Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Diabetes Melitus

3.1.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi glukosa darah akibat kerusakan pada sekresi insulin. Penurunan
sekresi disebabkan karena kerusakan sel beta ataupun kekurangan fungsi sel beta
yang progresif.

Diabetes melitus merupakan penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah


tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi
hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL. Kadar gula darah
biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya

3.1.2 Klasifikasi

Diabetes melitus dibagi menjadi beberapa tipe :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Tipe ini ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormone insulin yang
menjurus ke defisiensi insulin absolut. Diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak
sebelum usia 30 tahun dan penderita memerlukan injeksi insulin untuk
mengontrol kadar glukosa darah.

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Disebabkan oleh kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin,
dan mengakibatkan penurunan jumlah insulin yang diproduksi.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes gestasional terjadi karena intoleransi glukosa yang muncul selama
kehamilan

8
3.1.3 Patofisiologi
Diabetes melitus terjadi karena terdapatnya gangguan metabolisme tubuh
yang menyebabkan glukosa menumpuk dalam aliran darah. Ada beberapa tipe
diabetes mellitus. Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruksi sel beta
pankreas secara absolut. Beberapa faktor yang menjadi penyebab yaitu faktor
genetik dimana penderita mewarisi kecenderungan genetik ke arah terjadinya
diabetes tipe 1, kemudian faktor imunologi yang terjadi karena adanya respon
autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, dan
yang terakhir faktor lingkungan karena virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan dekstruksi sel beta.

Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahap awal yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin yang tujuannya untuk
mengkompensasi agar kadar glukosa darah tetap normal. Akan tetapi semakin
lama sel beta tidak sanggup mengkompensasi resistensi insulin karena fungsinya
yang semakin menurun dan berakibat terhadap peningkatan glukosa darah.
Terdapat beberapa faktor penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2,
diantaranya adalah faktor usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat keluarga,
dan diet tinggi lemak.

Penanganan pada penderita dengan defisiensi insulin berbeda karena


tergantung tipe diabetesnya. Pada diabetes melitus tipe 1 karena terjadi destruksi
sel beta secara absolut sehingga tidak dapat memproduksi insulin maka
penanganannya dengan pemberian suntikan insulin dan penerapan makan yang
benar. Sedangkan pada diabetes tipe 2 penanganan awal yang dilakukan adalah
dengan pemberian edukasi, diet, latihan jasmani, dan terapi farmakologis.

Penerapan diet pada penataksanaan diabetes melitus sangat penting untuk


dilakukan. Karena akan mempengaruhi kadar glukosa dalam tubuh. Apabila
penderita diabetes melitus tidak mengikuti perencanaan makan sesuai dengan
anjuran tenaga kesehatan maka akan menjadi salah satu kendala dalam
keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

9
3.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus sebagai berikut :

a. Keluhan Utama
1) Poliuria
Jika konsentrasi glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal (>180 mg/dl),
maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang
mengandung glukosa tersebut keluar tidak terlalu pekat, maka tubuh akan
menarik air sebanyak mungkin sehingga urine keluar dalam volume yang
banyak dan terjadi peningkatan berkemih.
2) Polidipsi
Karena banyaknya pengeluaran cairan dalam tubuh, maka mengakibatkan
tubuh mengalami dehidrasi. Hal ini akan merangsang rasa haus sehingga
penderita ingin selalu minum
3) Poliphagi
Pemasukan glukosa ke dalam sel-sel tubuh berkurang mengakibatkan energi
yang dibentuk juga berkurang. Sel juga menjadi miskin gula sehingga tubuh
penderita berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm
rasa lapar.

b. Keluhan lain

- Kelelahan dan Kelemahan

Rasa lelah dan kelemahan otot diakibatkan karena berkurangnya pemasukan


glukosa ke dalam sel-sel tubuh sehingga energi yang dibentuk menjadi kurang.
- Perubahan Penglihatan
Ganguan penglihatan pada diabetes melitus disebabkan adanya kerusakan pada
pembuluh darah mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan akibat
kerusakan pada retina mata atau biasa disebut dengan retinopati diabetikum.
- Perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki
Kelainan ini bisa disebabkan karena saraf yang menuju tangan, tungkai dan kaki
mengalami kerusakan. Kelainan tersebut biasa disebut dengan polineuropati
diabetikum.

10
- Kelainan Kulit
Kelainan kulit ini berupa kulit kering dan lesi luka yang penyembuhannya
lambat serta dapat menyebabkan terjadiya infeksi berulang.

