SUBKONJUNGTIVA
Cahyati Fajariah
Anatomi Konjungtiva
Anatomi konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva
mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata
terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
■ Konjungitva tarsal
■ Konjungtiva bulbi
■ Konjungtiva fornises atau forniks
Fisiologi konjungtiva
■ Konjungtiva merupakan membran mukus yang transparan yang membentang di permukaan dalam kelopak
mata dan permukaan bola mata sejauh dari limbus, memiliki suplay limfatik yang tebal dan sel
imunokompeten yang berlimpah. Mukus dari sel goblet dan sekresi dari kelenjar aksesoris lakrimal
merupakan komponen penting pada air mata. Konjungtiva merupakan barier pertahanan dari adanya infeksi..
■ Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi
Definisi Perdarahan Subkonjungtiva
■ Idiopatik
■ Manuver valsava
■ Traumatik
■ Gangguan perdarahan
■ Penggunaan obat-obatan (NSAID, steroid, kontrasepsi)
■ Penggunaan lensa kontak
■ Operasi mata
■ Penyakit yang disebabkan oleh virus
Manifestasi klinis
1. Sangat jarang
mengalami
2. Tampak
nyeri ketika adanya
terjadi perdarahan
perdarahan
subkonjungtiva di sklera
3. Tidak 4. Perdarahan
akan terlihat
ada tanda
meluas dalam
peradanga 24 jam
n pertama
Patofisiologi
■ Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma, ataupun infeksi.
Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau episclera yang bermuara ke ruang
subkonjungtiva.
■ Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi dua, yaitu :
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan fisik
Diagnosis banding
■ Konjungtivitis
■ Konjungtivitis hemoragik akut
■ Sarcoma kaposi
Penatalaksanaan
■ Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1 – 2 minggu,
sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi.
Prognosis
■ Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena sifatnya yang dapat
diabsorpsi sendiri oleh tubuh.
■ Kaimbo D, Kaimbo Wa. Epidemiology of traumatic and spontaneous subconjunctival
haemorrhages in Congo. Congo. 2008. Diakses pada tanggal 8 Februari 2012, dari
http//pubmed.com/Epidemiology of traumatic and spontaneous subconjunctival
haemorrhages in Congo/943iure
■ Parmeggiani F et all. Prevalence of factor XIII Val34Leu polymorphism in patients
affected by spontaneous subconjunctival hemorrhage. Ferrara, Itali. Diaksespadatanggal
8 Februari 2012, dari http//pubmed.com/Prevalence of factor XIII Val34Leu
polymorphism in patients affected by spontaneous subconjunctivalhemorrhage/42u3-
upr2
■ Vaughan dan Asbury, Rior dan, Paul-Eva.,Whitcher, JP.2009. Oftamologi Umum Edisi
17. Jakarta:EGC
TERIMA KASIH