Anda di halaman 1dari 4

Pengembangan Profesi Guru

Oleh :
Rasti Musdalifa Fatagar
Jihan Aura Lestari

Secara etimologis dalam bahasa Sanskerta, kata “guru” berasal dari dua suku kata : “gu” artinya
darksness (kegelapan) dan “ru” yang artinya light (cahaya). Secara harfiah, guru atau pendidik adalah
orang yang menunjukkan “cahaya terang” atau pengetahuan dan memusnahkan kebodohan atau
kegelapan. Selain dari bahasa Sanskerta, kata “guru” juga berasal dari bahasa Jawa, yakni “digugu lan
ditiru” yang artinya dianut atau dicontoh. Dan, menurut KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia), guru
termasuk ke dalam kata nomina, artinya orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Jadi kita dapat menarik benang merah nya bahwa guru adalah seseorang yang bekerja mengajar
pengetahuan dan memusnahkan kebodohan serta menjadikan dirinya sebagai figur yang dianut atau
dicontoh.
Dari penjabaran di atas, kita sepakat bahwa guru adalah kontributor utama pendidikan. Mereka
memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menyentuh kehidupan seseorang. Mereka
memiliki dampak panjang pada anak – anak dalam membangun masa depan mereka. Mereka membentuk
anak – anak dengan pengetahuan dan nilai – nilai untuk mempersiapkan mereka dalam kehidupan kerja
dan menjadi warga negara yang baik. Oleh karena itu, guru harus menjaga sikap dan perilaku yang
menjunjung tinggi martabat, moral yang baik, dan etika profesi. Sehingga tidak berlebihan jika
mengatakan bahwa guru memang harus memiliki kompetensi yang mumpuni. Jika kompetensi guru tidak
mumpuni, akibatnya membuat kualitas pendidikan menjadi rendah.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 8, menyebutkan
kompetensi guru meliputi : a) kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan personal yang dapat
mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif, dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia
serta dapat menjadi teladan bagi peserta didik; b) kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan guru dalam
memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik dan
evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki; c) kompetensi
sosial, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan
tenaga kependidikan, peserta didik, orangtua peserta didik dan masyarakat di sekitar sekolah; dan d)
kompetensi profesional, yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam.
Dari keempat kompetensi tersebut, sudah seharusnya guru memiliki kompetensi yang dijabarkan di atas.
Walaupun pemerintah sudah mengatur dan menetapkan kompetensi guru yang harus dimiliki,
namun ada penelitian yang menyebutkan bahwa kualitas guru Indonesia masih terbilang rendah, seperti
dilansir lombokita.com, dari tahun 2012 sampai 2015, sebanyak 1,3 juta dari 1,6 juta guru yang mengikuti
UKG (Uji Komepetensi Guru) untuk mengukur kompetensi mengelola pembelajaran dan pemahaman atas
mata pelajaran yang diampu, memberikan hasilnya pada tahun 2019 bahwa sekitar 70 persen guru
mendapatkan hasil UKG dibawah nilai 80 atau masuk ke dalam kategori tidak kompeten. Hasil dari data
tersebut menggambarkan bahwa kapabilitas dan kuantitas tenaga pengajar yang tidak memenuhi standar
kompetensi. Bahkan dilansir dari ruangguru.com, jumlah guru mengalami peningkatan sebanyak 382%
dari 1999/2000 menjadi sebanyak 3 juta orang lebih, sedangkan peningkatan jumlah peserta didik hanya
17%, dari 3,9 juta guru yang ada, masih terdapat 25% guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik
dan 52% diantaranya belum memiliki sertifikat profesi. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Dari
indonesiana.id, Syarif Yunus menyebutkan beberapa faktor “mengapa” kualitas tenaga pendidik
Indonesia rendah, diantaranya adalah : pertama, ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar; kedua,
kualifikasi guru yang belum setara sarjana; ketiga, program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB)
guru yang rendah; dan keempat, rekrutmen guru yang tidak efektif. Padahal kualitas guru merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam upaya menjamin peningkatan mutu pendidikan.
Maka dari itu, guru sebagai suatu profesi harus selalu berkembang. Pengembangan
profesionalisme guru, terutama harus didasarkan pada kebutuhan individu guru itu sendiri, selain
kebutuhan institusi dan kelompok guru. Upaya program pengembangan profesionalisme guru perlu terus
dilakukan secara berkelanjutan supaya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan mereka yang
berhubungan dengan tugasnya selalu mengikuti perkembangan kemajuan dunia pendidikan, seperti
seminar, workshop, pendidikan dan pelatihan, simposium, action research, dan sebagainya. Setelah
berpartisipasi dalam program pengembangan profesionalisme tersebut, guru diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan tentang substansi mata pelajaran dan kemampuan pedagogis untuk melakukan
proses pembelajaran yang berkualitas, sehingga guru mampu memperbaiki praktik pembelajaran yang
dilakukan.
Federasi Guru Amerika (American Federation of Teachers) lebih lanjut menawarkan berbagai
prinsip program pengembangan profesionalisme guru, yaitu :
1. Program pengembangan profesionalisme guru harus mampu membantu para guru untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuannya mengenai esensi mata pelajaran yang
diampu
2. Program pengembangan profesionalisme guru harus memberikan fondasi pedagogis yang
kuat kepada guru-guru peserta program
3. Program pengembangan profesionalisme guru harus mampu meningkatkan prestasi
belajar peserta didik
4. Materi yang diberikan dalam program pengembangan profesionalisme guru harus sejalan
dengan kurikulum yang digunakan
5. Program pengembangan profesionalisme guru harus didesain oleh guru sendiri dan
bekerja sama dengan ahli di bidang mata pelajaran yang diampu.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan panduan yang perlu dilakukan pada saat sebuah program
pengembangan profesionalisme guru diimplementasikan sehingga program itu secara efektif dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Richard dan Farrel (2005) menyatakan bahwa program pengembangan
profesionalisme guru secara signifikan dapat membantu para guru untuk : 1) melakukan refleksi dan
evaluasi diri terhadap proses pembelajaran yang dilakukan; 2) mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan guru mengenai berbagai aspek pembelajaran; 3) memperluas pengetahuan para guru
mengenai teori dan isu-isu tentang pembelajaran; 4) meningkatkan peran dan tanggung jawab sebagai
guru; dan 5) mengembangkan relasi kolaboratif antarguru dalam menciptakan praktik pembelajaran yang
bermakna bagi peserta didik. Dilihat dari Di lihat dari konteks manajemen makro dalam sistem
pendidikan
nasional, Tilaar (Pahrudin, 2015) menawarkan langkah-langkah yang disebut dengan strategi
pengembangan profesionalitas guru yaitu:
1. Mengupayakan terjadinya peningkatan status profesi guru agar dapat sejajar dengan profesi lain.
2. Pengembangan profesionalitas guru harus lebih berorientasi pada peningkatan kualitas, bukan
kuantitas. Dalam hal ini maka diperlukan SDM maupun finansial.
3. Profesionalitas guru membutuhkan upaya pendataan kembali terhadap guru agar mereka dapat
dikembangkan.

