Anda di halaman 1dari 9

TELAAH KURIKULUM MTK TINGKAT SD/MI

Ritra Ayu Vara Virnanda, Nabila Al-Jannah, Fahma Zahiroh

ritraayuvaravirnanda@mhs.iaibafa.ac.id, nabilaaljannah@mhs.iaibafa.ac.id,
fahamazahiroh@mhs.iaibafa.ac.id

Fakultas Tarbiyah Prodi PGMI Semester 3 Institut Agama Islam Bani Fattah

Abstrack

Kurikulum dalam proses pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting juga
strategis. Selain untuk mengembangkan peserta didik kearah perkembangan yang optimal baik
jasmani maupun rohani, kurikulum juga sebagai tolak ukur dalam melihat kemajuan suatu
bangsa. Keberhasilan kurikulum dapat dilihat dari aspek out put sebagai lulusan, apakah
mereka dapat memanfaatkan ilmunya serta diterima oleh masyarakat sebagai pengguna lulusan.
Kehadiran kurikulum melalui kegiatan pendidikan berkaitan dengan penentuan arah, isi dan
proses pendidikan. Kurikulum memiliki paling tidak tiga peran, yaitu peran kreatif, konservatif,
serta peran kritis dan evaluative. Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu
kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Kata kunci : Kurikulum

Pendahuluan

Proses pendidikan adalah suatu usaha yang dapat dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan mereka atas apa yang telah
diperintahkan kepadanya. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh
membaca, menelaah, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Agar tujuan tersebut segera tercapai maka perlu langkah awal yaitu dengan
mempersiapkan perangkat yang diperlukan dalam proses pendidikan, salah satunya adalah
kurikulum. Desain kurikulum yang dibuat idealnya mampu merespon berbagai kebutuhan dan
tuntutan baik peserta didik maupun masyarakat sebagai pengguna kurikulum.

1
Kurikulum dalam proses pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting juga
strategis. Selain untuk mengembangkan peserta didik kearah perkembangan yang optimal baik
jasmani maupun rohani, kurikulum juga sebagai tolak ukur dalam melihat kemajuan suatu
bangsa. Keberhasilan kurikulum dapat dilihat dari aspek out put sebagai lulusan, apakah mereka
dapat memanfaatkan ilmunya serta diterima oleh masyarakat sebagai pengguna lulusan.
Kehadiran kurikulum melalui kegiatan pendidikan berkaitan dengan penentuan arah, isi dan
proses pendidikan.

Kurikulum yang berlaku di negara kita telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan ini terjadi atas dasar tuntutan dan kebutuhan baik dari masyarakat maupun sekolah.
Tujuan dari perubahan kurikulum, tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
serta rancangan pembelajaran yang terdapat diunit-unit lembaga sekolah. Alasan mengapa
perubahan kurikulum sebagai suatu keharusan dalam pendidikan adalah karena menjadi salah
satu jalan keluar menuju pendidikan yang berkualitas, melahirkan lulusan-lulusan yang inovatif,
kreatif, kritis, serta memiliki karakter yang bertanggung jawab.1 Desain dan implementasi
kurikulum merupakan keahlian dan tugas yang dibebankan kepada tenaga pendidik. Sesuai
dengan undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 ayat 1 yang
menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”2 maka tugas
seorang pendidik adalah merencanakan, mengorganisasikan dan mengimplementasikan serta
mempertanggungjawabkan suatu program pendidikan yang sudah dirumuskan. Dengan demikian
maka kurikulum dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh pendidik atau sekolah.

Sehubungan dengan paparan diatas maka perlu dipahami keilmuan yang berkaitan
dengan kurikulum, mulai dari konsep dasar, pengertian dan hal-hal lain yang terkait dengan
pengelolaan dan pelaksanaan kurikulum. Dalam hal ini, salah satu mata pelajaran pada jenjang
sekolah dasar yang akan didalami oleh penulis yaitu mata pelajaran matematika.

Pembahasan

1
Ruhban masykur,Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum,2019,Bandar Lampung.
2
Khoirul Ma’shumah. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru. (Surakarta: 2018), h. 20

2
1. Pengertian kurikulum

Kurikulum secara bahasa diambil dari bahasa Yunani kuno yaitu curir (pelari) dan
curare (tempat untuk berpacu). Kurikulum pada waktu itu diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Dalam istilah lain menyebutnya dengan sebutan tempat berlari
atau berpacu dari mulai start sampai finish.3 Menurut S. Nasution kurikulum secara istilah adalah
konsep yang dirancang untuk memperlancar kegiatan pembelajaran dibawah naungan atau
tanggung jawab lembaga pendidikan (sekolah) beserta jajaran staf pengajar.4

Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa untuk menyiapkan agar peserta didik dapat
hidup dimasyarakat. Dalam artian pendidikan tersebut berisi tentang memberi pengalaman
kepada anak untuk dapat mengembangkan minat dan bakat mereka.

Kurikulum memiliki paling tidak tiga peran, yaitu peran kreatif, konservatif, serta peran
kritis dan evaluative.

a. Peran Kreatif
Sekolah bertanggung jawab atas pengembangan hal-hal baru sesuai dengan
berkembangnya zaman. Sebab masyarakat bersifat dinamis yang selalu mengalami
perubahan. Dalam hal ini maka kurikulum memiliki peran kreatif. Dalam peran
kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru untuk dapat mengembangkan
potensi setiap siswa agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Juga mampu menjawab semua tantangan sesuai dengan pesatnya kebutuhan dan
perkembangan masyarakat yang sering kali cepat berubah.
b. Peran Konservatif
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang salah satunya bertugas
untuk mewarisi nilai-nilai budaya kepada para siswa agar dapat memahami norma-
norma dan pandangan hidup masyarakat. Sehingga ketika mereka hidup
bermasyarakat mampu menjunjung tinggi norma-norma tersebut. Peran konservatif
kurikulum ialah melestarikan nilai-nilai budaya akibat kemajuan ilmu dibidang
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan budaya asing dapat menghapus
budaya local. Melalui peran koservatifnya, kurikulum berperan menangkal pengaruh
3
Ahmad Zainuri,Aquami,Ratna Dewi,Zainal Baerlian,Telaah kurikulum Tingkat Dasar Dan
Menengah,2021,Pasuruan.
4
S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), 5.

3
buruk yg dapat merusak nilai luhur masyarakat, sehingga masih terpelihara dengan
baik.
c. Peran Kritis dan Evaluasi
Tidak semua budaya dan nilai-nilai budaya berusaha untuk dipertahankan,
karena nilai dan budaya tersebut tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Begitu
juga dengan perkembangan nilai dan budaya yang baru ini, tidak semua budayanya
cocok dengan yang lama. Diperlukan peran kritis dan evaluasi dalam versi ini.
Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang
dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Kurikulum sebagai alat dan
pedoman Pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan Pendidikan itu
sendiri. Sebab tujuan yang harus dicapai oleh Pendidikan pada dasarnya mengkristal
dalam pelaksanaan perannya itu sendiri dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut
McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi Pendidikan
umum (commod and general education) (2) suplementasi (suppler mentation) (3)
eksplorasi (exploration) (4) keahlian (specialization).
2. Pengertian Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi standar kompetensi
lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu. Kompetensi inti merupakan gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skill dan soft skill. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur perorganisasi (organising
element) kompetensi dasar.5
Sebagai unsur perorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal
kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau
jenjang pendidikan ke kelas atau jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar
yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari
5
Dr. Ahmad Zainuri M.Pd.I Drs. Aquami M.Pd.I Dra. Ratna Dewi MM Dr. Zainal Berlian DBA TELAAH KURIKULUM
TINGKAT DASAR DAN MENENGAH (Kajian Teoritik) | 81 CV. PENERBIT QIARA MEDIA - Pasuruan, JawaTimur

4
peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar
satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
3. Pengertian Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi
yang terdiri atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi
inti yang harus dikuasi peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran.
Kompetensi dasar (KD) merupakan kemampuan dan materi pembelajaran
minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing
satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti (KI). Tujuan kurikulum mencakup
empat kompetensi, yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.6
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran. Rumusan
kompetensi sikap spiritual yaitu, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan
dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan

6
Wayan widana,Diktat Telaah Kurikulum,2017,Bali.

5
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.7
4. Ruang Lingkup Telaah Kurikulum
a. Tujuan
Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, tujuan di
bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada
di dalamnya.
b. Materi Pembelajaran
Materi sebagai bahan ajar yang akan disajikan dalam proses pembelajaran
disesuaikan dan berkesinambungan sehingga antara materi yang lainnya tidak saling
tumpang tindih.
c. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah, kooperatif dan games learning.
metode latihan yaitu penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan –
kebiasaan tertentu, metode tanya jawab yang bertujuan memotivasi anak mengajukan
pertanyaan, metode diskusi dan metode pemberian masalah kepada siswa dan siswa
diminta memecahkan masalah secara kelompok, metode demonstrasi dengan cara
memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang berkaitan dengan pembelajaran
dan melalui upaya penanaman kebiasaan.
d. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan melalui kegiatan (a) pemberian tugas, (b) portofolio, (c)
ulangan tiap bab dan (d) test.
5. Kurikulum Matematika SD/MI
Pound & Lee (2015:7-12) berpendapat bahwa dalam mengajarkan matematika
membutuhkan cara mengajar yang kreatif, belajar yang kreatif, teman (partner) yang
kreatif, dan matematika yang kreatif. Mengajar matematika yang kreatif adalah sebuah
seni. Guru harus menggunakan kemampuannya untuk menyiapkan aktivitas yang
menumbuhkan imajinasi, menciptakan pengalaman belajar, dan meningkatkan sumber
daya. Belajar kreatif adalah kemampuan untuk menyimbolkan, mendukung, dan
7
Dr. Ahmad Zainuri M.Pd.I Drs. Aquami M.Pd.I Dra. Ratna Dewi MM Dr. Zainal Berlian DBA TELAAH KURIKULUM
TINGKAT DASAR DAN MENENGAH (Kajian Teoritik) | 82 CV. PENERBIT QIARA MEDIA - Pasuruan, JawaTimur

6
mewakili ide matematika. Teman yang kreatif adalah kondisi dimana belajar matematika
didukung oleh lingkungan seperti, teman, guru, orang tua, masyarakat yang kreatif
(komunitas belajar).
Matematika bukanlah semata-mata tentang benar dan salah, matematika bahkan
sering menggunakan tebakan dan intuisi. Matematika membutuhkan kemampuan untuk
menggunakan simbol, gambar, diagram, dan model untuk berpikir. Matematika
membutuhkan keterampilan untuk mengamati pola dan menyelesaikan masalah. Dalam
perkembangan K13 di Indonesia, pelajaran matematika SD untuk kelas 4-6 dipisah dari
pembelajaran tematik karena karakter muatan pelajaran matematika berbeda dari muatan
lain. Diperlukan kecakapan berpikir 4C yaitu Critical, Creative, Collaborative, dan
Communicative dalam menguasai konsep matematika yang abstrak. Matematika dinilai
sebagai muatan pelajaran yang membutuhkan pendalaman materi khusus dibanding
muatan pelajaran lain di SD (Kemendikbud, 2016:2).8 Adapun garis besar materi
matematika yang harus dikuasai anak SD adalah bilangan, geometri, dan statistika.
Berikut contoh KD matematika SD/MI (kelas 4, pecahan) :

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.1 Menjelaskan pecahan-pecahan senilai 4.1 Mengidentifikasi pecahan-pecahan
dengan gambar dan model konkret senilai dengan gambar dan model konkret
3.2 Menjelaskan berbagai bentuk pecahan 4.2 mengidentifikasi berbagai bentuk
(biasa, campuran, desimal dan persen) dan pecahan (biasa, campuran, desimal dan
hubungan diantaranya persen) dan hubungan diantaranya
3.3 Menjelaskan dan melakukan 4.3 Menyelesaikan masalah penaksiran
penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali dari jumlah, selisih, hasil kali dan hasil
dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun bagi dua bilangan cacah maupun pecahan
pecahan desimal desimal

Kesimpulan

8
Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SD Berbasis Permainan Tradisional Indonesia dan Pendekatan
Matematika Realistik Yohana Setiawan hal. 13. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 10 No. 1, Januari
2020: 12-21

7
Menurut S. Nasution kurikulum secara istilah adalah konsep yang dirancang untuk
memperlancar kegiatan pembelajaran dibawah naungan atau tanggung jawab lembaga
pendidikan (sekolah) beserta jajaran staf pengajar. Kurikulum memiliki paling tidak tiga peran,
yaitu peran kreatif, konservatif, serta peran kritis dan evaluative. Ruang lingkup telaah
kurikulum meliputi tujuan, materi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi. Dan Tujuan
kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Masykur Ruhban, ,2019, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Bandar


Lampung.
Ma’shumah Khoirul, 2018, Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja
Guru,Surakarta.

Zainuri Ahmad,Aquami,Ratna Dewi,Zainal Baerlian,2021,Telaah kurikulum Tingkat


Dasar Dan Menengah,Pasuruan.
Nasution.S, 1989, Kurikulum Dan Pengajaran,Jakarta: Rineka Cipta, 5.
Widana Wayan,2017,Diktat Telaah Kurikulum,Bali.
Setiawan Yohana,2020,Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SD Berbasis
Permainan Tradisional Indonesia dan Pendekatan Matematika Realistik,Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai