Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

SERTIFIKASI PENDIDIK

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah fondasi utama dalam pembangunan suatu bangsa.
Dalam dunia pendidikan, guru memainkan peran yang sangat krusial. Mereka
adalah ujung tombak dalam membentuk dan mengarahkan generasi penerus.
Dengan demikian, profesionalisme guru adalah unsur kunci dalam mencapai
kualitas pendidikan yang unggul. Profesionalisme guru mencakup pemahaman
yang mendalam tentang subjek pengajaran, keterampilan mengelola kelas, dan
komitmen untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan. Guru yang
profesional tidak hanya memindahkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga
memotivasi, membimbing, dan membentuk karakter anak-anak.
Penting untuk memahami bahwa guru yang profesional bukan hanya
mereka yang memiliki pengetahuan teknis dalam pengajaran, tetapi juga mereka
yang memiliki etika dan moralitas yang tinggi. Mereka harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pendidikan berkontribusi pada
pembentukan karakter individu dan perkembangan masyarakat secara lebih luas.
Guru yang profesional adalah contoh bagi siswa dalam cara mereka berperilaku,
berkomunikasi, dan berinteraksi dalam masyarakat.
Pendidikan yang berkualitas memiliki implikasi besar bagi masa depan
bangsa. Dengan guru yang profesional, sistem pendidikan dapat menghasilkan
individu-individu yang terampil, kritis, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Oleh karena itu, diperlukan investasi yang serius dalam pengembangan guru dan
peningkatan kualitas pendidikan. Negara-negara seperti Singapura, Korea Selatan,
dan Jepang telah menunjukkan bahwa investasi dalam guru berkualitas dan
profesionalisme guru adalah kunci kesuksesan dalam mencapai pendidikan yang
bermutu. Dengan guru yang berkomitmen untuk mengembangkan diri dan
memahami peran penting mereka dalam membentuk masa depan, kita dapat
memperindah masa depan pendidikan dan bangsa kita.
PEMBAHASAN
A. Undang-Undang Guru dan Dosen
Seorang guru adalah seorang pendidik profesional yang memiliki tugas
utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik di berbagai jenjang pendidikan, mulai
dari anak usia dini, pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah.
Profesionalisme guru menandakan bahwa pekerjaan mereka adalah pekerjaan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi
standar mutu dan norma tertentu. Guru-guru ini diangkat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan diakui secara resmi sebagai tenaga
profesional dalam sistem pendidikan formal.
Pengakuan ini tercermin melalui pemberian sertifikat pendidik, yang
merupakan bukti konkrit dari kedudukan guru sebagai profesional dalam
dunia pendidikan. Sertifikat pendidik ini tidak hanya mewakili status guru
sebagai tenaga profesional, tetapi juga menunjukkan komitmen guru dalam
meningkatkan kualitas diri mereka untuk memberikan pendidikan yang terbaik
bagi peserta didik mereka. Guru yang memiliki sertifikat pendidik
menegaskan bahwa mereka telah memenuhi persyaratan tertentu dan siap
untuk mengemban tanggung jawab mendidik generasi penerus dengan
kompetensi dan dedikasi yang tinggi. Dengan demikian, pengakuan guru
sebagai tenaga profesional adalah langkah penting dalam memastikan mutu
dan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anak-anak dan remaja di
berbagai jenjang pendidikan.
Menurut E. Mulyasa (2012) dalam karyanya “Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru, cetakan keenam” Pentingnya sertifikasi pendidik dalam UU
Guru dan Dosen menjadi sorotan utama dalam memperbaiki kualitas guru dan
pendidikan di Indonesia. Sertifikasi pendidik menandakan bahwa guru telah
memenuhi persyaratan tertentu, termasuk kualifikasi akademik, kompetensi,
serta sertifikat pendidik. Dengan kepemilikan sertifikasi pendidik, guru akan
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum, yang meliputi gaji
pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lainnya yang
berhubungan dengan tugas mereka sebagai guru. Tunjangan ini diberikan
sebagai penghargaan atas dasar prestasi, menciptakan insentif bagi guru untuk
terus meningkatkan kinerja mereka.
Sertifikasi pendidik juga merupakan peluang bagi guru untuk
mengembangkan kompetensinya. Untuk memperolehnya, guru perlu bekerja
keras, belajar, dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ini
menciptakan standar tinggi untuk para pendidik dan mendorong mereka untuk
selalu meningkatkan kualitas dan kinerja mereka. Meskipun sertifikasi
pendidik menjanjikan peningkatan kesejahteraan guru, pertanyaan yang
muncul adalah apakah sertifikasi akan secara otomatis meningkatkan kualitas
kompetensi guru dan akhirnya meningkatkan mutu pendidikan. Ini adalah
pertanyaan kritis yang perlu dijawab dengan analisis mendalam.
Bukti dari hasil sertifikasi guru di berbagai negara beragam. Di
Amerika Serikat, misalnya, kebijakan sertifikasi guru belum sepenuhnya
berhasil meningkatkan kompetensi guru karena mengalami resistensi dari
kalangan guru. Namun, di negara seperti Singapura dan Korea Selatan,
kebijakan serupa telah berhasil meningkatkan kualitas kompetensi guru.
Selain sertifikasi, penting juga untuk memperhatikan kesejahteraan guru dan
jenjang kepangkatan yang jelas.
Sertifikasi pendidik seharusnya menjadi langkah awal dalam
meningkatkan mutu pendidikan, tetapi tidak boleh terlepas dari upaya
pemerintah untuk memastikan kesejahteraan guru, pembaharuan kurikulum,
serta peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan demikian, UU
Guru dan Dosen bukanlah tujuan akhir, tetapi bagian dari upaya yang lebih
besar untuk memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
B. Sertifikasi Profesi Guru
Undang-undang Guru dan Dosen merupakan suatu pernyataan politik
yang mengakui bahwa pendidik adalah pekerja profesional yang memiliki
hak-hak dan kewajiban profesional. Melalui undang-undang ini, diharapkan
bahwa pendidik dapat sepenuhnya mengabdikan diri pada profesinya dan
memperoleh penghidupan yang layak dari pekerjaannya. Sertifikasi guru
adalah bagian dari proses ini.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru
dan dosen sebagai bukti formal pengakuan bahwa mereka adalah tenaga
profesional dalam bidang pendidikan. Sertifikat pendidik ini menunjukkan
bahwa mereka telah memenuhi persyaratan tertentu dan memiliki kompetensi
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan pendidikan dalam satuan
pendidikan tertentu. Proses sertifikasi guru melibatkan uji kompetensi yang
diadakan oleh lembaga sertifikasi yang berwenang.
Dengan sertifikasi guru, pendidik dapat menunjukkan kompetensi
mereka secara formal, dan ini memberikan keyakinan kepada masyarakat,
orang tua, dan siswa bahwa mereka memiliki kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan pendidikan berkualitas. Selain itu, sertifikasi juga
membuka pintu untuk peningkatan kesejahteraan guru, karena sertifikasi ini
sering kali dihubungkan dengan penghasilan yang lebih baik. Dengan
demikian, Undang-undang Guru dan Dosen dan proses sertifikasi guru adalah
langkah penting dalam meningkatkan profesionalisme dan kualitas pendidikan
di Indonesia.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD), ditetapkan bahwa
seorang pendidik, baik guru maupun dosen, harus memenuhi beberapa
persyaratan kualifikasi:
1. Kualifikasi Akademik: Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik
yang sesuai dengan tugasnya. Untuk guru, kualifikasi akademik diperoleh
melalui pendidikan tinggi dalam program sarjana (S1) atau program
diploma empat (D-IV). Sementara itu, dosen harus memiliki kualifikasi S-
2 (program magister atau setara).
2. Kompetensi Profesi Pendidik: Kompetensi profesi pendidik mencakup