Selain kegiatan-kegiatan pengembangan profesi yang dikemukakan Sudarwan Danim, terdapat


berbagai model pengembangan profesi guru yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut
Richard dan Lockhart (2000) (Sobri, 2016) terdapat beberapa model pengembangan profesional guru,
meliputi :
a. Keikutsertaan dalam konferensi (conference participation),
b. Workshop dan seminar (workshops and in service seminars),
c. Kelompok membaca (reading groups),
d. Pengamatan kolega (peer observation),
e. Penulisan jurnal/catatan harian guru (writing teaching diaries/journals),
f. Kerjaproyek (project work),
g. Penelitian tindakan kelas (classroom action research),
h. Portofolio mengajar (teaching portfolio),
i. Mentoring (mentoring).

Sementara itu, Ditjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional menyebutkan beberapa


alternatif program pengembangan profesional guru, yaitu:
a. Program peningkatan kualifikasi guru atau program studi lanjut,
b. Program penyetaraan dan sertifikasi,
c. Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi,
d. Program supervisi pendidikan,
e. Program pemberdayaan MGMP,
f. Simposium guru,

Daftar Pustaka
Sudira, Putu. Guru. (dokumen diakses pada tanggal 20 Maret 2023, link :
https://eprints.uny.ac.id/325/1/032-GURU-KOM.pdf)
Putri, Difa Sevrilla, dkk. Makalah : Pengembangan Pofesi Keguruan. Universitas Negeri Yogyakarta.
(dokumen diakses pada tanggal 20 Maret 2023, link :
http://arfian.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/1825/2017/12/Revisi-Makalah-Kelompok-1-
Pengembangan-Profesi-Keguruan_.pdf)
https://www.jurnalponsel.com/pengertian-guru/

Anda mungkin juga menyukai