Disusun Oleh:
Baiq Annisa Ramadany, S.Ked
017.06.0003
Pembimbing:
dr. Samsul Rizal Ziaulhaq, Sp.M
Laporan ini membahas mengenai hasil laporan dari kasus yang didapatkan.
Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Samsul Rizaq Ziaulhaq, Sp. M yang senantiasa memberikan saran serta
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi penulis.
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun diri dari
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
LAPORAN KASUS ................................................................................................ 5
2.1 Identitas Pasien....................................................................................................... 5
2.2 Anamnesis............................................................................................................... 5
3.6 Diagnosis............................................................................................................... 11
BAB IV ................................................................................................................. 15
PEMBAHASAN ................................................................................................... 15
BAB V................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebersihan mata sering kali diabaikan oleh beberapa orang sehingga
memunculkan masalah kesehatan terutama pada indra penglihatan, salah satunya
dibagian kelopak mata. Ketika penyakit mengenai kelopak mata orang sering kali
mengabaikannya sebelum menimbulkan efek pada penglihatan mereka. Ketika
penyakit di kelopak mata dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan penyakit
kelopak mata seperti Blefaritis.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang pada tepi kelopak
bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap,
bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Selain mengganggu
kenyaman dalam melihat, penyakit ini juga dapat mengganggu kepercayaan diri
sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama: Marthin Rudolf Mawengkang
No.RM: 139268
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Pasien merasa mata gatal dan keluar kotoran.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Kota Mataram dengan keluhan mata kanan dan
kiri gatal sejak satu minggu yang lalu. Rasa gatal dirasakan terus – menerus dan
terasa seperti berpasir. Pasien mengatakan gejala yang dirasakannya memberat
setelah ia menyetir dengan jarak yang cukup jauh dan juga memberat pada pagi
hari, gejala ini sangat mengganggu aktivitas sehari – hari pasien. Keluhan disertai
mata perih (+), keluar sekret di pagi hari (+).
Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat katarak senilis
imatur ODS, Riwayat hipertensi dan diabetes melitus terkontrol.
5
Riwayat Pengobatan:
Selama keluhan ini berlangsung pasien tidak pernah berobat ke dokter. Pasien
menggunakan tetes mata cenfresh dirumah selama 3 hari.
Riwayat Operasi:
Resume Pemeriksaan;
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Kota Mataram dengan keluhan mata
kanan dan kiri gatal sejak satu minggu yang lalu. Rasa gatal dirasakan terus –
menerus dan terasa seperti berpasir. Pasien mengatakan gejala yang dirasakannya
memberat setelah ia menyetir dengan jarak yang cukup jauh dan juga memberat
pada pagi hari, gejala ini sangat mengganggu aktivitas sehari – hari pasien. Keluhan
disertai mata perih (+), keluar sekret di pagi hari (+). Dari hasil pemeriksaan
oftalmologi yang dilakukan didapatkan visus dengan kacamata OD: 20/50, OS:
20/25 dengan riwayat operasi katarak. Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan
krusta pada bulu mata ODS, pemeriksaan kelenjar meibom didapatkan sekret (+).
Serta pasien menggunakan intraocular lens.
7
Diagnosis:
Diagnosis Banding:
Hordeolum Interna
Terapi Medikamentosa:
Terapi Non-Medikamentosa:
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Blefaritis merupakan sebuah kondisi oftalmologis yang ditandai dengan
adanya inflamasi pada margo kelopak mata. Kondisi ini merupakan penyebab
utama rasa tidak nyaman dan iritasi mata pada berbagai kalangan usia, etnis, dan
jenis kelamin. Inflamasi menyebabkan iritasi, hiperemia, sensasi benda asing, dan
munculnya krusta pada kelopak mata.
3.2 Epidemiologi
Blefaritis dapat terjadi pada berbagai rentang umur dan kelompok etnis.