beberapa aspek penting:
 Kompetensi Pedagogik: Kemampuan untuk merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif, mengajar, serta
mengelola kelas.
 Kompetensi Kepribadian: Mengacu pada sikap, etika, dan
moralitas yang diperlukan sebagai pendidik, termasuk etika
profesional dan kepribadian yang baik.
 Kompetensi Profesional: Melibatkan pemahaman mendalam
tentang materi pelajaran yang diajarkan, serta pembaruan terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi terkini.
 Kompetensi Sosial: Kemampuan untuk berinteraksi dengan siswa,
rekan sejawat, dan masyarakat dengan efektif, serta berpartisipasi
dalam pengembangan kurikulum dan kegiatan pendidikan.
Dengan memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi ini,
pendidik akan dapat menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran dengan
lebih baik, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memastikan bahwa proses
pembelajaran memberikan manfaat yang maksimal kepada siswa atau
mahasiswa.
Dalam konteks Undang-undang Guru dan Dosen, kompetensi pendidik
terbagi menjadi empat kategori utama:
1. Kompetensi Pedagogik: Kompetensi pedagogik mencakup kemampuan
pendidik dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Ini
mencakup pemahaman yang baik tentang peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran yang efektif, evaluasi hasil belajar, serta upaya
pengembangan peserta didik agar dapat mengaktualisasikan potensi
mereka. Pendidik yang memiliki kompetensi pedagogik yang kuat dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian: Kompetensi kepribadian berkaitan dengan
karakter dan sikap pribadi pendidik. Pendidik diharapkan memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Mereka
juga diharapkan menjadi teladan bagi peserta didik dan memperlihatkan
moralitas yang baik. Kepribadian pendidik yang positif dapat memberikan
inspirasi dan pengaruh positif kepada peserta didik.
3. Kompetensi Sosial: Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan berbagai pihak,
termasuk peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat secara umum. Kemampuan
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik memungkinkan pendidik
untuk membangun hubungan yang positif, mendukung kerjasama, dan
menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
4. Kompetensi Profesional: Kompetensi profesional adalah pemahaman dan
kemampuan pendidik dalam menguasai materi pembelajaran secara luas
dan mendalam. Ini memungkinkan mereka untuk membimbing peserta
didik dalam memperoleh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Pendidik yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi dapat
memberikan pemahaman yang mendalam tentang materi pembelajaran dan
menjawab pertanyaan serta kebutuhan peserta didik dengan baik.
Dengan menggabungkan keempat kompetensi ini, pendidik diharapkan
dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermutu dan memberikan
kontribusi positif dalam pendidikan peserta didik.
Undang-undang Guru dan Dosen menetapkan bahwa sertifikasi
pendidik adalah suatu proses yang digunakan untuk memastikan bahwa
pendidik atau guru telah memenuhi standar profesional yang telah ditetapkan.
Terdapat dua cara pelaksanaan uji sertifikasi:
1. Uji Sertifikasi Bagi Calon Pendidik: Calon pendidik yang baru akan
memasuki profesi pendidikan harus mengikuti uji sertifikasi sebagai
bagian dari pendidikan profesi mereka.
2. Uji Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan: Guru yang sudah berstatus
sebagai pendidik harus mengikuti uji sertifikasi untuk memastikan bahwa
mereka memenuhi standar profesional yang telah ditetapkan.
Sertifikasi pendidik untuk guru dalam jabatan akan dilaksanakan
dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio adalah pengakuan
terhadap pengalaman profesional guru yang dijelaskan melalui berbagai
dokumen. Portofolio ini mencakup informasi tentang:
