FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
OLEH:
LIDIANTY TIANOTAK, S.Ked
PEMBIMBING:
dr. Purnamanita Syawal, Sp. M
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Suku : Makassar
Alamat : Jl. Baji Mimasa 31, No: 30
No. RM : 104943
Tgl. Pemeriksaan : 6 Juli 2017
Tempat Pemeriksaan : Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
Pemeriksa : Lidianty Tianotak
Supervisor : dr. PS
ANAMNESIS
Keluhan Utama: mata merah
Anamnesis terpimpin: pasien laki-laki 51 tahun, datang ke Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM) dengan keluhan mata kanan merah yang dirasakan
sejak kurang lebih 1minggu yang lalu. Terasa gatal pada mata kanan dan
tidak terasa nyeri. Mata berair, silau dan kotoran mata disangkal. Awalnya
pasien merasa gatal pada mata kanannya, kemudian ia mengucek matanya
dan tanpa disadari pasien muncul kemeran pada mata kanannya. Keluhan
penglihatan kabur sejak muncul keluhan diatas disangkal. Pasien telah
melakukan pengobatan ke puskesmas sekitar 3 hari yang lalu dan diberi obet
salep mata (pasien lupa nama obatnya), dan membeli sendiri obat tetes mata
insto namun keluhan tidak berkurang. Riwayat mata merah sebelumnya
disangkal, riwayat demam tidak ada, Riwayat benda asing masuk mata tidak
ada.
Riwayat Penyakit Terdahulu: Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat Alergi (+)
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam
anggota keluarga.
Riwayat Pemakaian Kacamata: Tidak ada
Riwayat Pengobatan: salep mata dari puskesmas, dan tetes mata insto yang
dibeli sendiri oleh pasien.
PEMERIKSAAN OPHTALMOLOGI
Pterigium
OD: Perdarahan
Subkonjungtiva Pseudopterigium
+ presbiopia
ametrop Episkleritis
OS: Presbiopi Skleritis
ametrop
Konjungtivitis Akut
TERAPI
NON-
MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA
Topikal: Anjuran:
R/ Bralifex Plus kacamata bifocal
5 dd 1 tts OD
PROGNOSIS
Trauma ringan
(menggosok
mata),
Trauma berat
GEJALA & TANDA KLINIS
Sangat jarang mengalami nyeri, sedikit terasa tidak nyaman, terasa ada
yang mengganjal dan penuh di mata.
Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang
(tipis)atau merah tua (tebal).
Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasanya peradangan
yang ringan.
Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu
kemudian akan berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi dalam
waktu 1-3 minggu
Ketajaman penglihatan tidak terganggu
DIAGNOSIS BANDING
Reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sclera, umumnya mengenai satu
mata. Terutama pada wanita dengan riwayat penyakit rematik.
Episkleritis Bentuk radang : benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva. Bila ditekan
dengan kapas atau ditekan kelopak mata atasbenjolan: rasa sakit menjalar ke sekitar mata.
Akibat kelainan atau penyakit sistemik. sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout, terjadi
bilateral .
Skleritis Nyeri berat, mata merah berair, fotofobia, dengan penglihatan menurun. Tidak mengeluarkan kotoran, terlihat benjolan
berwarna sedikit lebih biru jingga, mengenai seluruh lingkaran kornea.
Radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Penyebabnya antara
Konjungtivitis lain bakteri, klamidia, alergik, viral toksik, berkaitan dengan penyakit istemik.
Hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat, pseudoptosis akibat kelopak mata bengkat, hipertrofi papil, folikel,
akut membrane, psudomembran, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopati preaurikuler.
Skleritis Episkleritis
Konjungtivitis akut
Pterigium Pseudopterigium
PENATALAKSANAAN
OPTIKA OPERATIF
peresepan lensa sferis positif yang monovision LASIK,
sesuai untuk kerja dekat:
monovision conductive
S + 1,0 D untuk usia 40 tahun, keratoplasty (CK),
S + 1,5 D untuk usia 45 tahun,
S + 2,0 D untuk usia 50 tahun,
S + 2,5 D untuk usia 55 tahun,
S + 3,0 D untuk uisa 60 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Tarlan B, Kiratli H. 2013. Subconjungtival Hemorrhage: risk factors and potential indicators. Clinical Ophtalmologi-
Haccettepe University School of Medicine, Sihhiye-Turkey.
Zaezamora S. 2009. Eye Facts- Subconjungtival Hemorrhage. UT medicine San Antonio Ophtalmology Clinic. University
Center for Community Health: San Francisco.
Vaughan, Daniel. 2014. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ilyas S, Yulianti SR.2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Pflugferden AC, Beuerman RW, Stren ME. 2004.Dry Eye and Ocular Surface Disorder. Allergan;Canada
Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Wilson S. 2014. Subconjungtival Hemorrhage. Kellog Eye Center. Univercity of Michigan Heath System.
American Academy of Ophtalmology. 2014. Subconjungtival Hemorrhage. AAO- the eye M.D Association; San Francisco
American Academy of Ophtalmology. 2011-2012. Eksternal Disease and Cornea- Section 8. AAO- the eye M.D Association;
San Francisco
Boyd K. 2016. Subconjungtival Hemorrhage Treatment. American Academy of Ophtalmology- diakses melalui
https://www.aao.org/eye-health/diseases/subconjunctival-hemorrhage-treatment
Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem ED.6. Jakarta : ECG
Despopoulos A, Silbernagl S. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi Ed-4. Hipokrater; Jakarta
May WN. 2013. Glasses in William N. May, M.D American Board of Opthalmology. dikutip dari
www.williammaymd.com/glasses.html
Khurana AK. 2007. Comprehensive Opthalmology Fourth Edition, New Age International (P) Ltd
Mayo Clinic Staff. 2016. Astigmatism. Dikutip dari http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/astigmatism/home/ovc-
20253070
TERIMA KASIH
WASSALAMUALAIKUM WR WB