Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing :
Suhardono,Skep.,Ners,M.Kes
Disusun Oleh :
Irma Kusumawati
P1337420418025
2A
2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Sudarth,
2002).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidat,
lemak, dan protein yang disebabka penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)
1) Klasifikasi Klinis
a. DM
- Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
- Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer danuntuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
Tipe II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa
c. Diabetes Kehamilan
2) Klasifikasi Resiko Statistik :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa.
c. Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan
- disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
- Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
- Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
- Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
- Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
- Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
2. Etiologi
1) DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I.
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
2) DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu :
1. <140 mg/dL normal
2. 140-<200 mg/dL toleransi glukosa terganggu
3. ≥200 mg/dL diabetes
3. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin :
a. Kadar glukosa puasa tidak normal.
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic
yang meningkatkan pengeluaran urin (poliura) dan timbul rasa haus
(polidipsia)
c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
d. Lelah dan mengantuk
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva
Ketidakseimbangan keteasidosis
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring
8. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe II diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(HONK)
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
f. Stress berat (infeksis sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
g. Kehamilan dengan diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makanan
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontraindikasi dari atau alergi terhadap OHO
9. Pencegahan
Menurut Kementerian kesehatan RI (2014) terdapat program pengendalian
diabetes melitus yang dilaksanakan secara terintegrasi yaitu dengan menggunakan
pendekatan faktor risiko penyakit tidak menular teritegrasi di fasilitas primer, pos
pembinaan terpadu penyakit tidak menular, CERDIK (Cek kondisi kesehatan
secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan
kalori seimbang, Istirahat yang cukup, Kendalikan stress) dan PATUH (Periksa
kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan
yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan
beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik
lainnya). Menurut Perkeni (2015), pencegahan diabetes melitus dilakukan dengan
3 cara yaitu secara primer, sekunder dan tersier. Pencegahan secara primer yaitu
ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor resiko, yaitu bagi mereka yang
belum terkena diabetes melitus, namun berpotensi untuk terkena diabetes melitus
dan intoleransi glukosa. Pencegahannya ada dua yaitu dengan cara faktor risiko
dapat dimodifikasi (berat badan berlebih,
Kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, diet tidak sehat dan tida seimbang) dan
tidak dapat dimodifikasi (ras dan etnik, riwayat keluarga dengan diabetes melitus,
umur, riwayat melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, dan lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram). Pencegahan secara sekunder yaitu upaya mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah terkena diabetes mellitus
dengan pengendalian kadar glukosa darah sesuai target terapi serta pengendalian
faktor penyulit (mikrovaskular, makrovaskular, neuropati, rentan infeksi) dengan
pemberian pengobatan secara optimal. Program penyuluhan memiliki peran
penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan sehingga mencapai target yang diharapkan. Sedangkan pencegahan
secara tersier yaitu ditujukan pada kelompok pasien dengan diabetes melitus
yanng telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan
lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Pada upaya ini yang dilakukan
yaitu dengan melakukan penyuluhan atau pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
- Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. Kondisi
ini dibagi menjadi dua yaitu :
(1) Kondisi hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu
tubuh meningkat, sakit kepala.
(2) Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala,
susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
- Riwayat kesehatan
(1) Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan
berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu
setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
(2) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
(4) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1.
Brunner and Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih. Bahasa : Agung
Waluyo, et al, Edisi 8, EGC, Jakarta