Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karang Wareng
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Buruh tani

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamensis dan pemeriksaan fisik pada tanggal 15 Agustus 2017
di poliklinik bagian mata RSUD Waled.
1. Keluhan Utama
Penglihatan buram pada mata kiri
2. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Waled dengan keluhan penglihatan
buram pada mata kiri, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, penglihatan
buram muncul perlahan dan terasa semakin memberat setiap harinya semenjak 1
bulan terakhir, pasien mengatakan penglihatannya buram baik dalam melihat
dekat maupun jauh dan seperti bayang-bayang yang menghalangi. Pasien juga
merasakan silau pada mata kiri. Gatal dan rasa mengganjal dirasakan pasien sejak
kurang lebih 1 minggu yang lalu setelah melakukan operasi katarak pada mata
kanan. Keluhan tidak disertai dengan mata merah(-), nyeri pada mata (-),
penglihatan ganda (-). Pasien sudah membeli obat tetes di apotek terdekat untuk
keluhan mata buram namun belum ada perbaikan kemudian pasien datang untuk
melakukan pengobatan terhadap keluhan tersebut ke bagian poli mata RSUD
Waled.
2

3. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat Dibetes Melitus : Ya
 Riwayat Hipertensi : Ya
 Riwayat Trauma pada daerah mata : disangkal
 Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
 Riwayat Operasi katarak sebelumnya : Ya
 Riwayat Penggunaan obat tetes mata : Ya
dari apotek tanpa resep dokter ±6 bulan

4. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


Pasien mengatakan 1 minggu yang lalu melakukan operasi katarak mata sebelah
kanan di RSUD Waled. Pasien merasa keluhan mata buram pada mata sebelah
kiri 6 bulan dan menggunakan obat tetes mata di apotek dekat rumahnya.
5. Riwayat Pribadi sosial
 Pasien tinggal di daerah pemukiman yang panas dan berdebu.
 Pasien saat berkerja sering terkena paparan debu dan tidak menggunakan
kaca mata pelindung sinar matahari.
 Pasien tidak merokok

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
 Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan
 Kesadaran : Komposmetis
GCS = 15
 Tanda – Tanda Vital : Tekanan darah : 130/90 mmHg
Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 72 x/ menit
Frekuensi Nafas : 20 x/ menit
3

2. Status Oftalmologi


Pseudofakia IOL OD Lensa Keruh
’ OS

OD Pemeriksaan OS
20/30 Visus 1/60
Pinhole (-) Pinhole (-)
Hiperemis (-) Palpebra Superior Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Vulnus laserasi (-) Vulnus laserasi (-)
Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Ekteropion (-) Ekteropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Lagoftalmos (-) Lagoftalmos (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Posisi dan Gerakan Bola Mata

Hirschberg Test (+) Hirschberg Test (+)


Duksi (+) Duksi (+)
Versi (+) Versi (+)
Trikriasis (-) Supersilia Trikriasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
4

Endoftalmus (-) Bulbus Okuli Endoftalmus (-)


Eksoftalmus (-) Eksoftalmus (-)
Strabismus(-) Strabismus(-)
Injeksi Konjungtiva (-) Konjungtiva Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi Sklera (-) Injeksi Sklera (-)
Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)
Edema (-) Edema (-)
Warna putih (+) Sklera Warna putih (+)
Ikterik (-) Ikterik (-)
Jernih (+) Kornea Jernih (+)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Edema (-) Edema (-)
Kedalaman sedang Camera Okuli Anterior Kedalaman sedang
Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema(-) Hifema(-)
Bentuk Bulat Pupil Bentuk Bulat
Reguler Reguler
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
RC (+/+) RC (+/+)
Direk (+) Direk (+)
Indirek (+) Indirek(+)
Jernih (+) Lensa Keruh (+)
Letak sentral Shadow test (+)
Refleks fundus (+) Refleks Fundus Refleks fundus (-)
Edema papil (-) CDR 0,3, a/v media keruh, yang lainnya
2/3 tidak dapa dilihat karena
media keruh.
Pembengkakan (-) Sistem Lakrimal Pembengkakan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sama dengan pemeriksa Lapang pandang Penurunan lapang pandang
14,0 mmHg (Normal) Pengukuran TIO dengan 11,9 mmHg (Normal)
5

Palpasi TIO tidak mengeras Tonometer Schiotz Palpasi TIO tidak mengeras

Normal Sama dengan Palpasi TIO Normal Sama dengan


Pemeriksa Pemeriksa

IV. RESUME
Pasien Perempuan berusia 52 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled
dengan keluhan penglihatan buram pada mata kiri, keluhan dirasakan 6 bulan yang
lalu dan semakin hari semakin meberat. Pasien mengatakan telah menjalani operasi
katarak pada mata sebelah kanan 1 minggu yang lalu di RSUD Waled. Pasien
mengatakan penglihatannya buram baik dalam melihat dekat maupun jauh dan seperti
bayang-bayang yang menghalangi. Pasien juga merasakan silau pada mata kiri. Gatal
dan rasa mengganjal dirasakan pasien sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu setelah
melakukan operasi katarak pada mata kanan. Pasien sering terpapar sinar matahari
saat berkerja dan tidak menggunakan kacamata pelindung matahari, dan mengaku
sering terkena debu. Pasien sering menggunakan obat tetes mata dari apotek tanpa
resep.
Pada pemerikasaan fisik didapatkan tanda – tanda vital pasien dalam batas
normal. Pada status oftamologi di dapatkan VOD 20/30 dan VOS 1/60. Pada lensa di
dapatkan OD pseudofakia IOL, dan OS keruh. Pada lapang pandang OS pasien
mengalami penurunan lapang pandang yang signifikan sehingga mengganggu
penglihatan.

V. DIAGNOSIS BANDING
 Pseudoafakia OD IOL + Katarak Senilis Imatur OS
 Pseudofakia OD IOL + Katarak drug induce kortikosteroid OS

VI. DIAGNOSIS KERJA


Pseudoafakia OD IOL + Katarak Senilis Imatur OS
6

VII. USULAN PEMERIKSAAN


- Funduskopi Indirect

VIII. PENTALAKSANAAN
-
Medikamentosa : Tetes mata steroid (1)
Polidemisin (Dexamethasone 1 mg, neomysin sulfate 3,5 mg Polimiksin B sulfat
6000 IU) 2-4 tetes/hari
 Non Medikamentosa :
- Katarak : Operatif SICS + IOL OS

IX. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam
7

BAB II
ANALISIS KASUS

Diagnosis untuk pasien Ny. K yaitu Pseudofakia OD IOL + katarak senilis matur OS,
diagnosa di tegakan berdasarkan :
I. Identitas Pasien
- Usia
Nama Ny. K usia 52 tahun jenis kelamin perempuan alamat Karang Wareng,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan identitas pasien faktor memiliki
beberapa faktor resiko di antaranya usia, dan pekerjaan pasien. Bertambahnya usia
terjadi perubahan kimia dalam protein lensa yang dapat menyebabkan koagulasi
protein sehingga hal ini mengakibatkan pengaburan penglihatan, hal ini karena
terhambat jalannya cahaya ke retina. Selain perubahan kimia juga terdapat perubahan
pada pertambahana usia terjadi pemadatan serabut kolagen yang akan
mengakibatakan skelrosis nucleus yang menyebabakan lensa tebal, padat dan kurang
elastis sehingga di sertai penurunan daya akamodasi. (3)
Berdasarkan identitas pasien berusia 52 tahun pasien tersebut memiliki faktor
risiko yang terjadi pada saat perbuahan usia. Penunjang dari hasil anamnesis pasien
mengeluh penglihatan buram dan pemerikaan fisik pada lensa di dapatkan lensa OS
keruh, shadow test (-), sedangkan pada lensa OD Pseudofakia anterio chamber intra
ocular lens (+) sehingga hasil tersebut mengarah pada diagnosis katarak senilis matur.
Pekerjaan seperti buruh tani memilki resiko banyak terkena paparan sinar
matahari (sinar UV). Sinar UV menyebabkan kerusakan oksidatif dan proses radikal
yang mempercepat degenartif pertumbuhan fibrovaskular dan invasif, selain itu
mengakibatkan denaturasi protein lensa yang menghamburkan berkas dan
transparansi cahaya yang menimbulkan kekekeruhan pada lensa. (2)(3)
Pasien bekerja sebagai buruh tani yang bersiko lebih sering terpapar sinar
UV. Hal ini di tunjang dari hasil pemeriksaan lensa OS kekeruhan (+) dan
mengalami maturasi katarak yang lebih cepat. (3)
Faktor lain yang mengakibatkan timbulnya katarak, yaitu akibat nukleus dari
lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis) akan menyebabkan
8

penurunan fungsi lensa. Funsi lensa dipengaruhi oleh GSH (Glutathione), yang
merupakan salah satu agen antiokasida yang paling penting dalam lensa. Pada saat
pertambahan usia akan terjadi penurunan GSH sehingga menyebabkan gangguan
oksidasi pada inti sel di dalam lensa. Gangguan oksidasi tersebut dapat menimbulkan
kekeruhan pada lensa.(8)
-
Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi terjadinya katarak dan umumnya mengenai
pasien perempuan ini dikarenakan perempuan memilki potensi yang tinggi untuk
terjadinya kekeruhan lensa. Penyebab dari kekeruhan lensa tersebut adalah adanya
faktor dari peran estrogen pada perempuan. Penurunan estrogen pada perempuan
yang mengalami menopouse dapat menyebabkan peningkatan stres oksidatif yang
ada pada lensa.(9)
Tingginya risiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah terlalu besar
tetapi secara konsisten dijumpai dalam banyak penelitian-penelitian. Tingginya
prevalensi pada perempuan terutama untuk risiko terjadinya katarak kortikal(2)(3)(4)
-
Epidemiologi
Tempat tinggal berada pada tempat yang cenerung memiliki iklim tropis
dengan paparan sinar matahari yang berlebih. Dalam beberapa tahun terakhir
semakin banyak bukti bahwa radiasi UV merupakan faktor signifikan dalam
timbulnya katarak senilis. (2)(3)

II. Anamnesis
- Buram
Tajam penglihatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor media
refrakta, sistem optik, dan sistem persyarafan mata. Media refrakta harus tetap jernih
agar cahaya yang masuk dapat diteruskan dan difokuskan di retina. Keadaan media
refraksi yang keruh dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan oleh karena
cahaya terhalang oleh kekeruhan sehingga bayangan yang terfokus di retina tidak
sempurna. Pada pasien katarak, penyebab penurunan visual adalah karena lensa yang
tidak dapat berakomodasi secara normal akibat elastisitasnya yang berkurang yang
9

mengakibatkan cahaya tidak dapat secara utuh dijatuhkan pada makula sehingga
bayangan tidak terfokus dan menjadi kabur atau buram.(3)(5)
- Penglihatan silau
Silau disebabkan oleh terlalu banyaknya cahaya yang masuk ke mata sehingga
menyebabkan kehilangan sebagian penglihatan dan dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk melihat objek dengan jelas. Atau disebabkan oleh
pantulan cahaya yang terlalu terang mengenai mata.Silau dapat timbul pada
gangguan refraksi yang tidak dikoreksi, dilatasi pupil yang berlebihan dan pada
media refraksi yang keruh seperti katarak. Pada pasien katarak mengalami gejala
silau disebabkan karena terjadinya kekeruhan pada lensa, sehingga ketika cahaya
yang masuk sampai di lensa, ada yang diteruskan dan ada yang di pantulkan kembali.
Hal ini yang menyebabkan efek photophobia atau silau pada mata. (3)(6)(7)
- Rasa mengganjal pada mata
Akibat goresan setelah dilakukan operasi katarak dapat menyebabkan
inflamasi sehingga ada rasa tidak nyaman pada mata. Atau irisan kornosklera pada
operasi katarak akan mengakibatkan terputusnya serabut saraf di daerah tersebut.
Pada daerah kornosklera terdapat nervus siliaris longus yang membentuk perilimbal
nerve ring, dimana serabut-serabut saraf tersebut akan masuk menembus kornea
secara radier melalui stroma perifer bagian dalam. Insisi korneosklera akan
memotong sebagian persarafan kornea sehingga diperkirakan akan mengakibatkan
penurunan sensbilitas kornea dan berpengaruh pada gangguan lapisan air mata yang
disebabkan karena penurunan produksi humor akuous. Hal ini akan mengakibatkan
lapisan air mata menjad tidak stabil yang disertai dengan hilangnya komponen
akuous pada lapisan air mata. Gejala yang palin sering adalah adanya sensasi benda
asing pada mata.(3)(6)(7)

III. Pemeriksaaan Fisik


- Visus
Kelainan visus pada mata pasien menunjukkan adanya penurunan tajam
penglihatan. Penyebab keluhan tersebut adalah karena daya akomodasi yang
menurun akibat lensa yang mengeruh sehingga kerjasama fisiologis antara korpus
10

siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan objek ke retina menjadi tidak
maksimal.(3)
- Lensa keruh
Lensa struktur bikonveks yang tranparan, dibungkus oleh kapsula elastis yang
berfungsi melindungi struktur didalamnya. Dalam keadaan normal lensa jernih.
Namun pada pasien katarak lensa terlihat keruh akibat dari proses penuaan, dimana
lensa memadat akibat terbentuknya serat serat lensa yang baru.(2)(3)
- Shadow test
Untuk menilai derajat kekeruhan lensa, dapat dilakukan tes bayangan (shadow
test), yaitu dengan cara mengarahkan lamu senter ke arah pupil dengan sudut 45̊ dan
dilihat bayangan iris. Semakin sedikit lensa keruh maka makin besar bayangan iris
pada lensa. Sedang semakin tebal kekeruhan lensa maka makin kecil bayangan iris
pada lensa. Shadow test (+) apabila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan
letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya, ini terjadi pada
katarak imatur. Shadow test (-) apabila bayangan iris pada lensa sudah keruh
seluruhnya, ini terjadi pada katarak matur.(6)(7)
IV. Resume Kasus
Pemeriksaan funduskopi pada mata kiri (OS) tidak dapat dilakukan karena
terhalang lensa yang keruh. Bertambahnya usia terjadi perubahan kimia dalam protein
lensa yang dapat menyebabkan koagulasi protein sehingga hal ini mengakibatkan
pengaburan penglihatan. Pasien bekerja sebagai buruh tani yang bersiko lebih sering
terpapar sinar UV. Hal ini di tunjang dari hasil pemeriksaan lensa OS kekeruhan (+)
dan mengalami maturasi katarak yang lebih cepat. Keluhan utama pasien penglihatan
buram kemungkinan ini dari beberapa faktor diantaranya faktor usia pasien yang
mengalami pertambahan ketebalan dan penurunan elastis lensa sehingga terjadi
kemampuan penurunan akomodasi. Pasien mengatakan pernah melakukan operasi
katarak mata kanan 1 minggu yang lalu. Hal ini bisa semakin membuburuk yang
disebabakan karena kondisi saraf mata pasien yang tidak baik. Pada pasien di
dapatkan hasil kekeruhan lensa (+) pada mata kiri (OS) artinya adanya katarak pada
pasien tersebut yang menimbulkan penglihatan buram karena media refraksi keruh
sehingga menggangu proses pembiasan cahaya. Pada mata kanan (OD) di dapatakan
11

peseudofakia OD IOL (+) artinya pasien telah melakukan operasi katarak dan dari
hasil anamnesis pasien mengatakan telah melakuakan operasi katarak sekitar 1
minggu yang lalu di RSUD Waled. Pemeriksaan funduskopi pada mata kiri (OS)
tidak dapat dilakukan karena terhalang lensa yang keruh

V. Diagnosis Banding
- Katarak senilis Imatur :
dilihat dari usia pasien yang sudah 53 tahun dan pemeriksaan shadow test (+) dan
terlihat lensa keruh
- Pseudofakia :
pasien sudah menjalani operasi katarak pada mata sebelah kanan dan tampak lensa
seperti kaca pada mata kanan
- Katarak Drug Induced :
dilihat dari kebiasaan pasien yang sering menggunakan obat tetes mata yang dibeli
sendiri kemungkinan akibat obat-obat steroid yang diganukan dalam jangka waktu
yang panjang. Akobat dari penggunaan tersebut adalah adanya kekeruhan pada lensa,
yang menyebabkan terjadinya katarak. (3)

VI. Diagnosis Kerja


Berdasarkan hasil identitas pasien yang memiliki faktor resiko dari usia dan
pekerjaan lalu dari hasil anamnesis memilki keluhan mata buram, seperti ada bayang-
bayang , dan silau, riwayat operasi katarak 1 minggu yang lalu, sering membeli obat
tetes mata tanpa resep dokter. selain itu memliki kebiasan jarang menggunakan
kacamata pelindun. Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik adanya penurun visus,
kekeruhan lensa (+), shadow tes (-) pada mata kiri (OS). Pemeriksaan funduskopi pada
mata kiri (OS) tidak dapat dilakukan karena terhalang lensa yang keruh serta pada
mata kanan (OD) didapatkan pseudofakia IOL sehingga diagnosis yang ditegakan
yaitu Pseudofakia OD IOL + katarak senilis imatur OS.

VII. Usulan Pemeriksaan


12

Untuk pemeriksaan penunjang nya sediri agar dapat memperkuat diagnosa maka
harus dilakukan Funduskopi Indirek pada matanya. Tujuan dari pemeriksaan tersebut
adalah untuk mengevaluasi segmen posterior pada keadaan menyeluruh atau sebagian
dari segmen anterior ataupun posterior pada mata pasien.
VIII. Terapi
Penatalaksaan pada kasus diberikan terapi obat tetes air mata buatan yang
mengandung natrium klorida dan kaliaum klorida untuk mengurangi keadaan ketidak
seimbangan ion dalama lensa atau hidrasi lensa. Selain itu tindakan pada katarak yaiu
dilakukan pembedahan, indikasi pembedahan mencakup visus, medis dan kosmetik.
Pada pasien ini tindakan pengobatan yang dilakukan yaitu dengan pembedahan
berdsarkan indikasi visus dan medis karena pasien sudah merasa terganggu dengan
penglihatannya.
IX. Penatalaksanaan Anjuran
1. Small Incision Cataract Surgery (SICS) + IOL
Pasien perlu dilakukan tindakan operatif pembadahan seperti teknik SICS dengan
karena sudah pada stadium katarak matur dan operasi ini lebih sederhana tidak
memerlukan jaitan
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun
tetap dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi
terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada
stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan
pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi
trabekulektomi.
Penderita katarak yang telah dilakukan tindakan operatif memerulakan lensa
pengganti untuk memfokuskan penglihatannya :
a. Kacamata afakia yang tebal lensanya
b. Lensa kontak
c. Lensa intraocular (IOL) yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untk mengganti lensa mata asli yang telah di angkat.

X. Prognosis
13

Pasien harus diberikan informasi tentang katarak agar diharapkan sedpat mungkin
menghindari faktor risiko yang mungkin dapat menambah keparahan penyakitnya, yaitu
paparan sinar matahari yang berlebihan. Selain itu pasien juga harus diberikan edukasi
bahwa sampai saat ini katarak belum ada terapi medisnya, adapun cara terbaik adalah
dengan tindakan operatif.
Teknik operatif yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil
dan jarang terjadi sehingga prognosis dalam penatalaksaan adalah baik.

 Ad vitam : ad bonam
pasien dengan pseudofakia OD IOL dan Katarak Sinilis Imatur OS kemungkinab
dapat bertahan hidup

 Ad Fungtionam : ad bonam
Fungsi penglihatan akan tetap ada meskipun tidak sebagus dengan penglihatan
sebelumnya. Karena adanya pergantian media refraksi lensa dengan yang baru dan
media refraksi lensa yang sebelah kiri mengalami kekeruhan.

 Ad sanationam : ad Bonam
Kemungkinan untuk sembuh ada namun tidak sebaik seperti dulu. Pergantian
lensayang keruh diganti lensa IOL yang dapat digunakan media refraksi dan lensa
yang sebelah kiri jeruh dapat dilakukan tidak operasi untuk menghilangkan keruhan
dengan pergantian lensa yaitu IOL dengn teknik operasi SICS
14

DAFTAR PUSTAKA

1. Jorge L, Bodaghi B, Marle T. Guidlines for Managing Post-cataract surgery

Inflamation. Ophthalmology Times Europe. 2008: 2

2. Shidarta I. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI: Jakarta; 2009

3. Vaughan D, Ashbury T, Riordan E, and Paul. Oftalmologi Umum Edisi 17. EGC:

Jakarta; 2009

4. Amindyta O. Katarak Senilis Imatur pada Wanita. Jurnal Medula. 2013: 1(5)

5. Rahayu NK. Evaluasi Tajam Penglihatan Pasca Operasi Katarak Masal Dharmais-

Perdami (Tesis). Universitas Diponegoro: Semarang; 2005

6. Arintawati P, Norma DH, Sundari S. Pengaruh Operasi Katarak Insisi Lebar terhadap

Sensibilitas Kornea dan Kejadian Dry Eye. Jurnal Medica Hospitalia. 2012: 1(2);

103-107

7. Olver J, Cassidy L. Opthalmology at a Glance. Blackwell Science: USA; 2005

8. Song,E. Sun Hongpeng. Age-Related Cataract, Cataract Surgery and Subsequent

Mortality : A Systematic Review and Meta-Analysis. China; 2014

9. Zotteberg, M, Celojevic. Gender and Cataract The Role of Estrogen. English;2014.


15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LENSA
1. Anatomi dan Fisiologi
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris
lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior
lensa terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah
membran yang semipermeabel(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang
menyebabkan air dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel
supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia
laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan
kehilangan elastisitas.

Gambar 1.1 lensa


Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias - biasanya sekitar 1,4
pada sentral dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus
yang mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias
mata manusia rata-rata. Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi
kandungan nya di antara seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan
kalium lebih tinggi pada lensa dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan
16

glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran
terkecil; dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
akan terfokus pada retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris
berkontrasi sehingga tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis
antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada
retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya
usia.

Gambar 1.2 Akomodasi Mata Normal

B. KATARAK SENILIS
1. Definisi
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara
bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi
salah satu penybeab kebutaan di dunia saat ini.
17

Gambar 1.3 Perbedaaan Lensa normal dengan Lensa Katarak

2. Patofisiologi
Patofiologi katarak senilisl diduga adanya interaksi antara berbagai proses
fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda
dekat berkurang.
Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa
yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada
saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat
molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga
memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini
juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan
usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat
keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan
kabur/buram) pada seseorang. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan
sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi
fundus bisa hilang sama sekali. Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan
paparan sinar UV yang tinggi menjadi faktor risiko perembangan katarak sinilis.
18

Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan mata
yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait usia
multifaktor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi
peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai
lapisan baru serat kortikal berbentuk konsentris, akibatnya nukleus dari lensa
mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein lensa)
adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi
high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba mengalami
fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan pandangan.
Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan progressive
pigmentasi.perubaha lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk
menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium.

3. Klasifikasi
1). Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak
pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras
(sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya
lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh
lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan
baca dapat menjadi lebih baik.

Gambar 1.4 (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra
19

2). Katarak Kortikal


Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.
Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan
yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa
silau.

Gambar 1.5 Mekansime katarak senilis kortikal

4. Stadium katarak senilis


Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
matur, dan hipermatur.
20

Tabel 1.2 Perbedaan stadium katarak senillis


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma

a. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang
disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.

Gambar 1.5 Katarak Insipien

b. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa
yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga
21

terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahdow test, maka
akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
Gambar 1.6 Katarak Imatur

c. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi
yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui
kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukurang
kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.

Gambar 1.7 Katarak Matur


e. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan
berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa.
Gambar 1.8 Katarak Hipermatur
22

Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut
menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing.
Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA
kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri
yang menghalangi aliran cairan bola mata.

5. Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.

Gambar 1.9 Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak


a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan
katarak senilis.
b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
mendekat ke lampu pada malam hari.
c. Perubahan miopik, Progresifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa
yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien
presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang
membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas,
23

perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior
atau anterior.
d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada
bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari
lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak.
e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
f. Ukuran kaca mata sering berubah.

6. Penatalaksanaan
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan
tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari,
maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya
24

pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat
pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
a) Teknik-teknik pembedahan katarak
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan
bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi
katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak
Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan pada
operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE, phacoemulsifikasi dan SICS.
1) Operasi katarak intrakapsular/ Intra Capsular Cataract Extration (ICCE)
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi limbus
superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan. Masih dapat
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus.
Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder.
Terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post operasi yang mengancam
dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-180º dihubungkan
dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih
lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka
operasi. Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan
komplikasi dini.

Gambar 1.10 Teknik ICCE


25

2) Operasi katarak ekstrakapsular / Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini
adalah karena kapsul posterior untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam
kamera posterior serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula
sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi
yaitu dapat timbul katarak sekunder.

Gambar 1.11 Teknik ECCE

3) Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan
kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka.
Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran
ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian
dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan
kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
 (Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit karena
akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan
rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah
26

peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko


perdarahan.
 Cepat menyembuh.
 Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur mata.

Gambar 1.12 Teknik Fakoemulsifikasi


4) Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun
tetap dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi
dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak
immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus
glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi

7. Komplikasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
 Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar yang
akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
27

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
 Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan
produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul
glaukoma
 Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.
-
8. Pencegahan
Delapan puluh persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau
dihindari. Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan
kesehatan mata. sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai
pihak, termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami2.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal
pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi
makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti
buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-
kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan
kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan
antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu
penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima
tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain
28

yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena
katarak 60% lebih kecil.
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis
antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah
dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat yang
pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang katarak.
Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation reduktase. Enzim ini
berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi, agar tetap
menetralkan radikal bebas atau oksigen.

9. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
29

DAFTAR PUSTAKA

1. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science course : lens
and cataract. United State of America. Lifelong Education for The Ophthalmology
(LEO). 2003. p-72-80,187-213.
2. Budiono, Sjamsu et al. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga
University Press (AUP)
3. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of
opthalmology. 2004.
4. ILyas, Shidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Indonesia. Edisi
Keempat Balai Penerbit FKUI. Jakarta
5. Kanski’s Clinical Opthalmology A Systematic Approach. Seventh edition. 2011.
Elsevier
6. Riordian-Eva, Paul., Whitcher, John P. 2009. Vaughan & Asbury: Oftalmologi
Umum. Edisi ke 17. Jakarta: EGC
7. Vaughan, Daniel G. 2010. Oftamologi Umum Edisi Ke 14. Penerbit Widya Medika.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai