Tunjangan
Sertifikasi Terhadap
Mutu Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti
bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.
Sehingga menjadi orang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang
kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun 2007
tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-
107 dari 177 negara yang diteliti. Indonesia memperoleh indeks 0,728. Dan jika Indonesia
dibanding dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia
berada pada peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam
penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan bangsa atau
pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia
ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah.
Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation
Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)-Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan PBB itu, peringkat Indonesia
dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia.
Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan
Brunei Darussalam (0.965).
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat
internasional. Daya saing Indonesia menurut Wordl Economic Forum, 2007-2008, berada di
level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti
Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen
mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru
mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD
baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta
60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya
sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu
pendidikan nasional akan meningkat pula.
Memang haruslah diakui bahwa dari segi gagasan, pengingkatan kualitas minimum
guru dan dosen dalam UU Guru dan Dosen ini sangat baik sebagai upaya peningkatan mutu,
tapi dari segi pelaksanannya banyak menemui kesulitan khususnya bagi kualifikasi guru.
Tetapi karena, telah ditentukan maka ia mengikat dan mesti ada komitmen nasional untuk
melaksanakannya. Melihat kenyataan tersebut akan lebih baik jika kualifikasi pendidikan
minimium tidak langsung diterapkan kepada guru-guru yang telah bertugas di sekolah
(melalui pendidikan penyetaraan) melainkan kepada guru baru yang diangkat sebagai hasil
pendidikan pra-jabatan.
Sementara ini untuk guru SD dan TK, ada wacana perguruan tinggi kependidikan
akan membuka program S-1 PGSD/PGTK pada pertengahan tahun 2007. Sedangkan untuk
guru SLTP rekrutmen guru dengan kualifikasi S-1 telah dimulai sejak tahun 1996, meskipun
secara keseluruhan masih cukup banyak guru berkualifikasi D-2 dan D-3 di jenjang
pendidikan ini yang diangkat sebelumnya. Untuk guru SLTA, ketentuan itu tak terlalu
menjadi masalah karena saat ini sekitar 70% guru SLTA telah berkualifikasi S-1 bahkan
yang pendidikan pasca sarjana pun sudah sekitar 0.3%.
Suatu harapan besar bahwa dengan adanya sertifikasi setidaknya kondisi-kondisi
tersebut dapat dinetralisir. Dengan demikian jelaslah , bahwa untuk menjawab pertanyaan
untuk apa sertifikat pendidikan itu bagi guru tersebut sudah dapat ditebak, yaitu
sertifikasi ditujukan untuk memberikan lisensi, bahwa guru yang bersangkutan sudah baik
untuk melakukan proses belajar mengajar karena dianggap sudah memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang dimiliki untuk hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan sertifikasi guru ?
b. Apakah tujuan dari sertifikasi guru ?
c. Apa manfaat dari sertifikasi guru ?
d. Bagaimana pelaksanaan sertifikasi guru ?
e. Bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap peningkatan kinerja guru ?
f. Apa dampak positif dan negatif dari sertifikasi guru ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui hakekat sertifikasi guru
b. Untuk mengetahui tujuan dari sertifikasi guru
c. Untuk mengetahui apa saja manfaat sertifikasi guru
d. Untuk mengetahui pelaksanaan sertifikasi guru
e. Untuk mengetahui pengaruh sertifikasi guru terhadap peningkatan kinerja guru
f. Untuk mengetahui dampak positif dan negative dari sertifikasi guru
BAB II
PEMBAHASAN
B. TUJUAN SERTIFIKASI
1. Menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran
Sebagai agen pembelajaran berarti guru menjadi pelaku dalam proses pembelajaran. Guru
yang sudah menerima sertifikat pendidik dapat diartikan sudah layak menjadi agen
pembelajaran.
2. Meningkatkan proses dan mutu pendidikan
Mutu pendidikan antara lain dapat dilihat dari mutu siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Mutu siswa ini diantaranya ditentukan dari kecerdasan, minat, dan usaha
siswa yang bersangkutan. Guru yang bermutu dalam arti berkualitas dan profesional
menentukan mutu siswa.
3. Meningkatkan martabat guru
Dari bekal pendidikan formal dan juga berbagai kegiatan guru yang antara lain ditunjukkan
dari dokumentasi data yang dikumpulkan dalam proses sertifikasi maka guru akan
mentransfer lebih banyak ilmu yang dimiliki kepada siswanya. Secara psikologis kondisi
tersebut akan meningkatkan martabat guru yang bersangkutan.
4. Meningkatkan profesionalisme
Guru yang profesional antara lain dapat ditentukan dari pendidikan, pelatihan,
pengembangan diri, dan berbagai aktivitas lainnya yang terkait dengan profesinya.
Langkah awal untuk menjadi profesional dapat ditempuh dengan mengikuti sertifikasi
guru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sertifikasi merupakan implementasi UU Sisdiknas 2003 yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan guru. Dengan adanya program sertifikasi guru diharapkan
kinerja guru akan meningkat sehingga mutu pendidikan di Indonesia juga akan meningkat
ke arah yang lebih baik. Setelah sertifikasi diharapkan guru dapat memenuhi empat
komponen seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru
meliputi empat komponen yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan
social.
Sertifikasi guru ini memiliki tujuan dan manfaat, tujuannya adalah menentukan
kelayakan guru sebagai agen pembelajaran, meningkatkan proses dan mutu pendidikan,
meningkatkan martabat guru, meningkatkan profesionalisme. Semua guru pasti ingin
memperoleh sertifikasi pendidik sebagai wujud profesionalisme kerjanya. Dengan lolosnya
sertifikasi, seorang guru secara otomatis sudah membuktikan profesinya sebagai pendidik.
Di samping itu, sertifikasi baik melalui penilaian portofolio maupun jalur pendidikan,
sama-sama memberikan manfaat kepada peserta yang mengikutinya. Adanya sertifikasi
akan mendorong para guru calon peserta sertifikasi, untuk mencapai prestasi dan berbuat
hal terbaik dalam bidang pengajaran.
Sertifikasi guru akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan
dana, baik dana untuk pelaksanaan sertifikasi maupun dana untuk tunjangan profesi
pendidik bagi guru yang nantinya lulus sertifikasi atau mendapat sertifkat profesi guru.
Sesuai ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 11 ayat (2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
pemerintah dan ayat (3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan
akuntabel.
Sertifikasi guru dalam jabatan bagi guru yang telah memenuhi standar kualifikasi
akademik, yaitu pendidikan formal minimal Sarjana (S1) atau Diploma 4 (D-4) akan
dilakukan melalui penilaian portofolio sebagai suatu bentuk uji kompetensi untuk menilai
seberapa jauh guru yang bersangkutan telah menguasai kompetensi minimal yang
disyaratkan sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.
Sertifikasi guru sangat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di sekolah-
sekolah. Manfaat uji sertifikasi antara lain sebagai berikut:[4]melindungi profesi guru dari
praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru
itu sendiri, melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan
sumber daya manusia di negeri ini, menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan
juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan, menjaga lembaga
penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat
menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Adapun dampak negative dari sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kinerja
dan kompetensi guru adalah:[5]menjadi Sosok yang Certificate-Oriente, miskin
keterampilan dan kreatifitas dan merosotnya kompetensi profesi.
Daftar Pustaka
https://ratihgirls51.wordpress.com/2014/04/30/makalah-pengaruh-sertifikasi-
terhadap.html?m=1
feelinbali.blogspot.com/2012/07/pengaruh-sertifikasi-guru-dalam.html?m=1
fahmypintar.blogspot.com/2012/09/pengaruh-sertifikasi-terhadap-kinerja.html?m=1
http://katulistiwaonline.blogspot.com/2013/09/pengaruh-sertifikasi-guru-terhadap-
mutu.html