DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh:
Kelompok 4
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
1. PENGERTIAN
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemi yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh pemurunan
sekresi inlusin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular,dan neuropati. (Yuliana elin,2009)
1) Klasifikasi klnis
a) DM
- Tipe l : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau lagerhans akibat proses
autoimun
- Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistenesi inlusin adalah turunnya kemampuan inlusin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati : * Tipe II dengan obesitas
*TipeII tanpa obesitas
b) Gangguan toleransi glukosa
c) Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi resiko statistik :
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan tolerasni glukosa
b) Berpotensi menderita kelainan glukosa
2. ETIOLOGI
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung inlusin ditandai dengan pengahancuran sel – sel beta pancreas
yang disebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi sesuatu
predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I
- Faktor imunulogi ( autoimun )
- Faktor lingkunagan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbukan estruksi sl beta
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : Usia ,obesitas, riwayat dan
keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3yaitu :
(Sudoyo Aru,dkk 2009)
1. <140 mg//dL normal
2. 140 -< 200mg/dL toleransi glukosa terganggu
3. ≥ 200mg/ dL diabetes
3. PATOFISOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofsologi dari diabetesmellitus adalah :
1. DM I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur olehhati. Glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial ( sesudah makan ).jika konsenrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kemali semua glukosa yang terasing keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin ( Glukosuria ).
Ketika glukosa yang berlebih disekresikan dalam uroin, eksresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih ( Polliuria ) dan rasa haus ( Polidipsia ). Paseien dapat
mengalami peningkatan selera makan ( Polifagia ).
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu kan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan koten yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlanya berlebihan.
2. DM II
Terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Norlmalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan diabetes tipe II daat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika
kadar glukosanya sangat tinggi ).
Penyakit diabetes membuat gangguan komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh dara diseluruh tubuh, disebut agiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis
dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar ( makrovaskular ), dan pada
pe,buluh darah halus ( mikrovaskular ). Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral
biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban besar.
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya taruma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
dibawaharea kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai pemukaan kulit menimbulkan ukus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
abnormal mengalangi resolusi . Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yan abnormal, bakteria slit
dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anomin 2009 ).
PHATWAY
Manifestasi Klinis DM dikaitkatkan dengan kosekuensi metabolic defisiensi insulin ( Price & Wilson )
5. PENATALAKSANAAN
6. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan menyebabkan berbagai
komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi
akut dan komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. Komplikasi Akut
o Ulkus
1. Pengertian
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial Thickness) atau keseluruhan (Full
Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian
yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul akibat
dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan
penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan
penyakit arteri perifer merupakan penyebab terjadinya gangren dan amputasi ekstremitas pada bagian
bawah.
2. Penyebab ulkus diabetikum
Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen yaitu meliputi neuropati sensori perifer,
trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi dan edema. faktor penyebab terjadinya ulkus
diabetikum terdiri dari 2 faktor yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu genetik
metabolik, angiopati diabetik, neuopati diabetik sedangkan faktor eksogen yaitu trauma, infeksi, dan obat.
- Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
adanya selulitis.
- Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada tungkai
7. PENGKAJIAN
Identitas klien : Meliputi nama, umur , jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, stasus perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnose medis.
A. Keluhan utama
Kondisi Hiperglikemi : pengalihan kabur, lemas, rasa haus, dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
Kondisi hipoglikemi : tremor, perpirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit
kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa, di daerah
bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
Biasanya klien masuk ke rs dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh,
disamping tu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat,
haus, puising/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada
pria.
D. Pemeriksaan fisik
yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien DM bisa tinggi atau normal, nadi dalam batas normal, sedangkan
suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem Endokrin
Sering kencing, selalu merasa haus,kelelahan, mual dan muntah,kenaikan atau penurunan
berat badan.
d. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
e. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
i. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
j. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
k. Sistem neurologis
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring
- Glukosa plasma>200mg/dl[11,1mmol/L]
3. tes laboratium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes ,tes diagnostic,tes pemantuan terapi
dan tes umtuk mendeteksi komplikasi
4. tes saring
-GDP,GDS
-Tes Glukosa urin;
5. .Tes diagnostic
-GD2PP;plasma vena
- Mikroalbuminuria;urin
- Ureum,kreatinin,asam urat
F. Penatalaksanaan klinis
1. Penatalaksanaan medis
1. Obat (tablet OAD/oral antidiabetes)
2. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
DM kehamilan
DM dan gangguan soal hati yang berat
DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
DM dan TBC paru akut
DM dan Koma lain pada DM
DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
Ketoasidosis diabetik
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Diet
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebetuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurukan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita
dapat mengatur terapinya secara optimal
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar
glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam
melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dari mampu menghindari komplikasi dari
diabetes itu sendiri.
G. Analisa data
1) Berat badan
Sel kekurangan bahan untuk
menurun minimal
metabolisme
10% dibawah
rentang ideal
Merangsang hipotalamus
Tanda Minor
DS:
1) Cepat kenyang Pusat lapar dan haus
setalah makan
2) Kram/nyeri
abdomen Polidipsia
menurun
Ketidakseimbangan nutrisi
DO:
kurang dari kebutuhan
1) Bising usus
hiperaktif
2) Otot pengunyah
lemah
3) Otot menelan
lemah
4) Membrane
mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin
turun
glukosuria
dieres osmotik
dehidrasi
resiko syok
3. Faktor genetik ,Inveksi virus , Resiko infeksi
DS : Pengrusakan imunologik
DO :
Kerusakan sel beta
Ketidakseimbangan produksi
insulin
Resiko infeksi
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbngan
isnaulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh, hivopolemia
3. Resiko ineksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus)
9. INTERVENSI
Edukasi
1. Kolaborasi Kolaborasi
pemberian infus
1. Untuk memenuhi
cairan kristaloid 1-2
cairan dalam tubuh
L pada dewasa
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta