan
Fakta-fakta
Perasaan/pendapat
Lampiran 3
Tabel 2
Lembar Observasi PAKEM
No
Aspek
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Uraian/temuan
Lampiran 4
BAHAN UNTUK FASILITATOR
Bacaan
Dari Kompas Minggu 27 Februari 2005, H. 37.
Rahasia Segitiga Bermuda
Banyak cerita tentang hilangnya kapal laut beserta seluruh awaknya kala
berlayar di daerah yang disebut sebagai daerah Segitiga Bermuda. Kata segitiga
diambil dari titik-titik yang diproyeksikan di peta, bentuknya seperti segitiga,
dengan lokasi di Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan Florida. Semuanya berada
di Samudra Atlantik!
Kapal yang tercatat hilang, antara lain, terjadi pada April 1925. Kapal
pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang tenggelam setelah mengirim berita,
"Seperti pisau raksasa! Cepat, tolong! Kami tak mungkin lolos!" Namun kapal itu
tak lagi menjawab, hilang membawa seluruh awaknya. Bulan Oktober 1951, kapal
tanker Southern Isles mengalami nasib yang sama. Ketika sedang berlayar dalam
konvoi, tiba-tiba ia menghilang. Kapal yang lain hanya sempat melihat cahaya
kecil yang dianggap sebagai cahaya yang ditinggalkan oleh kapal yang tenggelam
itu.
Sesudah itu, pada Desember 1954, kapal tanker kembarannya, Southern
Districts juga tenggelam dengan cara yang mirip. Ia lenyap tanpa meninggalkan
tanda SOS ketika berlayar melintasi wilayah itu ke utara menuju South Carolina.
Yang tercatat di atas hanya peristiwa-peristiwa yang mencolok saja.
Padahal, masih banyak kapal kecil yang hilang. Bahkan, pesawat terbang pun ikut
jadi korbannya. Pada 5 Desember 1945, tercatat lima pesawat pelemparan
torpedo Grumman TMB-3 Avenger lenyap.
Sebelum hilang kontak, mereka menyatakan tidak tahu arah. Padahal,
komandan penerbangan itu, Letnan Udara Charles Taylor, sudah mengantongi
2.500 jam terbang. Jadi, dia bukan penerbang yang tidak berpengalaman. Bahkan,
sebuah pesawat penyelamat yang dikirim pun lenyap ditelan "air putih".
UFO atau gas metana?
Menurut buku penulis Amerika Charles Berlitz, The Bermuda Triangle,
terbitan Doubleday & Co, New York 1974 disebutkan bahwa kapal laut dan
pesawat yang hilang itu diserang oleh makhluk ruang angkasa atau UFO yang naik
piring terbang bercahaya putih. Jadi, cahaya putih yang dilihat para korban
sebelum kehilangan kontak adalah cahaya piring terbang makhluk ruang angkasa.
Atau ada lagi ilmuwan yang mengatakan bahwa pesawat dan kapal laut itu
tersedot ke lubang lorong waktu seperti hilangnya semua materi kalau masuk
black hole. Menurut istilah astronomi, black hole itu sendiri adalah benda angkasa
yang memiliki gravitasi atau gaya tarik yang hebat, sampai-sampai bisa menarik
benda yang ada di sekitarnya dan dalam sekejap "menelannya". Bahkan cahaya
pun bisa "ditelannya".
Menurut Bill Dillon dari US Geological Survey, Woods Hole Field Center,
beberapa korban sebelum kehilangan kontak selalu menggambarkan ada cahaya
putih. Kemungkinan itu adalah semprotan gas metana dari dalam air. Seperti blow
out atau semburan air yang mendidih akibat dipanasi gas metana yang ada di
dalam laut. Asal kamu tahu saja, di daerah Segitiga Bermuda terdapat tambang
metana. Nah, kalau keluar saat dasar laut retak, gas itu akan mendorong air laut
ke atas. Dorongannya itu tidak tanggung-tanggung, berupa semburan kuat dan
mendidihkan air laut. Jadi, pesawat pun bisa terkena semburannya!
Teori lain sebagai penyebab hilangnya pesawat terbang di daerah itu
adalah rusaknya kompas. Karena para awak jadi tidak tahu posisinya, mereka lalu
berputar-putar sampai pesawat kehabisan bahan bakar, lalu jatuh laut! Rusaknya
kompas mereka pasti karena medan magnet.
Meskipun belum bisa dijelaskan medan magnet apa yang merusak kompas,
prof Yohanes Surya PhD, ahli fisika kita setuju dengan penulis asing, Larry Kusche,
dalam bukunya The Bermuda Triangle Mystery Solved. Tertulis di buku itu bahwa
hilangnya kapal di segitiga itu dapat dijelaskan secara rasional. Ada yang berupa
kecelakaan, cuaca buruk, kehabisan bahan bakar, dan sebagainya. Maka, kita tak
perlu penjelasan yang aneh-aneh dan bersifat takhayul.
Takhayul atau bukan, tidak jadi soal. Yang pasti, kalau harus lewat daerah
segitiga itu, kita jadi ngeri juga. Bagaimana kalau tiba-tiba... wuzzz! Lenyap deh
kita! Ih, jangan sampai deh!
Contoh pertanyaan :
1. Pertanyaan mencari informasi:
Di mana letak Segitiga Bermuda?
2. Pertanyaan memanfaatkan pengetahunan:
Penjelasan yang diberikan oleh penulis tentang peristiwa Segitiga Bermuda
mana yang menurutmu paling mungkin?
3. Pertanyaan yang menciptakan sesuatu yang baru/memberikan pendapat:
Sependapat atau tidak dengan kesimpulan yang ditarik oleh penulis artikel ini,
bahwa Takhayul atau bukan, tidak jadi soal? Berikan alasan atas
pendapatmu.
Lampiran 5
Tabel 3
Tugas/Kegiatan Yang Sesuai Untuk Masing-masing Jenis Organisasi
Pengorganisasian kelas
Tabel 4
Mengidentifikasi Kegiatan Yang Harus Dikerjakan Secara Klasikal,
Kelompok Atau Individu
Pengelolaan kelas
No
Kegiatan pembelajaran
Alasan
Klas
3.
Mendengarkan instruksi
guru
Menggunakan
thermometer
Mencari kota-kota di peta
4.
5.
6.
8.
9.
Menulis cerita
10.
Mengerjakan
soal-soal
matematika halaman 60
Memperkirakan
luas
ruang kelas
1.
2.
7.
11.
klp
indv
Lampiran 6
Lampiran 7
Bahan Pembelajaran Kooperatif
Fasilitator harus menekankan bahwa ini adalah salah satu jenis kerja kelompok, dimana
seluruh anggota kelompok terlibat dalam menghasilkan produk tersebut.
1. Menulis cerita kelompok.
a.
b.
Setiap anggota kelompok menulis judul cerita yang mereka pilih serta
tiga kalimat pertama untuk mengawali cerita.
c.
d.
Jika sudah selesai, kelompok berbagi cerita dan memilih salah satu
cerita untuk dibacakan di kelompok.
b.
c.
d.
Lampiran 8
Bahan untuk Menyusun Pertanyaan Secara Kooperatif
KISAH SUARSIH
Oleh Zackir El Makmur
Almarhum Pak Haji Metong mempunyai 8 rumah kontrakan. Setiap rumah
terdiri dari 3 kamar dan dikontrakkan tiap bulannya Rp. 65.000,00. Suarsih,
bersama anaknya berusia satu setengah tahun, tinggal di salah satu rumah itu.
Sambil mengasuh anaknya, ia membuka warung makanan dan jajanan gorenggorengan. Hasilnya lumayanlah, bisa membeli susu untuk anaknya.
Tetapi kini, sejak Pak Haji Metong meninggal dua bulan yang lalu, istrinya
menjual semua rumah, termasuk rumah inti yang ditempati keluarga tersebut.
Pembelinya, orang Kampung Baru yang biasa dipanggil Bu Tati. Halaman
rumah Bu Tati yang luas dan berpagar tinggi empat meter, yang berada persis
di samping rumah Pak Haji Metong itu, karuan saja bertambah luas.
Penduduk kampung banyak yang memuji-muji kekayaan Bu Tati, tetapi semua
orang belum pernah melihatnya karena dia selalu mengendarai mobil mewah
dengan kaca gelap.
Suarsih tidak peduli siapa pemilik rumah kontrakan itu. Toh buatnya, tetap saja
ia bakal menunaikan kewajibannya membayar uang kontrakan, dan dia bisa
menempatinya dengan nyaman. Dengan berdagang kecil-kecilan di rumah
kontrakan ini, dia bisa merawat Anto dengan lebih tertib daripada waktu dia
masih menjadi buruh cuci. Selain itu, ia juga bisa menyambut sang suami yang
kadang pulang, kadang gilir ke rumah istri tuanya.
Pokoknya, rumah dalam pengertian Suarsih adalah semacam sarang
menentramkan. Tidak peduli sekalipun rumah itu rombeng atau rumah
kontrakan. Pengertian Suarsih memang kelewat sederhana. Sebab ia tahu betul
bahwa tinggal di Jakarta kalau mau dapat lingkungan rumah mentereng harus
punya duit banyak. Tanpa itu cuma mimpi
Kadang-kadang, Suarsih juga sempat mengkhayal, seandainya ia jadi Bu Tati.
Rumah gedong, pembantunya empat, mau apa saja tinggal bilang, segalanya
ada yang melayani dan tersedia, dan dipuji-puji warga. Ketika sadar, segera
ditepiskan khayalannya itu. Dia sudah cukup bersyukur dapat menempati
rumah kontrakan yang sangat sederhana.
Tetapi, kenyamanan dan kebahagiaannya itu hanya sekejap. Sebab, apa yang
semula Suarsih anggap bahwa siapa pun pemilik rumah kontrakan yang ia
tempati itu tidak akan mengusik keadaannya, ternyata keliru. Bu Tati pemilik
baru rumah-rumah kontrakan itu mau meratakannya karena akan membangun
taman dan kolam renang di situ. Semua penghuni rumah kontrakan itu
menjadi gelisah dan risau.
Kenapa risau? Cari saja tempat lain. Ujar Bu Tati enteng saja. Suarsih cuma
tarik nafas. Baru kali ini dia bertemu muka dengan orang yang namanya di
puji-puji orang sekampung itu.
Setidaknya saya butuh waktu, Bu, jelas Suarsih pelan.
Secepatnya sajalah, gampang saja Bu Tati berkata.
Baik, Bu, jawabnya pelan.
Sambil menggendong anaknya Suarsih menelusuri wilayah itu untuk mencari
rumah kontrakan baru. Semua tempat yang banyak rumah kontrakan ia
datangi. Tidak ada yang cocok, yang sesuai dengan kemampuannya. Dan hal
ini membuatnya makin risau saja. Apalagi Bu Tati mendesak terus menyuruh
pindah karena ia dianggap mengulur-ulur waktu saja.
Lampiran 9
CONTOH RPP PAKEM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV / II
Waktu
: 2 x 35 menit
Kopentesi
antara
Kompetensi dasar
Indikator
Tujuan
Materi Pokok
: Jaring-jaring kubus
Alat/Sumber bahan
Metode
Langkah-langkah Pembelajaran
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa
Waktu
10
15
10
10
15
Kegiatan Awal
1. Sambil memperlihatkan bangun kubus, guru
meminta siswa untuk mengingat kembali namanama unsur dan ciri-ciri bangun kubus
2. Guru menyuruh siswa untuk membongkar
kubus dan mengenalkan jaring-jaring kubus.
II
KEGIATAN INTI
1. Siswa membentuk berbagai jaring-jaring kubus
dengan cara merangkai dari karton, menempelkan
pada koran bekas kemudian menggunting sesuai
bentuknya.
2. Siswa saling menukar hasil kerjanya dalam kelompok
untuk menemukan bentuk lain dari jaring-jaring
kubus
III
Kegiatan Penutup
Guru bersama-sama siswa memberi penguatan dan
memajang hasil karyanya
IV
Pengorganisasian
kelas
Penilaian
- Proses
- Unjuk kerja
Mengetahui
Sekolah
Guru kelas IV
Lampiran 10
LEMBAR KERJA SISWA
Atau
Tugas
Sebuah bangun kubus salah satu sisinya berukuran 4 x 4 cm
Buatlah jaring-jaring kubus dengan bentuk yang berbeda dari ukuran tersebut !
Lampiran 11
: VII
Waktu
: 90 menit
Tema
: Ulang Tahun
Komp.Dasar
Tanya jawab
Bangun-bangun datar apa sajakah yang kamu ketahui?
(K/5)
Tugas
Buatlah rancangan model undangan dari kertas manila yang berbentuk
bangun-bangun datar (tiga model), lalu tempel di kertas
(I/15)
Tugas
Diskusikan bersama kelompokmu model yang telah dibuat dan identifikasikan
(berbentuk apa, ukuran sisi-sisinya, sudutnya, kelilingnya dan luasnya)
(G/20)
Sharing
Tukarkan hasil pekerjaan kelompok dengan kelompok lain dan berikan
tanggapan pada kertas kerja kelompok itu. Kemudian masing-masing
kelompok memajangkan hasil
(G/20)
(K/10
Menulis refleksi dan meNULIS tugas rumah
Lampiran 12
CONTOH PENERAPAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN IPS
Mata pelajaran
: Pengetahuan Sosial
Kelas
:3
Skenario Kegiatan:
K / 15
Salah satu siswa diminta untuk
menjelaskan di depan kelas namanama anggota keluarga yang ada di
dalam fotonya.
K / 5
Beberapa hari sebelum pertemuan,
masing-masing siswa diminta untuk
membawa foto dirinya bersama
anggota keluarga lainnya.
P / 30
I / 20
Masing-masing siswa menuliskan
nama-nama anggota keluarga yang
ada di fotonya dan cerita peristiwa
yang terjadi dalam foto.
o
K / 10
o
o
Mata pelajaran
: Pengetahuan Sosial
Kelas
:3
Kompetensi Dasar
Skenario Kegiatan:
K / 5
Melanjutkan pertemuan sebelumnya,
masing-masing siswa tetap diminta
untuk membawa foto dirinya
bersama anggota keluarga lainnya.
I / 20
Masing-masing siswa menuliskan
nama-nama anggota keluarga dan
menceritakan kedudukan dan peran
anggota keluarga masing-masing.
o
K / 10
o
o
K / 15
Salah satu siswa diminta untuk
menjelaskan di depan kelas namanama anggota keluarga yang ada di
dalam fotonya.
P / 30
Secara berpasangan, siswa saling
menjelaskan nama-nama anggota
keluarga dan saling menceritakan
kedudukan dan peran anggota keluarga
siswa masing-masing.
o Jelaskan nama-nama anggota
keluargamu!
o Jelaskan pula kedudukan anggota
keluargamu!
o Jelaskan pula peran anggota
keluargamu!
Lampiran 13
CONTOH PENERAPAN PAKEM DALAM BAHASA INDONESIA
1. Komptensi Membaca
Mencocokkan Kata Pada Gambar
Kelas 1
Langkah Kegiatan :
Menyanyi dan gerak : lagu Matahariku
Guru menceritakan gambar halaman
demi halaman
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang gambar yang ada (misal :
warna daun, bentuk, menghitung dll)
Guru memperlihatkan kartu kata pada
saat menunjukkan gambar tersebut
Setelah selesai membacakan dan memperlihatkan gambar kartu
kata, anak diminta untuk mencocok sendiri
antara gambar dan kartu kata
Pengembangan
Bunga
Daun
Dahan
Lampiran 14
CONTOH PENERAPAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN IPA
RENCANA PEMBELAJARAN
SekolahDasar / MI :
SD
Sumber Belajar
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Gaya gesekan
Kelas/Semester
Hasil Belajar
Waktu
2 x 40 menit
Indikator
Kompetensi Dasar :
Kegiatan awal
Jenis
Kegiatan/
Waktu
K (5
menit)
Kegiatan Inti
1. Melakukan percobaan
membandingkan gerak
benda pada permukaan
yang kasar dan halus
2. Diskusi kelebihan dan
kelemahan gerak benda
pada permukaan kasar
dan halus
Jenis
Kegiatan/
Waktu
15
Penutup Pemantapan
Jenis
Kegiatan/Waktu
Kelompok
(15 menit )
10
Tugas :
3. Melakukan percobaan
untuk menunjukkan cara
memperkecil atau
memperbesar gaya gesek
15
4. Membuat laporan
tentang manfaat gaya
gesekan dalam
kehidupan sehari hari
dan contoh
penerapannya
20
Alat / bahan :
-
Percobaan I
Langkah Kerja :
1. Ikat Balok kayu / bata seperti pada gambar
2. Letakkan balok kayu / bata diatas permukaan lantai, meja, kaca, kertas gosok,
halaman sekolah ( paving, tanah, aspal, berbatu ) dsb. Secara bergantian, lalu
tarik sampai bergerak
Karet / Pegas
No.
1
dst
Kesimpulan :
Kondisi Permukaan
halus
Panjang Pegas
5 cm
Penilaian
Kompetensi
Nama Siswa
A
3
A. Kelengkapan Alat
- Lengkap, sesuai dan bervariasi
- Kurang lengkap
- Tidak ada
:
:
:
Keterangan :
3
2
0
C
3
NA
0
b. Analisi Karya
No.
Nama siswa
Tulisan
dst
Keterangan ;
A. Tulisan
Bersih, tanda baca tepat
B. Kalimat
Menggunakan kata kata sains yang tepat
Susunan
Kalimat /
Kata
Ketepatan
Isi kelompok
NA
C. Isi
Sesuai dengan konsep dari hasil percobaan, pengamatan
Keterangan :
Setiap siswa diberi umpan balik yang ditulis pada bagian bawah karyanya
Rangkuman
;Pembelajaran
Yang
Berpusat
kepada
Guru
( Teacher centered ) memiliki beberapa cirri: Siswa pasif Komunikasi satu
arah Pertanyaan tertutup, Hafalan siswa bekerja untuk memenuhi tujuan
guru, tidak ada kerjasama/interaksi social. Syarat-syarat melaksanakan
PAKEM, Memahami sifat yang dimiliki anak Mengenal anak secara
perorangan Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian
belajar
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah, Mengembangkan ruangan kelas sebagai
lingkungan belajar yang menarik ,Memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan
kegiatan belajar ,Membedakan aktif fisik dengan aktif mental. Multi
Metode, Multi Media, Praktek dan Bekerja dalam Tim, Memanfaatkan
Lingkungan Sekitar ,Di Dalam dan Di Luar Kelas ,Multi aspek (logika,
praktika, etika,)
Latihan
Untuk menambah pemahaman Anda tentang PAKEM kerjakanlah latihan di bawah ini!
1. Jelaskan apa yang Anda pahami tentang PAKEM!
2. Jelaskan syarat-syarat melaksanakan PAKEM!
3. Buatlah contoh rancangan pembelajaran PAKEM!
Contoh Soal
1. Salah satu ciri PAKEM adalah...
a. dominan menggunakan metode ceramah
b. sumber belajar utama adalah buku paket
c. lingkungan sebagai sumber belajar
d. pembelajaran berpusat pada guru
2. Salah sati ciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah...
a. siswa aktif
b. guru menciptakan pembelajaran yang menantang
c. jawaban siswa harus sama dengan guru
d. metode pembejaran bervariasi
3. Pembelajaran yang berpusat pada guru dapat mengakibatkan...
a. motivasi belajar anak meningkat
b. siswa kurang dapat bekerja sama
c. guru menjadi kreatif
d. pembelajaran bermakna
4. Hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM adalah..
a. guru memahami anak secara perorangan
b. memanfaatkan buku paket sebagai sumber belajar
c. menyamakan aktif fisik dengan aktif mental
d. guru tidak memberikan umpan balik
5. Salah satu ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah...
a. pembelajaran lebih cenderung secara klasikal
b. pertanyaan yang diajukan guru tertutup
c. guru sebagai fasilitator
d. guru aktif
Kunci Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
C
C
B
A
C