Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS DM GANGRENE


RSU AN NI’MAH

Disusun Oleh :
Nurul Musdalifa
19142011117

STIKES YPIB MAJALENGKA KAMPUS II CIREBON


PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
CIREBON
2021
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000).

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan
oleh infeksi. (Askandar, 2001).

B. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus
a. DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses autoimun
yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM yang diturunkan
(inherited).

b. DM Tipe II (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor lingkungan.
Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita NIDDM jika orang
tuanya adalah penderita DM dan menganut gaya hidup yang salah.

c. DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam keluarganya
terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah
kegemukan atau obesitas.

d. DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan).

2. Gangren Kaki Diabetik


Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.


Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan :

1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )


Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.

Gambaran klinis KDI :

- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.


- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

C. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
sel yang responsir terhadap insulin.
2. Gangren Kaki Diabetik
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi
endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen : a. Genetik, metabolik

b. Angiopati diabetik

c. Neuropati diabetik

Faktor eksogen : a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat

D. Patofisiologis
1. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan


naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul
glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia
atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan


membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat


hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel
dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa
yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui
glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut
dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

2. Teori Glikosilasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada


semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses
glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi
baik makro maupun mikro vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor


disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk
terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki,
sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa :
ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki
menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Kelainan sel B Pe↓ ambilan glukosa
pankreas
Gangguan sistem
imunitas (auto-imun)
Kelainan insulin Pe↑ metabolisme Pe↑ asam
(penurunan res-pon Defisiensi insulin
protein glukohe
insulin)
Faktor ling-kungan
(infeksi, diet tinggi KH,
obesitas dan
kehamilan) Pe↓ berat badan Pe↑ lipolisis Pe↑

Gangguan Terbentuk benda Pe↑ ka


pemenuhan nutrisi keton g

Pe↓ tingkat
Risiko tinggi cidera Ketoasidosis
kesadaran
Kehilangan kalori Glukosuria Pe↓ resbsorbsi Tub
gukosa

Risti gangguan Nefropati Pe↑ Rangsang


viskositas darah
haus
eliminasi urine Diuresis osmotik P
Kelemahan

Retinopati Risti gangguan


Cairan keluar >> Ga
Poliuri Sensori persepsi keseimb
Gangguan Kehilangan Na, dan
Dia
pemenuhan ADL Cl, K, P

Intestinal Rangsangintestin
Pe↓ peristaltic lapar Polifagi
Pe↓ absorbsi cairan Feses

Gangguan sensorik Neuropati Glikosilasi Protein

Sensasi nyeri pada Ganggua


Gangguan motorik Angiopati
kaki me↓ darah k

Trauma tidak terasa Atrofi otot kaki Luka sulit sembuh Pe↓ nutrisi
& jarin

Ulkus Perubahan titik Infeksi


tumpu Kematian

Ulserasi GANG

Risiko Tinggi
Penyebaran Infeksi
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Diagnostik
 Glukosa darah meningkat
 Asam lemak bebas meningkat
 Osmolalitas serum meningkat
 Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
 Ureum/kreatinin meningkat/normal
 Urine : gula + aseton positip
 Elektrolit : Na, K, fosfor

2. Ktiteria Pengendalian DM

B
Sed ur
Baik
ang u
k


80- 110- 1
GD Puasa (mg/dL)
109 139 4
0


110- 160- 2
GD 2 jam PP (mg/dL)
159 199 0
0

>
<20 200- 2
Koleseterol Total (mg/dL)
0 239 4
0

>
1
<13 130- 6
Kolesterol LDL (mg/dL) non
0 159 0
PJK
<10 100- >
Dengan PJK
0 129 1
3
0

<
35-
Kolesterol HDL (mg/dL) >45 3
45
5

Trigliserida (mg/dL) tanpa PJK <20 200- >


0 149 2
5
0
<15 150- >
Dengan PJK
0 199 2
0
0

>
2
5/
<
18,5 1
23-
- 8,
BMI: Wanita 25
22,9 5
Pria 25-
20- >
27
24,9 2
7/
<
2
0

>
140- 1
<14 160/ 6
Tekanan Darah (mmHg)
0/90 90- 0/
95 9
5

F. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:

1. Gangren Kaki Diabetik


2. Neurophaty
3. Retinophaty
4. Nephrophaty
5. Chronic Heart Disease
Sedangkan komplikasi akibat gangrene yakni:

1. Osteomyelitis
2. Sepsis
3. kematian
G. Penatalaksanaan
1. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut:

a. Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral)


b. Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai. Penghitungan
BMI=BB (kg)/(TB (m))2

BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2

BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2

c. Memenuhi kebutuhan energy


d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Olahraga
Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:

- 5 – 10’ pemanasan
- 20 – 30’ latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)
- 15 – 20’ pendinginan
Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai
berikut

- Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL


- Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan
camilan dahulu
- Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan dengan
kondisinya
- Latihan dilakukan 2 jam setelah makan
- Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk melakukan
latihan fisik yang terlalu berat
3. Pengobatan untuk gangren
- Kering
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan
indikasi yang sangat jelas
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti
platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
- Basah
o Istirahat di tempat tidur
o Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
o Debridement
o Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
o Beri “topical antibiotic”
o Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas
o Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain
o Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti
platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
- Pembedahan
o Amputasi segera
o Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang dapat
diambil adalah amputasi atau skin/arterial graft
4. Obat
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHD)

b. Insulin, dengan indikasi:

- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat


- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD

H. Pengkajian

Fokus Pengkajian

Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh
pada fungsi organ :

1. Aktifitas/Istirahat
 Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
 Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
 Disorentasi, koma.
2. Sirkulasi
 Ada riwayat hipertensi, IMA.
 Kebas & kesemutan pada extrimitas.
 Kebas pada kaki.
 Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
 Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
 Stress, tergantung orang lain.
 Peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
 Poliuria, nokturia
 Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
 Nyeri tekan abdomen
 Diare, bising usus lemah/menurun.
5. Makanan/cairan
 Hilang nafsu makan, mual/muntah.
 BB menurun, haus.
 Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
 Distensi abdomen.
6. Neurosensori
 Pusing/pening, sakit kepala.
 Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
 Gangguan penglihatan.
 Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7. Nyeri/kenyamanan
 Abdomen tegang/nyeri
 Wajah meringis, palpitasi.
8. Pernapasan
 Batuk, bernapas bau keton
9. Keamanan
 Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
 Demam, diaforesis
 Menurunnya kekuatan/rentang gerak.

I. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia dibuktikan
dengan
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

J. Intervensi
1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan: Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil: - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

- Kulit sekitar luka teraba hangat.

- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

- Sensorik dan motorik membaik

No
Tindakan Rasional
.

1. Ajarkan pasien untuk Mobilisasi meningkatkan


melakukan mobilisasi sirkulasi darah

2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang Meningkatkan melancarkan


dapat meningkatkan aliran darah: aliran darah balik sehingga
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah tidak terjadi oedema.
dari jantung ( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan
ketat, hindari penggunaan bantal,
di belakang lutut dan sebagainya

3. Ajarkan tentang modifikasi Kolestrol tinggi dapat


faktor-faktor resiko berupa: mempercepat terjadinya
Hindari diet tinggi kolestrol, arterosklerosis, merokok
teknik relaksasi, dapat menyebabkan
menghentikan kebiasaan terjadinya vasokontriksi
merokok, dan penggunaan pembuluh darah, relaksasi
obat vasokontriksi untuk mengurangi efek dari
stress.

4. Kolaborasi dengan tim Pemberian vasodilator akan


kesehatan lain dalam meningkatkan dilatasi
pemberian vasodilator, pembuluh darah sehingga
pemeriksaan gula darah perfusi jaringan dapat
secara rutin dan terapi diperbaiki, sedangkan
oksigen ( HBO ). pemeriksaan gula darah
secara rutin dapat
mengetahui perkembangan
dan keadaan pasien, HBO
untuk memperbaiki
oksigenasi daerah
ulkus/gangren

2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.


Tujuan: Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.

2. Pus dan jaringan nekrosis berkurang

3. Adanya jaringan granulasi.

4. Bau khas gangren berkurang.

No
Tindakan Rasional
.

1. Kaji luas dan keadaan luka Pengkajian yang tepat


serta proses penyembuhan terhadap luka dan proses
penyembuhan akan
membantu dalam
menentukan tindakan
selanjutnya

2. Rawat luka dengan baik merawat luka dengan teknik


dan benar : membersihkan aseptik, dapat menjaga
luka secara abseptik kontaminasi luka dan larutan
menggunakan larutan yang yang iritatif akan merusak
tidak iritatif, angkat sisa jaringan granulasi tyang
balutan yang menempel timbul, sisa balutan jaringan
pada luka dan nekrotomi nekrosis dapat menghambat
jaringan yang mati proses granulasi

3. Kolaborasi dengan dokter Insulin akan menurunkan


untuk pemberian insulin, kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah untuk mengetahui jenis
pemberian anti biotik kuman dan anti biotik yang
tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui
perkembangan penyakit

3. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.


Tujuan: Rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi


atau mengurangi nyeri .

3. Pergerakan penderita bertambah luas.

4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S: 36 –


37,50 C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x
/menit).

No
Tindakan Rasional
.

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan Untuk mengetahui berapa


reaksi nyeri yang dialami berat nyeri yang dialami
pasien pasien

2. Jelaskan pada pasien pemahaman pasien tentang


tentang sebab-sebab penyebab nyeri yang terjadi
timbulnya nyeri akan mengurangi
ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk
diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan

3. Ciptakan lingkungan yang Rangasangan yang


tenang berlebihan dari lingkungan
akan memperberat rasa
nyeri

4. Ajarkan teknik distraksi Teknik distraksi dan


dan relaksasi relaksasi dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan
pasien

5. Atur posisi pasien Posisi yang nyaman akan


senyaman mungkin sesuai membantu memberikan
keinginan pasien kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin

6. Lakukan massage dan Massage dapat


kompres luka dengan meningkatkan vaskulerisasi
BWC saat rawat luka dan pengeluaran pus
sedangkan BWC sebagai
desinfektan yang dapat
memberikan rasa nyaman

7. Kolaborasi dengan dokter Obat –obat analgesik dapat


untuk pemberian analgesik membantu mengurangi nyeri
pasien

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan: Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria Hasil: 1. Pergerakan paien bertambah luas

2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan


(duduk, berdiri, berjalan).

3. Rasa nyeri berkurang.

4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai


dengan kemampuan.

No
Tindakan Rasional
.

1. Kaji dan identifikasi tingkat Untuk mengetahui derajat


kekuatan otot pada kaki kekuatan otot-otot kaki
pasien pasien

2. Beri penjelasan tentang Pasien mengerti


pentingnya melakukan pentingnya aktivitas
aktivitas untuk menjaga kadar sehingga dapat kooperatif
gula darah dalam keadaan dalam tindakan
normal keperawatan

3. Anjurkan pasien untuk Untuk melatih otot – otot


menggerakkan/mengangkat kaki sehingg berfungsi
ekstrimitas bawah sesui dengan baik
kemampuan

4. Bantu pasien dalam Keterbatasan mobilitas


memenuhi kebutuhannya fisik cenderung membuat
klien kesulitan dalam
memnuhi kebutuhannya
sehingga harus diberikan
bantuan

5. Kerja sama dengan tim kesehatan Analgesik dapat


lain: dokter ( pemberian analgesik ) membantu mengurangi
rasa nyeri, fisioterapi
dan tenaga fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas
secara bertahap dan
benar

K. Daftar Pustaka

Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta:
EGC

2000. Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC

Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media
Aescullapius.

Price, Anderson Sylvia. 1997. Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC

Anda mungkin juga menyukai