1. Kualifikasi akademik.
2. Pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti.
3. Pengalaman mengajar.
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
5. Penilaian dari atasan dan pengawas.
6. Prestasi akademik.
7. Karya pengembangan profesi.
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah.
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial.
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Guru yang memenuhi penilaian portofolio akan dianggap lulus dan
akan diberikan sertifikat pendidik. Guru yang tidak lulus dapat melakukan
kegiatan-kegiatan untuk melengkapi portofolio mereka atau mengikuti
pendidikan dan pelatihan profesi guru, yang kemudian akan diakhiri dengan
evaluasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi.
Pentingnya sertifikasi adalah untuk memastikan bahwa guru atau
pendidik telah mencapai kompetensi yang diperlukan dalam menjalankan
tugas mereka sebagai agen pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas guru dan, sebagai akibatnya, meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Sertifikasi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana
untuk mencapai tujuan ini. Proses sertifikasi juga mendukung pemberdayaan
profesi guru dan pengembangan kompetensi mereka secara berkelanjutan.
Selain itu, guru diharapkan menjalankan tugas keprofesionalan mereka
sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, seperti merencanakan
pembelajaran, meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, dan
memelihara nilai-nilai etika dan agama. Melalui pendekatan ini, diharapkan
akan tercipta pendidikan yang lebih berkualitas dan guru yang lebih
berkualitas pula.
C. Jaminan Mutu
Jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi
guru memerlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen dari berbagai
pihak. Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk
memberikan jaminan ini adalah:
1. Kesadaran Guru: Guru harus memiliki kesadaran bahwa sertifikasi adalah
sarana untuk mencapai kualitas, bukan tujuan akhir. Mereka perlu
memahami bahwa tujuan utama dari mengikuti sertifikasi adalah untuk
memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang diperlukan.
Tunjangan profesi hanyalah konsekuensi dari kompetensi yang dimiliki.
2. Konsistensi dan Ketegaran Pemerintah: Pemerintah perlu konsisten dalam
menerapkan kebijakan sertifikasi guru. Mereka harus tetap teguh dalam
menentukan lembaga-lembaga yang berhak melaksanakan uji sertifikasi,
memastikan bahwa kualitas uji sertifikasi dijaga, dan tidak tunduk pada
tekanan dari berbagai kelompok masyarakat.
3. Penegakan Hukum: Penting untuk menegakkan hukum dalam pelaksanaan
sertifikasi. Upaya-upaya penipuan atau penyalahgunaan dalam proses
sertifikasi harus dihentikan dan dihukum. Penegakan hukum yang tegas
akan membantu menjaga integritas dan kualitas dari proses sertifikasi.
4. Konsekuensi Konkret: Sertifikasi harus memiliki konsekuensi yang
konkret. Ini berarti bahwa guru yang telah memenuhi standar kompetensi
harus mendapatkan tunjangan profesi dan penghargaan yang sesuai.
Sebaliknya, guru yang tidak memenuhi standar harus melengkapi
kualifikasinya atau mengikuti pendidikan dan pelatihan tambahan.
5. Konsekuensi Sosial dan Ekonomi: Pemerintah pusat dan daerah harus
menyediakan anggaran yang cukup untuk mendukung pelaksanaan
sertifikasi dan memberikan tunjangan profesi. Ini penting untuk
mendorong partisipasi aktif guru dalam proses sertifikasi. Jaminan bahwa
guru akan mendapatkan penghasilan di atas kebutuhan minimum, seperti
yang diatur dalam UUGD, juga dapat menjadi insentif penting.
6. Peran Masyarakat dan Perguruan Tinggi: Masyarakat dan perguruan tinggi
perlu berperan dalam mendukung sertifikasi guru. Perguruan tinggi harus
memberikan pendidikan yang berkualitas kepada calon pendidik, dan
masyarakat harus mendukung proses sertifikasi sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
7. Kesempatan Belajar Berkelanjutan: Guru perlu memiliki kesempatan
untuk belajar secara berkelanjutan. Proses sertifikasi harus menjadi bagian
dari upaya guru untuk meningkatkan diri dan mengembangkan
kompetensinya.
Jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi
guru akan terwujud jika semua pihak memahami dan mengambil peran
mereka dengan serius dalam pelaksanaan sertifikasi. Hal ini akan mendukung
tujuan sertifikasi untuk meningkatkan kualitas guru dan, sebagai akibatnya,
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
D. Pembinaan Pasca Sertifikasi
Menurut Fasli Jalal dalam Direktur Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan
Nasional, Pembinaan guru yang berlangsung secara berkesinambungan adalah
suatu aspek kunci dalam meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru.
Beberapa hal yang perlu dipahami dan diterapkan dalam konteks pembinaan
guru yang berkelanjutan adalah sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Pembelajar Seumur Hidup: Prinsip bahwa guru harus
menjadi pembelajar seumur hidup adalah landasan penting. Guru harus
memiliki kesadaran bahwa pendidikan dan pengembangan kompetensi
mereka tidak berhenti setelah mereka memperoleh sertifikat pendidik.
Mereka harus terus belajar dan mengembangkan diri sepanjang karier
mereka.
2. Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP): KKG dan MGMP adalah wadah yang sangat penting dalam
pembinaan guru. Ini adalah tempat di mana guru dapat berbagi
pengalaman, pemahaman, dan berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas
pengajaran mereka. Aktivitas di KKG/MGMP juga mencakup refleksi diri,
yang memungkinkan guru untuk memperbaiki praktik pengajaran mereka.
3. Jejaring Profesional Guru: Guru juga harus memanfaatkan jejaring
profesional mereka di tingkat lokal, regional, dan nasional. Ini mencakup
berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru-guru lain, serta dengan
lembaga-lembaga pendidikan, seperti Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dan Dinas Pendidikan.
4. Peran P4TK, LPMP, dan Dinas Pendidikan: P4TK berbasis mata pelajaran
memiliki peran penting dalam mengembangkan materi pembelajaran,
model-model pembelajaran, dan modul pelatihan. LPMP dan Dinas
Pendidikan memiliki tugas penting dalam seleksi dan pelatihan instruktur
mata pelajaran, serta memastikan bahwa kegiatan KKG dan MGMP
berjalan dengan baik.
5. Instruktur Mata Pelajaran: Instruktur mata pelajaran di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan sekolah memainkan peran utama dalam memberikan
pelatihan, menjadi narasumber, dan memotivasi guru untuk aktif dalam
KKG dan MGMP. Mereka juga dapat membantu mengembangkan inovasi
dalam pembelajaran.
6. Motivasi dan Fasilitasi: Guru inti per mata pelajaran di tingkat
kabupaten/kota berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam kegiatan
KKG dan MGMP. Mereka membantu guru-guru untuk berpartisipasi aktif
dan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pengajaran.
7. Fokus pada Peningkatan Profesionalisme: Semua kegiatan yang terkait
dengan pembinaan guru harus berfokus pada peningkatan profesionalisme
dan kualitas pengajaran. Guru harus memahami bahwa tujuan dari setiap
aktivitas adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka
berikan kepada peserta didik.
Pembinaan guru yang berkelanjutan adalah investasi jangka panjang
dalam mutu pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, guru dapat
terus berkembang, mengikuti perkembangan pendidikan, dan memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam mencerdaskan bangsa. Seiring berjalannya
waktu, ini akan menghasilkan dampak positif pada kualitas pendidikan di
negara tersebut.
PENUTUP
A. Rangkuman
Ringkasan dari pembahasan ini dapat diformat menjadi beberapa
poin kunci:

A. Undang-Undang Guru dan Dosen

 Guru adalah pendidik profesional yang bertanggung jawab untuk


mendidik dan membimbing peserta didik di berbagai jenjang
pendidikan.
 Profesionalisme guru mencakup kualifikasi akademik, kompetensi,
dan sertifikat pendidik.
 Sertifikat pendidik adalah bukti dari status guru sebagai tenaga
profesional di bidang pendidikan.
 Sertifikasi adalah langkah awal dalam meningkatkan mutu
pendidikan, tetapi tidak boleh terlepas dari upaya memastikan
kesejahteraan guru dan perbaikan infrastruktur pendidikan.

B. Sertifikasi Profesi Guru

 Undang-Undang Guru dan Dosen mengakui guru sebagai tenaga


profesional dalam pendidikan.
 Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru yang telah memenuhi standar kompetensi.
 Sertifikasi menunjukkan kompetensi guru secara formal dan
membuka peluang untuk peningkatan kesejahteraan mereka.

C. Jaminan Mutu

 Kesadaran guru bahwa sertifikasi adalah sarana untuk


meningkatkan kualitas kompetensi mereka sangat penting.
 Konsistensi dan ketegaran pemerintah dalam menerapkan
kebijakan sertifikasi adalah kunci.
 Penegakan hukum dan konsekuensi yang konkret harus ada dalam
proses sertifikasi.
 Anggaran yang memadai dan dukungan sosial serta ekonomi dari
pemerintah diperlukan untuk memastikan keberhasilan sertifikasi.

D. Pembinaan Pasca Sertifikasi

 Guru harus menjadi pembelajar seumur hidup dan terus


mengembangkan kompetensi mereka.
 Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
adalah wadah penting dalam pembinaan guru.
 P4TK, LPMP, Dinas Pendidikan, dan instruktur mata pelajaran
berperan dalam mendukung pengembangan guru.
 Semua kegiatan pembinaan harus berfokus pada peningkatan
profesionalisme dan kualitas pengajaran.

Dengan memahami dan mengimplementasikan poin-poin ini,


diharapkan akan terjadi peningkatan profesionalisme guru, kualitas
pendidikan, dan kesejahteraan guru di Indonesia.
B. Kesimpulan
Undang-Undang Guru dan Dosen mengakui guru sebagai pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik dan membimbing peserta didik di
berbagai jenjang pendidikan. Guru yang bersertifikat menunjukkan bahwa
mereka memenuhi standar mutu dan norma tertentu. Sertifikasi guru adalah
proses formal yang melibatkan uji kompetensi untuk memastikan bahwa guru
memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. Sertifikasi bukan hanya
sekadar pengakuan status, tetapi juga membuka pintu untuk peningkatan
kesejahteraan guru dan pengembangan kompetensi mereka. Pentingnya
sertifikasi adalah memastikan mutu pendidikan melalui guru yang berkualitas.
Faktor-faktor penting dalam jaminan mutu sertifikasi melibatkan
kesadaran guru, konsistensi pemerintah, penegakan hukum, konsekuensi
konkret, dukungan sosial dan ekonomi, serta peran aktif masyarakat dan
perguruan tinggi. Sertifikasi adalah langkah awal untuk meningkatkan mutu
pendidikan, tetapi harus didukung oleh pembinaan guru berkelanjutan melalui
kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
jejaring profesional, dan peran lembaga-lembaga pendidikan.
Pembinaan pasca sertifikasi adalah investasi jangka panjang dalam
mutu pendidikan, di mana guru terus mengembangkan diri, mengikuti
perkembangan pendidikan, dan berkontribusi dalam mencerdaskan bangsa.
Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas dapat dicapai melalui guru
yang profesional, berkompeten, dan berkomitmen.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Undang-undang Republik Indonesia,
No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Draft Permendiknas
tentang sertifikasi.
E.Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional (Menciptakan Pembelajaran yang
Kreatif dan Menyenangkan), cetakan kesebelas, Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2011.
--------------, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, cetakan keenam,
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2012.
Fasli Jalal, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional.
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, cetakan I, Jogjakarta: Ar-
ruzz Media Group, 2018.

Anda mungkin juga menyukai