Anda di halaman 1dari 29

LONGCASE

KATARAK

Dokter Pembimbing :
dr. Dian Arissanthy

Disusun Oleh :
dr. Meylan Fitriyani

PROGRAM DOKTER INTERSHIP RSUD KOTA CILEGON


PERIODE MEI 2021 - MEI 2022
CILEGON
LEMBAR PENGESAHAN

LONGCASE
KATARAK

PROGRAM DOKTER INTERSHIP RSUD KOTA CILEGON


PERIODE MEI 2021 - MEI 2022
CILEGON

Disusun oleh :

dr. Meylan Fitriyani

Pembimbing,

dr. Dian Arissanthy

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga pada akhirnya penulis dapat
mennyelesaika presentasi kasus mata dengan mengambil tema ”KATARAK”.
Tugas imi merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Mata di
RSUD Budhi Asih. Penyelesaian tugas ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Maka dengan segala kerenda
han hati penulis haturkan ucapan terima kasih kepada pembimbing . dr. Dian Arissanthy

Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang


dimiliki, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan tugas ini dan sebagai bekal penulis untuk menyusun tugas-tugas
lainnya di kemudian hari. Semoga referat ini banyak memberi manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I LAPORAN KASUS ...................................................................................1
1. Identitas.........................................................................................................1
2. Anamnesis.....................................................................................................1
3. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................2
a. Status Generalis.............................................................................................2
b. Status Oftalmologis.......................................................................................3
4. Resume..........................................................................................................7
5. Diagnosis Kerja.............................................................................................7
6. Penatalaksanaan............................................................................................7

BAB II ANALISIS KASUS.....................................................................................9


BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9
3.1 Lensa.............................................................................................10
3.1.1 Anatomi.............................................................................................10
3.1.2 Fisiologi.............................................................................................11
3.2 Katarak..........................................................................................13
3.2.1 Definisi..............................................................................................13
3.2.2 Etiologi..............................................................................................13
3.2.3 Epidemiologi.....................................................................................13
3.2.4 Patofisiologi.......................................................................................15
3.2.5 Klasifikasi..........................................................................................16
3.2.6 Manifestasi Klinis..............................................................................16
3.2.7Tatalaksana.........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….25

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

1. Anamnesis :
2. Keluhan Utama

Buram seperti mengawan pada mata kiri, sejak 28 tahun yang lalu.

3. Keluhan Tambahan
Sering pusing, mata berair, dan sering tersandung.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien pernaah melakukan operasi katarak pada mata kanannya. Kemudian pasien
dating ke Poli Mata RSUD RSUD Cilegon, dengan mengeluh mata kirinya buram
mengawan sejak 28 tahun yang lalu dan semakin memburam. Sebelum mengeluh mata
kanannya buram pasien pernah melakukan operasi ablation retina pada mata kirinya
akibat trauma terkena bola, saat pasien sedang bermain bola, dimana mata pasien buram
sejak semenjak terkena trauma bola, pasien juga sering mengeluh berair, sering pusing,
dan sering tersandung. Sebelum operasi pasien memakai kaca mata S-7.00 pada mata
kanan dan kirinya.
Pasien merasa susah untuk melihat dengan mata kanannya, pasien menyangkal
adanya mual, muntah, kedua mata pasien tidak merh, tidak nyeri, tidak gatal, dan tidak
ada kotoran mata.

5. Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 38 tahun yang lalu dan terkontrol.
Pasien tidak memiliki riwayat diabetes, tidak memiliki riwayat asma, tidak memiliki
riwayat jantung.

1
6. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit mata seperti pasien. Penyakit
hipertensi, gula, asma, jantung, dalam keluarga pasien disangkal.

7. Pemeriksaan fisik
 Status generalis
1. Keadaan umum
- Kesan sakit : Sakit Ringan
- Kesadaran : Compos mentis

 Status Oftalmologi
OD Pemeriksaan OS
AVOD +IOL 6/6 Visus AVOS 0,25/60 ph-
Add +3,00 J1
KM R/ S- 7,00 KM L/ S- 7,00

Orthoporia Kedudukan Bola Mata Orthoporia


Baik ke segala arah Pergeakan Bola Mata Baik ke segala arah

2
Hiperemis (-) Palpebral Superior Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Lagofthalmus (-) Lagofthalmus (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Distikiasis(-) Distikiasis(-)
Trikiasis(-) Trikiasis(-)
Benjolan (-) Benjolan (-)

Hiperemis (-) Palpebral Inferior Hiperemis (-)


Hematom (-) Hematom (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distikiasis (-) Distikiasis (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Konjungtiva Tarsalis Superior Hiperemis (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Benda asing (-) Benda asing (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Injeksi konjungtiva (-) Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)
Sikatriik (-) Sikatrik (-)
Massa (-) Massa (-)

3
Hipopion (-) Hipopion (-)
Perdarahan (-) Perdarahan (-)
Hiperpigmentasi (-) Hiperpigmentasi (-)
Jar. Fibrovaskular (-) Jar. Fibrovaskular (-)
Anemis (+) Konjungtiva Tarsalis Inferior Anemis (+)
Papil (-) Papil (-)
Laserasi (-) Laserasi (-)
Massa (-) Massa (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Benda asing (-) Benda asing (-)
Sekert (-) Sekert (-)
Hiperemis (-) Palpebral Inferior Hiperemis (-)
Hematom (-) Hematom (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distikiasis (-) Distikiasis (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Konjungtiva Tarsalis Superior Hiperemis (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Benda asing (-) Benda asing (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Injeksi konjungtiva (-) Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-)


Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)
Sikatriik (-) Sikatrik (-)
Massa (-) Massa (-)
Hipopion (-) Hipopion (-)

4
Perdarahan (-) Perdarahan (-)
Hiperpigmentasi (-) Hiperpigmentasi (-)
Jar. Fibrovaskular (-) Jar. Fibrovaskular (-)
Bulat Pupil Bulat
Isokor Isokor
Refleks cahaya L(+)/TL(-) Refleks cahaya L/TL(-)

Keruh (-) Lensa Keruh (+)


IOL (+) IOL (-)
Shadow test (-) Shadow test (+)
Jernih Vitreus Humour Jernih

Reflex fundus(+) Funduskopi Reflex fundus(+)


Papil Papil
-warna (jingga) -warna (jingga)
-batas (tegas) -batas (tegas)
-Bentuk (bulat) -Bentuk (bulat)
CDR (0,3) CDR (0,3)
Rasio aa/vv (1/3) Rasio aa/vv (1/3)
Refleks makula (-) Refleks makula (-)
Retina: perdarahan (-) Retina: perdarahan (-)
12,8 mmHg TIO 19,0 mmHg
Sama dengan pemeriksa Tes Konfrontasi Lapang pandang
menyempit

8. Profil Pasien

FOTO RETINA

5
9. Resume
Pasien pernaah melakukan operasi katarak pada mata kanannya.
Kemudian pasien dating ke Poli Mata RSUD Cilegon, dengan mengeluh mata
kirinya buram mengawan sejak 28 tahun yang lalu dan semakin memburam.
Sebelum mengeluh mata kanannya buram pasien pernah melakukan operasi
ablation retina pada mata kirinya akibat trauma terkena bola, saat pasien sedang
bermain bola, dimana mata pasien buram sejak semenjak terkena trauma bola,
pasien juga sering mengeluh berair, sering pusing, dan sering tersandung. Sebelum
operasi pasien memakai kaca mata S-7.00 pada mata kanan dan kirinya.
Pasien merasa susah untuk melihat dengan mata kanannya, pasien
menyangkal adanya mual, muntah, kedua mata pasien tidak merh, tidak nyeri, tidak
gatal, dan tidak ada kotoran mata.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran


compos mentis. Status oftalmologi didapatkan visus OD+IOL 6/6 Add +3,00 J 1,
sedangkan visus OS 0,25/60 ph-, sebelum operasi menggunakan kaca mata S-7,00. Pada
pemeriksaan lensa, didapatkan kekeruhan dengan shadow test (+) pada mata kiri. Pada
pemeriksaan funduskopi terdapat reflek fundus (+) pada kedua mata, Dan pada
pemeriksaan TIO didapatkan dalam batas normal, pada mata kanan 12,8 mmHg dan
mata kiri 19,0 mmHg.

6
10. Diagnosis kerja
- Katarak senilis imatur OS
- Post operasi ablatio retina OS

11. Penatalaksanaan
-Terapi definitive
Pembedahan menggunakan teknik phacoemulsification dikarenakan kondisi
katarak pada pasien adalah stadium imatur, dan kemudian dilakukan
implantasi lensa.

- Medicamentosa
Catarlent eye drop 4 x 1 OS
Cendo Lyteers eye drop 6 x1 ODS

-Non medikamentosa
Datang kontrol kembali ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih

7
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini ditegakan diagnosis kerja berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik meliputi status generalis dan status oftalmologi sebagai berikut;
1. Seorang laki-laki berusia 73 tahun datang ke Poli Mata RSUD Cilegon dengan keluhan
penglihatan buran yang dirasakan sejak 28 tahun yang lalu. Kadang disertai dengan
sakit kepala, dan mata berair. Maka dapat disimpulkan matta tenang visus turun
perlahan.
2. Visus OD+IOL 6/6 Add +3,00 J1 , pasien dapat membaca sampai visus 6/6 setelah
dilakukan operasi katarak.
3. Visus OS 0,25/60 ph- , paisen hanya bisa membaca dengan hitungan jari, dengan tidak
menunjukkan adanya kelainan refraksi.
4. Faktor resiko pada kasus ini bisa karena factor usia, lebih dari 50 tahun. Kekeruhan
lensa dpat terjadi karena terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air
yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.
5. Riwayat trauma bisa menjadi penyebab terjadinya kekeruhan akibat, masuknya benda
asing karena lubang pada kapsul lensa, yang menyebabkan humor aqueos dan kadang
viterus masuk kedalam struktur lensa.
6. Penglihatan pasien terlihat seperti mengawan, diakibatkan adanya kekeruhan yang
terdapat pada lensa yang mengakibatkan penurunan penglihatan.
7. Lensa OS didapatka keruh dan shadow test (+) (yaitu terdapatnya bayangan iris pada
lensa) dimana kekeruhan lensa masiih sebagian, yang menunjukkan mata kiri pasien
katarak senilis dengan stadium imatur OS.
Berdasarkan pada uraian diatas maka didapatkan diagnosis kerja katarak
senilis imatur OS, dan Post op ablation retina OS.

8
Pentalaksanaan pada kasus ini utamanya adalah pembedahan, dapat
menggunakan teknik phacomulcification diikuti dengan implantasi lensa, untuk
pemberian medikamentosa sendiri bisa diberikan antioksidan eyedrop yaitu catarlent
4x1 tetes untuk mata kiri.

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa
2.1.1 Anatomi lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun. 5 Lensa
ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula
Zinii, yang tersusun dari banyak fibril yang berasal dari permukaan badan siliar dan
menyisip ke dalam ekuator lensa.6

2.1.2 Histologi lensa


Pada dasarnya lensa memiliki tiga komponen utama :
1. Kapsul Lensa
Lensa dibungkus oleh membran tebal (10 – 20 µm), homogen, refraktil, dan
kaya akan karbohidrat, yang ,meliputipermukaan luar sel – sel epitel. Kapsul ini

10
merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas
kolagen tipe IV dan glikoprotein.
2. Epitel Subkapsuler
Terdiri atas selapis epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan anterior
lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya
serat lensa baru dari sel – sel yang terdapat di daerah ekuator lensa.
3. Serat Lensa
Tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan gepeng. Serat ini
merupakan sel – sel yang terdiferensiasi dan berasal dari sel – sel subkapsular.
Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan menjadi sangat
panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin Serat
lensa dihasilkan seumur hidup, namun kecepatan produksinya makin lama
makin berkurang. 8

Gambar 2. Histologi Lensa

2.1.3 Fisiologi lensa


Berfungsi sebagai akomodasi yang merupakan suatu mekanisme mata
untuk memfokuskan cahaya yang masuk dapat jatuh tepat di retina agar dapat
melihat lebih jelas. Berdasarkan teori kapsular dari von Helmholtz proses
akomodasi pada manusia terjadi perubahan pada bentuk lensa.
1. Saat mata istirahat (tidak berakomodasi), cincin ciliar membesar dan menjaga
zonula teregang dikarenakan tegangan zonula dari lensa tetap terkompresi
(menjadi datar) oleh kapsul.

11
2. Kontraksi dari otot ciliar menyebabkan cincin ciliar memendek dan
melepaskan tegangan zonula pada kapsul lensa. Hal ini menyebabkan lensa
akan berubah bentuknya menjadi lebih konveks atau konoidal. Diasumsikan
betuk konoidal karena konfigurasi kapsul lensa anterior lebih tipis dibagian
tengah dan lebih tebal di perifer. 10

Gambar 3 Akomodasi lensa

Tanpa akomodasi Akomodasi

Tebal axial lensa Menurun Meningkat

Bentuk lensa Lebih pipih Lebih


cembung

Dioptri lensa Menurun Meningkat

Keteganganserat Meningkat Menurun


zonular

M.ciliaris Relaksasi Kontraksi

Tabel 1. Perubahan Saat Akomodasi

12
2.2 Katarak
2.2.1 Definisi
Menurut WHO, katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata sehingga
menyebabkan penurunan atau gangguan penglihatan. 8 Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.7
Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab
kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak
yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang mungkin terlibat, antara
lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan
herediter.9

2.2.2 Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di
Indonesia dan di dunia. Dari semua kebutaan pada masyaraka, lebih dari 50%
disebabkan oleh katarak. Di Indonesia hasil survei kebutaan dengan menggunakan
metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang baru dilakukan di 3
provinsi (NTB, Jabar dan Sulsel) tahun 2013 -2014 didapatkan prevalensi kebutaan
pada masyarakat usia > 50 tahun rata-rata di 3 provinsi tersebut adalah 3,2 % dengan
penyebab utama adalah katarak (71%). Diperkirakan setiap tahun kasus baru buta
katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk atau kira-kira
250.000 orang/tahun. Sementara itu kemampuan untuk melakukan operasi katarak
setiap tahun diperkirakan baru mencapai 180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu
bertambah backlog katarak sebesar lebih kurang 70.000.11

13
2.2.3 Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan penyebabnya bisa menjadi
salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor berikut :
2.2.3.2 Faktor Intrinsik
a. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan. Lensa terus
tumbuh dan membentuk serat lensa dengan arah pertumbuhan yang konsentris.
Tidak ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa.
Hal tersebut mengakibatkan serat lensa yang paling tua berada di pusat lensa
(nukleus) dan serat lensa yang paling muda berada tepat di bawah kapsul lensa
(korteks).5
b. Hereditas
Faktor genetik memiliki peran yang besar pada insiden, onset umur, dan
maturasi katarak pada keluarga yang berbeda. Cara transmisi yang paling sering
adalah autosomal dominan dan biasanya bilateral.5
3.2.3.2 Faktor Ekstrinsik
a. Sinar Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa
karena tingginya penetrasi jumlah cahaya ultraviolet menuju lensa. Sinar ultraviolet
memiliki energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen
dari bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies
oksigen reaktif.5
b. Trauma pada mata
Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga
timbul katarak.5
c. Penyakit/gangguan sistemik
Penyakit sistemik yang paling sering menyebabkan katarak adalah diabetes
mellitus. Hal ini dikarenakan diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme
lensa. Tingginya kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa.

14
Sorbitol ini menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa
menjadi sangat terhidrasi dan timbulah katarak.5
d. Infeksi
Uveitis kronik sering menyebabkan terjadinya katarak. Pada uveitis sering
dijumpai sinekia posterior yang dapat menyebabkan pengerasan pada kapsul
anterior lensa.5
e. Faktor diet
Defisiensi asam amino, vitamin, dan elemen esensial merupakan antioksidan
eksogen yang berfungsi menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa
sehingga dapat mencegah terjadinya katarak.5

2.2.4 Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi.  Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.6,9
 Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.11

15
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen
terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin
lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis
nukleus lensa.11

2.2.5 Manifestasi klinis


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya,pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

2.2.6 Katarak senil


Katarak Senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan
yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan
korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang
timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia. Biasanya terjadi
bilateral, tetapi selalu didahulukan dengan satu mata kemudian mata sebelahnya,
Katarak senil terbagi menjadi empat yaitu stadium insipien, matur, imatur, dan
hipermatur5,6

1.2.7 Klasifikasi
Katarak berdasarkan kekeruhan yang sudah terjadi dapat
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
i. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur
seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dasar di perifer dan daerah jernih
membentuk gerigi dengan dasar di

16
perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di
korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya
tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan
iris akan positif. 6,9
ii. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut,
terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi
korteks yang mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit
glaukoma. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif. 6,9

iii. Katarak Matur


Bila proses degenerasi berjalan terus
maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui
kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong
ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat
perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif. 6,9

17
iv. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa
sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam
ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan
mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif. 6,9
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat
menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom
fakolitik. 6,9

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ (1/300-1/~) ↓↓ (1/300-1/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
Tabel 1. Perbedaan derajat kekeruhan katarak

Katarak Menurut Etiologi


a. Katarak Primer
Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses
penuaan atau degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti
penyakit sistemik atau metabolik, traumatik, toksik, radiasi dan
kelainan kongenital. 6,9

18
b. Katarak Sekunder
1) Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit
sistemik, terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik
berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun),
defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia,
dan sindrom Lowe, Werner, serta Down. 6,9

2.2.8 Tatalaksana

Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi katarak secara
umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi komplikasi, tujuan
terapeutik dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan kosmetik. Saat ini terapi
bedah katarak sudah mengalami banyak perkembangan Adapun indikasi
dilakukannya ekstraksi katarak adalah:
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.6,12

Pilihan teknik pembedahan katarak antara lain:

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)


Saat ini, teknik katarak intrakapsular ekstraksi (ICCE) sudah kuno tapi dinilai
hemat dilakukan di seluruh dunia. Namun, langkah-langkah pembedahan

19
dijelaskan secara detail karena menghomati teknik yang mana telah banyak
digunakan selama sekitar 50 tahun dan juga untuk menghomati beberapa orang
tua ahli bedah yang masih melakukan operasi ini di beberapa tempat negara
berkembang.5
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.6,9
Pembedahan pada ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) dilakukan dengan
mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya . Operasi EKIK
dilakukan dimana tidak terdapat fasilitas operasi katarak yang lengkap. EKIK
cenderung dipilih pada kondisi katarak yang tidak stabil, menggembung,
hipermatur, dan terluksasi. Kontraindikasi mutlak untuk EKIK adalah
katarak pada anak - anak dan ruptur kapsul akibat trauma. Sedangkan
kontraindikasi relatif adalah jika pasien merupakan penderita miopia tinggi,
sindrom marfan, katarak morgagni, dan vitreus masuk ke kamera okuli
anterior. Pada EKIK diperlukan penyembuhan luka yang lama,
pemulihan penglihatan yang lama, merupakan pencetus astigmatisma,
serta dapat enimbulkan iris dan vitreus inkarserata. 6,9

20
Gambar 5. Teknik ICCE

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan
pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. 6,9

Pada ektraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK) , insisi dibuat pada limbus atau
kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat pada sebuah saluran
pada kapsul anterior, dan nukleus serta korteks lensanya diangkat.
Kemudian lensa intraokuler ditempatkan pada kantung kapsular yang sudah
kosong, disangga oleh kapsul posterior yang utuh. Metode operasi ini
memiliki banyak keuntungan karena dilakukan dengan irisan kecilsehingga
menyebabkan trauma yang lebih kecil pada endotel kornea,
menimbulkan astigmatismaang lebih kecil daripada EKIK, dan menimbulkan
luka yang lebih stabil dan aman . Namun bedah katarak ekstrakapsuler
dengan implantasi lensa intraokuler mempunyai beberapa kelemahan

21
yaitu pencapaian tajam penglihatan optimal perlu waktu rerata 1-2 bulan dan
terjadinya efek astigmatisma sehingga menimbulkan keluhan yang signifikan. 6,9

Gambar 12. Teknik ECCE

Gamabar 13. ECCE dengan pemasangan IOL

1. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah


teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada
teknik ini diperlukan irisan yang

22
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot
massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka
tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
6,9,12

1. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan,
Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi
ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature.
Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat
dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.5-6

Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif


awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular
(intra ocular lens, IOL).5

5 Komplikasi preoperatif

a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat


ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.

23
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2
hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mo’otapu A, Rompas S, Jeavery Bawotong. Faktor Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Penyakit Katarak Di Poli Mata RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Manado. e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 2 September 2015
2. Wahyudi D, Rinayati, Dwi AE. Hubungan Pekerjaan Tempat Tinggal Dengan
Tingkat Kematangan Katarak. SNST ke-4 Tahun 2013 ISBN 978-602-99334-2-0.
3. Wulandini PS. Faktor-Faktor Penyembuhan Post Op Katarak Di Rsud Arifin Achmad
Pekanbaru 2015. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7 No.
1 Januari 2016

24
4. Resnikoff S, Pascolini D, Moriotti P. S, Pokharel P.P (2008): Global
Magnitude of Visual Impartment cause of Uncorrected Refractive Error 2004.
Bulletin of World Health Organization. Volume 86. Number 1.
5. Khurana AK,Diseases of The Lens. Comprehensive Ophthalmology Fourth
Edition. India : Newage International Publishers.2012 : 405
6. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 5rd edisi. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI
2014, hlm : 210-36
7. WHO, Global Data on Visual Impairment in the year 2012. in
http://goliath.ecnect.com/com2/gi01993532637/Global-data-on-visual-
impairmen.html.
8. Mescher, A.L. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. EGC Jakarta 2011 Edisi 12
;hal 230-36
9. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta:
Widya Medika, 2010
10. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 13th ed. EGC Jakarta 2012 ; hal 135-39
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2016.
http://www.depkes.go.id/article/view/16011100003/katarak-sebabkan-50-kebutaan.html
12. Boshour M, et al. 2012. Congenital cataract. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-followup#showall
13. Fecoretta C, et al. 2012. Congenital cataract. Available
from:http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and_condit
ions_in_children/congenital_cataract.html
14. Fact sheet congenital cataracts . Downloaded from:
http://kidshealth.schn.health.nsw.gov.au/sites/kidshealth.chw.edu.au/files/fact-
sheets/pdf/congenital-cataracts.pdf
15. Kanski JJ Bowling B. Congenital Cataract in Clinical Ophthalmology A Systematic
Approach Seventh Edition. UK : Elsevier. 2011.303

25

Anda mungkin juga menyukai