Meskipun anak - anak dapat menderita blefaritis, onsetnya biasa dimulai pada usia
pertengahan. Amerika Serikat melaporkan bahwa 37% hingga 47% pasien
menderita blefaritis. Pada studi kohort di Korea Selatan menggunakan data Korean
National Health Insurance Service selama periode 2004-2013 ditemukan bahwa
1.116.363 individu terdiagnosis blefaritis dengan insiden keseluruhan adalah 1,1
per 100 orang per tahun dan perbandingan antara pria dan wanita adalah sekitar
1,3:0,9. Selain itu, penelitian di São Paulo, Brazil, menemukan bahwa 124 pasien
dari 1.000 rekam medik memiliki blefaritis, rata-rata usia pasien 67,4 tahun.
3.3 Etiologi
Penyebab blefaritis bervariasi, baik infeksi akut maupun kronis. Blefaritis
akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama Staphylococcus,
menyebabkan blefaritis ulseratif. Selain itu, etiologi virus seperti infeksi Herpes
simplex dan Varicella zoster juga sangat mungkin terjadi. Blefaritis non-ulseratif
biasanya akibat reaksi alergi atopik atau musiman.
9
3.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Blefaritis dapat dikategorikan berdasarkan proses penyakitnya (akut atau
kronis), serta etiologi (hipersensitivitas, rosacea, seborrhea, atau infeksi).
Gejala klinis blefaritis anterior berupa rasa tidak nyaman di mata, fotofobia
ringan, collarette disertai debris pada bulu mata, hiperemia pada tepi kelopak mata,
ulserasi kelopak, madarosis, dan trikiasis. Biasanya gejala memberat pada pagi hari.
Blefaritis anterior cenderung disebabkan oleh berbagai bakteri yang paling sering
yaitu Staphylococcus epidermidis, diikuti oleh Staphylococcus aureus,
Propionibacterium, Corynebacteria, dan Moraxella.
3.5 Patogenesis
Blefaritis yang berdasarkan jenis dan penyebabnya yang bermacam
macam, menjadikan patogenesis dari penyakit ini tumpang tindih satu
sama lainnya. Pada blefaritis seboroik, biasanya didahului oleh penyakit kulit
sebelumnya. Normalnya bakteri akan terlokalisir di tepi palpebra, pada keadaan
tertentu akan memproduksi lipase, cholesterol esterase, dan liposakarida yang
nantinya akan mengubah kompenen lemak pada air mata. Hal ini menyebabkan
infeksi oportunistik okular oleh microbiota yang ada di mata.
3.6 Diagnosis
Diagnosis blefaritis dapat dilakukan dengan anamnesis yang lengkap
dengan mengidentifikasi tanda dan gejala pada pasien, pemeriksaan mata secara
komperhensif dengan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang akan
menegakkan diagnosis.
11
A. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN MATA
Pemeriksaan yang menyeluruh pada mata dan adneksa nya dilakukan untuk
mengidentifikasi blefaritis, termasuk pemeriksaan visus, pemeriksaan
mata bagian eksternal, pemeriksaan slit-lamp, dan pengukuran tekanan
intraocular.
- Pemeriksaan Eksternal Mata
• KulitPerubahan pada kulit di kelopak mata dan sekitarnya, yaitu
adanya eritema, telangiectasia, papul, pustule, dan kelenjar sebasea
yang hipertropik pada area malar
• Kelopak Mata
Abnormalitas kelopak mata seperti ektropion dan entropion, gangguang
penutupan kelopak mata, respon berkedip dan kelemahan kelopak
mata
• Kerontokan dan arah tumbuh bulu mata yang abnormal
• Vaskularisasi atau terdapatnya pinggir kelopak mata yang
hiperemi
• Abnormal deposit pada akar bulu mata
• Ulserasi
• Vesikel
• Hiperkeratosis atau adanya kerak pada kelopak mata
• Kalazion atau Hordeolum
- Pemeriksaan Biomikroskopi Slit-Lamp
• Pada Bagian Lapisan Air Mata
Pemeriksaan Tear Meniscus, Tear Break-Up Time, dan debris pada
lapisan air mata
• Tepi kelopak mata anterior
Mengidentifikasi terdapatnya hiperemi, telangiectasia, jaringan parut,
perubahan pigmen, keratinisasi, ulserasi, vesikel, pediculosis
palpebrarum, ada atau tidaknya lesi pada bagian kelopak mata anterior
• Bulu Mata
Adanya malposisi atau salahnya arah tumbuh buku mata, kerontokan
atau bagian yang patah, pediculosis palpebrarum, adanya sisa kosmetik
pada bulu mata.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.7 Tatalaksana
1. Terapi Non Medika Mentosa
2. Medikamentosa:
13
- Antibiotik
- Azitromisin
Azitromisin adalah antibiotika golongan makrolida yang
memiliki tingkat anti inflamasi rendah pada penetrasi nya di
kelopak mata dan konjungtiva dan memiliki efek pasca antibiotik
yang panjang.
- Fluorokuinolon
Fluorokuinolon adalah antibiotika spectrum luas yang dapat
melawan bakteri gram positif maupun gram negatif dengan
perbedaan mekanisme kerja pada tiap generasinya. Jenis
fluorokuinolon yang biasa digunakan adalah topical levofloxacin 0,5%
yang digunakan sebanyak 4 kali sehari selama 7 hari dapat menurunkan
jumlah bakteri pasien blefarokonjungtivitis pada pemeriksaan
kultur yang di lakukan di hari terakhir terapi.
- Aminoglikosida
Salah satu antibiotika golongan aminoglikosida yang sering
digunakan dalam penanganan infeksi mata adalah tobramisin.
Tobramisin dinilai memiliki efektifitas dan keamaan yang sama dengan
azitromisin.
- Kortikosteroid
Pemilihan kortikosteroid yang baik adalah dengan dosis minimal yang
efektif dalam jangka waktu sependek mungkin.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Tn. MRM usia 65 tahun dengan keluhan mata kiri dan kanan gatal
sejak satu minggu yang lalu dan memberat ketika pagi hari saat melakukan
aktivitas. Berdasarkan pemeriksaan oftalmicus didapatkan krusta licin dan
berminyak pada bulu mata kiri dan kanan pasien. Berdasarkan teori yang telah
dijabarkan, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
diagnosis dari Tn. MRM yaitu blefaritis kronis. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa gejala pada blefaritis umumnya tumpeng tindih satu sama lain,
namun pada anamnesis didapatkan bahwa mata Tn.MRM terasa gatal seperti rasa
berpasir, melalui pemeriksaan fisik didapatkan krusta yang licin dan pemeriksaan
kelenjar meibom didapatkan sekret berminyak. Selain itu, berdasarkan
epidemiologi usia 67 tahun keatas sering mengalami hal serupa, diketahui juga
untuk usia Tn.MRM 65 tahun. Selain itu, Tn. MRM memiliki riwayat DM yang
terkontrol, sesuai dengan tinjauan pustaka dikatakan bahwa pasien dengan DM
memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi oportunistik oleh microbiota okuler,
yakni perubahan dari susunan lemak pada komponen air mata sehingga
menyebabkan disfungsi kelenjar. Oleh karena itu terapi yang diberikan pada Tn.
MRM yaitu Flamar dan Eyefresh.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tn. MRM dengan keluhan yang disebutkan dan berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan didiagnosis dengan Blefaritis kronis ODS. Blefaritis
merupakan infeksi pada kelopak mata bagian anterior dan posterior yang
seringkali kronis dan rekurens. Tanda dan gejala yang dialami pasien
mungkin tumpang tindih antara satu jenis blefaritis dengan yang lainnya.
Diagnosis blefaritis dilakukan melalui anamnesis yang komprehensif,
pemeriksaan mata yang menyeluruh meliputi pemeriksaan eksternal mata dan
pemeriksaan dengan alat penunjang yang lebih spesifik. Pemeriksaan
mata yang biasa digunakan adalah pemeriksaan menggunakan slitlamp,
Belum adanya pemeriksaan yang spesifik sebagai gold standart
untuk menentukan diagnosis blefaritis.
DAFTAR PUSTAKA
Intisari Sains Medis 2021, Volume 12. Diagnosis dan Manajemen Pada Blefaritis
Anterior dan Posterior. Gusti Ayu Dian Listyani Utami.
Gostimir M, Allen LH. Is there enough evidence for the routine recommendation
of eyelid wipes: A systematic review of the role of eyelid wipes in the management
of blepharitis and meibomian gland dysfunction. Canadian Journal of
Ophthalmology. CJCO. 202.
17