Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS SISWA KELAS V SDN INPRES DORIDUNGGA

DISUSUN OLEH :

EKAWULAN LESTARI (E1E217049)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021/2022

1
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang untuk menjalankan
kehidupan. Globalisasi menuntut manusia untuk mengembangkan potensi melalui
pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Potensi dan
kemampuan dapat dikembangkan melalui proses pendidikan formal maupun non formal.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar
Nasional Pendidikan menyatakan Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur berjenjang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun
2003 Bab X Pasal 37 Ayat 1 menyatakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat salah satu yaitu Ilmu Pengetahuan Alam. Mata pelajaran IPA mencakup
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, standar isi mata pelajaran IPA untuk
SD/MI, IPA berhubungan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan.
Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasannya menegaskan manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pembelajaran IPA diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah.
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dijelaskan agar siswa memiliki kemampuan untuk :
1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diharapkan
dalam kehidupan sehari-hari; 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam; 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendikakan ke SMP/MTs. Tujuan

2
mata pelajaran IPA sudah baik dengan mengandung ide-ide konsep iptek secara global
dan mampu bersaing namun kenyataannya masih terdapat beberapa masalah.
Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat
banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah peserta didik membutuhkan pikiran,
komunikasi verbal dan tulis, teamwork, kreativitas, keterampilan meneliti dan problem
solving untuk bersaing dan tumbuh dengan baik dimasa depan. Selain itu, peserta didik
juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permsalahan
yang dihadapi, menyusun dan mengungkapkan, menganalisa untuk menyelesaikan
masalah, akan tetapi lingkungan pendidikan tidak memposisikan untuk mengajarkan
kemampuan tersebut kepada peserta didik. Peserta didik sering berhasil memecahkan
masalah tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah (Daryanto dan
Karim, 2017). Arifin (dalam Ariyansyah, 2018:2-3) mengemukakan bahwa Abad ke-21
ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin siswa memiliki keterampilan
belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta
dapat bekerja dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skill).

Salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam Abad ke-21 adalah keterampilan
proses sains. Keterampilan proses dalam bidang ilmu pengetahuan alam (sains), adalah
pengetahuan tentang konsep – konsep dan prinsip – prinsip dapat diperoleh siswa bila dia
memiliki keterampilan- keterampilan dasar tertentu, yaitu keterampilan proses yang
dibutuhkan dalam sains ( Hamalik, 2011 : 149 ). Pembelajaran sains seharusnya
mengembangkan keterampilan dasar dan keterampilan integrasi (Depdiknas, 2007).
Kedua keterampilan tersebut diperlukan untuk mengembangkan pengalaman belajar
siswa. Pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran sains dapat diperoleh melalui
keterampilan proses sains karena keterampilan proses sains memberikan pengalaman
belajar siswa yang melibatkan keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan
keterampilan afektif. Pada keterampilan proses sains ini peneliti memfokuskan pada
pengembangkan keterampilan dasar proses sains. Menurut Rezba, et al (2006:4),
keterampilan dasar proses adalah keterampilan yang digunakan ketika pembelajaran
sains. Dari pengertian proses dasar sains tersebut, terdapat beberapa point yang harus
dilakukan siswa dalam belajar sains, yaitu pengamatan, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan, memprediksi, mengukur dan menyimpulkan. Dengan
mengkombinasikan kemampuan proses yang terintegrasi dengan dasar kemampuan
proses ains, guru dapat membuat suasana kelas dimana siswa mengeksplorasi,

3
mengintegrasikan dan menginvestigasikan. Menurut Trianto (2010:150), tujuan melatih
keterampilan proses pada pembelajaran IPA, yaitu meningkatkan motivasi dan
keterampilan proses siswa, karena dalam melatih ini siswa dipacu untuk berpartisipasi
secara aktif dan efisien dalam belajar.

Permasalahan yang dialami di SDN Inpres Doridungga yang berada di


Kecamatan Donggo Kabupaten Bima yang memiliki akreditasi B dengan siswa kelas V
berjumlah 28 orang, terungkap setelah dilakukan observasi adalah banyak peserta didik
kelas V yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran IPA. Disamping hasil
belajar tergolong rendah yang masih belum mencapai KKM 70, sekolah ini juga
mengalami hasil keterampilan proses sains siswa yang sangat rendah pula. Permasalahan
keterampilan proses sains pada sekolah ini salah satunya adalah pembelajaran dilakukan
oleh guru cenderung tradisional sehingga kurang mengeksplor keterampilan proses sains,
padahal keterampilan ini sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa.
Keterampilan proses sains mencakup kegiatan mengobservasi sampai pada kegiatan
menyimpulkan jarang diterapkan dan diperhatikan, karena pembelajarannya terfokus
pada materi tanpa adanya praktikum atau observasi sehingga yang diasah hanya dari
segi pengetahuan saja. Selain itu, penggunaan media sebagai pendukung pembelajaran
belum maksimal dan sumber belajar yang digunakan juga sangat terbatas. Untuk itu,
alasan peneliti melakukan eksperimen pada sekolah SDN Inpres Doridungga yaitu agar
siswa bisa berkembang sesuai dengan tuntutan abad ke-21, karna pada abad ini yang
dibutuhkan adalah keterampilan, salah satunya adalah keterampilan proses sains siswa.
Jika keterampilan proses sains diterapkan dan diperhatikan maka kemungkinan besar
peluang siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung sangat tinggi. Jadi, salah
satu penyebab rendahnya hasil keterampilan proses siswa tidak terlepas dari pemilihan
strategi dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar.

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas maka peneliti akan melakukan


eksperimen dengan menerapkan strategi pembelajaran Group Investigation (GI)
berbantuan media audio-visual. Strategi pembelajaran Group Investigation (GI)
berbantuan media audio-visual merupakan cara untuk membantu siswa dalam partisipasi
belajar secara kelompok dengan bantuan audio visual berupa video sebagai media yang
memiliki dua unsur yakni unsur suara dan unsur gambar sehingga dapat meningkatkan
keterampilan proses sains. Strategi pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan
media audio-visual memberikan kemudahan pada siswa dalam memahami pembelajaran

4
secara cepat, belajar secara menarik dan inovatif serta memberikan peluang siswa untuk
belajar secara mandiri, belajar dari berbagai sumber dan belajar untuk bekerja sama
dengan baik agar siswa dapat berinteraksi dengan kelompok kecil sehingga komunikasi
tidak hanya terjadi pada satu arah melainkan multi arah, yaitu komunikasi antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya sehingga membentuk pembelajaran
yang efektif.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti bermaksud
melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Strategi Pembelajaran Group
Investigation Berbantuan Media Audio-Visual Terhadap Keterampilan Proses
sains Siswa Kelas V SDN Inpres Doridungga.”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang
menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah :
Apakah Ada Pengaruh Strategi Pembelajaran Group Investigation Berbantuan Media
Audio-Visual Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V SDN Inpres
Doridungga ?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Strategi Pembelajaran Group
Investigation Berbantuan Media Audio-Visual Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa Kelas V SDN Inpres Doridungga.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Bagi siswa
 Meningkatkan keterampilan proses khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
 Membangkitkan interaksi yang efektif antar siswa dan melatih individu untuk
bekerja sama mengatasi suatu masalah
 Melatih siswa agar mampu bekerja sama dengan orang lain dalam memecahkan
masalah dikehidupan sehari-hari
2. Bagi Guru

5
 Menambah pengetahuan dan wawasan guru akan pentingnya penggunaan strategi
yang menarik dan menyenangkan
 Meningkatkan kreativitas guru dalam mengolah pembelajaran
3. Bagi Sekolah
 Sebagai alternatif bagi sekolah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran
 Meningkatkan kualiatas pendidikan yang menjadi acuan dalam meningkatkan mutu
sekolah
 Sebagai bahan masukan guru untuk dipertimbangkan dalam pemilihan strategi
pembelajaran sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar disekolah
4. Bagi Peneliti

Sebagai penambah pengalaman, pengetahuan, pengenalan dan pemahaman dari


sebuah informasi atau fakta yang telah diteliti

5. Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka lingkup penelitian
ini adalah :

a. Strategi pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah strategi


pembelajaran Group Investigation (GI)
b. Pembelajaran IPA atau Sains
c. Media yang digunakan adalah Audio-Visual
d. Keterampilan proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses
materi IPA atau Sains
e. Tempat penelitian ini dilakukan adalah di SDN Inpres Doridungga
5. Definisi Operasional

Demi menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan


yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Strategi Group Investigation (GI) berbantuan media audio-visual adalah startegi yang
menggunakan audio visual berupa video untuk membantu siswa dalam partisipasi dan
aktivitas belajar secara kelompok, mulai dari tahap identifikasi topik sampai pada
tahap evaluasi.

6
2. Keterampilan proses adalah keterampilan intelektual sosial maupun sosok yang
diperlukan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut pengetahuan atau konsep yang
dimiliki. Dengan dimilikinya keterampilan ini siswa berpeluang untuk dapat
memperoleh konsep-konsep baru atau informasi-informasi baru.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji Kemampuan dasar seperti :

a) Mengobservasi, b) mengklasifikasi, c) (mengelompokkan), d)


mengkomunikasikan, e) mengukur, f) memprediksi (meramalkan) dan , g)
menyimpulkan.

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. KAJIAN TEORI

2.1 Strategi pembelajaran

2.1.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang


rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi adalah usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Strategi pembelajaran adalah rencana tindakan (rangkain
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya
atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu,
yaitu tujuan pembelajaran. A.J Romiszowski (1981) Strategi Pembelajaran
merupakan suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang yang
diadaptasi dari perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran. Syaiful Bahri
dan Aswan Zain ( 1995 ) Stategi Pembelajaran adalah sebagai pola-pola umum
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Berdasarkan menurut para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa Startegi
Pembelajaran adalah rangkaian kegiatan belajar yang didesain untuk mencapai
tujuan tertentu.
2.1.2 Pengertian Strategi Group Investigation
Mansyur (2017 : 21 ) mengatakan Group Investigation merupakan salah satu
jenis strategi pembelajaran kooperative yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis peserta diidk. Sedangkan menurut Hamzah (2014 :
109) strategi GI adalah strategi pembelajaran kooperative yang plaing kompleks
dan paling sulit untuk diterapkan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur
kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada pendidik.
Pendekatan ini juga mengajarkan peserta didik keterampilan komunikasi dan
proses kelompok yang benar. Afifah (2015) menyatakan pembelajaran kooperatif
tipe Group Investiagtion siswa memilih subtopik yang ingin mereka pelajari dan
topik yang biasanya telah ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dengan guru
merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan subtopik dan materi

8
yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik
didalam ataupun diluar sekolah, setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka
menganalisis, menyimpulkan dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan
hasil belajar mereka didalam kelas. Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti
menyimpulkan strategi pembelajaran Group Investigation adalah strategi yang
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam belajar agar mereka lebih aktif
dan terlihat partisipasinya yang baik dalam komunikasi serta keterampilan proses
kelompoknya, dimana peserta didiik lebih menguiasai materi ajar untuk mencari
tahu materi/informasi pelajaran yang akan dipelajari. Jadi disini guru hanya
memfasilitasi dan mengatur peserta didik, selain itu juga peserta didik melatih
untuk menumbuhkan kemampuan proses berpikir kritis dan mandiri.
2.1.3 Ciri-ciri Pembelajaran Group Investigation (GI)
Menurut Killen dalam bukunya Aunurrahman, memaparkan beberapa ciri-
ciri ensensial group investigation (GI) sebagai pendekatan pembelajaran, sebagai
berikut :
1) Para peserta didik bekerja dalam kelompok – kelompok kecil dan
memiliki independensi terhadap guru.
2) Kegiatan-kegiatan peserta didik terfokus pada upaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
3) Kegiatan belajar peserta didik akan selalu mempersyaratkan mereka
untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai
beberapa kesimpulan.
4) Peserta didik akan menggunakan pendekatan yang beragam dalam
belajar.
5) Hasil-hasil dari penelitian peserta didik dipertukarkan di antara seluruh
peserta didik.
2.1.4 Langkah-Langkah Group Investigation
Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation yaitu sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari
3) Melaksanakan investigasi
4) Menyiapkan laporan akhir
5) Mempresentasi laporan akhir
6) Evaluasi

9
2.1.5 Kelebihan Group Investigation
Strategi pembelajaran Group Investigation ( GI ) memiliki beberapa
keahlian dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lainnya, adalah :
1) Secara pribadi
a) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif
c) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
d) Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
e) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisika
2) Secara sosial
a) Meningkatkan belajar bekerja sama
b) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
c) Belajar berkomunikasi yang baik dan sistematis
d) Belajar menghargai pendapat orang lain
e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3) Secara Akademis
1) Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan
2) Bekerja secara sistematis
3) Mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai bidang
4) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya
5) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
6) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga
didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
2.1.6 Kekurangan Group Investigation
Kekurangan Group Investigation adalah sebagai berikut :
1) Sedikitnya meteri yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
3) Tidak semua topik cocok dengan strategi pembelajaran GI, stategi
pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut
siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
sendiri.
Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan strategi ini.

10
2.2 Pengertian Media Pembelajaran

2.2.1 Hakikat Media Pembelajaran

Media adalah alat yang membantu proses pembelajaran. Criticos (dalam


Daryanto, 2016:5) media adalah salah satu komponen komunikasi sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Sudjana
(2010:1) media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar dan sebagai salah
satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Sependapat Aqib (2015:50)
media pembelajaran adalah segala sesuatu baik software maupun hardware
yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses
pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran menurut Daryanto
(2016:10-12) : (1) Menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa
lampau melalui gambar, potret, slide, film, video atau media yang lain. (2)
Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk
didekati contoh slide, film, atau video. (3) Siswa dapat dengan mudah
membandingkan kedua benda yang berbeda sifat, ukuran, dan warna. (4)
Dapat menjangkau audien yang jumlahnya banyak dan mengamati obyek
secara serempak. (5) Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang
berlangsung secara cepat.

2.2.2 Media Audio-Visual

Siswa akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit daripada abstrak.
Berkaitan hal tersebut, Daryanto (2016:13) mengemukakan beberapa
pendapat:

(1) Charles F Haban, mengemukakan nilai dari media terletak pada tingkat
realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai
jenis media mulai yang paling nyata ke paling abstrak.
(2) Edgar Dale, membuat jenjang konkrit abstrak dengan dimulai partisipasi
siswa dalam pengalaman nyata, siswa sebagai pengamat kejadian nyata, siswa
pengamat sebagai kejadian yang disajikan media dan terakhir siswa sebagai
pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.
(3) Dale (dalam Arsyad, 2013:13) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil
ingatan melalui indera pandang berkisar 10%, melalui indera dengar 20%,

11
melalui indera ganda (pandang-dengar) 30% dan melalui indera lainnya (terlibat
dan berbuat) 50-90%.
Pengunan media dalam kegiatan pembelajaran adalah salah-satu bukti di
perlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar. Berdasarkan hal
tersebut peneliti memilih media audio-visual yang mmapu menampilkan citra
visual dan audio dalam waktu bersamaan. Salah-satu media audio-visual adalah
video. Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio
dapat di kombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Kemampuan
video dalam memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu
menyampaikan materi yang bersifat dinamis (Daryanto, 2016:107). Menurut
Hamdani (2011:254) belajar melalui video lebih mudah dibandingkan teks
sehingga sisa lebih aktif dalam berinteraksi dengan materi karena video
memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga
dapat memperkaya pemaparan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media video
adalah media yang mengandung unsur gambar, suara, bergerak secara
sekuensial sehingga dapat memaparkan keadaan real dari suatu proses,
fenomena atau kejadian secara jelas.
Kelebihan menggunakan media video: (1) Ukuran media video sangat
fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan; (2) Video merupakan bahan
ajar non cetak yang kaya akan informasi dan lugas karena sampai kehadapan
siswa secara langsung; (3) Media video menambah suatu dimensi baru terhadap
pembelajaran. Sedangkan kekurangan media video : (1) fine details artinya
media tayangannya tidak dapat dapat menampilkan obyek sampai yang sekecil-
kecilnya dengan sempurna; (2) size information artinya tidak dapat
menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya; (3) Third dimension
artinya gambar yang di proyeksikan oleh video umumnya berbentuk dua
dimensi; (4) Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat
menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan latar tempat
dari kejadian yang sedang berlangsung.
2.3 Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau


intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan
melakukan keterampilan proses peserta didik menggunakan pikirannya.

12
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka
melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan
alat. Keterampilan sosial dimaksudkan mereka berinteraksi dengan sesamanya
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses
(Rustaman, 2005: 78). Menurut Hoetomo (2005: 531-532) terampil merupakan
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cetakan. Keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas atau kecakapan yang disyaratkan.
Pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan
manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001: 27). Keterampilan proses adalah
keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang
mendasar dimiliki, dikuasi dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah,
sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Keterampilan
proses adalah kemampuan yang digunakan dalam sains, seperti mengamati,
mengukur, membuat hipotesis, menginterprestasikan data, dll yang harus dikusai
oleh siswa. Pengetahuan isi dan keterampilan proses sepenuhnya harus dikuasai
oleh siswa pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPA agar
memahami konsep-konsep sains dan mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari – hari (Hirca, 2013 : 1).

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu model dalam pembelajaran


yang diarahkan pada pengembangan keterampilan memproseskan pemerolehan
sehingga pembelajar mampu menemukan dan mengembangkan secara bebas dan
kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan nilai yang
diperlukan tanpa terkait pada pola pembelajaran (Rosjidan, 2001: 64).
Pemrosesan pemerolehan yang dimaksud adalah sebagaimana proses kerja para
ahli pengetahuan. Pendekatan keterampilan proses tidak saja mementingkan
pemerolehan hasil tetapi segi prosesnya juga merupakan perhatian utama.
Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih
lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan
keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia
seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar
memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan.

13
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses memberi kesempatan
kepada peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan
adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep
dan prinsip ilmu pengetahuan akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuawan
dalam diri peserta didik. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental dengan kemampuan mengamati, mengukur
dan sebagainya yang harus dikuasai oleh siswa.
Menurut Carin (Surtarno, 2009: 9.3) menyampaikan tentang pentingnya
keterampilan proses, yaitu :
1) Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari metode penyelidikan. Mengetahui IPA hanya tidak sekedar
mengetahui mater ke-IPA-an saja tetapi terkait pula dengan mengetahui
bagaimana caranya untuk mengumpulkan fakta dan menghubungkan fakta-
fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.
2) Keterampilan proses IPA adalah keterampilan belajar sepanjang hayat yang
dapat digunakan bukan saja untuk dipelajari berbagai macam ilmu tetapi juga
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut semiawan (1985: 14-15), ada beberapa alasan yang melandasi
perlu diterapkannya pendekatan ketrampilan proses dalam kegiatan belajar
mengajar, adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung cepat sehingga tidak mungkin
lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik.
2) Peserta didik mudah memhami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika
disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar yang sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, mempraktekan sendiri upaya
penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik dan penanganan
benda-benda yang benar-benar nyata.
3) Penemuan ilmu pengetahuan tidah bersifat mutlak (benar 100 %) namun
penemuannya bersifat relatif. Pengembangan keterampilan proses sangat
diperlukan peserta didik sejak awal, karena pada dasarnya anak memiliki
keingintahuan yang besar terhadap sesuatu. Menurut hasil penelitian Piaget
dan Brunner terungkap bahwa anak dapat berpikir secara tingkat tinggi bila ia
mempunyai cukup pengalaman secara kongkrit dan bimbingan yang

14
memungkinkan pengembangan konsep-konsep dan mengabungkan fakta-fakta
yang diperlukan.
American Association for the Advancement of Science
mengklarifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi
pengamatan, pengukuran, menyimpulkan, meramalkan, menggolongkan dan
mengkomunikasika, sedangkan keterampilan proses terpadu mencakup
pengontrolan variabel, interprestasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian
variabel secara operasional dan merancang eksperimen. Keterampilan proses
dasar merupakan suatu pondasi untuk melatih keterampilan proses terpadu
yang lebih kompleks. Seluruh keterampilan proses ini diperlukan pada saat
berupaya untuk mencatatkan masalah ilmiah. Keterampilan proses terpadu
khususnya diperlukan saat melakukan eksperimen untuk memecahkan
masalah (Devi, 2010: 7-8).
2.3.1 Jenis-jenis keterampilan proses
Ada beberapa kemampuan pada keterampilan proses, kemampuan
tersebut terdiri dari kemampuan dasar (basic skill) dan kemampuan
terintegrasi (integrated skill). Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji
Kemampuan dasar, contohnya : Mengobservasi, mengklasifikasi
(mengelompokkan), mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi
(meramalkan) dan menyimpulkan.
2.3.2 Indikator-indikator keterampilan proses
Indikator-indikator kemampuan dasar tersebut terdiri atas enam
keterampilan adalah :
a) Mengobservasi ( Mengamati )
Kemampuan observasi merupakan salah satu bagian dari
keterampilan proses. Kemampuan observasi adalah proses
pemasukan persepsi mengenai kondisi serta sifat-sifatnya dan
memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan
realitas. Melalui kegiatan observasi, siswa belajar tentang dunia
siswa yang fantastis. Dalam mengobservasi atau mengamati siswa
memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak
penting.

15
b) Mengklasifikasi
Kemampuan mengklasifikasi merupakan keterampilan proses
untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat
khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari
objek peristiwa yang dimaksud.
c) Memprediksi
Prediksi adalah suatu ramalan dari apa yang kemudian hari
dapat diamati. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan
pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui
sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan. Memprediksi
merupakan antisipasi atau membuat tentang ramalan segala hal yang
akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada pola
atau kecendrungan tertentu,atau hubungan antara fakta, konsep, dan
prinsip dasar ilmu pengetahuan.
d) Mengukur
Kemampuan mengukur sangatlah penting dalam kerja ilmiah.
Kemampuan mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan
yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
e) Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan suatu kemampuan untuk
memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,
konsep dan prinsip yang diketahui. Kegiatan ini bertujuan untuk
menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan berdasrkan
pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang
lainnya.
f) Mengkomunikasikan
Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan untuk
menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara
lisan maupun tulisan dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan
paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram,
grafik. Terutama dalam mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah
sangat penting dalam suatu kerja ilmiah.

16
2.2 Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang hendak dilakukan
yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatullah, Hairunnisyah Sahidu, Syahrial Ayub,


mahasiswa Universitas Mataram, pada tahun 2017 dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperative Tipe Group Investigation (GI) Dengan
Teknik Open-Ended Problem Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa
SMAN 3 Mataram”. Pada penelitian ini menyatakan bahwa nilai rata-rata aktivitas
belajar kelas eksperimen yakni 78,262 lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata
aktivitas belajar kelas kontrol yakni 75,917. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh Model Pembelajaran Kooperative Tipe Group Investigation (GI) Dengan
Teknik Open-Ended Problem Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa
SMAN 3 Mataram.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ni.L.P.W Wahyuni, I.M.C. Wibawa, N.T.Renda,
mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha,Singaraja,Indonesia, pada tahun 2018
dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation Berbantuan Asesmen Kinerja Terhadap Keterampilan Proses
Sains”.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION


TERHADAP KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS V SDN
INPRES DORIDUNGGA

Kondisi Awal Masalah

Pengunaan strategi yang sederhana


Siswa pasif

Hasil Solusi

17
Keterampil proses meningkat Penggunaan strategi Group
Investigation (GI)
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dijelaskan bahwa kondisi awal dalam proses
pembelajaran,guru masih menggunakan strategi yang sederhana seperti strategi
konvesional dimana strategi ini guru lebih aktif daripada siswanya ( teacher centered).
Dengan penggunaan strategi konvesional ini maka timbulah suatu masalah yang
berdampak pada siswa, seperti siswa pasif dalam proses belajar. Melihat permasalahan
tersebut, guru perlu menciptakan pembelajaran yang mampu membangkitkan semangat
belajar siswa, bermakna dan menyenangkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
diperlukan inovasi dalam penyajian pembelajaran dikelas seperti menggunakan strategi
pembelajaran yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Strategi yang dapat
membantu siswa mengatasi rendahnya keterampilan proses siswa adalah strategi
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam menyelidiki sesuatu. Salah satu stategi
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses penyelidikan adalah strategi Group
Investigation. Menurut Kurniasih ( 2016 : 80) Group investigation adalah salah satu
bentuk strategi pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari. Dalam
strategi pembelajaran Group Investigation, siswa aktif dalam menggali, membangun, dan
mengembangkan konsep, sedangkan guru hanya memfasilitasi, membimbing dan
memotivasi siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan solusi yang akan
digunakan oleh peneliti maka diharapkan strategi Group Investigation ini dapat
meningkatkan hasil keterampilan proses siswa kelas V SDN Inpres Doridungga.

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di

atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 :Tidak ada pengaruh pada strategi Group Investigation berbantuan media audio-

visual terhadap keterampilan proses sains siswa kelas V SDN Inpres Doridungga

tahun pelajaran 2020/2021.

Ha :Ada pengaruh pada strategi Group Investigation berbantuan media audio-visual

terhadap keterampilan proses sains siswa kelas V SDN Inpres Doridungga tahun

pelajaran 2020/2021.

18
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh dari perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk

mencari hubungan sebab akibat (hubungan kuasal) antara dua faktor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasikan atau mengurangi atau menyisihkan

faktor-faktor lain yang menganggu (Menurut Arikunto 2014 : 19).

Menurut Sugiyono (2017:72) penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendali. Dalam penelitian eksperimen ini memanipulasi suatu

treatment atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian menilai pengaruh yang

diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut.

Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan

(treatment). Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperimental tipe

Nonequivalent Control Group Design. Penelitian dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol (pembanding) yang dipilih secara random. Pada kelas

eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran yang menggunakan strategi

pembelajaran Group Investigation. Sedangkan kelas kontrol (pembanding) pelajaran

dilakukan dengan menggunakan pembelajaran konvesional. Setelah masing-masing kelas

diberikan perlakuan, kedua kelompok sama-sama mendapatkan pengukuran dengan

menggunakan lembar observasi.

19
3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:39). Hubungan antara variabel yang

satu dengan yang lain, maka variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas

(Independen) dan variabel terikat (Dependen).

Dalam penelitian eksperimen, variabel independen adalah perlakuan (treatment)

sedangkan variabel dependen adalah karakteristik setelah diberikan perlakuan. Menurut

Sugiyono (2017:39) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

 Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran Group

Investigation.

 Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah keterampilan

proses siswa.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari

3.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Inpres Doridungga yang beralamat di desa

Doridungga Kecematan Donggo Kabupaten Bima.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

20
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dijelaskan juga oleh Riduwan (2014:8) Populasi adalah obyek atau subyek yang

berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Populasi

adalah keseluruhan obyek atau subyek yang memiliki karakteristik tertentu untuk

menjadi sasaran penelitian.

Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang berada di

SDN Inpres Doridungga pada tahun ajaran 2020/2021 adalah 2 kelas. Berikut

merupakan tabel jumlah populasi penelitian

No. Kelas Jumlah


1. Kelas VA 13
2. Kelas VB 15
Total Dua kelas 28
3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2017:81) sampel merupakan bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada dipopulasi, misalnya karena

katerbasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

di ambil dari populasi itu. Menurut Riduwan (2014:10) sampel merupakan bagian

dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.

1. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Sampling

Jenuh. Menurut Sugiyono, sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan

bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang dari 30 orang. Sedangkan

21
menurut Suharsimi (2014:183), sampling jenuh adalah merupakan teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Hal ini dilakukan bila jumlah populasi kecil, kurang dari 100 orang atau

penelitian yang membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi

dijadikan sampel. dalam penelitian ini pengambilan sampel kelas eksperimen

dan kontrol dengan cara diundi. Sehingga yang menjadi kelas kontrol dalam

penelitian ini yaitu

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
metode non tes, antara lain: lembar observasi keterampilan proses sains siswa dan lembar
observasi ketrampilan strategi group investigation. Data yang telah berhasil
dikumpulkan, dianalisis menggunakan metode analisis kuantitatif.

3.6 Instrumen Penilaian

3.6.1 Lembar Observasi keterampilan proses sains

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Proses Siswa

Variabel Indikator Nomor butir


Mengamati 1

Mengklasifikasikan 2
(Mengelompokkan)

Mengkomunikasikan 3

Keterampilan
proses siswa Mengukur 4

Memprediksi (meramalkan) 5

Menyimpulkan 6

22
Nilai dengan strategi Group Investigation diperoleh dengan menggunakan rumus :

R
N= X 100
SM
Keterangan :
N = Nilai
R = Jumlah skor keterampilan siswa
SM = Skor maksimal
100 = Bilangan tetap

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Keterampilan Proses Siswa

Tingkat Keterampilan Proses Siswa Kategori


N ≥ 80 Sangat Tinggi
79 ≥ N ≤ 60 Tinggi
59 ≥ N ≤ 50 Cukup Tinggi
N ≤ 49 Kurang Tinggi
( Arikunto, 2013:198)

3.6.2 Lembar Observasi menggunakan strategi group investigation

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Strategi Group Investigation.

Variabel Indikator Nomor


butir
Guru membagi siswa dalam beberapa 1
kelompok
Guru menjelaskan maksud pembelajaran 2
dan tugas kelompok
Guru memangil ketua kelompok untuk 3
mengambil satu materi kelompok tugas
sehingga satu kelompok mendapat materi
yang berbeda dari kelompok lainnya.
Masing-masing kelompok membahas 4
materi yang akan dipelajari secara
strategi Group kooperatif dalam kelompoknya.
Investigation. Siswa melakukan investigasi dan 5
menyiapkan laporan akhir
Setelah selasai diskusi, siswa 6
menyampaikan hasil laporannya.
Guru memberikan penjelasan secara 7
singkat bila terjadi kesalahan konsep dan
memberikan kesimpulan
Evaluasi 8

23
Penutup 9

Nilai dengan strategi Group Investigation diperoleh dengan menggunakan rumus :


R
N= X 100
SM
Keterangan :
N = Nilai
R = Jumlah skor strategi Group Investigation
SM = Skor maksimal
100 = Bilangan tetap
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Terlaksana Strategi Group Investigation

Tingkat Terlaksana Strategi Group Kategori


Investigation
N ≥ 80 Sangat Tinggi
79 ≥ N ≤ 60 Tinggi
59 ≥ N ≤ 50 Cukup Tinggi
N ≤ 49 Kurang Tinggi
( Arikunto, 2013:198)

3.7 Uji Coba Instrumen

Instrument penelitian harus diuji cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
mengungkap data. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi dari instrument tersebut.

3.7.1 Uji Validasi

Penelitian ini menggunakan uji validasi. Validasi adalah derajat ketetapan antara
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh
peneliti (Sugiyono, 2012:267). Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu uji
coba terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian nantinya. Hal ini
bertujuan untuk mendapat instrumen yang valid sehingga layak untuk diuji
cobakan. Valid artinya instrument tersebut layak digunakan untuk mengukur apa
saja yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2018:173). Menurut Sugiyono (2018:177-
182) pengujian validasi instrumen dilakukan dengan tiga cara, yaitu : pengujian

24
validasi kontruks, pengujian validasi isi, dan pengujian validasi eksternal. Adapun
pengujian validasi instrumen pada penelitian ini adalah :

1) Pengujian validasi kontruk ( Contruk Validity)


Menurut Sugiyono (2018:177) untuk menguji validasi kontruk, maka dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgement expert). Dalam hal ini setelah
instrumen dikontruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para
ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan
memberi pendapat : instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan,
dan dirombak total.
2) Pengujian validasi isi (Content Validity)
Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, setelah
dikonsultasikan dengan ahli maka selanjutnya diuji cobakan, dan dianalisis
dengan analisis item. Hasil uji validitas isi dianalis untuk mengetahu apakah
butir dalam instrument tersebut mencerminkan indikator variabel hendak
diukur. Untuk menentukan validitas butir, dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi product moment dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Jadi kemungkinan yang terjadi adalah :
Jika r hitung ≥ r tabel , maka lembar observasi tersebut dikatakan valid
Jika r hitung ≤ r tabel , maka lembar observasi tersebut dikatakan tidak valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Menurut Neuendorf (2002), reliabilitas menunjuk pada sebuah konsistensi


hasil jika pengukuran (pengondingan) dua kali atau lebih, baik orang yang sama
maupun berbeda (dalam Nanang, 2011:103). Apabila datanya sesuai dengan
kebenarannya, maka berapa kalipun pengambilan data tetap sama. Reliabilitas
instrumen penelitian ini didapatkan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows,
dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :

k ε σb2
r11 =( ¿(1 2 )
k−1 σt

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrumen k = Banyaknya butir rubrik

25
ε σb 2= Varian Butir Rubrik σt 2 = Varian Total

(Arikunto, 2013 :196)

Tabel 3.5 Interprestasi Reliabilitas

Interprestasi Reliabilitas Kategori


0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Sedang
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Dapat Diabaikan
(Sugiyono, 2016 : 232)

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah tata cara yang digunakan oleh para peneliti untuk
menganlisa data yang sudah terkumpulkan untuk menarik kesimpulan sebagai hasil
peneliti. Analisis data yang dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis yang
telah dirumuskan atau menjawab rumusan masalah yang diajukan (Riduwan, 2010:129).
Mengingat dalam penelitian ini melihat keterampilan proses siswa melalui strategi group
investigation. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif
yang dianalisis menggunakan statistik parametris. Stastik parametris digunakan untuk
menganalisis data interval atau rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi
normal (Sugiyono, 2016:72). Statistik parametris ini juga digunakan untuk menguji
hipotesis asosiatif (hubungan antar variabel).

3.8.1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang


akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data
dilakukan dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov yang menggunakan
program analisis statistic SPSS 16.0 for windows. Data dapat dikatakan
berdistribusi normal jika nilai signifikannya lebih dari 0,05 dengan taraf signifikan
5%.

3.8.2. Uji Lineritas Data

Uji linier digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat, yaitu variabel strategi group investigation dengan

26
keterampilan proses siswa. Menurut Riduwan (2015 :147) data dianggap
memenuhi asumsi dan persyaratan analisis data dipilih secara random, berdistribusi
normal, berpola linier dan mempunyai pasangan yang sama dengan subjek data.
Menurut Priyatno (2010 :73) hubungan yang linier ditandai dengan adanya
kenaikan skor suatu variabel diikuti kenaikan pada variabel lainnya. Apabila
diperoleh nilai sig. Deviation From Linerity > 0,05, maka hubungan antar variabel
linier. Dalam menguji linier rumus yang digunakan adalah test for linerity pada
taraf signifikasi 0,05 dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.

3.8.3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t. Menurut Subhana (2000 :
168), uji t adalah tes statistik yang dipakai untuk menguji perbedaan atau
persamaan dua kondisi/perlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata kedua kelompok/perlakuan itu. Uji hipotesis
menggunakan analisis uji t dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Uji t adalah uji
hipotesis untuk mengetahui apakah variabel X berpengaruh terhadap variabel Y.
Ada tidaknya pengaruh strategi group investigation terhadap keterampilan proses
siswa dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika t hitung> t tabel. Pada α
= 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3.8.4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui


seberapa besar pengaruh strategi group investigation terhadap keterampilan proses
siswa. Menurut Riduwan (2015 :228) koefisien determinasi dicari dengan
mengkuadratkan koefesian relasi yang telah ditemukan dan selanjutnya dikalikan
100%. Berikut rumus koefisien determinasi adalah :

KD = r 2x 100%

Keterangan:

KD = Nilai Koefisien Determinas

r2 = Koefisien Korelasi

27
Pengujian koefisien determinasi dapat dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0
for windows.

Tabel 3.6 Interprestasi Koefisisen Determinasi

Interprestasi Kategori
0% - 39% Rendah
40% - 59% Sedang
60% - 79% Tinggi
80% - 100% Sangat Tinggi
( Sugiyono, 2013 :242)

28
Rubrik penilaian keterampilan proses sains

No. Aspek penilaian Indikator Kategori Skor


1. Observasi  Menggunakan satu atau lebih Empat 4
(pengamatan) indera untuk mengumpulkan indikator
informasi tentang terpenuhi
Tiga 3
obyek/peristiwa
indikator
 Merasakan perbedan dan
terpenuhi
persamaan antara obyek
Dua 2
 Mencocokan obyek indikator
pengamatan dengan deskripsi terpenuhi
penjelasan menggunakan Satu 1
media video yang telah indikator
diberikan terpenuhi
 Mengidentifikasi karakteristik
obyek (bentuk, warna, ukuran
dan tekstur)
2. Mengklasifikasikan  Mengidentifikasi karakteristik Tiga 3
yang berguna untuk indikator
mengkalsifikasikan obyek terpenuhi
Dua 2
 Mengelompokan obyek
indikator
berdasarkan karakteristik
terpenuhi
masing-masing/persamaan dan
Satu 1
perbedaan/kriteria/karakter
indikator
yang dapat diamati
terpenuhi 3.
 Membangun dan menggunakan
sisten klasifikasi dalam tabulasi
atau bentuk visualisasi
3. Mengkomunikasikan  Mendiskusikan hasil kegiatan Tiga 3
suatu masalah atau suatui indikator
peristiwa terpenuhi
Dua 2
 Aktif dalam tanya jawab
indikator
 Menjelaskan hasil percobaan
terpenuhi
atau penelitian Satu 1

29
indikator
terpenuhi
4. Mengukur  Mengukur dalam kondisi yang Tiga 3
diberikan menggunakan satuan indikator
yang sesuai dengan tingkat terpenuhi
Dua 2
akurasi yang sesuai
indikator
 Menggunakan kedua
terpenuhi
pengukuran standard dan non
Satu 1
standar/pendekatan untuk
indikator
mendeskripsikan dimensi
terpenuhi
obyek
 Menggunakan kedua
pengukuran standard dan non
standar/pendekatan untuk
membuat perbandingan

5. Memprediksi  Menggunakan pola-pola hasil Tiga 3


(meramalkan) pengamatan indikator
 Mengemukakan apa yang terpenuhi
Dua 2
mungkin terjadi pada keadaan
indikator
yang belum diamati
terpenuhi
 Menggunakan fakta-fakta Satu 1
untuk merumuskan urutan indikator
proses berikutnya terpenuhi

6. Menyimpulkan  Siswa mampu menyimpulkan Empat 4


hasil percobaanya indikator
 Menyimpulkan secara detail terpenuhi
Tiga 3
 Memberikan kesimpulan yang
indikator
rasional
terpenuhi
 Mempresentasikan dengan baik Dua 2
indikator
terpenuhi
Satu 1

30
indikator
terpenuhi

Rubrik startegi group investiagation

No. Indikator Keterangan


Ya Tidak
1. Guru membagikan siswa dalam beberapa kelompok
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas
kelompok
3. Guru memangil ketua kelompok untuk mengambil
satu materi kelompok tugas sehingga satu kelompok
mendapat materi yang berbeda dengan kelompok
lainnya
4. Masing-masing kelompok membahas mataeri yang
akan dipelajari secara kooperatif
5. Siswa melakukan investigasi dan menyiapkan laporan
akhir
6. Siswa menyiapkan laporan akhir
7. Guru memberikan penjelasan secara singkat bila
terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan
8. Evaluasi
9. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. A. 2017. Media pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sidi Jartmiko, Mukminan. 2016. Penggunaan Media Audio visual Untuk meningkatkan Hasil
belajar IPS di SMP. Yogyakarta. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial.

31
Wena, Made. 2012. Strategi pembelajaran yang inivatif kontemporer. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Jakarta:


Sekertariat Negara.

Kemendikbud: Peringkat dan Capaian PISA Indonesia Mengalami Peningkatan. Diperoleh


dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-
mengalami-peningkatan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tentang standar isi, Jakarta: Sekretariat


Negara.

Peraturan Pemerintah No 32 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sekretariat


Negara.

Ariansyah, A. (2018). Penerapan Beberapa Keterampilan Abad 21 Melalui Metode Kuliah


Lapangan (Flied Trip) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Taksonomi Tumbuhan
Tingkat Rendah ORYZA Jurnal Pendidikan Biologi, 7(1), 1-9.

Rezba, R.J., Sprague, C.R., McDonnough, T.J., & Matkins, J.J. 2006. Learning & Assessing
Science Process Skills, Fifth Edition. USA: Hunt Publishing.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara.

Kurniasih, Imas., dan Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Afifah Nurul, Epi, Arif. 2015. Perbandingan Pembelajaran Kooperative Tipe Numbered Head
Together (NHT) dan Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar di Kelas VIII MTS
Hasanatul Batokah. The Journal of Physics Edacation. Volume 2, No.2 : 145-152

Hamzah. 2014. Belajar dengan Pendekan PALKEM. PT Bumi Aksara: Jakarta

Mansyur, Romi Adiansyah. Et al. 2017. The effeciveness of Group Investigation on Scientific
Approach. Nanyang Technological University Singapure. Volume 11. Issue 2.

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, ( Bandung: CV Alfabeta, 2009), hlm. 152-153.

Daryanto. 2016. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

32
Aqib, Zainal. 2015. Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif).
Bandung: Yrama Widya.

Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nuryani Y. Rustaman. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas


Negeri Malang.

Noehi Nasution dan Ketut Budiastra. (2000). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Nono Sutarno. (2009). Materi dan Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Riduwan. 2014. Metode dan Teknik Penyususnan Penelitian. Bandung: . Alfabeta

Sugiyono. 2014. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiayono, 2012. Metode penelitian bisnis pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Martono Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Poppy Kamalia Devi.(2010). Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: PPPTK
IPA.

Sugiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Subhana, Rahadi, M, dan Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

33
Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti
Pendidikan. Jakarta: kencana

Yulitha, Ika. 2017. Pengaruh model pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap
Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pulaupanggung Kabupaten
Tanggamus Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sejarah,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Univesitas Lampung.

34

Anda mungkin juga menyukai