Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROFESI PENDIDIKAN

OLEH :

NAMA : HERMES PATROBAS PENABEL

NIM : 20150020

KELAS : BIOLOGI A

MK : PROFESI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2021
BAB 1

PENDHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai
butirbutir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang memadai.
Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua aspek yang dapat
mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh positif bagi diri siswa, sehingga
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna strategis
karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan,
pencerdasan,pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi.
Guru sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan diharapkan mampu menjadi
fasilitator, motivator dan dinamisator dalam proses belajar siswa. Oleh karena itu guru
dituntut untuk dapat mempunyai kompetensi dalam dunia pendidikan. Dalam rangka
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, perlu adanya metode pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh masing-masing guru. Dengan demikian
proses belajar mengajar akan berjalan seiring dengan pengembangan aspek-aspek belajar
siswa yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Untuk mewujudkan niat baik yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tersebut perlu adanya komitmen dari berbagai pihak, terutama pemerintah
dalam mengakomodasikan keinginan para guru dalam pengembangan karier sesuai
dengan Pasal 40 ayat (1).c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan
kualitas.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan dan Peningkatan Profesi Guru

Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan
efisiensi pendidikan, maka pegambangan profesionalisme guru merupakan kebutuhan.
Benar bahwa mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru, melainkan melalui
mutu masukan (siswa), sarana, manajemen, dan faktor-faktor eksternal lainnya. Akan
tetapi seberapa banyak siswa mengalami kemajuan dalam belajarnya, banyak
bergantung kepada kepiawaian guru dalam membelajarkan siswa.

Syaefudin dan Kurniatun memberikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan pengembangan profesi untuk tenaga kependidikan, yaitu:

1. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik untuk tenaga struktural,
fungsional, maupun teknis)

2. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan


profesional dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing- masing
3. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap
organisasi pendidikan

4. Dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun
sesudah menduduki jabatan/posisi.

5. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan


profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja,
dan ketahanan organisasi pendidikan.

6. Pengembangan yang menyangkut jenjang karier sebaiknya disesuikan dengan


kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri.

Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan, baik itu
secara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga. E.
Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan dengan cara on the
job training dan in service training. Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada
pengembangan guru. Pengembangan profesi guru dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Pengembangan Profesional selama Pendidikan Prajabatan.
Selama pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Pembentukan sikap yang
baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai
pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh
dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional dirancang dan
dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Salah satu contoh
konkritnya yaitu dengan terdapatnya
mata kuliah Etika Profesi Keguruan di dalam pendidikan prajabatan untuk guru.
2. Pengembangan Profesional selama dalam Jabatan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan
Profesionalisme Guru, sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
Program ini diperuntukkan bagi guru yang beum memiliki kualifikasi pendidikan
minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2 pendidikan

keguruan. Program ini berupa program kelanjutan studi dalam bentuk tugas
belajar.
b. Program Penyetaraan dan Sertifikasi.
Program penyetaraan diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan.
Sedangkan sertifikasi guru dapat diartika sebagai suatu proses pemberian pengakuan
bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
c. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi.
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTKB) yaitu pelatihan yang mengacu pada
kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi, materi
pelatihan yang akan dilatihkan merupakan abungan/integrasi bidang-bidang ilmu
sumber bahan pelatihan yang secara
utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi.
d. Program Suprevisi Pendidikan
Sering ada persepsi yang salah atau kurang tepat dimana tugas supervisor sering
dimaknai sebagai tugas untuk mencai kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal
tujuan tujuannya untu meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Kualitas peranan supervisi di lingkungan supervisi akan dapat meningkatkan
profesionalisme guru yang selanjutnya dapat
berdampak positif terhadap prestasi sekolah.
e. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) MGMP
adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di
sanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu
musyawarah dan guru mata pelajaran. Dengan MGMP diharapkan akan meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik.
f. Simposium Guru
Melalui forum simposium, diharapkan para guru menyebarluaska upaya- upoaya kreatif
dalam pemecahan masalah. Selain sebagai media sharing pengalaman, media ini juga
berfungsi untuk kompetisi antar guru dengan
menampilkan guru-guru yang berprestasi.
g. Program Pelatihan Tradisional Lainnya
Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Suatu kombinasi antara
materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat
efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini.
h. Membaca dan Menulis Jurnal atau Karya Ilmiah

Dengan membaca atau bahkan menulis jurnal atau karya ilmiah, guru dapat
mengembangkan profesionalismenya. Selanjutnya dengan meningkatnya pengetahuan
seiring dengan bertambahnya pengalaman, guru diharapkan dapat mengembangkan
konsep barun yang dapat memberikan kontribusi dalam
melaksanakan tugasnya.
i. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah akan
memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun profesionalisme guru dalam
melaksanakan tanggungjawabnya. Penyampaian makalah utama, kegiatan diskusi
kelompok kecil pameran ilmiah, pertemuan informal untuk bertukar pikiran, dan
sebagainya saling berintegrasi untuk memberikan
kesempatan pada guru untuk tumbuh sebagai seorang profesional.
j. Melakukan Penelitian (Khususnya Penelitian Tindakan Kelas)
PTK merupakan studi sistematik yang dilakukan guru melalui kerjasama atau tidak
dengan ahli pendidikan dalam rangka merefleksikan dan seklaigus meningkatkan
praktik pembelajaran secara terus menerus juga merupakan
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
k. Berpartisipasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi
Organisasi atau komunitas profesional biasanya akan melayani anggotanya
untuk selalu mengembangkan dan memelihara profesionalismenya dengan membangun
hubungan yang erat dengan masyarakat.
1. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
Hal ini sangat menguntungkan bagi pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal
daat dilakukan dan dipecahkan berkat kerjasama, seperti Penelitian Tindakan Kelas,
berpartisipasi dalam keguatan ilmiah, dan
kegiatan-kegiatan profesional lainnya.
Selain usaha dari seorang pendidik sendiri untuk mengembangkan profesinya,
pemerintah juga seharusnya turut andil dalam hal ini. Tanpa bantuan dari pemerintah,
tak mungkin jika pengembangan profesi guru akan berjalan baik. Karena dalam hal ini
pemerintah bertugas dan berfungsi untuk mengatur apa-apa yang tercakup di dalamnya
termasuk pendidikan. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan dan
mengembangkan profesi guru seperti yang telah disebutkan pada alternatif di atas.
Selain itu, pemerintah juga telah merumuskan dan mengesahkan Undang-Undang Guru
yang tentu saja akan lebih mengembangkan profesionalisme seorang guru.

Undang-undang guru penting untuk mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan guru,
mereka perlu mendapat perlindungan hukum agar dapat bekerja secara aman, kreatif
dan menyenangkan. Berbagai permasalahan hukum yang sering dihadapi guru, serta
mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya antara lain dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Pemecatan secara sepihak terhadap guru-guru swasta oleh yayasan dengan alasan
tidak jelas, tanpa pesangon, bahkan seringkali tanpa ucapan terimakasih terhadap apa-
apa yang telah dilakuakan dan
disumbangkan di masa lalu.
2. Penundaan kenaikan pangkat dan jabatan bagi guru Pegawai Negeri Sipil, apalagi
kalau pangkat dan jabatan atasannya lebih
rendah, atau di bawah guru yang bersangkutan.
3. Penahanan, pemotongan, keterlambatan, sampai kasus tidak dibayarnya gaji guru
oleh sekolah-sekolah tertentu dengan berbagai
alasan yang tidak masuk akal.
4. Pembajakan terhadap karya guru, sehingga sering mematikan kreatifitas mereka
dalam mengembangkan berbagai potensinya. Banyak buku-buku karya guru dan dosen
yang dibajak tatapi tidak
pernah ada upaya hukum yang dapat menyelesaikannya.
5. Susah pindah, melimpah tugas, atau mutasi dari sekolah atau daerah tertentu ke
daerah yang lain, kecuali dipindahkan oleh dan atas dasar kehendak atasan. Hal ini lebih
diperparah lagi oleh pemahaman yang salah terhadap konsep otonomi daerah.

B. Profesionalisme Guru

Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar
maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar
mengajar. Perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas
yang tinggi kepada guru. Sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu
meningkatkan kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Seorang guru harus
diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan proses belajar
mengajar yang baik. Mereka juga perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif
untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses
pembelajaran sesuai perkembangan zaman. Dengan begitu, akan bermunculanlah guru
yang profesional.

Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah seperangkat fungsi dan tugas dalam
lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesinya selama
hidupnya. Mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki kompetensi
keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka
waktu tertentu.
Menjadi guru yang profesional tentu saja idaman bagi mereka yang berprofesi sebagai
guru. Dewasa ini, tentu kita tidak bisa menutup mata bahwa profesi guru adalah profesi

yang sangat diminati oleh banyak orang, ditambah lagi dengan semakin berpihaknya
pemerintah pada profesi ini, membuat orang berlomba-lomba menjadi guru. Namun,
tidak sedikit juga guru yang hanya menjadi aktor yang bekerja sekedar pelepas
tanggung jawab, bahkan itupun tidak dibarengi dengan kemampuan yang memadai
sebagai aktor yang cakap untuk mentransformasikan pengetahuannya.

Menurut jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi Maret


1993 menurunkan laporan utama bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Komitmen


tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta


cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan.

c. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik


evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mempu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna melakukan refleksi
dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman,
ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya
pada proses belajar siswa.

e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dan lingkungan


profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya.

Profesionalisme guru merupakan hasil dari profesionalisasi yang dijalainya secara terus-
menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan (preservice education), pendidikan
dalam-jabatan termasuk penataran (in-service training), pembinaan dari organisasi
profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
pengakuan kode etik profesi, sertifikasi peningkatan kualitas calon guru, besar kecilnya
gaji atau imbalan, dan lain-lain secara bersama-sama menentukan profesionalisme guru.

Seorang guru profesional setidaknya harus memiliki tiga unsur sebagai berikut:

1. Kualifikasi

Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah
minimal S1 dari program keguruan, maka dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi
program S1 atau D4. Kualifikasi juga merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan profesi guru.

2. Kompetensi

Untuk menjadi seorang guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan, kemampuan
dan dituntut untuk dapat melaksanakan peranannya secara profesional. Untuk dapat
melaksanakan perannya tersebut, guru harus mempunyai kompetensi sebagai modal
dasar dalam mengemban tugas dan kewajibannya. Menurut UU Guru dan Dosen No. 14
Th 2005, kompetensi guru terdiri atas:
a. Kompetensi Pedagogik

Manusia memiliki potensi untuk dapat mendidik dan dididik sehingga mampu menjadi
khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah
Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan
keterampilan yang dapat berkembang, sesuai edengan kedudukannya sebagai makhluk
mulia. Fitrah inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah lainnya
dan fitrah ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia yang
sekaligus berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik.

b. Kompetensi kepribadian

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peran yang unik
dalam kehidupan terlebih yang berkaitan dengan kepribadian dirinya. Guru pun
demikian, dia bukanlah manusia super, dia tidak lepas dari sisi kepribadiannya sebagai
seorang manusia biasa yang penuh dengan

keterbatasan. Kompetensi guru mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value)


kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan
performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar
belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas
kewenangan mengajar. Berdasarkan uraian di atas, fungsi kompetensi kepribadian guru
adalah memberikan bimbingan dan suri tauladan, secara bersama-sama
mengembangkan kreativitas dan mengembangkan motif belajar serta dorongan untuk
maju kepada anak didik.

c. Kompetensi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa untuk hidup berkelompok.


Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan masyarakat di sekitar
sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit
banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah
misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru
harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman, lebih tajam
lagi ditulis oleh Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembangunan”
menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi mesyarakat.
Oleh karena itu, tugas guru adalah tugas pelayanan manusia.

d. Kompetensi Profesional

Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh
pekerjaan lainnya. Dari rumusan di atas, kata “dipersiapkan untuk itu” dapat diartikan
yaitu mengacu kepada proses pendidikan bukan sekedar latihan. Makin tinggi tingkat
pendidikan yang harus dipenuhinya makin tinggi pula derajat profesi yang
disandangnya. Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilaksanakan suatu sistem
pengujian terhadap kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui
kemampuan guru di

daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah
dan wakil kepala sekolah.

3. Sertifikasi

Sertifikasi guru adalah prosedur yang digunakan oleh pihak yang berwenang untuk
memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi
sebagai guru. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional. Sertifikasi juga bermanfaat sebagai pengawasan mutu dan
penjaminan mutu. Rakernas Depdikbud setiap tahun selalu menggarisbawahi tentang
pentingnya peningkatan profesionalisme guru. Hal ini menunjukkan pentingnya
perhatian Depdikbud terhadap guru dan sekaligus merupakan penguatan terhadap apa
yang telah kita sadari selama ini: betapa guru mempunyai peranan amat penting dalam
keseluruhan upaya pendidikan.

BAB III

PENUTUP

C. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka di dapatkan kesimpulan bahwa Guru merupakan suatu
profesi, yang berarti jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan sedangkan
profesi secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession
atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi,
profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan: yaitu adanya persyaratan pengetahuan
teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan,
keahlian dan akademik. Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah
seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu
menekuni bidang profesinya selama hidupnya. guru profesional setidaknya harus
memiliki tiga unsur yaitu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Syaefudin dan
Kurniatun memberikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan pengembangan profesi untuk tenaga kependidikan, yaitu : (1)
Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik untuk tenaga struktural,
fungsional, maupun teknis). (2) Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam
rangka peningkatan kemampuan profesional dan untuk teknis pelaksanaan tugas
harian sesuai posisi masing-masing. (3) Dilaksanakan untuk mendorong
meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan. (4) Dirintis
dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah
menduduki jabatan/posisi. (5) Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan
dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan
remedial, pemeliharaan motivasi kerja, dan ketahanan organisasi pendidikan. (6)
Pengembangan yang menyangkut
jenjang karier sebaiknya disesuikan dengan kategori masing-masing jenis tenaga
kependidikan itu sendiri.
Dalam proses pengembangan profesi guru dibutuhkan strategi- strategi yang baik.
Strategi yang bisa digunakan antara lain (1) Berpartisipasi di dalam pelatihan
berbasis kompetensi. (2) Bentuk pelatihan yang fokusnya adalah keterampilan
tertentu yang dibutuhkan oleh guru untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. (3)
Pelatihan ini cocok dilaksanakan pada salah satu bentuk pelatihan pre-service atau
in-service. (4) Berpartisipasi di dalam kursus dan program pelatihan tradisional
(termasuk di dalamnya pendidikan lanjut). Workshop in-service, seminar,
perkuliahan tingkat sarjana/pasca sarjana, konferensi adalah bentuk-bentuk pilihan
pelatiahn yang sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. (5) Membaca dan menulis
jurnal atau makalah ilmiah lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau
bentuk makalah ilmiah lainnya secara berkesinambungan diproduksi oleh individual
pengarang, lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lain. (6) Berpartisipasi di
dalam kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah
memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran (up to date) hal-hal yang
berkaitan dengan profesi guru. (7) Menghadiri perkuliahan umum atau presentasi
ilmiah. Biasanya perguuan tinggi lokal atau organisasi profesi sering mengadakan
perkuliahan atau presentasi ilmiah yang dibawakan oleh tenaga ahli yang terbuka
bagi umum. Kebanyak dari mereka berhubungan degnan berbagai isu termasuk
pendidikan.
D. SARAN

Materi pada makalah ini tentang pemngembangan profesi guru. Dengan makalah ini bisa
menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas kepada masyarakat, para guru serta calon
guru yang membaca.
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012, Desember). Pengembangan Profesi Keguruan. Dipetik Maret 2015,
dari Blogger: http://manggamudaku.blogspot.com/2012/12/pengembangan-
profesi- keguruan.html
Budiman, S. A. (2006). Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ilyana, S. (2011, Desember). Strategi Perkembangan Profesi Guru. Dipetik Maret


2015, dari
academia.edu:https://www.academia.edu/7558752/MAKALAH_STRATEGI_PEN
G
EMBANGAN_PROFESI_GURU_Makalah_ini_disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_
Mata_Kuliah_Etika_Profesi_Keguruan_
Luthfiah, S. U. (2010, Desember). Pekembangan Profesi Guru. Dipetik Maret 2015,
dari wordpress: https://ufitahir.wordpress.com/2010/12/18/perkembangan-profesi-
guru/
Rosita, D. (2014, April). Perkembangan Profesi Keguruan. Dipetik Maret 2015, dari
Blogger: http://desirositaelf.blogspot.com/2014/04/perkembangan-profesi-
keguruan.html
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Guru
Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiono. (2013, Nopember). Perkembangan Profesi Keguruan. Dipetik Maret 2015,


dari Blogger: http://sugiono-motivasi.blogspot.com/2013/11/makalah-
pengembangan- profesi-keguruan.html
Suharsaputra, U. (2004).Profesi Pendidik. Dipetik Maret 2015,
dari wordpress:
https://uharsputra.wordpress.com/supervision/pkb-guru/pengembangan-profesi-
pendidik-guru/

Anda mungkin juga menyukai