3.1.5 Diagnosis

Diagnosa DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :


1. Jika ditemukan keluhan klasik, dan glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL.
2. Jika ditemukan keluhan klasik, dan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL.
3. Jika tidak ditemukan keluhan klasik, tetapi TTGO GD 2 jam ≥ 200 mg/dL.

3.1.6 Diagnosis Banding


3.1.6.1 Kaki Diabetes/Diabetic Foot
Kaki diabetik (diabetic foot) adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada
kaki yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi
terbentuknya kaki diabetik merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati
somatik, insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk
rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan oleh
penderita.
- Patofisiologi
Ada beberapa komponen penyebab sebagai pencetus timbulnya ulkus kaki
diabetik pada pasien diabetes yaitu :
Faktor Kausatif
Neuropati perifir (sensorik, motorik, autonom) ,
Merupakan Faktor kausatif utama dan terpenting. Paralisis oto kaki
menyebabkan perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan
akan menimbulkan suatu titik tekan baru pada telapak kaki sehingga tejadi kalus di
tempat itu. Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya
perlindungan terhadap trauma sehingga penderita mengalami suatu cedera tanpa
disadari. Akibatnya kalus dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai dengan
infeksi berkembang menjadi ganggren. Sedangkan neuropati autonom, ditandai dengan
hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering, dan ,mudah mengalami luka yang sukar
sembuh. Infeksi dan luka yang sukar sembuh dan mudah mengalami nekrosis

11
disebabkan oleh perfusi jaringan kaki kurang baik, sehingga mekanisme radang jadi
tidak efektif, kemudian lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri
dan peningkatan pengisian kapiler sekunder akibat pintasan arteriovenous di kulit.
- Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi derajat ulkus kaki diabetik dikenal saat ini seperti,
klasifikasi Wagner, University of Texas wound classification system (UT), dan
PEDIS ( Perfusion, Extent / size, Depth / tissue loss, Infection, Sensation ).
Klasifikasi Wagner
Grade 0 Tidak ada ulkus pada penderita kaki risiko tinggi
Grade I Ulkus superfisial terlokalisir.
Grade II Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, ligamen, otot, belum mengenai
tulang
Grade III Ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang sering komplikasi
osteomyelitis.
Grade IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal.
Grade V Gangren seluruh kaki.
- Penatalaksanaan
Debridemen adalah suatu tindakan membuang material yang tidak hidup,
benda asing, dan jaringan tidak sehat yang sulit sembuh dari luka. Target utama
penanganan ulkus kaki diabetik adalah untuk mencapai penutupan luka secepat
mungkin, dan menurunkan angka amputasi. Debridemen merupakan komponen
yang tak terpisahkan (integral) dan langkah sangat penting dalam protokol
penanganan ulkus kronis, semenjak bahwa kesembuhan tidak akan terjadi pada
jaringan yang mati, nekrotik, debris, atau kolonisasi bakteri di daerah luka. Oleh
karena itu fungsi dari debridemen adalah membuang jaringan nekrotik, mengurangi
tekanan, evaluasi adanya kantong-kantong infeksi yang tersembunyi (tracking and
tunneling), drainase, dekolonisasi bakteri, dan hanya meninggalkan jaringan sehat
untuk mendorong penyembuhan luka

12
3.1.6.2 Gastropati Diabetika
Gastropati diabetika adalah suatu kelainan motilitas lambung yang terjadi
pada penderita diabetes mellitus yang dapat dimanisfestasikan oleh berbagai
macam gejala serta dijumpai kelainan pada uji pengosongan lambung yang
mengarah pada kondisi dispepsia dengan adanya keluhan mual, muntah dan rasa
penuh setelah makan.
- Manifestasi Klinis
Awalnya gejala dari komplikasi diabetes ini tidaklah berbahaya dan bersifat

ringan. Misalnya adalah mual, perut kembung, dan ada rasa nyeri pada bagian

perut. Hal ini merupakan keluhan yang bersifat biasa dan umum terjadi.

Berikut ini adalah beberapa tanda dari gastropati :

 Perut menjadi mual dan mulas.

 Orang akan memuntahkan makanan yang tidak terproses.

 Penurunan berat badan secara drastis.

 Perut kembung dan kekenyangan.

 Nafsu makan berkurang.

 Gula dalam darah menjadi sulit untuk dikontrol.

 Perut menjadi kram.

 Asam lambung naik atau GERD.

- Penatalaksanaan
Menurut American Family Physician, gastropati dapat diatasi dengan
mengatur pola makan dan jenis makanan yang masuk ke dalam perut. Misalnya
dengan mengubah pola makan dengan porsi yang kecil tetapi sering, menjadi 6
sampai 8 kali sehari.
Kemudian disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mudah untuk

dicerna. Misalnya makanan dengan tekstur yang lembut, seperti sereal.

13
3.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes :
1. Jangka pendek : menghilangkan keluhan dan tanda DM. Mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah
2. Jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,


tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Terdapat empat pilar penatalaksanaan DM, antara lain edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Berikut ini akan dijelaskan
satu persatu :
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, warga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien
dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia serta cara mengataasinya harus diberikan kepada pasien. pemantauan
kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan
khusus.
2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksaan diabetes secara
total. Prinsip pengaturan makanan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dnegan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama mereka yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin.
a. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

14
(i). Karbohidrat
 46-65 % dari total asupan energi
 Makanan harus mengandung karbohidrat terutama berserat tinggi
 Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan
sama dengan makanan keluarga yang lain
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% toltal asupan energi
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (Accepted- Daily Intake)
 Makanan 3 kali / hari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Jika diperlkan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari
(ii). Lemak
 20-25% kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan > 30% total asupa energi
 Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
 Lemak tidak jenuh ganda < 10% selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu penuh (whole
milk)
 Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/ hari.

(iii). Protein
 10-20% total asupan energi
 Sumber protein yang baik adalah seafood (udang, ikan, cumi-cumi, dll), daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan,
tahu, dan tempe.
 Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
gr/kgBB/hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai
biologik tinggi.
(iv). Natrium
 Anjuran asupan natrium pasienDM sama dengan untuk masyarakat umum yaitu
< 3000 mg atau sama dengan 9-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
 Paien yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.

15
 Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
(v). Serat
 Penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi cukup serat dari kacang-
kacanga, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena
mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
 Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 gr/hari.
(vi). Pemanis Alternatif
 Pemanis dikelompokkamn pemanis berkalori dan tidak berkalori. Pemanis
berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.
 Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol, xylitol.
 Dalam penggnaannya pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
 Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek
samping pada lemak darah.
 Pemanis tidak berkalori masih dapat digunakan antara lain aspartam, sakarin,
acesukfame potassium, sukralose, dan neotame.
 Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake/ ADI).

b. Kebutuhan Kalori
Cara menentukan kebutuhan kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes. Diantaranya dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor seperti : jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan , dll.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dapat
dimodifikasi :
 Berat Badan Ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
 Untuk pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita dibawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi :
BBI = (TB dalam cm -100) kg
BB Normal : BB ideal ± 10%

16
Kurus : <BBI – 10%
Gemuk : > BBI + 10%
 Perhitungan berat badan ideal menurut indeks massa tubuh. Indeks massa
tubuh dapat dihitung dengan rumus :
IMT = BB(kg)/TB (m2)
Klasifikasi IMT*
- BB kurang < 18,5
- BB normal 18,5-22,9
- BB lebih > 23,0
 Faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :
- Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB
- Umur
Untuk pasien diatas usia 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5 %, untuk
usia 40-59 tahun, dikurangi 10 % untuk usia 60-69 tahun dan dikurangi 20 %
jika usia diatas 70 tahun.
- Aktivitas fisik atau pekerjaan
Penambahan sejumlah 10 % dari kebutuhan basal diberikan pada keaadaan
istirahat, 20 % pada pasien dengan aktivitas ringan, 30 dengan aktivitas
sedang, dan 50 % aktivitas sangat berat.
- Berat badan
Bila kegemukan diberikan 20-30 % tergantung kepada tingkat kegemukan
Bila kurus ditambahkan sekita 20-30 % sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB.

Untuk tujuan menurunkan berat badan jumlah kalori yang diberikan


paling sedikit 1000-1200 kkal untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari
untuk pria. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di
atas dibagi dalam 3 porsi

17
c. Olahraga
Dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani teratur, 3- 4 kali per
minggu selama 30 menit yang sesuai dengan prinsip CRIPE. Perlu diingat
bahwa jangan memulai olehraga sebelum makan, menggunakan sepatu yang
ukurannya sesuai, harus didampingi orang yang tahu mengatasi hipoglikemia,
harus selalu membawa permen dan memeriksa kaki secara cermat setelah
olahraga.
C (Continous) : Latihan berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
berhenti
R (Ritmik) : Olahraga berirama yaitu kontraksi dan relaksasi otot secara
teratur, seperti berjalan kaki, berenang, berlari dan bersepeda,
atau mendayung.
I (Interval) : Latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
P (Progreif) : Latihan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas
ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit.
E (Endurance) : Latih daya tahan untuk mrningkatkan pernafasan dan jantung
seperti jalan , jogging, berenang dan bersepeda.

Apabila dalam waktu 1-3 bulan tidak tercapai sasaran pengobatan yang
baik dengan diet dan olahraga maka diberikan medikasi.

d. Medikasi
1. Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
Golongan Nama Obat Mekanisme Pemberian Keterangan
Sulfonilurea Glibenklamid, Membantu Segera Hipoglikemi
glimepirid pankreas untuk sebelum penurunan
meningkatkan makan gula yang
produksi insulin drastis
Biguanid Metformin Mengurangi Bersama/ Mual atauu
resistensi sesudah nafsu
insulin dengan makan makan
cara berkurang
meningkatkan

18
uptake glukosa
otot dan
jaringan lemak,
menurunkan
glukoneogenesis
hepat, serta
meningkatkan
sekresi insulin
pankreas.
Tiazoldindiom Pioglitazon, Mengurangi
Rosiglitazon resistensi
insulin dengan
cara
meningkatkan
uptake glukosa
otot dan
jaringan lemak,
menurunkan
glukoneogenesis
hepat, serta
meningkatkan
sekresi insulin
pankreas.
Inhibitor Acarbose Obat bekerja Bersama Sering
Glukosidase memperlambat suapan buang angin
Alfa pencernaan pertama
makanan
menjadi glukosa
Inhibitor DPP Sitagliptin Obat
Vidagliptin merangsang
insulin dan
menekan

19
glukagon

Cara pemberian obat berbeda-beda karena :


i. Obat yang diminum sebelum makan berfungsi agar obat memiliki waktu untuk
diserap untuk merangsang produksi insulin. Dengan demikian jika terjadi
kenaikan gula beberapa waktu sesudah makan, insulin telah siap untuk
menurunkan gula tersebut.
ii. Obat yang diminum setelah makan adalah obat yang dapat merangsang lambung
apabila diminum dalam perut kosong dapat menyebabkan rasa mual.
iii. Tidak tergantung makanan, biasanya berlaku untuk obat yang tidak merangsang
pengeluaran insulin, tetapi untuk perbaikan resistensi insulin, sehingga obat bisa
bekerja kapan saja dan tidak hanya untuk menurunkan gula sesudah makan.
iv. Segera setelah suapan pertama, maksudnya agar obat bekerja pada waktu
makanan sedang dicerna, yaitu dengan menghambat satu enzim pencernaan
yang penting.

2. Insulin
Insulin diberikan sebagai obat DM tipe 1. Dan digunakan pada DM tipe 2
pada kondisi khusus, yaitu :
i. Bila bermacam jenis OHO telah digunakan sampai dosis maksimum, tetapi gula
darah tidak terkendali, obat diganti insulin.
ii. Insulin biasanya diberikan sebagai obat pertama pada diabetisi yang pada waktu
datang berobat, berat badannya telah turun drastis dalam waktu singkat dengan
gula darah yang tinggi.
iii. Insulin biasanya juga diberikan pada seseorang diabetisi yang menderita infeksi
hebat atau menjalani operasi besar.
iv. Pada komplikasi seperti gagal ginjal, gagal hati, dan gagal jantung yang berat.

Suntikan 1x/hari Suntikan 2x/hari Suntikan 3x/hari


Insulin long acting Insulin campuran dari Insulin kerja cepat
insulin kerja pendek dan (disuntikkan ½ jam sebelum
kerja sedang (premixed) makan) (Actrapid, humulin
(Mixtard, novomix,

20
humalog mix) R)
Insulin intermediate acting. Insulin kerja supercepat (fast
Dapat juga 2 kali per hari. acting)disuntikkan segera
(contoh : Insulatard, sebelum makan. (Humalog,
humulin N) novorapid)
Insulin basal, insulin yang
bekerja terus menerus
selama 24 jan dan kadarnya
tetap sepanjang hari
(Lantus, levemir)
Penentuan dosis insulin : 0,5 unit x BB. 60 % insulin prandial (Rapid Insulin),
40% insulin basal (humulin N).

3.1.8 Komplikasi

Komplikasi diabetes terdiri dari komplikasi akut dan komplikasi kronik.


Komplikasi akut adalah : KAD (Ketoasidosis Diabetikum), Koma Hiperosmolar
Hiperglikemia Non Ketotik, dan Koma Hipoglikemia. Dan komplikasi kronik dibagi
menjadi makroangiopati, mikroangiopati, neuropati dan gastropati diabetika.
Makroangiopati pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan infark miokard,
pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke. Mikroangiopati dapat
menyebabkan retinopati diabetika dan nefropati diabetika. Neuropati diabetika dan
gastropati diabetika.

21

Anda mungkin juga menyukai