Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

CLINICAL BASED DISCUSSION SMF MATA

Disusun Oleh:
Baiq Annisa Ramadany, S.Ked
017.06.0003
Pembimbing:
dr. Samsul Rizal Ziaulhaq, Sp.M

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK SMF MATA


RSUD KOTA MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang penulis miliki, penyusunan laporan

Clinical Based Discussion dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan ini membahas mengenai hasil laporan dari kasus yang didapatkan.
Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Samsul Rizaq Ziaulhaq, Sp. M yang senantiasa memberikan saran serta

bimbingan selama pelaksanaan clinical based discussion.

2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi penulis.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas untuk

menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun diri dari

semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Penulis

berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 13 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4

BAB II ..................................................................................................................... 5
LAPORAN KASUS ................................................................................................ 5
2.1 Identitas Pasien....................................................................................................... 5

2.2 Anamnesis............................................................................................................... 5

2.3 Pemeriksaan Status Opthalmologi ....................................................................... 6

BAB III ................................................................................................................... 9


TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
3.1 Definisi .................................................................................................................... 9

3.2 Epidemiologi .......................................................................................................... 9

3.3 Etiologi .................................................................................................................... 9

3.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis..................................................................... 10

3.5 Patogenesis ........................................................................................................... 11

3.6 Diagnosis............................................................................................................... 11

3.7 Tatalaksana ........................................................................................................... 13

BAB IV ................................................................................................................. 15
PEMBAHASAN ................................................................................................... 15
BAB V................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebersihan mata sering kali diabaikan oleh beberapa orang sehingga
memunculkan masalah kesehatan terutama pada indra penglihatan, salah satunya
dibagian kelopak mata. Ketika penyakit mengenai kelopak mata orang sering kali
mengabaikannya sebelum menimbulkan efek pada penglihatan mereka. Ketika
penyakit di kelopak mata dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan penyakit
kelopak mata seperti Blefaritis.

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang pada tepi kelopak
bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap,
bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Selain mengganggu
kenyaman dalam melihat, penyakit ini juga dapat mengganggu kepercayaan diri
sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari
BAB II

LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama: Marthin Rudolf Mawengkang

Tempat/Tanggal Lahir: Mataram, 23-03-1956

Usia: 65 tahun 8 bulan 15 hari

Status Pernikahan: Kawin

Agama: Kristen Protestan

Pekerjaan: Pegawai Swasta

Alamat: Jalan. Nusa Indah I/6 Blok E 294 6/281

No.RM: 139268

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Pasien merasa mata gatal dan keluar kotoran.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Kota Mataram dengan keluhan mata kanan dan
kiri gatal sejak satu minggu yang lalu. Rasa gatal dirasakan terus – menerus dan
terasa seperti berpasir. Pasien mengatakan gejala yang dirasakannya memberat
setelah ia menyetir dengan jarak yang cukup jauh dan juga memberat pada pagi
hari, gejala ini sangat mengganggu aktivitas sehari – hari pasien. Keluhan disertai
mata perih (+), keluar sekret di pagi hari (+).

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat katarak senilis
imatur ODS, Riwayat hipertensi dan diabetes melitus terkontrol.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada yang mengalami keluhan serupa

5
Riwayat Pengobatan:

Selama keluhan ini berlangsung pasien tidak pernah berobat ke dokter. Pasien
menggunakan tetes mata cenfresh dirumah selama 3 hari.

Riwayat Operasi:

Operasi katarak ODS

Riwayat Alergi: Disangkal

Riwayat Trauma: Disangkal

2.3 Pemeriksaan Status Opthalmologi

Oculi Dextra Pemeriksaan Oculi Sinistra


20/50 Visus 20/25
Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Baik ke segala arah Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah

• Krusta (+), Palpebra • Krusta (+),


• Trikiasis (-), • Trikiasis (-),
• Distikiasis(-), • Distikiasis(-),
• Masa (-) • Masa (-)
• Edema (-), • Edema (-),
• Hiperemis (-), • Hiperemis (-),
• Ptosis (-), • Ptosis (-),
• Nyeri tekan (-), • Nyeri tekan (-),
• Lagoftalmus (-), • Lagoftalmus (-),
• Exoftalmus (-) • Exoftalmus (-)
Bulbi: Injeksi (-) Konjungtiva Bulbi: Injeksi (-),
Tarsal: Hiperemis (-), Tarsal: Hiperemis (-),
benda asing (-), anemis benda asing (-), anemis
(-), sikatrik (-) (-), sikatrik (-)
- Jernih (+) Kornea - Jernih (+)
- Infiltrate (-) - Infiltrate (-)
- Ulkus (-) - Ulkus (-)
Dalam CoA Dalam
Warna Coklat Iris Warna Coklat
Kripte Normal Kripte Normal
- Bulat Pupil - Bulat
- Isokor - Isokor
- Refleks cahaya (+) - Refleks cahaya (+)
IOL (+) Lensa IOL (+)
Tidak dilakukan Vitreous Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan

Resume Pemeriksaan;

Pasien datang ke Poli Mata RSUD Kota Mataram dengan keluhan mata
kanan dan kiri gatal sejak satu minggu yang lalu. Rasa gatal dirasakan terus –
menerus dan terasa seperti berpasir. Pasien mengatakan gejala yang dirasakannya
memberat setelah ia menyetir dengan jarak yang cukup jauh dan juga memberat
pada pagi hari, gejala ini sangat mengganggu aktivitas sehari – hari pasien. Keluhan
disertai mata perih (+), keluar sekret di pagi hari (+). Dari hasil pemeriksaan
oftalmologi yang dilakukan didapatkan visus dengan kacamata OD: 20/50, OS:
20/25 dengan riwayat operasi katarak. Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan
krusta pada bulu mata ODS, pemeriksaan kelenjar meibom didapatkan sekret (+).
Serta pasien menggunakan intraocular lens.

7
Diagnosis:

- Blefaritis Kronis ODS


- Pseudofakia ODS

Diagnosis Banding:

Hordeolum Interna

Terapi Medikamentosa:

- Flamar 5mg Eye Drops 3 dd gtt 1 ODS


- Eyefresh 6 dd gtt 1 ODS

Terapi Non-Medikamentosa:

- Membersihkan kelopak mata secara rutin


- Mengedukasi pasien agar mengurangi menyentuh mata dan menjaga
kebersihan mata.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Blefaritis merupakan sebuah kondisi oftalmologis yang ditandai dengan
adanya inflamasi pada margo kelopak mata. Kondisi ini merupakan penyebab
utama rasa tidak nyaman dan iritasi mata pada berbagai kalangan usia, etnis, dan
jenis kelamin. Inflamasi menyebabkan iritasi, hiperemia, sensasi benda asing, dan
munculnya krusta pada kelopak mata.

3.2 Epidemiologi
Blefaritis dapat terjadi pada berbagai rentang umur dan kelompok etnis.
Meskipun anak - anak dapat menderita blefaritis, onsetnya biasa dimulai pada usia
pertengahan. Amerika Serikat melaporkan bahwa 37% hingga 47% pasien
menderita blefaritis. Pada studi kohort di Korea Selatan menggunakan data Korean
National Health Insurance Service selama periode 2004-2013 ditemukan bahwa
1.116.363 individu terdiagnosis blefaritis dengan insiden keseluruhan adalah 1,1
per 100 orang per tahun dan perbandingan antara pria dan wanita adalah sekitar
1,3:0,9. Selain itu, penelitian di São Paulo, Brazil, menemukan bahwa 124 pasien
dari 1.000 rekam medik memiliki blefaritis, rata-rata usia pasien 67,4 tahun.

3.3 Etiologi
Penyebab blefaritis bervariasi, baik infeksi akut maupun kronis. Blefaritis
akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama Staphylococcus,
menyebabkan blefaritis ulseratif. Selain itu, etiologi virus seperti infeksi Herpes
simplex dan Varicella zoster juga sangat mungkin terjadi. Blefaritis non-ulseratif
biasanya akibat reaksi alergi atopik atau musiman.

Blefaritis anterior dapat melibatkan infeksi Staphylococcus atau penyakit


seboroik, pasien seringkali didapatkan juga menderita dermatitis seboroik pada
wajah dan kulit kepala. Blefaritis anterior juga terkait dengan rosacea.

Disfungsi kelenjar meibom menyebabkan blefaritis posterior. Kelenjar ini


mensekresikan substansi berminyak secara berlebihan, sehingga menyumbat
saluran dan menyebabkan bengkak.

9
3.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Blefaritis dapat dikategorikan berdasarkan proses penyakitnya (akut atau
kronis), serta etiologi (hipersensitivitas, rosacea, seborrhea, atau infeksi).

Secara anatomis, blefaritis dibagi menjadi blefaritis anterior dan posterior.


Inflamasi pada tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata umumnya dijumpai
pada blefaritis anterior, yang dikategorikan lagi menjadi blefaritis Staphylococcus
dan seboroik, sedangkan pada blefaritis posterior, inflamasi terjadi di tepi posterior
kelopak mata hingga konjungtiva tarsal dan melibatkan kelenjar meibom.

3.4.1 Blefaritis Anterior

Gejala klinis blefaritis anterior berupa rasa tidak nyaman di mata, fotofobia
ringan, collarette disertai debris pada bulu mata, hiperemia pada tepi kelopak mata,
ulserasi kelopak, madarosis, dan trikiasis. Biasanya gejala memberat pada pagi hari.
Blefaritis anterior cenderung disebabkan oleh berbagai bakteri yang paling sering
yaitu Staphylococcus epidermidis, diikuti oleh Staphylococcus aureus,
Propionibacterium, Corynebacteria, dan Moraxella.

3.4.2 Blefaritis Posterior

Blefaritis posterior ditandai dengan inflamasi tepi kelopak mata posterior;


memiliki berbagai etiologi, seperti disfungsi kelenjar meibom, konjungtivitis
infeksi dan alergi, serta kondisi sistemik seperti rosacea, eczema, dan atopi.

Tabel 1. Perbedaan Gejala Blefaritis

Blefaritis Blefaritis Gangguan


Staphilococcus Seboroik Kelenjar
Meiboom
Lokasi Tepi palpebra Tepi palpebra Tepi palpebra
anterior anterior posterior
Kerontokan pada Dapat terjadi Jarang terjadi Tidak ada
bulu mata kerontokan
Kelainan arah Sering terjadi Jarang terjadi Dapat terjadi
bulu mata
Defisiensi aquos Sering terjadi Sering terjadi Sering terjadi
humor
Deposit pada Berstruktur Berminyak atau Lemak dan
kelopak mata keras/kasar licin berbusa

3.5 Patogenesis
Blefaritis yang berdasarkan jenis dan penyebabnya yang bermacam
macam, menjadikan patogenesis dari penyakit ini tumpang tindih satu
sama lainnya. Pada blefaritis seboroik, biasanya didahului oleh penyakit kulit
sebelumnya. Normalnya bakteri akan terlokalisir di tepi palpebra, pada keadaan
tertentu akan memproduksi lipase, cholesterol esterase, dan liposakarida yang
nantinya akan mengubah kompenen lemak pada air mata. Hal ini menyebabkan
infeksi oportunistik okular oleh microbiota yang ada di mata.

Pasien diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya infeksi


oportunistik pada palpebra, keadaan ini juga menjadi faktor pendukung dalam
berkembangnya infeksi blefaritis dan merusak lapisan lipid lakrimal dengan
meningkatkan evaporasi air mata, menurunkan tear break up time, dan
meningkatkan osmolaritas air mata. Pada akhirnya terjadi kerusakan
permukaan bola mata yang menyebabkan semakin cepatnya waktu evaporasi
airmata dan menyebabkan disfungsi kelenjar.

3.6 Diagnosis
Diagnosis blefaritis dapat dilakukan dengan anamnesis yang lengkap
dengan mengidentifikasi tanda dan gejala pada pasien, pemeriksaan mata secara
komperhensif dengan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang akan
menegakkan diagnosis.

11
A. ANAMNESIS

Dari anamnesis biasanya didapatkan keluhan pada pasien terjadi kemerahan


pada mata, perasaan perih dan terbakar, gatal dan terdapatnya krusta pada bulu
mata, rontoknya bulu mata, perasaan lengket pada kelopak mata, pandangan kabur,
fotofobia, sering mengedipkan mata dan terdapat infeksi hordeolum yang rekurent.

B. PEMERIKSAAN MATA

Pemeriksaan yang menyeluruh pada mata dan adneksa nya dilakukan untuk
mengidentifikasi blefaritis, termasuk pemeriksaan visus, pemeriksaan
mata bagian eksternal, pemeriksaan slit-lamp, dan pengukuran tekanan
intraocular.
- Pemeriksaan Eksternal Mata
• KulitPerubahan pada kulit di kelopak mata dan sekitarnya, yaitu
adanya eritema, telangiectasia, papul, pustule, dan kelenjar sebasea
yang hipertropik pada area malar
• Kelopak Mata
Abnormalitas kelopak mata seperti ektropion dan entropion, gangguang
penutupan kelopak mata, respon berkedip dan kelemahan kelopak
mata
• Kerontokan dan arah tumbuh bulu mata yang abnormal
• Vaskularisasi atau terdapatnya pinggir kelopak mata yang
hiperemi
• Abnormal deposit pada akar bulu mata
• Ulserasi
• Vesikel
• Hiperkeratosis atau adanya kerak pada kelopak mata
• Kalazion atau Hordeolum
- Pemeriksaan Biomikroskopi Slit-Lamp
• Pada Bagian Lapisan Air Mata
Pemeriksaan Tear Meniscus, Tear Break-Up Time, dan debris pada
lapisan air mata
• Tepi kelopak mata anterior
Mengidentifikasi terdapatnya hiperemi, telangiectasia, jaringan parut,
perubahan pigmen, keratinisasi, ulserasi, vesikel, pediculosis
palpebrarum, ada atau tidaknya lesi pada bagian kelopak mata anterior
• Bulu Mata
Adanya malposisi atau salahnya arah tumbuh buku mata, kerontokan
atau bagian yang patah, pediculosis palpebrarum, adanya sisa kosmetik
pada bulu mata.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Belum ada pemeriksaan penunjang yang spesifik dalam


menegakkan diagnosis blefaritis. Pemeriksaan kultur bakteri pada tepi
kelopak mata diperlukan pada pasien yang mengalami blefaritis anterior
berulang dengan inflamasi yang berat, dan juga pasien yang tidak
merespon terhadap pengobatan yang diberikan.

3.7 Tatalaksana
1. Terapi Non Medika Mentosa

- Kompres hangat dilakukan pada kelopak mata selama beberapa menit


untuk melunakkan kerak atau ketombe yang lengket sekaligus menghangatkan
sekresi dari kelenjar meibom. Kompres hangat menggunakan handuk yang
bersih lalu dibasahi dengan air hangat memberikan hasil yang lebih baik dari
pada menggunakan heat pack.

- Membersihkan kelopak mata dapat dilakukan dengan melakukan


pemijatan lembut pada kelopak mata menggunakan 0,01 hypochlorus acid
yang memiliki efek antimicrobial kuat yang telah banyak digunakan
dalam penenganan blefaritis anterior.

2. Medikamentosa:

13
- Antibiotik

Antibiotika topical terbukti mempunya efek untuk meringankan gejala


dan efektif dalam menurunkan infeksi bakteri pada kelopak mata pada kasus
blefaritis. Pilihan antibiotika topical yang digunakan diantaranya
adalah salep mata bacitracin atau eritromisin, dioleskan pada kelopak
mata 1 atau 2 kali sehari pada saat menjelang tidur selama beberapa
minggu.

- Azitromisin
Azitromisin adalah antibiotika golongan makrolida yang
memiliki tingkat anti inflamasi rendah pada penetrasi nya di
kelopak mata dan konjungtiva dan memiliki efek pasca antibiotik
yang panjang.
- Fluorokuinolon
Fluorokuinolon adalah antibiotika spectrum luas yang dapat
melawan bakteri gram positif maupun gram negatif dengan
perbedaan mekanisme kerja pada tiap generasinya. Jenis
fluorokuinolon yang biasa digunakan adalah topical levofloxacin 0,5%
yang digunakan sebanyak 4 kali sehari selama 7 hari dapat menurunkan
jumlah bakteri pasien blefarokonjungtivitis pada pemeriksaan
kultur yang di lakukan di hari terakhir terapi.
- Aminoglikosida
Salah satu antibiotika golongan aminoglikosida yang sering
digunakan dalam penanganan infeksi mata adalah tobramisin.
Tobramisin dinilai memiliki efektifitas dan keamaan yang sama dengan
azitromisin.
- Kortikosteroid
Pemilihan kortikosteroid yang baik adalah dengan dosis minimal yang
efektif dalam jangka waktu sependek mungkin.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Tn. MRM usia 65 tahun dengan keluhan mata kiri dan kanan gatal
sejak satu minggu yang lalu dan memberat ketika pagi hari saat melakukan
aktivitas. Berdasarkan pemeriksaan oftalmicus didapatkan krusta licin dan
berminyak pada bulu mata kiri dan kanan pasien. Berdasarkan teori yang telah
dijabarkan, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
diagnosis dari Tn. MRM yaitu blefaritis kronis. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa gejala pada blefaritis umumnya tumpeng tindih satu sama lain,
namun pada anamnesis didapatkan bahwa mata Tn.MRM terasa gatal seperti rasa
berpasir, melalui pemeriksaan fisik didapatkan krusta yang licin dan pemeriksaan
kelenjar meibom didapatkan sekret berminyak. Selain itu, berdasarkan
epidemiologi usia 67 tahun keatas sering mengalami hal serupa, diketahui juga
untuk usia Tn.MRM 65 tahun. Selain itu, Tn. MRM memiliki riwayat DM yang
terkontrol, sesuai dengan tinjauan pustaka dikatakan bahwa pasien dengan DM
memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi oportunistik oleh microbiota okuler,
yakni perubahan dari susunan lemak pada komponen air mata sehingga
menyebabkan disfungsi kelenjar. Oleh karena itu terapi yang diberikan pada Tn.
MRM yaitu Flamar dan Eyefresh.

15
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tn. MRM dengan keluhan yang disebutkan dan berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan didiagnosis dengan Blefaritis kronis ODS. Blefaritis
merupakan infeksi pada kelopak mata bagian anterior dan posterior yang
seringkali kronis dan rekurens. Tanda dan gejala yang dialami pasien
mungkin tumpang tindih antara satu jenis blefaritis dengan yang lainnya.
Diagnosis blefaritis dilakukan melalui anamnesis yang komprehensif,
pemeriksaan mata yang menyeluruh meliputi pemeriksaan eksternal mata dan
pemeriksaan dengan alat penunjang yang lebih spesifik. Pemeriksaan
mata yang biasa digunakan adalah pemeriksaan menggunakan slitlamp,
Belum adanya pemeriksaan yang spesifik sebagai gold standart
untuk menentukan diagnosis blefaritis.
DAFTAR PUSTAKA
Intisari Sains Medis 2021, Volume 12. Diagnosis dan Manajemen Pada Blefaritis
Anterior dan Posterior. Gusti Ayu Dian Listyani Utami.

CDK-309/Vol.49 no.10.2022. Blefaritis: Klasifikasi, Diagnosis dan Tatalaksana.


Marcella Dena Fernanda

Gostimir M, Allen LH. Is there enough evidence for the routine recommendation
of eyelid wipes: A systematic review of the role of eyelid wipes in the management
of blepharitis and meibomian gland dysfunction. Canadian Journal of
Ophthalmology. CJCO. 202.

17

Anda mungkin juga menyukai